Potensi Kombinasi Trichoderma SP Dan Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Jagung (Zea Mays) Terhadap Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora Maydis)
Potensi Kombinasi Trichoderma SP Dan Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Jagung (Zea Mays) Terhadap Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora Maydis)
Potensi Kombinasi Trichoderma SP Dan Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Jagung (Zea Mays) Terhadap Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora Maydis)
Abstract: Maize is one of the main food crops thar are very important in supporting the
Indonesian people in terms of food needs, animal food, and industrial activity. Productivity of
maize in several years continues to fluctuate. One of the factor that affect the production of maize
is the presence of plant disease. One example of plant disease that play an important role in
reducing maize production is Downy mildew caused by fungal attack of Peronosclerospora
maydis. Disease control by using chemical pesticides have a bad impact on the environment,
beneficial microorganism, and humans. Alternative that can be done is by utilize biological control
in the form of Trichoderma sp and organic fertilzer from rice husk ash. The purpose of this study
was to determine the potential of Trichoderma sp and rice husk ash in controlling downy mildew
disease. The application of Trichoderma sp is carried out through seed treatment, while organic
fertilizer from rice husk ash is given with doses of 5, 7, and 9 gram. The study was conducted
using randomized block design experiment. Observed parameters including disease severity,
incidence rate, total phenol compounds, and silica in plant tissues. The result of this study showed
that the most effective treatment in suppressing downy mildew disease was the treatment of rice
husk ash with a dose of 9 grams. This result indicated by the lowest level of disease severity,
disease incidence rate, and the highest total phenol and silica content in the 9 gram rice husk ash
treatment.
Abstrak: Jagung adalah salah satu tanaman pangan utama yang sangat penting dalam
mendukung masyarakat Indonesia dalam hal kebutuhan pangan, makanan hewani, dan
kegiatan industri. Produktivitas jagung dalam beberapa tahun terus berfluktuasi. Salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi jagung adalah adanya penyakit tanaman.
Salah satu contoh penyakit tanaman yang memainkan peran penting dalam mengurangi
produksi jagung adalah jamur berbulu halus yang disebabkan oleh serangan jamur
Peronosclerospora maydis. Pengendalian penyakit dengan menggunakan pestisida kimia
berdampak buruk pada lingkungan, mikroorganisme yang menguntungkan, dan
manusia. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan kontrol biologis
dalam bentuk Trichoderma sp dan pupuk organik dari abu sekam padi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Trichoderma sp dan abu sekam padi
dalam mengendalikan penyakit bulai. Aplikasi Trichoderma sp dilakukan melalui
perlakuan benih, sedangkan pupuk organik dari abu sekam diberikan dengan dosis 5, 7,
dan 9 gram. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan eksperimen rancangan acak
kelompok. Parameter yang diamati termasuk keparahan penyakit, tingkat kejadian, total
senyawa fenol, dan silika dalam jaringan tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan
1. Pendahuluan
Salah satu komoditas tanaman pertanian yang sangat penting dalam menunjang
ketahanan pangan adalah tanaman jagung yang menempati urutan kedua sebagai bahan
makanan pokok dan mempunyai peran yang semakin penting seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, usaha peternakan dan juga kegiatan industri yang
memanfaatkan jagung (Jastra, 2015). Kendala yang sering dihadapi dalam usaha
meningkatkan produktivitas tanaman jagung adalah adanya serangan
penyakit.Tingginya serangan penyakit pada tanaman jagung dapat berpotensi
menurunkan produksi dan kualitas jagung yang dihasilkan.
Menurut Badan pusat statistik tahun 2017, produksi jagung yang ada cenderung
mengalami naik turun. Produksi jagung didaerah jember pada tahun 2013 sebesar
384.881 ton dan pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 390.759 ton dan kembali
mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 427.064 ton. Namun, pada tahun 2016
terjadi penurunan produksi menjadi 402.031 ton. Penyakit pada tanaman jagung yang
memberikan penurunan produksi adalah serangan penyakit bulai. Salah satu faktor yang
mempengaruhi serangan penyakit bulai adalah masih rendahnya tingkat ketahanan
tanaman jagung terhadap infeksi jamur P. maydis. Serangan yang terjadi pada fase
stadium pertumbuhan dapat mengakibatkan penurunan produksi mencapai 100 % atau
gagal panen (Matruti dkk., 2013).
Gejala serangan penyakit bulai yang sering nampak adalah daun berklorosis
sebagian atau seluruh daun, bila tanaman terinfeksi lebih awal akan menyebabkan
tanaman kerdil, tidak berbuah, tetapi bila bertongkol, tongkolnya tidak normal dan
dapat pula menyebabkan tanaman mati (Surtikanti, 2011). Tanaman jagung yang
terinfeksi cendawan P. maydis menimbulkan gejala sistemik, yang apabila infeksinya
mencapai titik tumbuh tanaman maka gejala dapat terjadi pada seluruh daun. Gejala ini
sangat jelas terdapat pada bagian bawah daun yaitu adanya lapisan seperti tepung
berwarna putih yang merupakan kumpulan konidiofor dan konidium jamur
(Burhanuddin dan Tandiabang, 2010).
Pengendalian penyakit bulai sebagian besar dilakukan dengan menggunakan
pestida kimiawi yang secara tidak langsung dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.
Aplikasi pestisida kimia yang secara berulang juga dapat mengakibatkan beberapa jenis
organisme penganggu tanaman menjadi lebih resisten (Rajput et al., 2017). Bahan kimia
yang terkandung dalam pestisida kimia juga dapat mengakibatkan dampak buruk
terhadap manusia, baik yang tertinggal pada tanaman atau yang dapat meracuni petani
saat aplikasi dilahan. Menurut Arif (2015), residu kimia yang dihasilkan juga dapat
tersimpan didalam tanah yang secara langsung dapat mengakibatkan kematian
organisme bermanfaat dan juga dapat mengakibatkan pencemaran udara.
Salah satu alternatif pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi
pupuk silika organik yang berasal dari abu sekam padi. Lapisan silika pada kutikula
mampu menghambat penetrasi dan proses infeksi jamur patogen. Penambahan silika
yang bersumber dari abu sekam padi mampu membentuk senyawa kompleks dengan
silika organik untuk meningkatkan resistensi terhadap penguraian enzim oleh patogen
2. Metode
Penelitian mengenai ―Potensi Kombinasi Trichoderma sp dan Abu Sekam Padi
Sebagai Sumber Silika Dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Jagung (Zea mays)
Terhadap Serangan Penyakit Bulai Peronosclerospora maydis‖ yang akan dilaksanakan
pada bulan Juni 2018 sampai selesai di Agroteknopark Jubung, Laboratorium Penyakit
Tumbuhan dan Laboratorium Kimia tanah Universitas Jember. Alat yang digunakan
dalam kegiatan penelitian yaitu Jarum N, Beaker glass, plastik, Gelas ukur, Kuas, Vortex,
Sprayer, Pipet, Tugal, Cangkul, Karung, Ayakan, Polibag, Kertas saring, Mortar. Bahan
yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah daun tanaman jagung, pupuk NPK,
abu sekam padi, Aquades, Benih jagung manis varietas Bonanza.
Inokulum penyakit bulai didapatkan melalui pengambilan spora P. maydis dari
tanaman jagung yang menunjukan gejala penyakit bulai. Daun tanaman jagung yang
menunjukan gejala penyakit bulai dilihat pada pukul 01.00 dini hari dan dipastikan pada
bagian bawah permukaan daun terdapat lapisan tepung yang merupakan konidia jamur
P.maydis. Konidia kemudian diambil dengan cara menggunakan jari tangan yang
dibasahi dengan air steril dan kemudian di oleskan pada permukaan daun yang terdapat
banyak konidia kemudian konidia yang menempel padajari dimasukan kedalam Beaker
glass. Suspensi spora P. maydis kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex
dan kemudian di encerkan untuk mendapatkan kerapatan spora ( 10 7 spora/ml)
(Sekarsari dkk, 2013).
Suspensi konidia yang diperlukan adalah berasal dari Trichoderma sp yang
didapatkan dari Lab. Tanggul yang sebelumnya telah ditumbuhkan pada media PDA
KP : x 100 %
I=
A B C
A A A
Gambar 1. (A) Konidia dibawah permukaan daun, (B) Hifa jamur P.Maydis, (C) Konidia Jamur
P.Maydis
Sumber inokulum patogen jamur P. maydis didapatkan dari tanaman jagung yang
telah terserang penyakit bulai yang ditunjukan dengan adanya lapisan tepung pada
bagian bawah permukaan daun yaitu pada gambar 3.1.1 (A). Pada gambar tersebut
merupakan konidiofor jamur P. maydis yang mnuncul keatas permukaan daun daun dan
telah siap untuk terlepas yang biasanya terjadi pada malam hari. Konidia jamur P.
maydis mempunyai bentuk percabangan dengan rata rata membentuk cabang sebanyak 3
sampai 4 cabang. Pada setiap ujung cabang membentuk sterigmata dan pada ujungnya
terdapat konidia yang sudah siap untuk lepas.
A B C
A A A
Gambar 2. (A) Konidia pada jam 2, (B) Konidia pada jam 3, (C) Konidia pada jam 4
Konidia jamur P.Maydis pada beberapa selang waktu menunjukan bentuk dan
ukuran yang berbeda. Pembentukan konidia akan dimulai pada saat pukul 23.00 yaitu
dengan membentuk konidiofor muda. Pada jam 00.00 sampai pukul 01.00 konidiofor
dengan konidium yang masing-masing akan mempunyai cabang 3 sampai 4 dan
mempunyai sterigmata. Pada sekitar jam 02.00 seperti pada gambar 4.1.2 (A) akan mulai
membentuk konidia yang disertai dengan tabung kecambah dengan bentuk konidia
bulat sampai dengan lonjong. Pada pukul 03.00 konidia akan semakin banyak dan akan
muda terlepas apabila terkena angin. Puncak pelepasan konidia jamur P. Maydis akan
terjadi pada saat pukul 04.00 dini hari yaitu ditunjukan dengan jumlah kondia yang
semakin banyak dengan bentuk bulat sampai dengan lonjong. Kelembapan udara akan
sangat mempengaruhi pembentukan konidiofor, apabila kelembapan tinggi maka
ukurannya dapat memanjang yang dari pangkal hingga ujung sterigma mencapai 200-
550 µm. Konidia-konidia tersebut akan menyebar sampai menemukan inang baru yaitu
tanaman jagung yang masih muda atau berada pada fase vegetatif.
A B C
Gambar 3. (A) Tanaman jagung sehat, (B) Gejala penyakit bulai (C), Gejala pada daun tanaman
jagung
Gejala yang ditunjukan oleh tanaman jagung terebut merupakan salah satu gejala
yang khas ditimbulkan oleh serangan jamur P. maydis. Gejala klorosis nampak pada
permukaan daun yang memanjang sejajar dengan tulang daun. Klorosis akan terus
meluas sampai seluruh permukaan daun mengalami klorosis berwarna kuning keputih-
putihan. Menurut Matnawi (2012), pada tanaman yang berusia sekitar 2-3 minggu
menunjukan semua bagian daun mengalami klorosis dan pada ujung daun akan menjadi
meruncing dan kaku pada kondisi yang parah. Pada permukaan daun bagian bawah bila
diamati dengan seksama akan menunjukan lapisan berupa tepung putih yang
merupakan konidia jamur Peronosclerospora maydis.
3.1.3 Pengaruh Abu sekam padi dan Trichoderma sp dalam Menekan Serangan Penyakit
Bulai
Tabel 1. Pengaruh Aplikasi abu sekam padi dan Trichoderma sp terhadap Keparahan dan insidensi
penyakit
Tingkat serangan penyakit bulai pada tanaman jagung yang paling parah
ditunjukan pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 14,97% atau tanpa aplikasi abu sekam
padi dan juga jamur Trichoderma sp sedangkan nilai untuk keparahan serangan yang
paling rendah yaitu pada perlakuan abu sekam padi sebanyak 9 gram dengan tambahan
Trichoderma sp dengan nilai 4,63% Insidensi penyakit yang paling tinggi yaitu pada
perlakuan kontrol dengan nilai 33,33 dan yang paling rendah pada perlakuan pada
Tabel 2. Pengaruh Abu sekam padi dan Trichderma sp terhadap kandungan silika senyawa fenol
pada jaringan
Kandungan senyawa fenol yang dihasilkan oleh tanaman selama selama fase
vegetatif tanaman yaitu yaang paling tinggi pada perlakuan yang sama yaitu dengan
nilai 0,200 % dan yang paling sedikit yaitu pada perlakuan kontrol dengan nilai 0,073
gram.
a. Pengaruh Aplikasi Abu sekam Padi Terhadap Kandungan Silika Pada Jaringan.
Aplikasi Abu sekam padi yang dilakukan pada tanaman jagung diketahui dapat
meningkatkan kandungan silika yang ada didalam jaringan tanaman jagung. Pada
pengujian yang dilakukan pada daun tanaman jagung setiap perlakuan abu sekam
mampu meningkatkan kadnungan silika yang ada pada jaringan. Kandungan slika yang
terdapat pada jaringan tanaman ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 3. Pengaruh aplikasi Trichoderma sp dan abu sekam padi pada kandungan silika pada
jaringan
Kandungan silika yang ada pada jaringan tanaman menunjukan jumlah yang
beragam. Kandungan silika yang paling tinggi ditunjukan pada perlakuan silika dengan
dosis aplikasi sebanyak 9 gram dengan jumlah 2171,48 mg/kg dan pada perlakuan
kombinasi dengan jamur Trichoderma juga paling tinggi terdapat pada aplikasi 9 gram
dengan kandungan silika sebesar 3467,58 mg/kg. Tingkat kandungan silika yang paling
3.2 Pembahasan
Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung yang
disebabkan oleh patogen P. maydis. Patogen ini merupakan salah satu kelompok jamur
yang bersifat obligat atau tidak dapat tumbuh pada media buatan. Pembentukan konidia
dan konidispore jamur P. maydis dibentuk pada malam hari di lapisan atas permukaan
daun yang basah oleh embun dengan rata rata suhu untuk perkecambahan yaitu 18-23 °
C (64-73 ° F). Menurut Shaw (2009), suhu yang optimum yang umumnya dibutuhkan
untuk perkecambahan jamur P. maydis pada secara optimum yaitu setidaknya 10-30 ° C
atau 50-86 ° F. Pembentukan tabung kecambaha terjadi pada rentan suhu 18-30 ° C atau
64-86 ° F. Pembentukan konidia yang dilakukan oleh jamur P.maydis terjadi pada sekitar
pukul 12.00 sampai pukul 01.00 dan puncak pelepasan konidia terjadi pada pukul 03.00
sampai pukul 04.00.
Bentuk miselium jamur P. maydis terdiri dari 2 macam yaitu miselium yang
mempunyai hifa banyak cabang dan membentuk kelompok diantara tulang daun
tanaman, dan juga meselium yang hifanya tidak mempunyai banyak cabang namun
dapat tumbuh panjang menjalar dan saling menghubungkan kelompok-kelompok hifa
pada tipe pertama. Hifa akan membentuk houstorium yang menyerupai batang, paku,
cacimg, jari atau gelembung. Houstorium merupakan hifa yang berperan untuk
melakukan infeksi atau mempenetrasi kedalam sel tanaman untuk menyerap caira
sitoplasma sel (Hoeckelhoven, 2014).
Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang
keluar melalui mulut kulit. Dari satu mulut dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Mula
mula konidiofor berbentuk batang, segera membentuk cabang cabang dikotom yang
masing masing membentuk cabang lagi sampai percabangan tingkat tiga atau sampai
tingkat empat. Cabang tingkat terkahir membentuk sterigma (tangkai konidium).
Panjang konidiofor sangat bervariasi diantara 200-500 µm, karena ukurannya sangat
dipengaruhi oleh tebal tipisnya lapisan emun pada permukaan daun sakit. Konidium
yang masih muda berbentuk bulat, sedangkan yang sudah masak dan siap terlepas dapat
menjadi jorong (Semangun,1990).
Salah satu karakteristik dari jamur P. maydis adalah mempunyai konidiofor
bercabang tiga sampai empat kali pada gambar 3.1.1 (c), berukuran 111- 410 μm
dilengkapi dengan sterigmata berujung konidia. Konidia berdinding tipis dengan bentuk
spherical dan subspherical, berdiameter 12-23 x 25 - 44 μm. Konidia P. maydis berbentuk
bulat, namun ada juga kondia yang berbentuk bulat tidak sempurna dengan kisaran
ukuran diameter cendawan temuan berkisar 12-23 x 25-44 μm (Rustiani dkk., 2015).
Bentuk konidia jamur P.maydis di wilayah tertentu menunjukan ukuran yang cukup
beragam yaitu mencapai 17-23 μm x 27-39 μm, sedangkan konidiophores membentuk
kelompok 150 hingga 550 μm panjangnya. Menurut Widiantini et al (2015), bentuk
konidia jamur P. maydis dapat bervariasi tergantung pada spesies inang atau kultivar dan
kondisi lingkungan.
Serangan penyakit bulai mempunyai gejala yang khas dan mudah dikenali. Salah
satu gejala yang sering kali nampak adalah pada daun tanaman jagung timbul garis
kuning. Pada gambar 3.1.2 b merupakan salah satu gejala yang nampak pada saaat
tanaman jagung terkena seangan bulai. Menurut Rukmana (2009), garis garis kuning
tersebut mempunyai ukuran yang termasuk cukup lebar dan pada bagain permukaan
daun terdapat tepung putih yang merupakan kumpulan dari konidia jamur P.maydis.
4. Kesimpulan
Aplikasi abu sekam padi yang mengandung silika mamu menekan serangan
penyakit Peronosclerospora maydyz pada tanaman jagung manis dengan tingkat keparahan
mencapai 4,63 dengan insidensi penyakit sebesar 11,11%. Trichoderma spp yang
diberikan dengan cara seed treatment mampu menekan keparahan penyakit bulai
sebesar 6,07 % dengan insidensi 11,11%. Perlakuan yang efektif dalam meningkatkan
senyawa fenol adalah aplikasi abu sekam padi sebanyak 9 gram.
Pustaka
Amin, M., et al. 2016. Influence Of Silicon Fertilization on Maize Performance Uunder Limited Water
Supply. Springer Science.1-7.
Arif, A. 2015. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisda Lingkungan. Kimia FMIPA
Universitas Hasanuddin. 3(4) : 134-145.
Balai Besar Perenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. 2014. Metode Perhitungan
Jumlah Spora Cendawan. Instruksi Kerja. Edisi 6 Feruari 2014. Surabaya
Balain Penelitian Tanah. 2011. Sumber Hara Silika Untuk Pertanian. Warta Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian. 33(3) : 12-13.
Bucio,J.L., R.P. Flores and A.H. Estrella. 2015. Trichoderma as biostimulant: exploiting the multilevel
properties of a plant beneficial fungus. Scientia Horticulturae. 196(1) : 109-123
Burhanuddin. 2013. Pengaruh Penyimpanan dan Frekuensi Inokulasi Suspensi Konidia Peronsclrospora
Philipines Terhadap Infeksi Penyakit Bulai Pada Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 396-
402.
Daryono, B. S., Purnomo dan A. Parazulfa. 2018. Uji Ketahanan Tujuh Kultivar (Zea mays L. )
Terhadap Penyakit Bulai (Peronosclerospora spp). Biogenesis. 6(1) : 11-17
Dewi,A.Y., E.T.S. Putra dan S. Trisnowati. 2014. Induksi Ketahanan Kekeringan Delapana Hibrida
Kelapa Sawit (Eleis guineensis Jacq) dengan Silika. Vegetalika. 3(3) : 1013
Fitriyanti, D. 2014. Suatu Tinjauan Tentang Respon Ketahanan Tanaman Terhadap Adanya Infeksi Dari
Nematoda Parasit Tanaman. Agroscientisc. 21(1) : 48-53
Ginting, C dan T. Maryono. 2012. Penurunan keparahan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Lada
Akibat Aplikasi Bahan Organi dan Tricoderma Harzianum. Tropika. 12(2) : 162-166..
Gusnawati, H.S., M. Taufiq., Syair dan Esmin. 2014. Efektifitas Tricoderma Indigenius Hasil
Perbanyakan pada Bebagai Media Dalam Mengendalikan Penyakit layu Fusarium dan
Meningkatkan apertumuhan serta produksi Tanaman Tomat.Agriplus.24(2): 99-110.
Harman, G.E. 2005. Overview Of Mechanism And Use Of Trichoderma Sp. The American
Phytopathological Society. 1(1) : 190-194
Hoerussalam., A. Purwanto dan A. Khaerun. 2013. Induksi Ketahanan tanaman Jagung (Zea mays L.)
Terhdap Penyakit Buai Melalui Seed Treatmen Serta Pewarisannya Pada Generasi S1. Ilmu
Pertanian. 16(2) : 42-59.
Inayati, A. 2016. Ketahanan Terimbas Tanaman Kacang-Kacangan Terhadap Penyakit. Iptek Tanaman
Pangan. 11(2) : 175-186.
Jastra, Y. 2015. Siste Produksi Ddan Potensi Pengembangan Jagung Di Kabupaten Pasaman Barat. Bina
Praja. 7(3) : 271-278.
Mar‘atus, I dan A.G.C. Saputro. 2012. Preparasi Silika Gel Dari Abu Sekam Padi Sebagi Adsorben Logam
Nikel (Ni) Dalam Limbah Elektroplanting. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia.
:163-171
Marafon, A.C and L.Endres. 2013. Silicon :Fertilization and Nutritions in Higher Plants. Agricultural
And Environmental Sciences. 56(4): 380-388
Marwan, H. 2014. Pengimbasan Ketahanan Tanamana Pisang Terhadap Penyakit Darah (Ralstona
Solanacearum) Phylotipe IV) Menggunakan Bakteri Endofit. Tropika. 14(2) : 128-135
Matruti, A.E.,A.M. Kalay dan C. Uruilal. 2013. Serangan Peronosclerospora spp Pada tanaman Jagung
Di Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon. Agrologia. 2(2) : 109-115
Molla,A.H., M.M. Haque., M.A. haque and G.N.M Dias. 2012. Trichoderma-Enriched Biofertilizer
Enhances Productionand Nutritional Quality of Tomato (Lycopersicon esculentumMill.) and
Minimizes NPK Fertilizer Use. Agric Res. 1(3) : 265-272
Muis, A., N. Nonci dan M.B. Pabendon. 2015. Skrining Ketahanan Galur S1 Jagung terhadap Penyakit
Bulai dan Pembentukan Galur S2 Tahan Penyakit Bulai. Plasma Nutfah. 21(1) : 17-24
Nurahmi, E.,U. Abu., E.Silvya. 2012. Apikasi Trichoderma Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Bibit Kakao , Tomat, dan Kedelai. Floratek. 7(1) : 57-65
Nurhayati., A. Umayah dan S.E. Agustin. 2012. Aplikasi Trichoderma Virens Melalui Penyemprotan
Pada Daun, Akar dan Perendaman Akar Untuk Menekan Infeksi Penyait Downi Mildew Pada
Tanaman caisin. Dharmapala. 4(2) : 22-28
N. Vashanti., L.M. Saleena and S.A. Raj. 2014. Silicon In Crop Production And Crop Protection.
Agricultural Reviews. 35(1): 14-24.
Octaviani, E.A., Achmad dan E.N Herliyana. 2015. Potensi Trichoderma harzianum Dan Gliocladium
sp. Sebagain Agen Penyebab Penyakit Mati pucuk Pada Jabon. Silvikultur Tropika. 6(1) : 27-32.
Paeru, R.H dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Bogor : Penebar Swadaya
Pajrin, J., J. Panggesso dan Rosmini. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L)
Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis). 1(2) : 113-139
Pikukuh, P., Djajadi., S.Y. Tyasmro dan N. Aini. 2015. Pengaruh Frekuensi Dan Konsentrsi
Penyemprotan Pupuk nano Silika(Si) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tebu ( Scaharum Offinarum
L.).Produksi Tanaman. 3(3).249-258.
Purwono, dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagug Unggul. Bogor : Penenbar Swadaya.
Putri, A.I., M.Naiem., S.Indrioko dan S. Rahayu. 2015. Senyawa Fenol Pada Toleransi Falcutaria
Moluccuna (Miq) Terhadap Penyakit Karat Tumor. Pemuliaan Tanamana Hutan. 9(3) : 189-202.
Rajput, I.A Et al. 2017. Effect of Different Synthetic Pesticides Against Pink Bollworm Pectinophora
gossypiella (Saund.) On Bt. and non-Bt. Cotton Crop.Basic and Applied Science. 1(13) : 454-458.
Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Keseuburan Tanah. Yogyaarta.: Kanisius
Rustiani,U.S., M.S. Sinaga., S.H. Hidayat and S. Wiyono. 2015. Ecological Characteristic Of
Peronosclerospora Maydis In Java,Indonesia. Basic and Applied Research. 19(1) : 159-167.
Rustiani,U.S., M.S. Sinaga., S.H. Hidayat and S. Wiyono. 2015. Tiga Spesies Peronosclerospora
Penyebab Penyakit Bulai Jagung i Indonesia. Berita Biologi. 14(1) : 29-37
Sahebi, M.,et al. 2014. Importance of Silicon and Mechanisms of Biosilica Formation in Plants.BioMed
Research International. 1(1) : 1-16.
Sakr,N. 2016. The role of silicon (Si) in increasing plant resistance againstfungal diseases. Hellenic Plant
Protection. 1(9) : 1-15
Sekarsari, R.A., J.Prasetyo dan T. Maryono. 2013. Pengaruh Beberapa Fungisida Nabat Terhadap
Keterjadian Penyakit Bulai Pada Jagung Manis (Zea Mays Saccharata). Agrotek Tropika. 191) :
98-101
Setyorini, S.D dan E. Yusnawan.2016. Peningkatan Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Aneka
Kacang Sebagai respon Cekaman Biotik.Iptek Tanaman Pangan. 11(2) : 167-174.
Shofiyani,A dan G.P. Budi. 20114. Development Of Fusarium Disease Control Technologi With Biological
Agent In Mas Cultivar Banana In Land infected. Agritech. 16(2) : 157-173.
Sirappa, N.P dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produksi Jagung Melalui Pemberian Pupuk N,P,K dan
Pupuk Kandang Pada Lahan Kering Di Maluku. Pekan Serealia Naasional. 1(1) : 277-286
Soesanto, L. 2014. Metabolit Sekunder Agensia Pengendalin Hayati : Terobosan Baru Pengedalian
Organisme PenggangguTanaman Perkebunan.Terobosan Baru Atasi Penggangu Tanaman. 1(1) :
1-11
Sreedevi, B., M. C. Devi and D.V.R. Saigopal. 2011. Induction of defense enzymes in Trichoderma
harzianum treated groundnut plants against Macrophomina phaseolina. Biological
Control.25(1).33-39.
Subedi, S. 2015. A review On Important Maize Disese and Their Management In Nepal. Maize Research
and Development. 1(1) : 28-52.
Surtikanti. 2011. Hama Dan Penyakit Penting Tanaman Jagung Dan Pengedaiannya. BalaiPenelitian
Tanaman Serealia. 1(1).1-12.
Talanca, A.H. 2011. Reaksi Beberapa Varietas Jagung Hibrida Terhadap Penyakit Bulai. Balai Penelitian
tanaman Serealia : 415-418.
Talanca, A.H. 2013. Status Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Dan Pengendaliannya.Balai Penelitian
Tanaman Serealia : 76-87.
Wahcjadi, M., L. Susanto dan Abdul . Endag Muskiaturi. 2013. Pemgujian Kemampuan Mikroba
ntagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Hawar dan Daun Layu besok bawa lembar acc nya
dan.Agrine.Arin. 17(2) 92-102
Wandani, S. A. T., Yuliani, dan Y. S. Rahayu. 2015. Uji ketahanan lima varietas tanaman cabai merah
(Capsicum annum) terhadap penyakit tular tanah (Fusarium oxysporum f.sp capsici). Lentera
Biologi, 4 (3) : 155-160..
Widiantini, F., E. Yulia and T. Purnama. 2015. Morphological Variation of Peronosclerospora maydis, the
Causal Agent of Maize Downy Mildew from Different Locations in Java-Indonesia. 3(2) : 23-27
Wijaya, K.A., A.A. Prawoto dan S.Ihromi. 2009. Induksi Ketahanan Tanaman Kakao Terhadap Hama
Penggerek Buah Kakao dengan Aplikasi Silika. Pelita Perkebunan. 25(3) : 184-198
Wirawan, B.D.S., E.T.S. Putra dan P. Yudono. 2016. Pengaruh Pemberian Magnesium, Boron dan
Silikon terhadap AktivitasFisiologis, Kekuatan Struktural Jaringan Buah dan Hasil Pisang
(Musaacuminata) ―Raja Bulu‖. Vegetalica. 5(4) : 1-14
Yedidia., N. Benhamou and I.Cheat. 1999. Induction of Defense Responses in Cucumber Plants
(Cucumissativus L.) by the Biocontrol Agent Trichoderma harzianum. Aplied And Environment
Microbiology. 65(3) : 1061-1070
Yohana, O.,H. Hanum dan Supriadi. 2013. Pemberian Bahan Silika Pada tanah Sawah Berkadar P Total
Tingggi Untuk Memperbaiki Ketersediaan P dan Si Tanah, Pertumbuhan Dan Produksi Padi.
Agroteknologi. 1(4) : 1445-1452.
Yukamgo, E dan N.W. Yuwono. 2007. Peran Silikon Sebagai unsur Bermanfaat Pada Tanaman Tebu.
Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2) : 103-116
Yuliasmara,F., S. Sukamto dan A.A. Prawoto. 2011. Induksi Kekebalan Sistemik Untuk Mencegah
Penyakit Pemuluh Kayu Pada Bibit Kakao Melalui Aplikasi Boron dan Silikon. Pelita Perkebunan.
27(3) : 202-2015