Pengaruh Suplemen Katalitik Terhadap Karakteristik Dan Populasi Mikroba Rumen Domba
Pengaruh Suplemen Katalitik Terhadap Karakteristik Dan Populasi Mikroba Rumen Domba
Pengaruh Suplemen Katalitik Terhadap Karakteristik Dan Populasi Mikroba Rumen Domba
ABSTRACT
Dry season resulted in lower availability of ruminant feeds with subsequent effects
on reduction of sheep productivity; therefore nutritive supplement may be required. The
objective of this experiment was to study the effect of supplementation of catalytic substrate
consisting of gelatinized sago, ammonium sulfate, Co and Zn on the sheep rumen
characteristics and its microbial population. Forty lambs with an average live weight of 13
kg were divided into 8 blocks to test 5 feeding treatments. The treatments were feeding
low quality forage without supplement (R1), R1 plus catalytic supplement at 10% of ration
(R2), 20% (R3), 30% (R4) and a positive control treatment (R0 = R1 + soybean meal).
Parameter measurements included rumen pH, ammonia, VFA and microbial population. It
was observed that the rumen pH ranging from 6,06 (R1), 6,15 (R2), 6,45 (R4), 6,58 (R3)
and 6,85 (R0). The rumen concentrations of ammonia were 5,83 mM (R3), 6,01 mM (R4),
6,35 mM (R2), 8,30 mM (R0) and 9,36 mM (R1) with total volatile fatty acid concentration
ranging from 154, 88 mM (R1), 163,70 mM (R2), 180,89 mM (R0), 188,79 mM (R4) and
194,71 mM (R3). Population of rumen bacteri for R3 was 6,09 x 109 cell/ml, which was
greater than RO (5,57 x 109 cell/ml), R1 (4,36 x 109 cell/ml), R2 (4,15 x 109 cell/ml), R4
(5,60 x 109 cell/ml), while protozoa R3 (2,59 x 106 cell/ml), was lower than RO (3,51 x 106
cell/ml) R1 (5,49 x 106 cell/ml) R2 (5,61 x 106 cell/ml) R4 (3,31 x 106 cell/ml). Catalytic
supplement at 20% of ration (R3) resulted in a normal rumen concentration of ammonia
and pH, and increased VFA concentration. It was concluded that catalytic supplement at
20% of ration was the appropriate level for optimal rumen characteristics.
menyebabkan kualitas pakan ternak sangat Mineral yang digunakan kobalt asetat
rendah, dan pada saat tertentu rumput/hijauan (CH3COO2Co4H20) dan zink klorat (ZnCl2).
pakan tidak dapat tumbuh, sehingga kebutuhan Proses pembuatan suplemen katalitik diawali
gizi ternak tidak terpenuhi. dengan membuat gelatin sagu. Cara
Pakan alternatif diperlukan untuk membuatnya diawali dengan menyaring pati
mempertahankan dan meningkatkan produk- untuk memisahkan dari serat sagu. Pati sagu
tivitas domba di daerah marginal pada musim ditimbang sebanyak 100 gram, diberi air dingin
kemarau. Salah satu pakan alternatif yang setinggi 1-2 cm dari permukaan pati, diaduk dan
digunakan adalah suplemen katalitik untuk dibiarkan selama 1 menit. Air dipermukaan pati
meningkatkan aktivitas fermentabilitas rumen dibuang sampai tersisa endapan. Kemudian air
dan populasi bakteri. “Suplemen katalitik” dipanaskan dan dimasukkan secukupnya ke
adalah pemberian bahan pakan dalam jumlah dalam endapan pati, diaduk, dikocok sampai
kecil bahan kering ransum, dan diharapkan terbentuk gelatin sagu. Gelatin dikeringkan dan
berguna dan memberikan pengaruh yang digiling halus menjadi tepung, dicampur dengan
signifikan terhadap peningkatan produktivitas amonium sulfat dan mineral mikro (kobalt asetat
ruminan (Preston & Leng, 1987). 0,2 ppm dan zink sulfat 35 ppm). Komposisi
Kobalt merupakan mineral esensial untuk nutrisi suplemen katalitik (BK = 90,35%;
pertumbuhan hewan dan kesehatannya. Mineral Protein = 3,67%; Abu = 9,85% dan GE = 3378
ini berperan dalam pembentukan vitamin B12. Kkal).
Pemberian ransum sebesar 4,08% dari
Apabila kobalt tidak mencukupi maka
bobot badan domba. Pemberian suplemen
pembentukan vitamin B12 akan berkurang dan
ditentukan dari kebutuhan konsentrat 200 g/
pertumbuhan bakteri akan terhambat. Defisiensi
mineral ini mengakibatkan hewan menjadi ekor/hari untuk domba. Perlakuan pembanding
kurus, malas, nafsu makan berkurang, bobot adalah kontrol positif (R0) bungkil kedelai
sebanyak 60 g/ekor/hari (porsi berat bungkil
badan menurun, lemah, anemia, bulu menjadi
kedelai disamakan dengan porsi berat level
kasar dan kusam, produksi susu rendah dan
perlakuan suplemen katalitik tertinggi).
kegagalan reproduksi (Parakkasi, 1999).
Pemberian pakan secara terpisah, diawali
Sedangkan Zn mempercepat sintesa protein oleh
dengan pemberian suplemen dan bungkil
mikroba melalui pengaktifan enzim-enzim
kedelai kemudian hijauan. Ransum perlakuan
mikroba. Zn diabsorpsi melalui permukaan
yang digunakan terdiri atas rumput raja umur
mukosa jaringan rumen (Arora, 1989).
>110 hari (berkualitas rendah) sebagai ransum
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
basal, ditambahkan suplemen katalitik berupa
pengaruh level perlakuan suplemen katalitik campuran (Gelatin sagu 98% + Amonium sulfat
terhadap karakteristik dan populasi mikroba 2% + Co 0,2 ppm dan Zn 35 ppm) pada 4 level
rumen domba. dan kontrol positif (bungkil kedelai 60 gram
disesuaikan dengan jumlah perlakuan ransum
MATERI DAN METODE tertinggi R4 sebesar 60 g).
Perlakuan ransum adalah:
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian R0 = Hijauan + Bungkil kedelai (kontrol positif)
Ternak, Ciawi, Pusat Penelitian dan R1 = Hijauan + Suplemen katalitik (0 g)
Pengembangan Peternakan Bogor (Nopember R2 = Hijauan + Suplemen katalitik 10% (20 g)
2004 sampai Maret 2005). Ternak domba yang R3 = Hijauan + Suplemen katalitik 20% (40 g)
digunakan sebanyak 40 ekor (berat 12-14 kg). R4 = Hijauan + Suplemen katalitik 30% (60 g)
Tabel 1. Pengaruh perlakuan pakan terhadap konsentrasi VFA total dan parsial (mM) dan nisbah C2/C3
Perlakuan
Parameter
R0 R1 R2 R3 R4
disebabkan oleh kondisi pakan yang diberikan disebabkan oleh adanya kandungan Co di dalam
berbeda atau karena adanya perbedaan suplemen katalitik yang dapat mempengaruhi
komposisi mikroba rumen sehingga produk perkembangan dan komposisi mikroba rumen.
fermentatif yang terjadi pada penelitian ini Nisbah C2/C3 di dalam rumen dapat
mengarah pada pembentukan propionat. memberikan indikasi tentang pemanfaatan hasil
Nilai rataan asam butirat menunjukkan fermentasi tersebut lebih ke arah penggemukan
beda nyata (P<0,05) antar perlakuan (Tabel 1) dibandingkan ke arah pembentukan susu.
yang diduga karena ketersediaan mineral
esensial Co dan Zn, dan S. Pembentukan asam Aktivitas Fermentatif Mikroba
butirat mempunyai keterkaitan dengan
pembentukan asam asetat, sehingga Konsentrasi amonia dalam rumen ikut
sebagaimana ditunjukkan oleh adanya menentukan metabolisme mikroba yang pada
konsentrasi asam asetat yang meningkat maka gilirannya akan mempengaruhi hasil fermentasi
dapat dilihat pula adanya peningkatan bahan organik pakan (Haryanto, 1994).
konsentrasi asam butirat. Hal ini Konsentrasi amonia menggambarkan kecepatan
menggambarkan adanya efektivitas fermentatif pencernaan sumber nitrogen. Konsentrasi
mikrobial rumen yang lebih tinggi dengan amonia ditentukan oleh tingkat protein pakan
adanya suplemen katalitik yang diberikan. yang dikonsumsi, derajat degradabilitasnya,
Sebagian asam butirat yang terbentuk lama dalam rumen dan pH rumen.
dimanfaatkan sebagai prekursor asam lemak air Perlakuan kontrol positif dan level
susu masuk ke dalam darah, digunakan sebagai suplemen katalitik secara nyata (P<0,05)
sumber energi bagi jaringan tubuh. mempengaruhi konsentrasi NH3, populasi
Nisbah asam asetat dan asam propionat bakteri dan protozoa, sedangkan terhadap pH
tidak berbeda antar perlakuan suplemen katalitik tidak berbeda nyata (Tabel 2). Konsentrasi NH3
dan kontrol positif (Tabel 1). Pada penelitian tertinggi dicapai pada perlakuan suplemen
ini diperoleh nisbah 3,78-4,02 yang lebih tinggi katalitik 0% (R1) diikuti perlakuan kontrol
daripada hasil penelitian Haryanto et al. (1997) positif (R0). Hal ini menggambarkan bahwa
sebesar 2,60-2,94; melalui perlakuan probiotik amonia yang terbentuk di dalam rumen kurang
yang disuplemen ZnSO4. Hal ini kemungkinan dimanfaatkan untuk pembentukan protein
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA total, NH3, pH, populasi bakteri dan protozoa
Perlakuan
Parameter
R0 R1 R2 R3 R4
Keterangan : superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
mikroba. Menurut Sutardi (1979) kadar amonia relatif normal ini menggambarkan bahwa
yang dibutuhkan untuk menunjang suplemen katalitik mampu menciptakan kondisi
pertumbuhan mikroba rumen antara 4-12 mM, rumen yang sesuai untuk proses fermentasi
sedangkan menurut Agustin et al. (1991) pakan, terutama komponen serat.
konsentrasi NH3 cairan rumen yang optimal Mikroba rumen berpengaruh sangat besar
adalah 8 mM. Penurunan NH3 karena telah terhadap status nutrisi ternak ruminansia karena
digunakan oleh mikroflora rumen dan penye- selain mencerna pakan juga merupakan sumber
rapan dalam sistem pencernaan ruminansia. zat nutrisi utama yaitu protein. Bakteri rumen
Kemampuan menyediakan amonia yang banyak jenisnya dan populasinya berkisar antara
cukup untuk pertumbuhan mikroba rumen 109-1012 sel /ml isi rumen (Stewart, 1991).
merupakan salah satu tolok ukur penting untuk Terjadi perbedaan (P<0,05) populasi
ternak ruminansia. Pemberian suplemen bakteri antar perlakuan (Tabel 2). Rataan
katalitik yang mengandung gelatin sagu, Co, Zn populasi bakteri tertinggi pada perlakuan
dan amonium sulfat dapat menunjang suplemen katalitik 20% (R3) sebesar 6,09 x 109
perkembangan dan pertumbuhan mikroba sel/ml lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol
rumen. Meskipun demikian, data yang disajikan positif sebesar 5,57 x 109 sel/ml. Populasi
hanya memberikan satu titik pengamatan bakteri terendah pada perlakuan suplemen
sehingga belum dapat menggambarkan katalitik 10% (R2) sebesar 4,15 x 109 sel/ml.
dinamika kondisi rumen dalam dimensi waktu. Tingginya populasi bakteri pada perlakuan R3
Nilai pH cairan rumen memegang peranan seiring dengan rendahnya konsentrasi NH3
penting dalam mengatur beberapa proses dalam sebesar 5,83 mM (Tabel 2) menandakan bahwa
rumen, baik mendukung pertumbuhan mikroba bakteri dalam rumen mempergunakan nitrogen
rumen maupun menghasilkan produk berupa (NH3) untuk sintesis protein. Menurut Baldwin
VFA dan NH3. Nilai rataan pH rumen yang dan Allison (1983) lebih kurang 80% bakteri
dicapai pada penelitian ini relatif sama dan rumen membutuhkan amonia untuk proses
berkisar antara 6,15-6,85 (Tabel 2) dan dapat pertumbuhannya. Meningkatnya populasi
dikatakan masih berada dalam kisaran normal bakteri mempunyai korelasi positif dengan pH
untuk aktivitas mikroba rumen. Menurut rumen (Tabel 2). Hubungan pH rumen dan
Czerkawski (1986), nilai rataan pH cairan populasi bakteri dapat dilihat dengan persamaan
rumen yang normal berada pada kisaran Y = 2,1758x - 8,8006, dengan koefisien korelasi
lingkungan antara 6-7, sedangkan kisaran pH (r = 66,80%) pada Gambar 1.
yang ideal untuk pencernaan selulosa antara 6,4- Rihani et al. (1993) melaporkan
6,8 (Erdman, 1988). Dengan kisaran pH yang penggunaan level urea dan serat tinggi
24 Edisi April 2016
Vol. 29 No. 1 PENGARUH SUPLEMENTASI KATALITIK
7.0
5.0
y = 2.1758x - 8.8006
4.0
R2 = 0.668
3.0
6.00 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00
pH