Umbi Umbian
Umbi Umbian
Umbi Umbian
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini kita tahu bahwa pertumbuhan
manusia semakin pesat, seiring bertambahnya waktu manusia semakin banyak dan
menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan yang tinggi. Jika pada sektor
pertanian tidak ada perubahan dengan bertambahnya jumlah manusia yang pesat
dan prodiksi pertanian masih rendah maka kebutuhan manusia akan pengan tidak
akan terpenuhi dan akan menyebabkan kelaparan diberbagai daerah. Oleh karena
itu harus ada perubahan di sektor pertanian untuk memperbanyak hasil produksi
pertaian. Hal tersebut juga menuntut petani untuk berproduksi lebih banyak
sehingga mampu memenuhi kebutuhan manusia yang ada.
Dalam mewujudkan hal tersebut telah banyak soslusi yang ditemukan oleh
para petani untuk membuat peroduksi pertaniannya meningkat dan memiliki
kualitas yang baik. Salah satunya dengan mengetahui teknik budidaya yang baik
yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman.
1.2 Tujuan
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar. Varietas yang digunakan
untuk bahan pangan antara lain Adira 1, Malang 1, Malang 2, dan Darul
Hidayah. (Sundari, 2010)
b. Strategi Pemeliharaan
Untuk mendapatkan pertanaman ubi kayu yang sehat, baik, seragam
dan berproduksi tinggi, harus dilakukan pemeliharaan, meliputi pemupukan,
penyulaman, penyiangan, pembumbuhan dan pemberantasan hama dan
penyakit(Sundari, 2010).
1) Pemupukan
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena
unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi.
Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu : -
Pupuk Organik : 5 10 ton/ha setiap musim tanam - Urea : 150 200
kg/ha - SP36 : 100 kg/ha - KCl : 100 150 kg/ha Tehnik pemberian dosis
pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3
KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu
sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (Roja, 2009).
2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman
yang tidak tumbuh, paling lambat 1 minggu setelah tanam.
3) Penyiangan
Kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak
mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman
harus bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah tanam.
Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma
(Wargiono, 2007). Oleh karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2
tahap, yaitu pada umur 4-5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah
tanam
4) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
Pembumbunan dilakukan pada umur 2-4 bulan (De Silva, 2007). Pada
umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan umbi, sehingga
4
dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk untuk perkembangan
umbinya.
5) Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan apabila terjadi
serangan. Hama yang biasa dijumpai pada tanaman ubi kayu adalah hama
tungau merah yang muncul pada musim kemarau. Pemberantasan terhadap
hama ini dilakukan dengan cara fumigasi menggunakan larutan belerang
dicampur dengan larutan sabun. Untuk penyakit yang biasa dijumpai
adalah Xanthomonas manihotis (jenis bakteri), gejala serangan: daun
mengalami bercak-bercak seperti terkena air panas. Pemberantasan
dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan penyakit bercak daun
(Cercospora henningsii) yang sering dijumpai menyerang daun yang
sudah tua.
c. Grafting
d. Panen
Waktu panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat
mencapai tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya
umur panen, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal
5
ini menunjukan bahwa umur panen ubikayu fleksibel. Tim Prima Tani (2006)
menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8-10 bulan dan dapat
ditunda hingga berumur 12 bulan. Fleksibelitas umur panen tersebut memberi
peluang petani melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam
kurun waktu 5 bulan tersebut (panen 8-12 bulan) dapat dilakukan pemanenan
bila harga jual ubikayu naik karena tidak mungkin melakukan penyimpanan
ubi kayu di gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan lainnya.
Selain itu, pembeli biasanya akan membeli ubi kayu dalam bentuk segar yang
umurnya tidak lebih dari 2x24 jam dari saat panen(Roja, 2009).
e. Pasca panen
Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya
simpan yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak.
Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi
yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu
perlu dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi
ubi kayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung.
Akan tetapi penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan
ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi
yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat
terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis
pada daging umbi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di
dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP
IPTEK, 2000).
Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari
kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam
negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang
terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).
Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut
selama penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan
serangga (Tengah, 1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu
adalah kepoyongan, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna
ubi kayu setelah panen.
Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk
penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan
bibit, hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke
dalam tanah/ dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan
memperbaiki struktur tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat
dipertahankan (Sagala, 2011)
6
2.2 Ubi Jalar
b. Strategi Pemeliharaan
1) Penyulaman
Apabila ada bibit yang mati atau tumbuh abnormal harus segera
disulam dan dilakukan sesegera mungkin.
2) Pengairan
Pemberian air dapat dilakukan dengan di LEB selama 1530 menit
hingga tanah (guludan) cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara rutin hingga
tanaman berumur 1 2 bulan. pengairan dihentikan pada umur 23
minggu sebelum panen.
3) Penyiangan dan Pembumbunan
7
Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan
kored/cangkul pada umur 2,5 dan 8 MST (Minggu Setelah Tanam). Setiap
satu bulan sekali dilakukan pembalikan tanaman untuk menghindari
menjalarnya tanaman ke segala arah. Pembumbunan dapat dilakukan pada
umur 23 minggu setelah tanam.
4) Pemupukan
Pemupukan ubi jalar di lakukan dua kali, pemupukan pertama saat
tiga tanam dengan 1/3 dosis pupuk nitrogen, 1/3 dosis kalium ditambah
seluruh dosis fosfor. Pemupukan kedua, pada saat tanaman berumur 45
hari setelah tanam, dipupuk dengan 2/3 dosis nitrogen dan 2/3 dosis
kalium.
5) Pengajiran
Pengajiran atau penjarangan adalah proses penataan lahan tamanan
sesuai dengan jarak tanam (pola tanam) dan kontur tanah dengan bantuan
tali dan bambu. Pengajiran ini dilakukan pada minggu ke-3 setelah tanam.
6) Pengendalian Hama dan Penyakit
Perlindungan tanaman dari organisme pengganggu tanaman
dilakukan secara terpadu, sebagai berikut:
7) Secara kultur teknis, diantaranya mengatur waktu tanam yang tepat,
rotasi tanaman, sanitasi kebun dan penggunaan varietas yang tahan
hama dan penyakit.
8) Secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkas
atau mencabut tanaman yang sakit atau terserang hama dan penyakit
cukup berat, kumpulkan dan dimusnahkan.
9) Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida secara selektif
dan bijaksana.
c. Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbinya sudah tua (matang
fisiologis). Ubi jalar berumur pendek dapat dipanen pada umur 33,5 bulan,
sedangkan varietas umur panjang dapat dipanen pada usia 4,55 bulan.
Setelah ubi dipanen dapat dilakukan pensortiran. Pensortiran dilakukan
untuk memilih umbi yang berwarna bersih segar dan tidak cacat. Pensortiran
juga dapat dilakukan pada waktu pencabutan/panen. Penanganan pasca
panen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan.
Pertamatama bersihkan ubi dari tanah (dicuci atau atau disikat) lalu angin-
anginkan. Pastikan bahwa ubi yang bagus tidak bercampur dengan ubi yang
rusak atau terluka. Penyimpanan ubi sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu
antara 2730 derajat celcius dengan kelembapan udara antara 8590 persen
(ILO, 2013).
d. Pasca panen
8
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk memper-
tahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam
pasir atau abu. Cara penyimpanan dengan ditutup pasir atau abu dapat
mempertahan-kan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang
mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan
rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru
dipanen. Hal yang penting diperhatikan dalam penyimpanan ubi jalar adalah
melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan
tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27 C 30 C (suhu
kamar) dengan kelembapan udara antara 85% 90%. Ubi jalar dapat
diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa
produk olahan yang laik dikembangkan dalam skala industri rumah tangga
adalah dibuat gaplek dan tepung(Cahyono, 2000).
9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11