Umbi Umbian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 2


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Ubi Kayu ...................................................................................................... 3
2.1.1 Potensi dan Produksi Ubi Kayu .............................................................. 3
2.1.2 Teknologi dan strategi peningkatan produksi ......................................... 3
2.2 Ubi Jalar ....................................................................................................... 7
2.2.1 Potensi dan Produksi Ubi Jalar ............................................................... 7
2.2.2 Teknologi dan strategi peningkatan produksi ......................................... 7
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini kita tahu bahwa pertumbuhan
manusia semakin pesat, seiring bertambahnya waktu manusia semakin banyak dan
menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan yang tinggi. Jika pada sektor
pertanian tidak ada perubahan dengan bertambahnya jumlah manusia yang pesat
dan prodiksi pertanian masih rendah maka kebutuhan manusia akan pengan tidak
akan terpenuhi dan akan menyebabkan kelaparan diberbagai daerah. Oleh karena
itu harus ada perubahan di sektor pertanian untuk memperbanyak hasil produksi
pertaian. Hal tersebut juga menuntut petani untuk berproduksi lebih banyak
sehingga mampu memenuhi kebutuhan manusia yang ada.

Di Indonesia kebutuhan pangan terbanyak yaitu pada keluarga serealia


karena keluarga serialia yaitu padi dijadikan makanan pokok di Indonesia. Selain
dari keluarga serealia tanaman ubi ubian juga banyak di minati di indonesia dan
juga di dunia. Oleh karena itu petani dituntut untuk dapat memproduksi ubi ubian
dalam jumlah yang banyak dan berkualitas tinggi.

Dalam mewujudkan hal tersebut telah banyak soslusi yang ditemukan oleh
para petani untuk membuat peroduksi pertaniannya meningkat dan memiliki
kualitas yang baik. Salah satunya dengan mengetahui teknik budidaya yang baik
yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui


potensi dan produksi tanaman ubi-ubian dan teknologi dan strategi peningkatan
produksi

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Ubi Kayu

Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz sin), termasuk dalam Kingdom


Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi Spermathophyta atau tumbuhan berbiji,
Sub divisi Angiospermeae atau berbiji tertutup, Kelas Dicotyledoneae atau biji
berkeping dua, Ordo Euphorbiales, Family Euphorbiaceae, Genus Manihot, dan
Spesies Manihot esculenta Pohl dan Manihot esculenta Crantz sin

2.1.1 Potensi dan Produksi Ubi Kayu


Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga
(13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), dan Thailand (13.500.000
ton), disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), dan India
(6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton/tahun
(Bigcassava, 2007).
Peningkatan produksi ubi kayu tahun 2005 2011 mencapai 4.42 %,
sedangkan sasaran indikatif produksi dan produktivitas ubi kayu pada tahun
2011 pada setiap wilayah tertera pada. Dimana sasaran rata-rata produktivitas
Indonesia adalah 185 ku/ha dengan luasan 1.264.900 ha.
Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan
jagung. Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan
sebagai bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri
dalam negeri, dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Dibidang industri, ubi
kayu menghasilkan bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena
ramah lingkungan. Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan
(cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch,
gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate,
tepung aromatic, dan pellets(Depperin, 2007).

2.1.2 Teknologi dan strategi peningkatan produksi


a. Vareitas unggul
1) Untuk Bahan pangan
Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan
maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas
ubi kayu harus disesuaikan untuk peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu
dikonsumsi secara langsung untuk bahan pangan diperlukan varietas ubi
kayu yang rasanya enak dan pulen dan kandungan HCN rendah.
Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi ubi kayu
manis/tidak pahit, dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan
ubikayu pahit dengan kadar HCN 50 mg/kg umbi segar. Kandungan HCN
yang tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia maupun hewan,

3
sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar. Varietas yang digunakan
untuk bahan pangan antara lain Adira 1, Malang 1, Malang 2, dan Darul
Hidayah. (Sundari, 2010)

2) Untuk Bahan Baku Industri


Dari produk antara berupa tepung dan pati ubikayu dapat dikembangkan
berbagai produk industri baik melalui proses dehidrasi, hidrolisis, maupun
fermentasi. Sebagai bahan baku industri, jenis ubi kayu yang memiliki
potensi hasil tinggi, kadar bahan kering dan kadar pati tinggi, dianggap
paling sesuai untuk bahan baku industri. Beberapa varietas unggul yang
telah dilepas Pemerintah dan sesuai untuk bahan baku industri antara lain:
Varietas Adhira-4, MLG-6, UJ-3, UJ-5, MLG-6 yang telah banyak ditanam
petani di propinsi Jawa Timur dan Lampung. (Sundari, 2010)

b. Strategi Pemeliharaan
Untuk mendapatkan pertanaman ubi kayu yang sehat, baik, seragam
dan berproduksi tinggi, harus dilakukan pemeliharaan, meliputi pemupukan,
penyulaman, penyiangan, pembumbuhan dan pemberantasan hama dan
penyakit(Sundari, 2010).
1) Pemupukan
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena
unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi.
Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu : -
Pupuk Organik : 5 10 ton/ha setiap musim tanam - Urea : 150 200
kg/ha - SP36 : 100 kg/ha - KCl : 100 150 kg/ha Tehnik pemberian dosis
pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3
KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu
sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (Roja, 2009).
2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman
yang tidak tumbuh, paling lambat 1 minggu setelah tanam.
3) Penyiangan
Kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak
mampu berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman
harus bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah tanam.
Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma
(Wargiono, 2007). Oleh karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2
tahap, yaitu pada umur 4-5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah
tanam
4) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
Pembumbunan dilakukan pada umur 2-4 bulan (De Silva, 2007). Pada
umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan umbi, sehingga

4
dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk untuk perkembangan
umbinya.
5) Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan apabila terjadi
serangan. Hama yang biasa dijumpai pada tanaman ubi kayu adalah hama
tungau merah yang muncul pada musim kemarau. Pemberantasan terhadap
hama ini dilakukan dengan cara fumigasi menggunakan larutan belerang
dicampur dengan larutan sabun. Untuk penyakit yang biasa dijumpai
adalah Xanthomonas manihotis (jenis bakteri), gejala serangan: daun
mengalami bercak-bercak seperti terkena air panas. Pemberantasan
dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan penyakit bercak daun
(Cercospora henningsii) yang sering dijumpai menyerang daun yang
sudah tua.

c. Grafting

Penelitian tentang ubikayu sistim mukibat masih belum banyak dilakukan


karena sampai saat ini belum mendapatkan perhatian khusus. Hasil penelitian
Universitas Brawijaya bekerja sama dengan IDRC menyimpulkan bahwa
source potential dari batang atas (batang ubikaret) mampu memasok sink
capacity ke batang bawah, sehingga produktivitas ubikayu mampu
ditingkatkan menjadi >70 t/ha. Bahkan dengan pemeliharaan intensif dan
dipanen pada umur > 1,5 tahun hasil ubikayu sistem mukibat dapat mencapai
>10 kg/tanaman. Di Indonesia, penanaman ubikayu sambung (mukibat)
hanya terdapat di beberapa daerah saja seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Lampung dengan cara yang beragam sehingga memberikan hasil yang
beragam pula. Hasil survei Prasetiaswati, et. al. (2008) menunjukkan bahwa
ubikayu sistem sambung (mukibat) tingkat petani di Jawa Timur dapat
memberikan hasil umbi antara 33-59 t/ha, lebih tinggi dibanding ubikayu
biasa (10,05 t/ha). Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa B/C ratio
ubikayu sistem mukibat berkisar 2,6-5,97 dan jauh lebih tinggi dibanding
ubikayu biasa (B/C ratio = 1,4). Meskipun ubikayu sistem mukibat ini
memberikan hasil yang tinggi, tetapi dalam pengembangannya sangat lambat.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan yaitu: (1) membutuhkan
ketrampilan dalam pembuatan bibit, (2) tanaman karet sebagai batang atas
tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) dibutuhkan lubang tanam yang
dalam dan besar, (4) pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan
penyangga agar tidak patah sambunganya, dan (5) kesulitan panen karena
bentuk umbi yang besar dan panjang (Radjit dan Prasetiaswati, 2011).

d. Panen
Waktu panen yang paling baik adalah pada saat kadar karbohidrat
mencapai tingkat maksimal. Bobot umbi meningkat dengan bertambahnya
umur panen, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal

5
ini menunjukan bahwa umur panen ubikayu fleksibel. Tim Prima Tani (2006)
menganjurkan panen pada saat tanaman berumur 8-10 bulan dan dapat
ditunda hingga berumur 12 bulan. Fleksibelitas umur panen tersebut memberi
peluang petani melakukan pemanenan pada saat harga jual tinggi. Dalam
kurun waktu 5 bulan tersebut (panen 8-12 bulan) dapat dilakukan pemanenan
bila harga jual ubikayu naik karena tidak mungkin melakukan penyimpanan
ubi kayu di gudang penyimpanan seperti halnya tanaman pangan lainnya.
Selain itu, pembeli biasanya akan membeli ubi kayu dalam bentuk segar yang
umurnya tidak lebih dari 2x24 jam dari saat panen(Roja, 2009).

e. Pasca panen

Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya
simpan yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak.
Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi
yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu
perlu dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi
ubi kayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung.
Akan tetapi penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan
ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi
yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat
terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis
pada daging umbi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di
dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP
IPTEK, 2000).
Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari
kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam
negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang
terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).
Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut
selama penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan
serangga (Tengah, 1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu
adalah kepoyongan, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna
ubi kayu setelah panen.
Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk
penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan
bibit, hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke
dalam tanah/ dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan
memperbaiki struktur tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat
dipertahankan (Sagala, 2011)

6
2.2 Ubi Jalar

2.2.1 Potensi dan Produksi Ubi Jalar


Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman yang
mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ubi jalar di Indonesia tiap
tahun seluas 229.000 hektar, tersebar di seluruh propinsi, baik di lahan sawah
maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per hektar (Khudori,
2001). Penghasil utama ubi jalar di Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya yang
menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen masih sangat
terbuka. Dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan varietas unggul
nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton per hektar. Ubi jalar bisa
ditanam sepanjang tahun, baik secara terus menerus, bergantian maupun secara
tumpang sari(Aini, 2004).
Sebagai bahan pangan umbi ubi jalar mempunyai kandungan kandungan
nutrisi yang cukup tinggi antara lain: karbohidrat, lemak, protein, vitamin
tiamin, niasin, riboflavin, vita-min A dan C serta mineral maupun senyawa
antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Ubi jalar mempunyal
kandungan gula antara 2,0-6,7% dan kandungan amilosa antara 9,8-26%,
sehingga memberikan rasa manis dan sifat mempur(Aini, 2004).

2.2.2 Teknologi dan strategi peningkatan produksi


a. Vareitas unggul
Varietas ubi jalar di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari ribuan
jenis, namun masyarakat awam pada umumnya mengenal ubi jalar
berdasarkan warna umbinya. Ubi jalar memiliki beberapa macam warna,
yaitu: ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar orange, ubi jalar jingga,
dan ubi jalar ungu (Dede, 2009). Ubi jalar memiliki beberapa varietas
yang banyak dibudidayakan antara lain: varietas borobudur, varietas
prambanan, varietas mendut, varietas kalasan, varietas genjah rente, dan
varietas daya (Dede, 2009).

b. Strategi Pemeliharaan
1) Penyulaman
Apabila ada bibit yang mati atau tumbuh abnormal harus segera
disulam dan dilakukan sesegera mungkin.
2) Pengairan
Pemberian air dapat dilakukan dengan di LEB selama 1530 menit
hingga tanah (guludan) cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara rutin hingga
tanaman berumur 1 2 bulan. pengairan dihentikan pada umur 23
minggu sebelum panen.
3) Penyiangan dan Pembumbunan

7
Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan
kored/cangkul pada umur 2,5 dan 8 MST (Minggu Setelah Tanam). Setiap
satu bulan sekali dilakukan pembalikan tanaman untuk menghindari
menjalarnya tanaman ke segala arah. Pembumbunan dapat dilakukan pada
umur 23 minggu setelah tanam.
4) Pemupukan
Pemupukan ubi jalar di lakukan dua kali, pemupukan pertama saat
tiga tanam dengan 1/3 dosis pupuk nitrogen, 1/3 dosis kalium ditambah
seluruh dosis fosfor. Pemupukan kedua, pada saat tanaman berumur 45
hari setelah tanam, dipupuk dengan 2/3 dosis nitrogen dan 2/3 dosis
kalium.
5) Pengajiran
Pengajiran atau penjarangan adalah proses penataan lahan tamanan
sesuai dengan jarak tanam (pola tanam) dan kontur tanah dengan bantuan
tali dan bambu. Pengajiran ini dilakukan pada minggu ke-3 setelah tanam.
6) Pengendalian Hama dan Penyakit
Perlindungan tanaman dari organisme pengganggu tanaman
dilakukan secara terpadu, sebagai berikut:
7) Secara kultur teknis, diantaranya mengatur waktu tanam yang tepat,
rotasi tanaman, sanitasi kebun dan penggunaan varietas yang tahan
hama dan penyakit.
8) Secara fisik dan mekanis, yaitu dengan memotong atau memangkas
atau mencabut tanaman yang sakit atau terserang hama dan penyakit
cukup berat, kumpulkan dan dimusnahkan.
9) Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida secara selektif
dan bijaksana.

c. Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbinya sudah tua (matang
fisiologis). Ubi jalar berumur pendek dapat dipanen pada umur 33,5 bulan,
sedangkan varietas umur panjang dapat dipanen pada usia 4,55 bulan.
Setelah ubi dipanen dapat dilakukan pensortiran. Pensortiran dilakukan
untuk memilih umbi yang berwarna bersih segar dan tidak cacat. Pensortiran
juga dapat dilakukan pada waktu pencabutan/panen. Penanganan pasca
panen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan.
Pertamatama bersihkan ubi dari tanah (dicuci atau atau disikat) lalu angin-
anginkan. Pastikan bahwa ubi yang bagus tidak bercampur dengan ubi yang
rusak atau terluka. Penyimpanan ubi sebaiknya dilakukan di ruang bersuhu
antara 2730 derajat celcius dengan kelembapan udara antara 8590 persen
(ILO, 2013).

d. Pasca panen

8
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk memper-
tahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam
pasir atau abu. Cara penyimpanan dengan ditutup pasir atau abu dapat
mempertahan-kan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang
mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan
rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru
dipanen. Hal yang penting diperhatikan dalam penyimpanan ubi jalar adalah
melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan
tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27 C 30 C (suhu
kamar) dengan kelembapan udara antara 85% 90%. Ubi jalar dapat
diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa
produk olahan yang laik dikembangkan dalam skala industri rumah tangga
adalah dibuat gaplek dan tepung(Cahyono, 2000).

9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan

10
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2004). Pengolahan tepung ubi jalar dan produk-produknya untuk


pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana S, 3.

Bigcassava. 2007. Proyek Pengembangan Budi Daya Singkong Varietas Darul


Hidayah sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Ekonomi Petani,
Sekaligus Mengintip Peluang Pengembangan Bahan Baku Biofuel.

BPP IPTEK. 2000. Ketela pohon/singkong (Manihot utilissima Pohl).


www.ristek.go.id. [02 September 2017].
Cahyono, I. B. (2000). Ubi Jalar, Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Dede Juanda & Cahyono, Bambang. (2009). Ubi Jalar. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
DeSilva,2007.Cassava:Manihotesculenta.http://www.agridept.gov.lk/Techinforma
tions/Rtubers/Cassava/cassava.htm#eco . Diakses tgl 15 Agustus 2007
Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 2007. Pohon industri ubi kayu.
http://www.depperin.go.id.
ILO (International Labor Organitation). 2013. Kajian Ubi Jalar dengan
Pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha di Kabupaten Jayawijaya
Provinsi Papua. ILO-PCdP2 UNDP. Jakarta.
Khudori. 2001. Menyulih terigu dengan tepung ubi jalar. Kompas . 23 November
2001
Radjit, B. S., & Prasetiaswati, N. (2011). POTENSI HASIL UMBI DAN KADAR
PATI PADA BEBERAPA VARIETAS UBIKAYU DENGAN SISTIM
SAMBUNG (MUKIBAT). BUANA SAINS, 11(1), 35-44.
Roja, A. (2009). Ubi kayu Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Padang.
Sagala, E. (2011). Manajemen Panen Dan Pasca Panen Ubi Kayu (Manihot
Esculenta Crantz) Pt Pematang Agri Lestari Untuk Bahan Baku Industri
Tapioka Pt Sinar Pematang Mulia I.
Sundari, T. (2010). Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Tengah, I G.P., Mulyani, S., Ina, P.T., Ekawati, I G.A., Utama, I. B. D. 1996.
Pengaruh penundaan pengolahan ubi kayu menjadi gaplek terhadap mutu
pelet yang dihasilkan. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian. Vol. 2,
No.1:21-25.
Tim Prima Tani. 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis
Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Puslitbangtan Bogor; 40 hlm.
Wargiono, 2007. Teknologi Produksi Ubi kayu untuk Menjaga Kuantitas Pasokan
Bahan Baku Industri Bioethanol. Tabloid Sinar Tani, 8 Agustus 2007.

11

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy