Sap Prasekolah
Sap Prasekolah
Sap Prasekolah
A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 40 menit, anak dapat mengikuti
permainan stimulasi kognitif yang diberikan.
1
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 40 menit anak mampu :
a. Mengenal warna
b. Mengenal huruf
c. Mengenal nama buah dan hewan
d. Menebak gambar
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Penanggung jawab :
2
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)
Keterangan :
: Pemimpin bermain
: Moderator
: Observer
:Anak
:Fasilitator
3
3. Kegiatan bermain
E. Evaluasi
1. Pembagian tugas dalam tim
4
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat
tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama
gambar buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang
disebutkan perawat.
5
TERAPI BERMAIN
A. PENGERTIAN BERMAIN
Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun,
seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia prasekolah adalah masa
emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental
dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang
tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur lingkungannya.
Namun, anak juga dapat berperilakuburuk dengan berbohong, mencuri, bermain
curang, gagap, tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal
inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua sehingga saat anak dirawat
di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedurrumah sakit yang tidak
dipahaminya (Elfira, 2011).
B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.
6
C. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.
Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi
dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah
dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
D. CIRI-CIRI BERMAIN
7
E. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Menurut Isi
8
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.
F. FUNGSI BERMAIN
9
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,
dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan
teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
10
H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto. Cana
12
13