Makalah Horti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan adalah jenis tanaman
yang dinilai baik bagi para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan
pertanian dan menjadi komoditas yang banyak tersebar diberbagai wilayah, pergiliran
tanaman-tanaman hortikultura dapat dilakukan setiap tahunnya, sesuai permintaan pasar yang
seringkali berubah-ubah. Demikian halnya tanaman perkebunan yang dengan sekali
penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi penghasilan yang
dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para petani.

Budidaya hortikultura merupakan suatu rangkaian kegiatan pertanian dari awal


penanaman hingga penanganan pasca panen. Secara umum budidaya hortikultura meliputi:
tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman buah ( fruit crops);dan tanaman hias
(ornamental crops). Kegiatan hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan pasca
panen yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen serta pasca panen.
Luas lahan pertanian untuk lahan tanaman hortikultura di dunia adalah sangat kecil bila
dibandingkan dengan luas lahan tanaman lain seperti serealia (biji-bijian) yaitu kurang dari
10%.

Hal tersebutdisebabkan oleh banyak faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan
komoditas hortikultura yaitu:

 lemahnya modal usaha,


 rendahnya pengetahuan,
 harga produk hortikultura sangat berfluktuasi, sehingga resiko besar,
 umumnya prasarana transportasi kurang mendukung,
 belum berkembangnya agroindustri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura
sebagai bahan baku.

Sistem produksitanaman hortikultura dapat dikelompokkan atas tujuh sistem produksi.


Ketujuh sistem produksi tersebut dari sistem yang hampir tanpa pengelolaan sampai sistem
dikeloladengan intensif, masih terdapat di Indonesia, yang meliputi: sistem pekarangan,
sistem agroforesty, sistem monokultur skala kecil, sistem tumpang sari, sistem perkebunan,
sistem produksi hortikultura semusim, sistem produksi intensif, dansistem produksi
hortikultura organik.

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik
dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian
Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai
mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan
devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas
hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan
pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan
sebagainya.

Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan


rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas
hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V
pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas
telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 1988 – 1992 telah
terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha, dan buah-
buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).

Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura merupakan petani
yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi budidaya,
penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa
komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor
pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi penanganannya
terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prospek pengembangan hortikultura secara umum?


2. Apakah peranan dan kontribusi hortikultura dalam berbagai bidang atau aspek
kehidupan?
3. Apa sajakah tantangan atau masalah dihadapi dalam pengembangan hortikultura
di Indonesia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui prospek pengembangan hortikultura secara umum.


2. Untuk mengetahui pentingnya peranan dan kontribusi hortikultura dalam
berbagai bidang atau aspek kehidupan.
3. Untuk mengetahui tantangan atau masalah yang dihadapi dalam pengembangan
hortikultura di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSPEK PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Salah satu tujuan pengembangan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani


yang dicapai melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Pembangunan subsektor
hortikultura di Indonesia pada masa mendatang dipacu ke arah sistem
agribisnis.Peranan komoditas hortikultura cukup besar sumbangannya terhadap perbaikan
gizi masyarakat, peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja,
pengembangan agribisnis dan agroindustry, peningkatan ekspor serta pengurangan impor
(Rukmana, 2004).
Seiringdengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-
hari sebagai sumber berbagai vitamin dan mineral, di samping sebagai bahan baku berbagai
produk olahan, pengusahaan hortikultura, khususnya buah-buahan, di Indonesia kini mulai
dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis. Sebagai contoh, hal ini
dapat dilihat pada usaha perkebunan apel di Batu, Malang, perkebunan jeruk di Sungai
Abang, Kabupaten Tebo, Jambi; usaha agribisnis stroberi di Ciwidey, Jawa Barat.Indonesia
memiliki sumbar daya alam ya ng sangat besar dan beragam. Kekayaan akan sumber
daya alam tersebut akan menjamin terjadinya arus perdagangan antarwilayah.
Otomatis suatu daerah akan membutuhkan produk komoditas dari daerah lain,
demikian pula sebaliknya. Keadaan ini akan memberikan jaminan bahwa agribisnis
hortikultura di Indonesia akan berkembang secara berkelanjutan, berdaya saing, berbasis
kerakyatan, dan terdesentralisasi, selama para pelaku bisnis mampu mengenali selera
konsumen di daerah lain. Pengembangan sektor agribisnis hortikultura di Indonesia
harus dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek budidaya tanaman dan aspek produk horti
kultura. Aspek budidaya tanaman sepenuhnya menjadi tanggung jawab petani, praktisi,
dan institusipemerintahyangrelevan.Sementara aspek produk hortikultura selayaknya
ditangani oleh para pengusaha swasta/industri hortikultura dan pemerintah daerah
setempat (Zulkarnain, 2010).
Prospek bisnis budidaya sayur di daerah dataran rendah, memang sangat bagus. Seiring
dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan sayur, yang semakin hari terus
meningkat. Sehingga banyak petani yang beralih untuk membudidayakan sayur,
dibandingkan menanam padi atau palawija yang persaingan bisnisnya sudah sangat tinggi
(Ainda, 2013).
Prospek bisnis budidaya buah juga sama bagusnya dengan budidaya sayuran.
Hampir semua orang menyukai aneka macam buah-buahan, bahkan produk ini telah
menjadi salah satu bagian pokok dari menu makanan empat sehat lima sempurna (nasi, sayur,
lauk-pauk, buah, dan susu). Jadi, tidaklah heran bila peluang pasar yang bisa kita bidik masih
sangat luas. Mulai dari konsumen skala rumah tangga, para pedagang buah di pasar tradisio
nal, sampai supermarket besar yang menawarkan buah-buahan segar kepada para
konsumennya (Ainda, 2013).
Sebenarnya semua jenis sayuran dan buah-buahan dapat dijadikan bisnis yang
menguntungkan untuk lima tahun ke depan. Ada 6 jenis sayuran yang menjadi
primadona pada musim semi yaitu, selada, brokoli, sawi, kacang polong, obak dan asparagus.
Keenam sayuran tersebut dapat dibudidayakan dan dijadikan bisnis menguntungkan jika
target pasar ke luar negeri (ekspor). Di indonseia sayuran yang banyak diminati oleh
konsumen adalah cabai, karena cabai mampu menyebabkan tingginya laju inflasi nasional.
Hal ini menunjukan bahwa cabai benar-benar merupakan komoditas sayuran yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, permintaan cabai untuk industri juga terus meningkat seiring dengan
makin maraknya industri pengolahan bahan makanan yang menggunakan cabai sebagai
bahan baku utamannya, seperti industri sambal, saus, mi instan hingga industri farmasi
seperti koyo dan balsem (Ainda, 2013).

B. PERANAN DAN KONSTRIBUSI HORTIKULTURA

Komoditas hortikultura selain menjadi salah satu komoditas andalan ekspor non
migas, tanaman dan produk yang dihasilkannya banyak memberikan keuntungan bagi
manusia dan lingkungan hidup. Buah -buahan dan sayuran yang dikonsumsi bermanfaat
bagi kesehatan tubuh manusia; pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat
berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2 atau
pencemar udara lainnya; limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat
dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah,
sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh baik bagi kesehatan jiwa (Sunu,
2006).
Meningkatnya apresiasi terhadap berbagai komoditas dan produk hortikultura
menyebabkan fungsi tanaman hortikultura bukan lagi hanya sebagai bahan pangan, tetapi
juga terkait dengan fungis-fungsi yang lain. Menurut Zulkarnain (2010), secara
sederhana fungsi utama tanaman hortikultura dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Fungsi penyediaan pangan, yakni terutama sekali dalam kaitannya dengan
penyediaan vitamin, mineral, serat, dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi.
2. Fungsi ekonomi, di mana pada umumnya komoditas hortikultura memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, menjadi sumber pendapatan bagi petani, pedagang, kalangan
industri dan lain-lain.
3. Fungsi kesehatan, ditunjukkan oleh manfaat komoditas biofarmaka untuk
mencegah dan mengobati berbagai penyakit tidak menular.4. Fungsi sosial budaya, yang
ditunjukkan oleh peran komoditas hortikultura sebagai salah satu unsur keindahan atau
kenyamanan lingkungan, serta peranannya dalam berbagai upacara, kepariwisataan, dan
lain-lain.Menurut Mirsadiq (2012), peranan hortikultura adalah sebagai berikut.
 Memperbaiki gizi masyarakat,
 Memperbesar devisa negara,
 Memperluas kesempatan kerja,
 Meningkatkan pendapatan petani, dan
 Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.

C. TANTANGAN PELUANG PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI NDONESIA

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan
Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi.
Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah,
sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.Peluang pasar dalam negeri bagi
komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran
akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini
juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor.
Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah dan sayuran, nampak bahwa kebutuhan
masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, ternyata baru tercapai
sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987, dalam
Notodimedjo, 1997). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan tantangan
yang harus kita hadapi.
Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh
karena itu kita harus mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang perlu ditingkatkan secara
kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman bagi
pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya
Indonesia dalam memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman akan ditentukan oleh
kemampuan untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan
yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam rangka mewujudkan daya saing
yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi.
Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan
mempersiapkan diri dengan langkah -langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun
suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta
mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki
daya saing yang kuat, apabila kita tidak meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu
bersaing, bukan hanya di pasar luar negeri, tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang
telah nampak pada kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, buah-buahan dan
lainnya.Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya
penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif
serta ketergantungan pada alam masih tinggi. Untuk meningkatkan daya saing sektor
pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, embuka areal pertanian baru yang
dibagikan kepada petani-petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap
keluarga tani dan menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan
produksi pertanian (Siswono Yudohusodo, 1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk
hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam
jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk
hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian
tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah
dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian
tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas
yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor
yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh
keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya (Dudung Abdul
Adjid, 1993).
Selanjutnya Dudung Abdul Adjid (1993) menyatakan bahwa pada Pelita VI yang
merupakan awal PJPT II ditandai dengan terjadinya arus globalisasi yang
mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait dengan perkembangan dunia
internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay (GATT) sehingga pasar Indonesia
khususnya di bidang pertanian makin terbuka akan produk pertanian dari luar negeri.
Kondisi ini selain mengandung berbagai kendala juga 12 membuka peluang pasar
internasional yang besar bagi produk pertanian yang sifatnya kompetitif.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan
hortikultura pada khususnya, karena dalam pengusahaannya dituntut untuk efisien,
mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu pengolahan
hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh karena itu dalam pengembangan
hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi lebih menitik beratkan
pada pengembangan komoditi yang berorientasi pasar
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Perkembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek atau peluang yang Baik
dikarenakan tingkat konsumsi di masyarakat terkhusus masyarakat Domestic yang
semakin meningkat dan di Indonesia memiliki keadaan Lingkungan yang
bersahabat
2. Peranan hortikultura fungsi penyediaan pangan, ekonomi, kesehatan, dan Sosial
budaya.
3. Tantangan atau permasalahan yang di hadapi untuk pengembangan Hortikultura di
Indonesia di karenakan pola usahatani yang kecil, mutu bibit Yang rendah yang
ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya Penerapan teknologi
budidaya.
DAFTAR PUSTAKA

Ainda, Andary. 2013. Prospek Agribisnis Hortikultura 5 Tahun ke depan di


Indonesia. http://aindapryl.blogspot.com/2013/04/prospek -agribisnishortikultura-5-
ahun.html. Diakses pada 01 September 2014.

Amrin Kahar, 1994. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan


Hortikultura. Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P. 54 -59.

Dudung Abdul Adjid, 1993. Kebijaksanaan Pengembangan Hortikultura di


Indonesia dalam Pelita VI. Seminar dan Konggres PERHORTI.
Malang 20-21 Nopember 1993. 13 pp.

Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre, 1975. Fundamentals of
Horticulture. Tata McGraw Hill Publ. Co. Ltd. New Delhi. 560 pp.
Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586
pp.

Mirsadiq. 2012. Hortikultura.http://mirsadiq.wordpress.com/2012/01/08/hortikultura-


2/. Diakses pada 06 September 2014.

Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya


Buah-buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan Guru
Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.Pertanian Unibraw, Malang. 74 pp.

Siswono Yudohusodo, 1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor Utama


Program Pembangunan Nasional. Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip
Semarang. 11 pp.

Sunu, Pratignja dan Wartoyo. 2006. Buku Ajar : Dasar Hortikultura.


http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html. Diakses pada 01 September 2014.

Zulkarnain, 2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy