Laporan Praktikum Kultur Jaringan Bawang Putih: Oleh: Indah Kharisma 12080227550

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN BAWANG PUTIH

Oleh:

INDAH KHARISMA
12080227550

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke Hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kultur Jaringan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Asistent dosen sebagai pembimbing
praktikum matakuliah Kultur Jaringan yang telah banyak memberikan ilmu. Kepada
seluruh rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak membantu penulis di dalam
penyusunan laporan praktikum ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala untuk menghadapi kemajuan kita semua dalam menghadapi
masa depan nanti.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga laporan praktikum
ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
In Syaa’ Allah.

Pekanbaru, 28 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Teknik kultur jaringan sudah dikenal luas dengan kemampuannya
menyediakan sejumlah besar bibit tanaman dalam waktu yang relatif cepat,
bebas patogen (cendawan dan bakteri) bersifat klonal dan tersedia sepanjang
waktu. Teknologi ini sudah diterapkan di Indonesia untuk perbanyakan bibit
diantaranya tanaman hias, anggrek, pisang dan kentang (Gunawan, 1992).
Penyedia bibit sehat bebas dari penyakit dapat dilakukan pada kultur bawang
putih (Haque et al., 2003). Pada kultur bawang putih terdapat kendala yaitu
senyawa fenol yang dikeluarkan oleh bawang putih itu sendiri akibat sintesis
metabolit sekunder yang menyebabkan gejala pencoklatan. Pencoklatan dapat
menghambat pertumbuhan dari eksplan bahkan eksplan dapat mati Pada
kultur pisang, senyawa fenol mengakibatkan warna coklat menutupi
permukaan kalus. Hal ini dapat menghambat permukaan kalus itu sendiri.
Selain itu, permukaan kalus juga cenderung mengeras dan terdapat jaringan
yang menebal (Marlin et al., 2012). Nisa dan Rodinah (2005) mendapatkan
bahwa pencoklatan akibat senyawa fenol mengakibatkan kematian beberapa
eksplan. Pada 2 penelitian yang dilakukan Karjadi dan Buchory (2007)
tentang pengaruh NAA dan BAP terhadap pertumbuhan jaringan meristem
bawang putih dan pengaruh pertambahan auksin dan sitokinin terhadap
pertumbuhan tunas bawang putih
I.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik perba nyakan
tanaman bawang putih dengan kultur jaringan serta bagaimana hasil dari
kultur jaringan pada tanaman tersebut.
I.3. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada laporan ini membahas tentang sebagai berikut:
I.3.1. Tanaman Bawang Putih
I.3.2. Kultur jaringan
I.3.3. Media
I.3.4. Zpt
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Bawang Putih


Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran umbi
yang banyak ditanam diberbagai negara di dunia. Di Indonesia bawang putih
memiliki banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya lasuna
moputi, orang Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa menyebutnya
bawang (Wibowo, 2007). Masyarakat pada umumnya hanya memanfaatkan
bagian umbi saja, utamanya hanya sebagai bumbu dapur. Hasil penelitian
para ahli menunjukkan bahwa bawang putih memiliki potensi sebagai bahan
baku obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit (Samadi, 2000).

2.1.1 Klasifikasi Bawang Putih


Menurut Samadi (2000) sistematika tanaman bawang putih adalah sebagai
berikut

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Famili : Liliales atau Liliaceae
Genus : Allium
Spesie : Allium sativum L.
1.1.2. Morfologi Bawang Putih
Morfologi bawang putih terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan umbi.
1. Akar
Tanaman bawang putih memiliki sistem perakaran dangkal yang
berkembang dan menyebar disekitar permukaan tanah sampai pada
kedalaman 10 cm. Bawang putih memiliki akar serabut dan terbentuk di
pangkal bawah batang sebenarnya (discus). Akar tersebut tertanam dalam
tanah sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Sistem
perakaran bawang putih menyebar ke segala arah, namun tidak terlalu
dalam sehingga tidak tahan pada kondisi tanah yang kering (Samadi,
2000).
2. Batang
Batang bawang putih merupakan batang semu dan berbentuk cakram.
Batang tersebut terletak pada bagian dasar atau pangkal umbi yang
terbentuk dari pusat tajuk yang dibungkus daun-daun. Ketinggian batang
semu bawang putih dapat mencapai 30 cm (Samadi, 2000).
3. Daun
tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu berbentuk pita,
pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah dalam sehingga
membentuk sudut pada pangkalnya. Satu tanaman bawang putih biasanya
memiliki 8-11 helai daun. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau
muda dengan kelopak daun yang tipis, kuat, dan membungkus kelopak
daun yang yang lebih muda (Samadi, 2000).
4. Bunga
Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada varietas
tertentu saja. Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang
berbentuk bulat seperti bola, berwarna merah jambu, berukuran kecil,
tangkainya pendek, dan bentuknya menyerupai umbi bawang. Bunga
yang tumbuh dapat menghasilkan biji. Umumnya pada sebagian besar
varietas, tangkai bunga tidak tumbuh keluar melainkan hanya sebagian
bunga saja yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun bagian bunga
yang keluar karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas (Wibowo,
2007). Pembungaan pada bawang putih dapat mengganggu
perkembangan umbi dan tidak memiliki nilai ekonomi sehingga biasanya
para petani akan membuangnya. Pada bagian tangkai bunga terbentuk
umbi kecil yang menyebabkan pembengkakan sehingga umbi terlihat
seperti bunting. Umbi-umbi kecil tersebut dapat digunakan sebagai bahan
perbanyakan secara vegetative dengan cara ditanam berulang-ulang
selama + 2 tahun (Rukmana, 1995).
5. Umbi
Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang masing-masing
terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan pelepah daun
sehingga tampak seperti umbi yang berukuran besar (Rukmana, 1995).
Ukuran dan jumlah siung bawang putih bergantung pada varietasnya.
Umbi bawang putih berbentuk bulat dan agak lonjong. Siung bawang
putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali ketiak daun paling luar. Jumlah
siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada varietasnya. Bawang
putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun 15-20 siung
(Samadi, 2000).
II.2.Kultur Jaringan
Kultur Jaringan Kultur jaringan (tissue culture) adalah suatu teknik
mengisolasi bagian-bagian tanaman (sel, sekelompok sel, jaringan, organ,
protoplasma, tepung sari, ovari dan sebagainya), ditumbuhkan secara
tersendiri, dipacu untuk memperbanyak diri, akhirnya diregenerasikan
kembali menjadi tanaman lengkap yang mempunyai sifat sama seperti
induknya dalam suatu lingkungan yang aseptik (bebas hama dan
penyakit). Selanjutnya teknik ini juga disebut kultur in vitro (in vitro
culture) yang artinya kultur di dalam wadah gelas(Wattimena dkk, 1992).
Dasar pengembangan kultur jaringan adalah totipotensi. Totipotensi
merupakan potensi suatu sel untuk dapat tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman yang lengkap. Setiap sel akan beregenerasi menjadi
tanaman yang lengkap dan utuh apabila ditempatkan pada kondisi yang
sesuai (Kumar dkk, 2011).Tahapan kultur jaringan meliputi inisiasi,
multiplikasi, perpanjangan dan induksi akar (pengakaran), dan
aklimatisasi. Kegiatan inisiasi meliputi persiapan eksplan, sterilisasi
eksplan hingga mendapatkan eksplan yang bebas dari mikroorganisme
kontaminan. Multiplikasi merupakan tahap perbanyakan eksplan dengan
subkultur (pemindahan eksplan dalam media baru yang berisi Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT)) secara berulang-ulang untuk mempertahankan
stok bahan tanaman (eksplan). Pengakaran merupakan kegiatan terakhir
sebelum planlet dipindahkan ke kondisi luar. Aklimatisasi ialah proses
pemindahan/pengadaptasian planlet dari kondisi in vitro ke kondisi
luar/lapangan (Kumar dkk, 2011).

II.3. Media
Keberhasilan kultur jaringan ditentukan oleh media kultur jaringan yang
merupakan tempat tumbuh bagi eksplan. Media tersebut harus
mengandung semua zat yang diperlukan eksplan untuk menjamin
pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media dasar MS (Murashige dan
Skoog) yang merupakan salah media yang paling banyak digunakan
dalam kultur jaringan. Saat ini sudah banyak penelitian dengan
menggunakan media MS yang dimodifikasi. Modifikasi media
dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan hara yang tepat bagi eksplan
untuk tumbuh dan berkembang pada media kultur jaringan dan terbebas
dari kontaminasi. Menurut Wattimena (2000) tanaman kentang dapat
diperbanyak secara kultur in vitro dengan mengguanakan media MS,
Menurut Gamborg dan Shyluk (1981) media MS dicirikan dengan
kandungan garam-garam anorganik yang tinggi. Karena media MS
mengandung garam-garam anorganik yang tinggi, maka dilakukan
modifikasi media MS dengan dilakukan pengenceran atau pengurangan
unsure hara makro pada media MS. Wetherell (1982) menyatakanbahwa
untuk tujuan tertentu komposisimedia dapat dimodifikasi lebih lanjut.
Bhojwani et al. (1996)menyatakan bahwa pada kulturDendrocalamus,
perbanyakkan pucukmenggunakan media MS yangdimodifikasi (½ MS
atau ¼ MS)memberikan hasil yang lebih baikdibandingkan dengan media
MS penuh. Selain itu, hasil dari penelitian Mardin dan Purwanoto (2007)
menunjukan bahwa modifikasi media MS sampai dengan ¼ MS masih
cukup baik untuk menumbuhkan eksplan tanaman kentang dilihat dari
tinggi tanaman, jumlah akar dan jumlah tunas. Pengenceran media MS
juga pernahdilakukan pada tanaman lada, pulasari,perwoceng dan nilam
(Roostika et al. 2001).
II.4.Zpt
Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses
biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995). Perannya antara lain
mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan
mengintegrasikan bagian-bagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang
kita kenal sebagai tanaman. Aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam
pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe
tanaman serta fase fisiologi tanaman (Satyavathi et al. 2004). Dalam
proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat
pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat
pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman
(Winata, 1987). Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam media kultur
dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam
sel, sehingga menjadi “fakor pemicu” dalam proses tumbuh dan
perkembangan jaringan. Untuk memacu pembentukan tunas dapat di-
lakukan dengan memanipulasi dosis auksin dan sitokinin eksogen
(Poonsapaya et al. 1989). Penggunaan zat pengatur tumbuh di dalam
kultur jaringan tergantung pada tujuan atau arah pertumbuhan tanaman
yang diinginkan. Zat pengatur tumbuh Benzyl Adenin(BA) paling banyak
digunakan untuk memacu penggandaan tunas karena mempunyai aktivitas
yang kuat dibandingkan dengan kinetin (Zaer et al.l982). BA mempunyai
struktur dasar yang sama dengan kinetin tetapi lebih efektif karena BA
mempunyai gugus benzil (George et al. l984). BA merupakan jenis
sitokinin sintetik yang mempunyai aktivitas yang kuat, lebih efektif
daripada kinetin karena BA mempunyai gugus Benzil (Lestari, 2011). 6-
Benzyladenine, juga disebut 6-benzylaminopurine, adalah Sitokinin
sintetis yang merangsang pembelahan sel pada tanaman. Di antara
tindakan-tindakan lain, itu tadi dapat merangsang pertumbuhan tanaman
seperti, set bunga, dan meningkatkan kualitas buah. Sitokinin berada di
keluarga hormon pertumbuhan tanaman. Sebagai bagian dari penelitian
yang menggunakan pengatur pertumbuhan tanaman, dalam fisiologi
tanaman(Folke K. Skoog di University of Wisconsin-Madison) disintesis
6-benzyladenine dan menunjukkan keberhasilan. Flick et al. (1993)
menyatakan bahwa pada umumnya tanaman memiliki respon yang lebih
baik terhadap BA dibandingkan terhadap kinetin dan 2-iP sehingga BA
lebih efektif untuk produksi tunas in vitro. Pada banyak jenis tanaman zat
pengatur tumbuh 2-iP merupakan sitokinin yang mempunyai daya
aktivitas lebih lemah dibandingkan dengan sitokinin lainnya sehingga
jarang digunakan. Pada tanaman nilam penggunaan 2-iP menghasilkan
tunas yang lemah dan kurus (Seswita et al. 1996).
III. Materi dan Metode

III.1. Tempat Dan Waktu


Tempat Praktikum dilaksanakan Di Laboratorium Reproduksi dan
Pemuliaan Fakultas Pertanian Dan Peternakan Uin Suska Riau Pada
Oktober 2022.
III.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum kultur jaringanini adalah Autoclave,
sikat gigi, botol kultur, pinset, kompor, panci, hotplat, timbangan analitik,
gelas ukur, pipet tetes, aluminium foil, steir, magnetik steir, cawan petri
karet gelang, Laminar Air Flow (LAF), sarung tangan lateks, dan masker.
Bahan yang digunakan yaitu agar bening, tisu, aquades, alkohol 70%,
sunlight, gulaku, bayclin, plastik tempe, air, eksplan bawang putih,
Clorox, MS0 dan betadin.
III.3. Cara Kerja
1. Sterilisasi Alat
2. Cuci botol kultur yang telah direndam dengan sunlight sampai bersih
3. Masukkan botol yang telah dicuci kedalam autoclave
4. Bungkus alat-alat yang akan digunakan dengan aluminium foil, lalu
masukkan keautoklaf
5. Lakukan proses autoklaf, atur waktu dan suhu yang dibutuhkan
6. Setelah proses autoklaf selesai simpan botol dan alat tanam kedalam
ruang penyimpanan yang steril.
7. Botol dan alat tanam siap dipakai
Sterilisasi Ruang Kultur (Incubation Room)
8. Semprotkan alkohol 95% dengan hand-sprayer pada rak kultur.
9. Bersihkan alkohol yang disemprotkan menggunakan kain lap
10. Lakukan sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi
dengan alkohol 90%.
11. Lakukan juga sterilisasi terhadap dinding-dinding ruang inkubasi
dengan kain lap yang telah dibasahi dengan alkohol.
12. Setelah sterilisasi dilakukan, jangan terlalu sering melakukan buka-
tutup ruangan, dan jika ada bahan atau alat yang perlu dimasukkan ke
dalam ruangan tersebut, usahakan menggunakan meja dorong, supaya
semua peralatan dapat terbawa ke dalam ruangan sekaligus.
3.3.2.Media
Cara Membuat Media
1. Timbang gula (15 gram) dan MS (2,2 gram) dan agar (3,25 gram),
yang diletakkan di atas aluminium foil.
2. Siapkan gelas ukur
3. Masukkan gula, MS, dan agar yang sudah ditimbang kedalam
gelas ukur, dan semprotkan aguades pada sisa-sisa bahan yang
melekat pada aluminium foil
4. Kemudian masukkan aquades sampai 500 ml,
5. Lalu aduk menggunakan spatula
6. Letakkan gelas larutan diatas stirer dan masukkan magnet sterir.
7. Semprot aluminium foil menggunakan alkohol, lalu keringkan dan
tutup gelas ukur menggunakan aluminium foil.
8. Larutan akan teraduk secara merata, yang ditandai dengan larutan
sudah putih bening.
9. Selanjutnya ukur pH larutan, buatlah nilai pH larutan berkisar
antara 5.8. untuk menaikkan pH dapat ditambahkan larutan NaOh
dan untuk menurunkan pH dapat ditambahkan HCl.
10. Siapkan panvi yang sudag steril, lalu letakan panci ke hot plat
11. Tuang larutan yang suda homogen ke dalam panci
12. Tutup panci, lalu hidupkan hot plat terapkan dengan suhu 1600 C
13. Setelah mendidih, masukan larutan ke dalam botol kultur yang
sudah disediakan sebanyak garis yang tertera pada botol kultur.
14. Tutup botol dengan rapat menggunakan 2 lapis plastik diikat
dengan 3 karet sebanyak 2-3 kali ikatan.
15. Selanjutnya lakukan sterilisasi media dengan cara diautoklaf.
16. Setelah autoklaf selesai simpan media diruang kultur
Media siap digunakan.
III.4. Penanaman
Penanaman eksplan bawang putih dilakukan di dalam laminar airflow
cabinet. Eksplan dipotong menggunakan scapel dan kemudian diletakkan
diatas cawan petri. Setelah itu dipotong dengan ukuran 1,5 cm didalam
LAF agar tidak terjadi kontaminasi pada saat penanaman (Suparaini,
2011). Setelah itu, media tumbuh dibuka tutupnya dengan hati-
hati supaya bagian dalam tidak tersentuh, rusak dan kontaminasi. Botol
dipegang menggunakan tangan kiri dengan keadaan miring, kemudian
mulut botol dibakar dahulu dengan bunsen secara diputar perlahan-lahan
yang bertujuan untuk mencegah mikroba masuk kedalam media. Setelah
itu dengan menggunakan pinset steril yang sudah dingin eksplan diambil
dan dimasukkan kedalam media sesuai masing-masing perlakuan.
Sebelum botol ditutup, mulut botol kembali disterilkan dengan cara
membakar mulut botol kemudian tutup dan ikat kencang dengan karet
gelang. Setelah semua selesai botol kultur diberi label, tanggal dan
kembali di letakkan di ruang kultur.
Setelah selesai penanaman, sebelum dibawa ke ruang inkubasi semprot
terlebih dahulu botol yang berisi eksplan untuk mencegah adanya
mikroorganisme yang terbawa ke dalam ruang inkubasi. Lakukan
penyemprotan dan pengamatan setiap hari.
III.5. Parameter
Parameter yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari:
1.Jumlah daun: Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap minggu setelah
tanam dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh
2.Jumlah akar: Pengamatan jumlah akar dilakukan setiap minggu setelah
tanam dengan menghitung jumlah akar yang tumbuh.
3. Jumlah tunas: Pengamatan jumlah tunas dilakukan setiap minggu
setelah tanam dengan menghitung jumlah tunas yang tumbuh
4. Jumlah nodul : Jumlah nodul ditentukan dengan menghitung jumlah
nodul yang tumbuh, pengamatan dilakukan setiap minggunya setelah
tanam.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
Tabel 4.1. Tabel hasil pengamatan 8 kelas terhadap kultur jaringan nanas
multiplikasi dengan perlakuan MS0+1,5 ppm Bap+0,1 ppm Naa
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Imam K(2014).Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada


Beberapa Konsentrasi Sukrosa Dan Arang Aktif. 34 Hal. Skripsi

MUTU, J. M. P. II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber, 1(1), 14.


LAMPIRAN
The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

PERLAKUAN 8 12345678

Number of observations 16

Dependent Variables With Equivalent


Missing Value Patterns

Dependent
Pattern Obs Variables

1 2 JD_INDAH
2 4 JA_INDAH
3 3 MT_INDAH JT_INDAH
4 8 JN_INDAH

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: JD_INDAH

Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 0 0.00000000 . . .

Error 1 0.50000000 0.50000000

Corrected Total 1 0.50000000

R-Square Coeff Var Root MSE JD_INDAH Mean

0.000000 15.71348 0.707107 4.500000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 0 0 . . .

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 0 0 . . .

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 3

The GLM Procedure

Level of -----------JD_INDAH----------
PERLAKUAN N Mean Std Dev

1 2 4.50000000 0.70710678

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 4

The GLM Procedure

Dependent Variable: JA_INDAH


Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 2 25.00000000 12.50000000 6.25 0.2722

Error 1 2.00000000 2.00000000

Corrected Total 3 27.00000000

R-Square Coeff Var Root MSE JA_INDAH Mean

0.925926 40.40610 1.414214 3.500000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 2 25.00000000 12.50000000 6.25 0.2722

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 2 25.00000000 12.50000000 6.25 0.2722

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 5

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for JA_INDAH

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 1
Error Mean Square 2
Harmonic Mean of Cell Sizes 1.2

NOTE: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3
Critical Range 23.20 17.80

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN

A 6.000 2 1
A
A 1.000 1 5
A
A 1.000 1 6

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 6

The GLM Procedure

Dependent Variable: MT_INDAH

Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 1 60.16666667 60.16666667 2.46 0.3616

Error 1 24.50000000 24.50000000

Corrected Total 2 84.66666667

R-Square Coeff Var Root MSE MT_INDAH Mean


0.710630 59.39697 4.949747 8.333333

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 1 60.16666667 60.16666667 2.46 0.3616

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 1 60.16666667 60.16666667 2.46 0.3616

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 7

The GLM Procedure

Dependent Variable: JT_INDAH

Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 1 4.16666667 4.16666667 0.93 0.5122

Error 1 4.50000000 4.50000000

Corrected Total 2 8.66666667

R-Square Coeff Var Root MSE JT_INDAH Mean

0.480769 79.54951 2.121320 2.666667

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 1 4.16666667 4.16666667 0.93 0.5122

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 1 4.16666667 4.16666667 0.93 0.5122

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 8

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for MT_INDAH

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 1
Error Mean Square 24.5
Harmonic Mean of Cell Sizes 1.333333

NOTE: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2
Critical Range 77.03

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN

A 11.500 2 1
A
A 2.000 1 3
The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 9

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for JT_FITRI

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 1
Error Mean Square 4.5
Harmonic Mean of Cell Sizes 1.333333

NOTE: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2
Critical Range 33.01

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN

A 3.500 2 1
A
A 1.000 1 3

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 10

The GLM Procedure

Dependent Variable: JN_INDAH

Sum of
Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 7.87500000 1.96875000 1.48 0.3900

Error 3 4.00000000 1.33333333

Corrected Total 7 11.87500000

R-Square Coeff Var Root MSE JN_INDAH Mean

0.663158 48.61897 1.154701 2.375000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 4 7.87500000 1.96875000 1.48 0.3900

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

PERLAKUAN 4 7.87500000 1.96875000 1.48 0.3900

The SAS System 21:58 Saturday, December 19, 2022 11

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for JN_INDAH

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 3
Error Mean Square 1.333333
Harmonic Mean of Cell Sizes 1.428571
NOTE: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3 4 5
Critical Range 4.348 4.363 4.321 4.261

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N PERLAKUAN

A 4.000 2 1
A
A 2.000 2 7
A
A 2.000 1 5
A
A 2.000 2 8
A
A 1.000 1 3

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy