Esculenta Var. Antiqourum (Schott) F.T. Hubb & Rehder SECARA IN VITRO
Esculenta Var. Antiqourum (Schott) F.T. Hubb & Rehder SECARA IN VITRO
Esculenta Var. Antiqourum (Schott) F.T. Hubb & Rehder SECARA IN VITRO
The Effect of Addition of Red Onion Extract Allium cepa L. on the Growth of
Japanese Talas Planlet Colocasia esculenta var. antiqourum (Schott) F.T. Hubb &
Rehder In Vitro
ABSTRAK
This research aims to determine the influence of the addition of red onion
extract Allium cepa L. on the growth and regeneration of the Japanese Taro
Colocasia esculenta var. antiqourum F. T. Hubb & Rehder. This research has
been conducted in December 2019-February 2020 in Tissue Culture Laboratory,
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Hasanuddin University, Makassar. Explants of Japan's Talas from the previous
plantlets were in vitro. This research arranged in Completely Randomized Design
by 6 treatments and 6 replication. The combination is: Murrashige & Skoog + 0
red onion extract (Control/M0B0), MS + 10 g/L red onion extract (M0B1), MS + 20
g/L red onion extract (M0B2), MS + 30 g/L red onion extract (M0B3), MS + 40 g/L
red onion extract (M0B4), MS + 50 g/L red onion extract (M0B5). Data analysis
was performed using Analysis of variance (ANOVA). The different result
continued by the DMRT test at the level of 5%. The observed parameter is a
percentage of living explants, the weight of wet shoots, and the number of shoots.
The results showed that the addition of onion extract at a concentration of 30 g / L
was the optimum concentration so that it significantly affected the percentage of
live explants, wet weight of shoots and number of shoots.
Keywords: Plant tissue culture, multiplication, red onion extract, Japan’s Talas
plantlet, regeneration
1. PENDAHULUAN
Indonesia yang telah diakui ubian lainnya, seperti garut
sebagai salah satu pusat (Marantha arundina), ganyong
keanekaragaman hayati terbesar (Canna edulis), kentang hitam
(mega biodiversity) di dunia (Coleustu berosus), talas (Colocasia
memiliki banyak plasma nutfah esculenta), belitung (Xanthosoma
tanaman pangan, di antaranya plasma sagittifolium), dan Dioscorea spp.
nutfah ubi-ubian. Contohnya ubi sangat potensial sebagai bahan
jalar (Ipomoea batatas) dan ubi kayu pangan alternatif, terutama untuk
(Manihot esculenta) sudah lama menghadapi kondisi rawan pangan
digunakan sebagai tanaman pangan akibat peningkatan jumlah penduduk
penghasil karbohidrat disamping dan perubahan iklim global yang
serealia yang menjadi tanaman mempengaruhi proses produksi
pangan utama. Selain kedua ubi- pangan (Dewi, dkk., 2014).
ubian tersebut, beberapa jenis ubi- Talas Jepang Colocasia
esculenta (L.) merupakan tanaman pertumbuhan bibit lada panjang.
sumber pangan penghasil umbi yang Proses tersebut melibatkan proses
telah dikenal luas oleh masyarakat, pemanjangan sel sebagai akibat
telah lama dibudidayakan dan pengaruh auksin yang terkandung
dimanfaatkan sebagai sumber dalam ekstrak bawang merah.
makanan tambahan di Indonesia. Bawang merah yang
Talas sangat potensial, karena nilai mengandung minyak atsiri berupa
nutrisinya dan memiliki keragaman allin yang allicin. Senyawa allicin
jenis sangat besar. Talas termasuk dihasilkan dari senyawa allin dengan
salah satu dari sedikit tanaman bantuan enzim allinase. Selain itu, di
berumbi yang dapat tumbuh baik di dalam bawang merah juga terdapat
daerah rawa dan basah, tetapi talas kandungan thiamin (vitamin B1)
mengalami erosi genetik yang cukup berperan dalam proses perombakan
tinggi karena adanya perubahan karbohidrat menjadi energi dalam
dalam pola pertanian modern yang proses metabolisme tanaman, akan
berorientasi pada padi, padahal talas tetapi thiamin (vitamin B1) agak sulit
memiliki nilai ekonomi dalam diserap oleh tanaman. Senyawa
diversifikasi pangan (Wulansari, allicin dengan thiamin (vitamin B1)
dkk., 2017). di dalam bawang merah dapat
Pada penelitian ini mencoba membentuk ikatan kimia yang
untuk mencari bahan alami penganti disebut allithiamin. Adanya senyawa
zat pengatur tumbuh sintetik yang tersebut dapat lebih mudah diserap
harganya relatif mahal dibandingkan oleh tubuh tanaman dibandingkan
dengan bahan alami, yaitu bawang dengan vitamin B1, sehingga
merah diketahui memiliki hormon senyawa tersebut akan membuat
pertumbuhan berupa hormon auksin vitamin B1 akan lebih efisien
dan giberelin yang dapat memacu dimanfaatkan oleh tanaman
pertumbuhan bagi benih (Marfirani, (Masitoh, 2016).
dkk., 2014). Siswanto, dkk. (2010), Multiplikasi subkultur tunas
dalam penelitiannya melaporkan talas Jepang secara in vitro
bahwa pemberian ekstrak bawang diharapkan akan lebih efektif untuk
merah merah mampu meningkatkan memproduksi tunas. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk umbi bawang merah, aluminium foil,
mengetahui kemampuan jenis bahan cling warp, korek gas, dan spiritus.
alami dari ekstrak bawang merah
untuk menjadi acuan dalam 3. PROSEDUR KERJA
pemilihan jenis bahan alami sebagai 3.1 Sterilisasi Alat, Medium dan
zat pengatur tumbuh organik untuk Ruang Kultur
menggantikan zat pengatur tumbuh Alat-alat yang digunakan
sintetis dalam kultur jaringan yang untuk penanaman harus dalam
mengandung senyawa organik untuk keadaan steril. Alat-alat logam dan
memacu multiplikasi subkultur tunas kaca dibungkus dengan kertas
talas Jepang secara in vitro. kemudian disterilisasi di dalam
autoklaf pada suhu 121C, tekanan
2. METODE PENELITIAN 17,5 psi selama 15 menit. Sterilisasi
2.1 Alat botol kultur dilakukan setelah botol
Alat yang digunakan pada penelitian dicuci terlebih dahulu kemudian
ini, diantaranya adalah autoklaf, disterilisasi di dalam autoklaf pada
Laminar Air Flow (LAF), blender, suhu 121C, tekanan 17,5 psi selama
botol kultur, gunting, gelas beker, 15 menit, setelah botol kultur steril
pinset, cawan petri, timbangan kemudian di simpan pada tempat
analitik, scalpel, bunsen, erlenmeyer, yang bersih dan siap digunakan.
hot plate, gelas ukur, batang Alat-alat tanam seperti pinset,
pengaduk, spatula, pH meter, kain gunting bedah dan scalpel dapat
saring, handsprayer, kamera, ATK, disterilkan kembali dengan
dan rak kultur. pemanasan di atas api spiritus,
2.3 Bahan setelah dicelupkan pada alkohol 95%
Bahan yang digunakan pada sebelum penanaman dilakukan.
penelitian ini diantaranya adalah Sterilisasi medium dilakukan
Planlet Talas Jepang yang diperoleh dengan botol-botol kultur yang telah
dari Laboratorium Kultur Jaringan, berisi medium dimasukkan ke dalam
Bonto-Bonto, Gowa, Sulawesi autoklaf pada suhu 121C, tekanan
Selatan, media Murashige & Skoog 17,5 psi dan dipertahankan selama
(MS), agar-agar Swallow, gula pasir, 15 menit. Laminar Air Flow (LAF)
sebelum digunakan terlebih dahulu dibuat 6 konsentrasi. Campuran
disemprot alkohol 70% dan dilap media MS dengan ekstrak bawang
dengan menggunakan tisu. merah dimasukkan ke dalam
Kemudian alat dan media diberi sinar erlenmeyer, kemudian ditambahkan
ultra violet (UV) selama ± 30 menit aquades hingga volume 1 liter.
dan setelah itu dinyalakan lampu Selanjutnya larutan tersebut
neon. ditambah 30 g/l gula dan diukur
3.2 Pembuatan Larutan Stok keasaman larutan dengan
3.2.1 Pembuatan Larutan menggunakan pH meter, pH media
Ekstraksi Bawang Merah yang dibutuhkan yaitu 5,7. Jika
Umbi bawang merah dikupas terlalu basa ditambahkan HCl
dan dicuci bersih, lalu ditimbang sedangkan jika terlalu asam maka
sesuai takaran bobot bawang merah ditambahkan KOH untuk
yang diperlukan sebagai perlakuan. mendapatkan pH 5,7. Setelah
Bawang merah yang telah ditimbang dilakukan pengukuran pH, larutan
masing-masing 10 gr, 20 gr, 30 gr, dimasukkan ke dalam panci yang
40 gr dan 50 gr lalu diblender dengan telah berisi agar-agar dan dipanaskan
penambahan aquades sebanyak 50 sambil diaduk rata hingga larutan
ml pada masing-masing perlakuan. mendidih.
Kemudian hasil blender bawang Pemadat agar yang digunakan
merah disaring menggunakan kain yaitu sebanyak 7 g/l ditambahkan
saring untuk mendapatkan setelah pH pada larutan media sesuai
ekstraknya. dengan yang diharapkan. Pemanasan
3.3 Pembuatan Media dilakukan sampai larutan media
Pembuatan media MS tersebut mendidih sehingga semua
dilakukan dengan memasukkan bahan yang ada dalam larutan media
komposisi media MS yaitu larutan tersebut benar-benar terlarut. Larutan
stok A, B, C, D, E, F dan vitamin media yang telah dipanaskan
sesuai kebutuhan ke dalam kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Media MS ditambahkan botol kultur dan ditutup
ekstrak bawang merah pada menggunakan plastik yang diikat
konsentrasi berbeda. Perlakuan dengan erat menggunakan karet
gelang yang telah disterilkan diletakkan pada rak kultur di dalam
sehingga botol kultur benar-benar ruang kultur. Ruangan ini diusahakan
rapat. bebas dari bakteri dan cendawan,
Botol yang telah terisi larutan dimana setiap hari disemprot dengan
media diautoklaf selama 30 menit alkohol 96%. Dalam penelitian ini
pada tekanan 17,5 psi dan suhu yang suhu ruangan yang digunakan ± 19-
digunakan sebesar 121C. Media 24C dan intensitas cahaya yang
yang telah diautoklaf disimpan baik.
ditempat sejuk selama beberapa saat 3.5 Pengamatan
sebelum media tersebut digunakan Pengamatan yang dilakukan
untuk penanaman. Penyimpanan ini dengan 3 bentuk pengamatan yaitu:
bertujuan untuk mengetahui ada a. Presentasi fase eksplan yang
tidaknya kontaminasi di dalam media hidup
kultur sebelum digunakan untuk Eksplan diamati setiap hari
menanam eksplan. dari awal penanaman hingga akhir
3.4 Penanaman penelitian. Eksplan yang hidup yaitu
Planlet dikeluarkan dari botol eksplan yang mampu membentuk
hasil penanaman sebelumnya lalu di tunas baru dan eksplan yang hidup
subkultur dengan menggunakan tetapi tidak berkembang (statis).
pinset setelah itu tunas-tunas 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
dipisahkan satu persatu 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
= × 100%
menggunakan scalpel. Kemudian 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑙𝑎𝑛
12
10
8 6.11
6 4.16
2.61 2.33
4
2
0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah
30 28.15 28.84
25
Berat Basah Tunas
20
15
11.67
10
6.51
5
0.17 0.72
0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah
Jumlah Tunas
18 15.66
16 12.66
14
12
Jumlah Tunas
10
6.16
8 4.00
6 2.66 2.33
4
2
0
KONTROL 10 g 20 g 30 g 40 g 50 g
Penambahan Ekstrak Bawang Merah