BAB IV, 4.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tanaman Kopi 2010

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BAB IV.

4.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tanaman Kopi

Intensitas Cahaya

Tanaman kopi merupakan tanaman yang membutuhkan naungan sepanjang hidupnya.


Tingkat naungan tersebut berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman kopi, pada
fase pembibitan atau umur muda tingkat naungan yang dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan pada fase dewasa atau fase pertumbuhan generatif. Tingkat naungan
yang tidak sesuai pada fase pembibitan akan menghasilkan kualitas benih kopi yang rendah.
Walaupun benih yang digunakan berasal dari benih unggul, tetapi dalam pelaksanaan
pembibitannya tidak sesuai dengan standar operasional yang benar maka akan menghasilkan
benih siap salur yang bermutu rendah. Salah satu hal yang penting dilakukan pada pembibitan
kopi, selain penyirmaan, pemupukan dan pengendalian hama /penyakit adalah pengaturan
intensitas cahaya yang sesuai dengan kebutuhan (litbang pertanian, 2012).

Gulma

Perkebunan kopi banyak mengalami gangguan yang sangat merugikan, gangguan


tersebut disebabkan oleh gulma (Kanisius, 1974). Menurut Moenandir (1990), dari lahan kopi
di Desa Ampelgading Malang, per tahun terdapat gulma disekitar tanaman pokok kopi yaitu
Setaria plicata, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides, Cynodon dactylon, Imperata
cylindrica, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Cyperus kilinga, Bidens biternata, Erechtites
valerianifolia dan Panicum repens. Dengan adanya gulma disekitar tanaman kopi dapat
menurunkan produksi biji 35% (dari 12,5 kw ha-1 menjadi 7 kw ha-1). Oleh karena itu, agar
diperoleh tanaman kopi produksi tinggi sangat diperlukan tindakan pemeliharaan seperti
pemangkasan dan pengendalian gulma (Widiyanti, 2013).

Iklim

Tanaman kopi sangat tergantung kepada lingkungan (Ceserek and Gichimu, 2012). Kopi
Robusta dan Arabika memerlukan curah hujan 1.250 – 2000 mm/tahun sedangkan untuk kopi
liberika 1.250 – 3000 mm/tahun. Bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm perbulan)
yang diperlukan untuk kopi Robusta, Arabika, dan Libarika sama yaitu 1-3 bulan pertahun.
Suhu udara untuk ketiga jenis kopi tersebut bervariasi, kopi Robusta 21-24 0C, Arabika 15-
250C, dan Liberika 21-300C (Ditjenbun, 2012).

Dampak Ekstrem perubahan iklim terhadap tanaman kopi adalah penurunan produksi akibat
perubahan pola curah hujan dan peningkatan suhu udara. Periode kering pendek, yang
berlangsung 2-4 bulan, penting untuk merangsang pembungaan. Periode basah yang terjadi
sepanjang tahun sering mengakibatkan panen tidak merata dan produksi menurun.

Curah Hujan

Kekeringan dari sudut pandang meteorologi hanya mengacu ke periode dimana curah hujan
lebih kecil dibandingkan dengan evapotranspirasi potensial. Namun demikian, khususnya di
daerah tropis, periode kekeringan sangat diperburuk oleh radiasi matahari tinggi dan suhu
tinggi, sehingga kekeringan harus dipertimbangkan sebagai stress multidimensi (DaMatta et
al., 2003).

Proses fotosintesis menjadi terbatas ketika stress ait terjadi, karena penutupan stomata dan
pengurangan kegiatan fisiologis lainnya (Camargo, 2010). Kekeringan merupakan faktor
lingkungan yang menyebabkan defisit air atau stres air pada tanaman kopi (Pinheiro et al.,
2005).

Menurut laporan Australian Bureau of Meteorology, pada tahun 1991/1992 terjadi El-Nino
dengan durasi 9 bulan (Irawan, 2006). Kondisi ini menyebabkan terjadinya bulan kering
(curah hujan kurang dari 60 mm per bulan) selama lima bulan berturut-turut di Kebun
Jollong, Pati pada tahun 1991, yang mengakibatkan produktivitas kopi pada tahun 1992
menurun sebesar 56,35%. Pada tahun 1992 bulan kering hanya terjadi satu bulan, hal tersebut
berpengaruh positif terhadap produktivitas kopi tahun 1993, yaitu produksi meningkat
sebesar 139,55%. Tahun 1993 dan 1994 kembali terjadi El-Nino dengan durasi masing-
masing 6 dan 9 bulan (Irawan, 2006), yang mengakibatkan terjadinya bulan kering yang
panjang (5 bulan) pada tahun 1993 dan 1994. Keadaan tersebut menyebabkan produktivitas
kopi kembali menurun sebesar 36,18% pada tahun 1994 dan 41,03% pada tahun 1995. Pada
tahun 1995 dan 1996 kondisi iklim dalam keadaan normal sehingga produktivitas tahun 1996
kembali meningkat sebesar 194,12% karena pada tahun 1995 hanya terjadi satu bulan kering
(Tabel 1).
Bulan basah yang terjadi sepanjang tahun pada tahun 1996 di kebun Jollong, Pati (kondisi
iklim normal) mengakibatkan produktivitas tahun 1997 menurun 48,00%, produktivitas pada
tahun 1998 kembali menurun sebesar 13,63% karena pada tahun sebelumnya (1997) terjadi
bulan kering yang panjang (5 bulan) akibat adanya anomali iklim El-Nino dengan durasi 14
bulan (Irawan, 2006). Bulan kering yang terjadi selama 5 bulan berturut-turut di Kebun
Getas, Semarang dan Sukamangli, Kendal pada tahun 1997 juga mengakibatkan produksi
pada tahun 1998 menurun. Jika pada tahun 1997 produktivitas di Kebun Getas, Semarang dan
Sukamangli, Kendal mencapai masing masing 2.129 kg/ha dan 880 kg/ha, pada tahun 1998
produktivitasnya hanya masing masing 708 kg/ha dan 184 kg/ha atau menurun sebesar
masing masing 66,74% dan 79,09% (Prihasty, 2002; Alpaseno, 2005). Pada tahun 1999 dan
2000 di Kebun Jollong, Pati terjadi peristiwa La-Nina selama 6 bulan sehingga produktivitas
kembali meningkat, karena bulan kering hanya terjadi satu bulan.

Produktivitas kopi di Kebun Getas, Semarang pada tahun 2002 mencapai 1.709 kg/ha, akibat
terjadi El-Nino di tahun tersebut (terjadi bulan kering selama empat bulan berturut-turut)
produktivitas pada tahun 2003 menurun menjadi 1.090 kg/ha atau sebesar 36,22% (Alpaseno,
2005). Kemarau panjang yang terjadi selama 5 bulan berturut turut, menyebabkan produksi
kopi robusta menurun 34-68% (Yahmadi, 1973; PTP XXIII, 1984).

Selain dapat menurunkan produksi, kemarau panjang diatas tiga bulan berturut-turut
menyebabkan kualitas biji kopi menurun yaitu meningkatnya jumlah biji kosong (Sumirat,
2008).

Bulan basah (curah hujan di atas 100 mm per bulan) yang merata sepanjang tahun
menyebabkan tingkat keberhasilan persarian bunga kopi hanya sebesar 5,3% sehingga angka
populasi tanaman yang tidak produktif (berbuah kurang dari 200 buah per pohon) sedangkan
di Kebun Percobaan Sumber Asin mencapai 80,4%, dan produksi turun sebesar 98,5% (Nur,
2000).

Suhu Udara

Suhu ekstrim dapat merusak proses metabolisme sel (misalnya fotosintesis), pertumbuhan,
dan kelangsungan hidup tanaman, serta menurunkan nilai ekonomi tanaman (DaMatta dan
Ramalho, 2006). Bahkan suhu dapat membatasi pengembangan dari tanaman kopi, karena
pertumbuhan kopi sangat dipengaruhi oleh suhu tinggi dan rendah (Silva, DaMatta, Ducatti,
Regazzi, dan Barros, 2004). Rata-rata suhu optimum untuk kopi Arabika adalah berkisar
antara 18-210C (DaMatta dan Ramalho, 2006). Suhu diatas 230C dapat mempercebat
pengembangan dan pematangan buah sehingga menunrunkan kualitas (Camargo, 2010). Jika
suhu udara mencapai 300C dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman tertekan dan
menimbulkan kelainan seperti menguningnya daun dan pertumbuhan tumor pada pangkal
batang (DaMatta dan Ramalho, 2006). Suhu yang relatif tinggi (musim kemarau yang
berkepanjangan) selama bunga mekar, dapat menyebabkan aborsi bunga (Camargo, 2010).
Selain itu, suhu udara yang sangat bervariasi dapar meningkatkan cacat biji, merubah
komposisi biokimia dan cita rasa (Carr, 2001; Silva, Maazafera, Brunini, Sakai, Arruda,
Mattoso, Carvalho, Pires, 2005). Setiap kenaikan suhu udara 100C akan menurunkan produksi
bahan kering tanaman kopi sebesar 10% (Camargo, 2010) dan produksi biji 30,04 (Pinto,
Assad, Zullo Junior, Brunini, 2002).

Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi terhambat jika suhu udara turun dibawah 15-16 0C (Silva
et al., 2004). Buah dan daun tanaman kopi akan mengalami luka kabar jika suhu udara di
bawah 40,60C (Coste, 1992). Kopi peka terhadap frost, jika suhu menurun minimal antara -3
sampai -50C akan mematikan daun (Guimaraes, Mendes, Souza, 2002; Quartin, Ramalho,
Campos, Regazzi, Barros, 2004). Frost (embun beku) yang terjadi secara sporadis sangat
membahayakan bagi kelangsungan hidup tanaman kopi, karena dampaknya dapat merusak
daun dan buah tidak saja pada tahun terjadinya, tetapi dampaknya dapat terjadi pada tahun-
tahun berikutnya (Feio, 1991), yang akhirnya, dapat mematikan tanaman kopi, baik kopi
Arabika dan Robusta sangat sensitif terhadap embun beku (Feio, 1991).

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy