Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Dan Faktor Penguat Dengan Perilaku Merokok Pelajar SMKN 2 Kota Probolinggo Tahun 2017
Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Dan Faktor Penguat Dengan Perilaku Merokok Pelajar SMKN 2 Kota Probolinggo Tahun 2017
Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Dan Faktor Penguat Dengan Perilaku Merokok Pelajar SMKN 2 Kota Probolinggo Tahun 2017
Abstract: According to the WHO, Indonesia is the country with the highest rates of adolescent
smokers in the world. About 80% of teen smokers start the habit before the age of 19 years. Based
on preliminary research, eight of the fifteen students of SMKN 2 Kota Probolinggo are smokers.
According Simarmata (2012: 80), predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors
have a relationship to adolescent smoking behavior. This study aims to determine the relationship
of predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors with smoking behavior in SMKN
2 Probolinggo students in 2017. This research uses descriptive correlative and regression design,
cross sectional approach, and sample of 291 students using proportional stratified random
sampling in taking samples. Based on descriptive analysis it is known that there are 171 students
who are non-smokers and 120 students as smokers. Based on correlative analysis it can be seen
that gender variables, knowledge, attitudes, pocket money, and smoking status of family members
have a significant relationship to smoking behavior of learners. In the regression analysis it can
be seen that gender, attitude, allowance, and family members' smoking status are the most
influential variables on smoking behavior of students. Based on the result of the research, it can be
concluded that the behavior of SMKN 2 Kota Probolinggo student smoking is influenced by many
factors: gender, knowledge about cigarette, attitude toward cigarette, amount of allowance, and
member's smoking status.
Abstrak: Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di
dunia. Sekitar 80% perokok remaja memulai kebiasaan tersebut sebelum berumur 19 tahun.
Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui delapan dari lima belas pelajar di SMKN 2 Kota
Probolinggo adalah perokok. Menurut Simarmata (2012:80), faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor penguat memiliki hubungan terhadap perilaku merokok remaja. Penelitian
ini betujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor
penguat dengan perilaku merokok pelajar di SMKN 2 Kota Probolinggo tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelatif dan regresi, pendekatan cross sectional, dan sampel
sebanyak 291 pelajar dengan menggunakan proportional stratified random sampling dalam
mengambil sampel. Berdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa terdapat sebanyak 171 pelajar
yang berstatus bukan perokok dan 120 pelajar berstatus sebagai perokok. Berdasarkan analisi
korelatif dapat diketahui bahwa variabel jenis kelamin, pengetahuan, sikap, uang saku, dan status
merokok anggota keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok pelajar.
Pada analisis regresi dapat diketahui bahwa jenis kelamin, sikap, uang saku, dan status merokok
anggota keluarga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku merokok pelajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pelajar SMKN 2 Kota
Probolinggo di pengaruhi oleh banyak faktor yaitu jenis kelamin, pengetahuan tentang rokok,
sikap terhadap rokok, besaran uang saku, dan status merokok anggota keluaraga.
Kata Kunci: perilaku merokok, faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor penguat
Merokok merupakan salah satu bentuk Zat Adiktif berupa Produk Tembakau
perilaku yang banyak ditemui di bagi Kesehatan, rokok adalah salah satu
masyarakat. Berdasarkan Peraturan produk tembakau yang dimaksudkan
Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang untuk dibakar dan dihisap dan/atau
Pengamanan Bahan yang Mengandung dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya perokok juga pada usia remaja. Data
(Peraturan Pemerintah Republik Kementerian Kesehatan menunjukkan,
Indonesia, 2012). Menurut Departemen prevalensi merokok remaja usia 16-19
Kesehatan Republik Indonesia (dalam tahun meningkat 3 kali lipat dari 7,1%
Vivaldi, 2008:8), status merokok sese- (1995) menjadi 20,5% (2014)
orang dapat dilihat dari ada tidaknya (Kemenkes, 2016). Berdasarkan Global
aktivitas merokok seseorang dan telah Youth Tobacco Survey (GYTS, 2014:1),
merokok sekurang-kurangnya selama diketahui sebesar 19% remaja Indonesia
satu tahun. WHO (dalam Vivaldi, 2016), mengkonsumsi rokok dengan rincian
membagi perokok menjadi tiga kategori sebesar 35% remaja laki-laki dan 3%
yaitu perokok ringan, perokok sedang remaja perempuan merupakan perokok.
dan perokok berat. WHO (dalam Kemenkes, 2015),
1. Perokok ringan, adalah seseorang menyatakan bahwa Indonesia meru-
yang melakukan aktivitas merokok pakan negara dengan angka perokok
sebanyak 1-10 batang per hari. remaja tertinggi di dunia.
2. Perokok sedang, adalah seseorang Perilaku merokok pada remaja
yang melakukan aktivitas merokok dipengaruhi oleh banyak faktor. Pene-
sebanyak 11-20 batang per hari. litian, Simarmata (2012), menunjukkan
3. Perokok berat, adalah seseorang bahwa terdapat hubungan antara
yang melakukan aktivitas merokok pengaruh orang tua, pengaruh teman
sebanyak 20 hingga lebih batang sebaya, keterjangkauan terhadap rokok,
rokok per hari. umur, jenis kelamin, sikap, dan penge-
Rokok memiliki dampak yang tahuan terhadap perilaku merokok pada
merugikan baik dari sisi kesehatan, pelajar. Green (dalam Notoatmodjo,
ekonomi, sosial, dan lingkungan 2011) menjelaskan bahwa perilaku
(Kemenkes, 2015). Dari segi kese-hatan, seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor
diketahui bahwa sebatang rokok pokok, yaitu:
mengandung 4000 jenis zat kimia yang 1. faktor predisposisi (predisposing
berbahaya bagi tubuh (Rahmadi dkk, factors), yaitu faktor-faktor yang
2013). Dari segi ekonomi, biaya mempermudah terjadinya perilaku
konsumsi untuk tembakau di Indonesia seseorang, antara lain pengetahuan,
yang dikeluarkan sebesar Rp338,75 sikap, keyakinan, kepercayaan,
triliun (Kemenkes, 2011). Jumlah nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
tersebut adalah sekitar 6 kali dari 2. faktor pemungkin (enabling
pemasukan cukai rokok yaitu sebesar factors), adalah faktor-faktor yang
Rp53,9 triliun (Kemenkes, 2011). memungkinkan atau yang mem-
Jumlah perokok di seluruh dunia fasilitasi perilaku seseorang.
pada tahun 2015 mencapai 1,2 miliyar Contohnya adalah sarana prasarana
orang dimana 800 juta diantaranya kesehatan, misalnya Puskesmas,
berada di negara berkembang Posyandu, rumah sakit, uang untuk
(Kemenkes, 2015). ASEAN merupakan berobat, tempat sampah,.
kawasan dengan 10% perokok di dunia 3. faktor penguat (reinforcing
dimana 46,16% diantaranya berada di factors), adalah faktor yang
Indonesia (Kemenkes, 2015:1). menguatkan seseorang untuk ber-
The Tobacco Atlas 6th Edition perilaku sehat ataupun berperilaku
(2015:30), menyebutkan bahwa Indo- sakit, mendorong atau memperkuat
nesia merupakan negara dengan jumlah terjadinya perilaku seperti dorong-
konsumsi rokok terbesar keempat di an dari orang tua, tokoh masya-
dunia setelah Cina, Rusia, dan Amerika. rakat, dan perilaku teman sebaya
Prevalensi merokok di Indonesia menga- yang menjadi panutan.
lami peningkatan dari 27% pada tahun Menurut WHO (dalam Kemenkes,
1995 menjadi 36,3% pada tahun 2013 2015b), remaja adalah penduduk dalam
(Kemenkes, 2016). Peningkatan jumlah rentang usia 10-19 tahun sedangkan,
menurut Permenkes RI Nomor 25 tahun Berdasarkan wawancara dengan Wakil
2014, remaja adalah penduduk dalam Kepala Sekolah SMKN 2 Kota
rentang usia 10-18 tahun. Menurut Probolinggo, diketahui bahwa perilaku
Astuti (dalam Chotidjah, 2012), remaja merokok pelajar SMKN 2 Kota
yang merokok pada usia muda Probolinggo masih tinggi.
merupakan kelompok yang rentan dan Berdasarkan pemaparan di atas,
berpotensi menjadi perokok jangka peneliti akan melakukan penelitian
panjang. Terlebih, menurut Taylor dengan judul “Hubungan Faktor Predis-
(dalam Chotidjah, 2012), sering kali posisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor
ditemui perilaku merokok yang dimulai Penguat dengan Perilaku Merokok
pada usia anak-anak dan remaja disertai Pelajar SMKN 2 Kota Probolinggo
dengan perilaku ke-kerasan, penggunaan tahun 2017”. Tujuan dari penelitian ini
obat-obatan ter-larang bahkan juga adalah untuk mengetahui gambaran
narkoba. Berda-sarkan penelitian perilaku merokok pelajar dan menge-
Maseda (2013), pengetahuan dan sikap tahui hubungan jenis kelamin, penge-
tentang rokok memiliki hubungan tahuan tentang rokok, sikap terhadap
dengan perilaku merokok remaja SMAN rokok, besaran uang saku pelajar dan
1 Tompasobaru usia 15-18 tahun. status merokok anggota keluarga dengan
Menurut Ramantika (2014), perilaku merokok pelajar.
keterjangkauan uang saku merupakan
faktor yang memiliki hubungan dengan METODE
perilaku merokok pelajar SMKN 1 Penelitian ini menggunakan desain
Mempawah Timur usia 15-17 tahun. penelitian deskriptif korelatif dengan
Menurut Komasari (2003), terdapat pendekatan cross sectional. Pengam-
perilaku merokok orang tua merupakan bilan data menggunakan kuesioner
prediktor perilaku merokok pada remaja terhadap 291 pelajar kelas X dan XI
usia 15-18 tahun. Sedangkan, menurut SMKN 2 Kota Probolinggo yang dila-
Simarmata (2012), faktor predisposisi, kukan pada bulan April hingga Juli
faktor pemungkin, dan faktor penguat 2017. Analisis data yang digunakan
memiliki hubungan dengan perilaku adalah analisis deskriptif, uji korelasi,
merokok remaja. dan uji regresi untuk mengetahui
Berdasarkan data Riset Kesehatan gambaran, besar hubungan dan variabel
Dasar (2007) menunjukkan, Probolinggo yang paling berpengaruh dari variabel
termasuk sepuluh besar daerah dengan bebas yaitu jenis kelamin, pengetahuan,
jumlah prevalensi merokok setiap hari sikap, uang saku pelajar, dan status
pada penduduk usia diatas 10 tahun merokok anggota keluarga, dengan
yaitu sebesar 34,3%. Menurut Kepala variabel terikat yaitu merokok pelajar.
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo,
masih banyak pelajar yang berperilaku HASIL PENELITIAN
merokok, termasuk di kalangan pelajar Analisis Univariat
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Pada tahap ini setiap variabel
sederajat dimana memiliki umur antara dianalisis untuk diketahui karakteristik
15 sampai 19 tahun. SMKN 2 Kota dan distribusinya (analisis deskriptif).
Probolinggo merupakan salah satu Variabel-variabel yang dianalisis secara
sekolah menengah kejuruan yang berada deskriptif adalah perilaku merokok,
di Kota Probolinggo. Berdasarkan jenis kelamin, pengetahuan, sikap, uang
penelitian pendahuluan yang dilakukan, saku, dan status merokok anggota
8 dari 15 pelajar di SMKN 2 Kota keluarga dari responden. Hasil analisis
Probolinggo adalah perokok. univariat adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Merokok Responden
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Perilaku Merokok
Tidak Merokok 171 58,8%
Merokok 120 41,2%
- Perokok Ringan 117 40,2%
- Perokok Sedang 3 1,0%
- Perokok Berat 0 0%
Total 291 100%
Jenis Kelamin
Perempuan 38 13,1%
Laki-laki 253 86,9%
Total 291 100%
Pengetahuan tentang Rokok
Tinggi 38 13,1%
Sedang 161 55,3%
Kurang 92 31,6%
Total 291 100%
Sikap terhadap Rokok
Tidak setuju/tidak mendukung rokok 194 66,7%
Setuju/mendukung rokok 97 33,3%
Total 291 100%
Uang Saku
Rendah 111 38,1%
Tinggi 180 61,9%
Total 291 100%
Status Merokok Anggota Keluarga
Tidak ada 75 25,8%
Ada 216 74%
Total 291 100%