Bab I Tebu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya,
dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang
memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal
dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep.
Solomon dan Kaledonia Baru (Ditjenbun, 2004).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah,
namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas
permukaan laut (dpl) (Ditjenbun, 2004).
Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika yang asal usulnya
diperkirakan dari Papua New Guinea pada 8000 SM, dimana tebu mulai
menyebar ke Indonesia, Filipina dan India (Ditjenbun, 2004).
Defisit gula Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula Indonesia
mulai dirasakan sejak tahun 1967. Defisit ini terus meningkat dan hanya bisa
dipenuhi melalui impor gula. Dengan harga gula dunia yang tinggi dan defisit
yang terus meningkat, mengakibatkan terjadinya pengurasan devisa negara.
Pada tahun 2007, misalnya, Indonesia mengimpor gula sebanyak 3,03 juta ton
dengan nilai US$ 1,05 milyar. Untuk mengatasi defisit ini telah dilakukan usaha
peningkatan produksi gula nasional. Usaha ini memberikan hasil dengan
meningkatnya produksi gula nasional dari 2,05 juta ton tahun 2004 menjadi 2,8
juta ton tahun 2008 dan diperkirakan tahun 2009 mencapai 2,9 juta ton. Akan
tetapi kenaikan produksi ini juga diikuti dengan kenaikan konsumsi. Pada tahun
2009 konsumsi gula nasional diperkirakan mencapai 4,8 juta ton. Sehingga
terjadi defisit gula nasional tahun 2009 sebesar 1,9 juta ton. Gambaran ini
menunjukkan usaha pembangunan industry gula tebu nasional, berupa
perluasan areal pertanaman tebu serta peremajaan dan penambahan pabrik gula,
masih perlu ditingkatkan (Hakim, 2008).
Produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor tidak hanya
tipe lahan (sawah/tegalan) tetapi juga penggunaan sarana produksi ,dan teknik
budidayanya. Pemupukan sebagai salah satu usaha peningkatan kesuburan

1
tanah, dengan pemberian pupuk pada tanaman tebu, tebu dapat tumbuh dengan
baik dan subur (Hakim, 2008).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui pengaruh penanaman tebu dengan jumlah mata tunas yang
berbeda
2. Mengetahui hasil dari penanaman tebu dengan jumlah mata tunas yang
berbeda

1.3 Manfaat Praktikum


1.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang digunakan
sebagai bahan baku gula tebu dapat tumbuh di daerah iklim tropis, namun
masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau Jawa dan Sumatera. Tebu
dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India dan
kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan sebagai bahan
pangan yang bernilai tinggi yang dianggap sebagai emas putih, yang secara
berangsur mulai bergeser kedudukan bahan pemanis alami seperti madu.
Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 400 an tanaman tebu telah
ditemukan tumbuh dibeberapa tempat di Pulau Jawa, Pulau Sumatera,
namun pada abad XV tanaman tersebut diusahakan secara komersial oleh
sebagian imigran China (Fitriyani, 2012)
Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama
latin Saccharum officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan. Sistematika
tanaman tebu adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Species : Saccarum officinarum (Mulyana, 2001).
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan
semusim. Tebu termasuk ke dalam famili poaceae atau lebih dikenal sebagai
kelompok rumputrumputan. Tebu tumbuh di dataran rendah daerah tropika
dan dapat tumbuh juga di sebagian daerah subtropika. Manfaat utama tebu
adalah sebagai bahan baku pembuatan gula pasir. Ampas tebu atau lazimnya
disebut bagasse adalah hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu yang
berasal dari bagian batang tanaman tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas
tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling (Zultiniar dkk., 2011)

3
2.2 Morfologi Tebu
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat
mencapai 3—5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang
berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu
batang masih muda. Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang
merupakan tempat duduk daun. Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup
yang biasa disebut “mata tunas”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu
yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu
(Wijayanti, 2008).
Tebu memilki daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari helai
daun dan pelepah daun saja. Daun berkedudukan pada pangkal buku.
Panjang helaian daun antara 1—2 meter, sedangakan lebar 4—7 cm, dan
ujung daunnya meruncing (Supriyadi, 1992). Pelepah tumbuh memanjang
menutupi ruas. Pelepah juga melekat pada batang dengan posisi duduk
berselang seling pada buku dan melindungi mata tunas (Miller dan Gilbert,
2006).
Pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai
0,5—1,0 meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-
akar muda terdapat akar rambut yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur
hara (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu memiliki akar setek yang disebut
juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi pada saat
tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar dari setek batang,
disebut akar primer (Miller dan Gilbert, 2006). Kemudian pada tanaman
tebu muda akan tumbuh akar tunas. Akar ini merupakan pengganti akar
bibit, berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman
tebu tumbuh (James, 2004).

2.3 Kandungan Gizi Tebu


Gula Tebu Merah adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Gula Tebu Merah mengandung energi sebesar
356 kilokalori, protein 0,4 gram, karbohidrat 90,6 gram, lemak 0,5 gram,
kalsium 51 miligram, fosfor 44 miligram, dan zat besi 4 miligram. Selain
itu di dalam Gula Tebu Merah juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0,02 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat
dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Gula Tebu Merah, dengan
jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

4
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Gula
Tebu Merah :
Nama Bahan Makanan : Gula Tebu Merah Nama Lain / Alternatif:
Gula Merah Tebu, Belum Murni Banyaknya Gula Tebu Merah yang diteliti
(Food Weight) = 100 gr Bagian Gula Tebu Merah yang dapat dikonsumsi
(Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Tebu Merah = 356 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Tebu Merah = 0,4 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Tebu Merah = 0,5 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Tebu Merah = 90,6 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Tebu Merah = 51 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Tebu Merah = 44 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Tebu Merah = 4 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Tebu Merah = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Tebu Merah = 0,02 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Tebu Merah = 0 mg
Khasiat / Manfaat Gula Tebu Merah : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : G

2.4 Syarat Tumbuh Tebu

Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan sub tropika sampai batas
garis isoterm 20 0C yaitu antara 190 LU– 350 LS. Kondisi tanah yang baik
bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah,
selain itu akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara
dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan.
Drainase yang baik dengan kedalaman sekitar 1 meter memberikan peluang
akar tanaman menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam
sehingga pertumbuhan tanaman pada musim kemarau tidak terganggu.
Drainase yang baik dan dalam juga dapat manyalurkan kelebihan air
dimusim penghujan sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman karena berkurangnya oksigen dalam
tanah (Supriyadi, 2002).
1. Suhu
Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa pada
tebu cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 240C–
340C dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari

5
10 0C. Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan
lebih optimal pada suhu 30 0C. Sukrosa yang terbentuk akan
ditimbun/disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah pada
malam hari. Proses penyimpanan sukrosa ini paling efektif dan optimal
pada suhu 15 0C (Supriyadi, 2002).
2. Ketinggian Tempat
Pada umumnya ketinggian tempat penanaman tebu 0-1400 mdpl,
tetapi tebu juga dapat hidup di dataran rendah (Supriyadi, 2002).
3. Intensitas Penyinaran
Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jamsetiap harinya.
Proses asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman
memperoleh radiasi penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca
yang berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas
penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga
pertumbuhan terhambat (Supriyadi, 2002).
4. Curah Hujan
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah
hujan berkisar antara 1.000 – 1.300 mm per tahun dengan sekurang-
kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk
pertanaman tebu adalah: pada periode pertumbuhan vegetatif
diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama 5-6
bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm
dan 4 – 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode
pertumbuhan generative dan pemasakan tebu (Supriyadi, 2002).
5. Tanah
Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang
gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna,
oleh karena itu upaya pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah
menjadi partikel-partikel kecil akan memudahkan akar menerobos.
Sedangkan tekstur tanah, yaitu perbandingan partikelpartikel tanah
berupa lempung, debu dan liat, yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan
menahan air cukup dan porositas 30 % (Supriyadi, 2002).

6
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Islam


Kadiri, Kediri pada Hari Rabu tanggal 26 September 2018

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain
yaitu :

 Tanah sebagai media tanam,


 Polybag
 Bibit tebu merah dengan 3 mata tunas
 Pupuk NPK dengan kandungan N 16% dan dosis 3gr/polybag
 Alat tulis
 Kamera

3.3 Metode Praktikum

Bibit tebu diberi tiga (3) perlakuan yang berbeda yaitu dengan
perlakuan 1 mata tunas, 2 mata tunas, dan 3 mata tunas yang kemudian akan
ditanam di 10 polybag untuk masing-masing mata tunas.

3.4 Tahapan Pelaksanaan Praktikum

Tahapan untuk melakukan praktikum ini yaitu antara lain :

 Disiapkan alat dan bahan praktikum


 Polybag diisi dengan tanah secukupnya
 Polybag berisi tanah, diberi air terlebih dahulu
 Kemudian baru ditanami dengan tebu
 Tebu disiram setiap hari
 Tebu umur 28 hst diberi pupuk NPK
 Tebu diamati 2 minggu sekali

7
3.5 Pengamatan

a. Rerata jumlah daun tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas


Jumlah daun (helai) pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

b. Rerata jumlah anakan tanaman tebu dengan penanaman 3 mata


tunas
Jumlah anakan pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

c. Rerata tinggi tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas


Tinggi tanaman tebu pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2

8
3
4
5
6
7
8
9
10

d. Prosentase tumbuh
Dari 10 tanaman tebu yang diamati, jumlah tebu yang tumbuh yaitu
sebanyak 10 tanaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa prosentase tanaman
tebu tumbuh adalah 100%.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Rerata jumlah daun tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas


Jumlah daun (helai) pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

b. Rerata jumlah anakan tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas


Jumlah anakan pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

10
c. Rerata tinggi tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas
Tinggi tanaman tebu pada umur (hst)
Polybag
14 28 42 56 70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

4.2 Pembahasan

a. Rerata jumlah daun tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas

b. Rerata jumlah anakan tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas


c. Rerata tinggi tanaman tebu dengan penanaman 3 mata tunas

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun, 2004. Pedoman Teknologi Budidaya Tebu Lahan Kering. Jakarta.

Fitriyani, Laras. 2012. Pengelolaan Tanaman Tebu. Bandar Lampung: Politeknik


Negeri Lampung.

Hakim, 2008. Tebu, Menuju Swasembada Gula Dengan 4 Pilar Trobosan. Emha
Training Center & Advisory, Bandung.

http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-gula-tebu-merah-
komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html#.W946TNUzbIU
James, G. 2004. Sugarcane. Blackwell Publishing Company. Oxford OX4 2Dq,
UK. 216 hlm.
Miller, J.D. and R.A. Gilbert. 2006. Sugarcane Botany: A Brief View. Agronomy
Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food
and Agricultural Sciences, University of Florida. 6 hlm.
Mulyana, 2001. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu Dengan Segala
Masalahnya. Aneka Ilmu, Semarang.

Supriyadi, A. 1992. Rendemen Tebu : Liku-Liku Permasalahannya. Kanisius.


Jakarta.
Supriyadi, A. 2002. Rendemen Tebu : Liki-Liku Permasalahannya. Kanisius,
Yogyakarta.
Wijayanti, W.A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus
Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu.
Skripsi IPB. Bogor. Hal 14 – 20.

Yenti, S.R., Herman, S., dan Zultiniar, (2011), Kinetika Proses Pembuatan Asam
Oksalat dari Ampas Tebu, Prosiding SNTK TOPI, Pekanbaru, pp. 29-32.

13

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy