Jurnal Mooc

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

JURNAL

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)


PPPK
TAHUN 2023

OLEH : EUIS INTAN NURHAMIDAH, S. Pd


NIP. 19960404 202221 2 009
IDENTITAS DIRI

Nama : EUIS INTAN NURHAMIDAH, S. Pd


Tempat, Tanggal Lahir : KUNINGAN, 04 APRIL 1996
NIP : 19960404 202221 2 009
Golongan : IX
Jabatan : AHLI PERTAMA – GURU PAI
Unit Kerja : SDN CIGEDANG
Instansi : KORWIL BIDIK LURAGUNG DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN KUNINGAN

Massive Open Online Course (MOOC) merupakan salah satu kegiatan orientasi PPPK pada
tahun 2023 yang berbasis LMS (Learning Management System). Kegiatan orientasi ini
memberikan banyak pandangan yang mendalam bagi ASN terutama dalam menghadapi
perkembangan zaman, salah satu implementasi sederhananya yakni dengan MOOC berbasis
LMS ini menjadikan literasi digital di kalangan PPPK menjadi lebih bermakna, karena di
dalamnya terdapat berbagai fitur yang mudah dimengerti, sehingga siapapun akan dengan
mudah mengakses materi dari LMS ini. Selain itu, terdapat 3 agenda yang di dalamnya terdiri
dari materi yang disertai dengan video. Setelah memahami dan menyimak materi maka setiap
PPPK wajib mengupload jurnal MOOC sebelum pada akhirnya melakukan Evaluasi akademik.
Beberapa fitur yang ada di dalam LMS MOOC PPPK ini yaitu sebagai berikut :
1. Dashboard (berisikan beranda awal ketika berhasil login di link http://swajar-
pppkpintar.lan.go.id)
2. Course (berisi materi kebijakan, agenda I, II dan III, jurnal dan evaluasi akademik)
3. Micro Learning (berisi video materi dari agenda I, II dan III)
4. Profile (berisi identitas diri, nilai evaluasi dan trophy)
5. Logout (merupakan fitur untuk keluar dari LMS)
MATERI KEBIJAKAN

1. Dr. Adi Suryanto, M. Si


Prioritas pembangunan SDM khususnya pada ASN diperlukan untuk menjadi generasi
baru yang bersih dan berkompeten sebagai asset penting demi mewujudkan generasi
emas Indonesia. MOOC atau Latsar ini menjadi pondasi penting bagi Smart ASN dalam
menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompleks. Melalui learning
Flatform ini pemerintah berharap dapat mencetak ASN yang kompeten, unggul dan
mampu berkolaborasi menuju Indonesia Emas.
2. DR. Mohammad Taufiq, DEA
ASN Indonesia mengenal Role Value dan employer technic. Role Value ASN ini yakni
Berakhlak (Berorientasi pada pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif dan Kolaboratif). Berdasarkan kurikulum orientasi ini diharapkan ASN dapat
menunjukkan dan mengimplementasikan Role Value sebagai Smart ASN yang mampu
berkolaboratif serta mengembangkan literasi digital sehingga mampu bersaing dalam
perkembangan zaman yang semakin pesat.
3. Erna erawati, S. Sos., M. Pol., Adm
Manajemen Penyelenggaraa PPPK saat ini bersifat mandiri berbasis LMS (MOOC).
Pembelajaran ini merupakan pembekalan untuk PPPK dalam bekerja, yakni
pembekalan bela negara, role value ASN dan kedudukan PPPK dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


A. SEJARAH PERKEMBANGAN INDONESIA
Kemerdekaan merupakan momentum besar yang menjadi kebangaan warga negara
Indonesia yang penuh dengan tumpah darah perjuangan para pejuang. Pembukaan UUD
1945 sebagai dokumen penting bagi bangsa Indonesia, di dalam pembukaan UUD 1945
terdapat berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari
Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan
berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945
maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau
mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik
Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada
Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.
Batang tubuh UUD 1945 merupakan hal utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar
negara Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi
Negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek
sumber daya manusianya.
Adapun beberapa peristiwa penting yang melekat dalam ingatan bangsa Indonesia
yakni :
1) Pada Tanggal 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam
pertemuan itu mereka mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Oetomo
2) 25 Oktober 1908 PI (Perhimpunan Indonesia) diprakarsai oleh Sutan kasayangan dan R.
N. Noto Suroto di Leiden Belanda menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di
kancah Internasional
3) 30 April 1926 diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda” yang kemudian disebut
dengan “Kongres Pemuda I” di Jakarta
4) 27-28 Oktober 1928 Kongres Pemuda Kedua
5) 1 Maret 1945 Letnan Kumakici Harada yang merupakan pimpinan pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
6) 07 Agustus 1945 PPKI terbentuk.
Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan
kesadaran terhadap sistem nasional yang bersumber dari dasar negara yakni Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.

B. 4 KONSENSUS DASAR NEGARA INDONESIA


Empat Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara yakni :
1. Pancasila
Lahirnya Pancasila sebagai dasar negara, melewati berbagai perjalanan
yang panjang. Berbagai ide dan gagasan muncul hingga pada akhirnya Pancasila
dimuat pertama kali dalam Piagam Jakarta pada alinea ke-4 serta mendapat
perubahan pada sila pertama hingga kini menjadi dasar negara yang menjadi asas
atas setiap pedoman hidup berbangsa dan bernegara, sebagai identitas bangsa
Indonesia. Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik
Indonesia, baik dalamarti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa.
Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan PeraturanPerundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD
1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa,
Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai
ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita nasional. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel,
yang dapat mencakup paham-paham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia,
dan paham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Pada tanggal 29 Mei sampai 16 Juli 1945 Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) melaksanakan perundingan untuk
membahas dasar negara Indonesia, pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan
gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu
disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28
Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
Setelah dihasilkan sebuah rancangan UUD, berkas rancangan tersebut
selanjutnya diajukan ke Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan
diperiksan ulang. Dalam siding pembahasan, terlontar beberapa usualn
penyempurnaan. Akhirnya, setelah melali perdebatan, maka dicapai persetujuan
untuk diadakan beberapa perubahan dan tambahan atas rancangan UUD yang
diajukan BPUPKI. Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah adalah
rumusan kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta, “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan.
Istilah Negara hukum umumnya dianggap merupakan terjemahan yang tepat
dari dua istilah yaitu rechtstaat dan the rule of law. Istilah Rechstaat (yang
dilawankan dengan Matchstaat) memang muncul di dalam penjelasan UUD
1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari system Pemerintahan Negara yang
berbunyi “Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (rechstaat) dan
bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat)”. Dalam UUD 1945 BAB I
tentang Bentuk dan Kedaulatan pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahun
2001, berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Dari teori mengenai
unsur-unsur Negara hukum, apabila dihubungkan dengan Negara hukum
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Berbeda-beda tetap satu jua merupakan semboyah yang kokoh tergenggam
dalam lambing negara Indonesia yang berupa burung garuda, selain itu hal inilah
yang melekat sebagai identitas bangsa Indonesia yang tercipta sebgai
masyakarat dengan keberagaman yang tetap hidup berdampingan dengan rukun.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu
Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan
usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari, rumusan
tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan
pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa dan
semangat persatuan masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya
Bhinneka Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi
semboyan yang diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRI Harga mati, inilah yang selalu disuarakan dalam membakar semangat
juang hingga era saat ini. Karena berjuang bukan hanya berperang melawan para
penjajah seperti yang dilakukan oleh para pahlawan di masa lalu, namun kini
banyak topeng penjajah yang berupa ideology bahkan karakter yang sedang
menjajah bangsa kita, maka dari itu memaknai harga mati sebuah NKRi adalah
keharusan, sehingga kita mampu memiliki daya juang mempertahankan NKRI
hingga masa yang akan datang sebagai identitas dan consensus bangsa. Ditinjau
dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara,
mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki
unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya 16 negara yaitu berupa
pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden,
sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga
telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuannya.

2. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Zaman terus berubah dari waktu-waktu membawa berbagai perubahan bagi umat
manusia. Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang
selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan
adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan
perubahan tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga, Masyarakat pada level
lokal dan regional, Nasional, dan Dunia.
Sebagai ASN kita harus mengetahui tugas dan fungsi utama seorang ASN yakni :
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang- undangan,
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Seorang ASN haruslah menjadi teladan yang baik bagi masyarakat di sekitarnya, tidak
mudah terjerumus dalam isu yang belum pasti (hoax) dan mampu bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya menjalankan tugas peraturan perundang-undangan yang mengatur
kode etik serang ASN.
Perubahan cara pandang di kalangan masyarakat akibat perubahan zaman dan kondisi
lingkungan serta budaya akan mempengaruhi alur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal ini dapat terlihat dari masuknya kepentingan global yang masuk ke dalam negeri, kemudian
banyak cara pandang masyarakat yang berubah akibat budaya asing yang masuk dengan cepat
akibat pengaruh media. Bahkan tingkat persaingan di kalangan masyarakatpun, banyak
menggeser bahkan menghilangkan citra bangsa yang harmonis.
Oleh karena itu, diperlukan adanya modal insani dalam menghadapi perubahan
lingkungan, yakni :
a. Modal Intelektual (kemampuan diri yang mampu menghadapi berbagai persoalan melalui
penekanan pada kemampuan merefleksi diri (merenung), untuk menemukan makna dari
setiap fenomena yang terjadi dan hubungan antar fenomena sehingga terbentuk menjadi
pengetahuan baru. Kebiasaan merenung dan merefleksikan suatu fenomena yang membuat
orang menjadi cerdas dan siap menghadapi segala sesuatu. Modal intelektual tidak selalu
ditentukan oleh tingkat pendidikan formal yang tinggi, namun tingkat pendidikan formal
yang tinggi sangat menunjang untuk membentuk kebiasaan berpikir)
b. Modal Emosional (Kemampuan diri dalam mengelola dan mengolah emosi kea rah yang
positif serta untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi
orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan
orang lain)
c. Modal Sosial (membangun jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi, menumbuhkan
kepercayaan, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota
dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas)
Konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia kini sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian
tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Dengan
menggunakana logika sederhana, pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan
mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal
tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus
melanjutkan hidup. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya
sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari
interaksi peradaban dan bangsa
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi
yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu,
kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba
merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain
adalah kejahatan saiber dan tindak pencucian uang. Secara singkatnya isu-isu tersebut yakni :
1. Korupsi
2. Narkoba
3. Radikalisme
4. Terorisme
5. Kejahatan Pencucian Uang
6. Kejahatan Cyber
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan
analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPK atau USG atau teknik tapisan
lainnya dengan menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir kritis, misalnya menggunakan
system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau
sekurangnya-kurangnya menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk
menggambarkan akar dari isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif
pemecahan isu yang akan diusulkan.
Beberapa alat bantu menganalisis isu tersebut adalah :
a. Mind Mapping (teknik mencatat tingkat tinggi yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu
otak kiri dan otak kanan. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan fungsi-fungsi logis, yaitu
bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti urutan tertentu)
b. Fishbone Diagram (memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan cabang-
cabang terkait. Namun demikian fishbone diagram atau diagram tulang ikan ini lebih
menekankan pada hubungan sebab akibat)
c. Analisis SWOT (suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai)

3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Pada hakikatnya bela negara memiliki 5 kunci utama yakni :
a. Rasa Cinta Tanah Air;
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara;
c. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara;
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara;
e. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building.
Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar
akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air,kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi
bangsa dan Negara.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang
teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang
mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan local sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai wujud bahwa kita,memiliki kemampuan awal bela
negara yakni :
a. Kesehatan jasmani didasarkan pada sikap perilaku hidup sehat, makan makanan yang
mengandung gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat melaksanakan
akitifitas. Selain itu melaksanakan aktifitas fisik yang dapat menambah kebugaran
jasmani dengan berolahraga. Lingkungan juga mempengaruhi akan kesehatan jasmani,
maka dari itu kita harus memperhatikan kondisi dan kebersihan serta kesehatan
lingkungan kita. Agar dapat membawa efek yang positif bagi jasmani.
b. Kesehatan mental berasal dari kesehatan fikiran dalam menjalani hidup. Diperlukan
adanya kesehatan berfikir, system berfikir dan kendali diri serta manajemen emosi dalam
menghadapi setiap persoalan sehingga mampu menjadikan mental kita lebih sehat dan
akan berdampak pada pengambilan langkah serta keputusan yang positif.
a. Etika, Etiket dan moral. (Etika adalah Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak dan Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat,
sedangkan etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan
cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi,
hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain. Dan moral adalah
suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut)
b. Kearifan local (perilaku positif manusia yang berhubungandenganlingkunganalam dan
sosial di sekitarnya. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan setempat yang
bijaksana, bernilai luhur, dan ditumbuh-kembangkan oleh masyarakat)
Pada hakikatnya, penumbuhan dan pelaksanaan bela negara paling sederhana dimulai dari
diri sendiri untuk siap siaga mempersiapkan segalanya. Adapun langkahnya yakni :
1. Mempersiapkan diri dari aspek internal dan eksternal yang berhubungan dengan
kesiapan jasmani dan rohani untuk melaksanakan bela negara (menumbuhkan sikap
disiplin terhadap berbagai kegiatan sehari-hari melalui aktuftas rutin yang terjadwal)
2. Menumbuhkan sikap disiplin di lingkungan pribadi dan di lingkungan masyarakat
sebagai langkah awal menumbuhkan aspek positif dalam diri
3. Mengikuti berbagai latihan fisik seperti olahraga dan baris-berbaris sebagai elemen
pendukung penguatan tethadap jasmani
4. Mengelola emosi dan mengolah diri untuk dapat memanaje kehidupan
5. Memperluas jiwa intelektual dengan terus mengikuti perkembangan etiket sehigga
dapat menjadi jalur untuk menyeimbangan diri dalam membentuk moral yang positif
6. Menumbuhkan sikap khidmat dalam setiap momen nasionalis
7. Dan memiliki kewaspadaan dini dalam menghadapi isu-isu (hoax) yang akan
merubah mindset dan moralitas diri
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR PNS

A. BERORIENTASI PELAYANAN
ASN adalah aksen pelayan masyarakat, sudah sepatutnyalah kita memiliki jiwa
pelayanan yang utama. Dalam bidang pendidikan tentunya jiwa pelayanan terhadap murid
adalah yang utama agar terciptanya pendidikan yang merdeka dan membangun komunikasi
yang efektif demi terciptanya pendidikan yang lebih berkualitas. Konsep layanan-layanan
ASN tersebut di antaranya :
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuatoleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang Profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuanNegara Kesatuan Republik Indonesia
Penyelenggara Pelayanan Publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (UU 25/2009) adalah setiap institusi penyelenggara negara,

Hal Fundament
korporasi, lembaga independen yangdibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan public yaitu :
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negarasebagai amanat konstitusi

01
b. Pelayan public diselenggarakan dengan pajakyang dibayar oleh warga negara

02
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untukmencapai hal-hal yang strategis

03
bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan
perlindungan bagi warga negara (proteksi
04
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan
yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini(doing something better
and better).” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN berakhlak yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang
semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas,
yang terdiri dari:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat
dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something
better and better).
Prinsip pelayanan public yakni :
a. Partisipatif
b. Transparansi
c. Responsive
d. Mudah dan murah
e. Efektif dan efisien
f. Aksesibel
g. Akuntabel
h. Berkeadilan

B. AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu
yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak
hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Konsep akuntabilitas yakni :
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan
yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan
negara dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) Tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalammemberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang
sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang
utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi,
Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan
Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

C. KOMPETEN
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian
ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar
(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan
kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan
perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Berkinerja yang BerAkhlak:
1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik. Perilaku
etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen
kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke
dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah, disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
4. Melakukan kerja terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

D. HARMONIS
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme
berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam
lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain.
Sejak awal berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation building)
meruapkan sesuatu yang harus terus menerus dibina, dilakukan dan ditumbuh
kembangkan. Dengan demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia
memiliki satu nyawa, satu asal akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang
menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan
kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata. Sebagai
persenyawaan dari ragam perbedaan suatu bangsa mestinya memiliki karakter
tersendiri yang bisa dibedakan dari karakter unsur unsurnya.
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut bersama
kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan public, dan kehidupan bermasyarakat.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi
sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah
yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Terbentuknya NKRI merupakan
penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan
Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka
Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut. Etika publik
merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional
tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku
pejabat publik harus berubah,
1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
2. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi
karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Memperhatikan aspek filosofis dari kata pengertian harmonis diatas, maka jika
diibaratkan suatu aliran dalam seni musik yang membicarakan tentang hubungan
antara nada satu dengan nada yang lain. Kaidah-kaidah yang dikemukakan oleh
seorang komponis dan ahli teori musik bernama Jean Philippe Rameau (1683—1764)
menjadi landasan dasar dalam seni musik sampai akhir abad ke-19.Pada abad ke-20
tercipta efek- efek harmoni baru karena adanya penggunaan penadaan baru. Dalam
suatu orkestra, Orkes Harmoni adalah seperangkat orkes yang secara khusus meliputi
alat-alat musik tiup dari kayu, logam, dan alat musik pukul yang dapat dilengkapi
dengan bas-kontra.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Suasana yang harmonis akan membuahkan kenyamanan dalam
bekerja, selain itu interkasi dan komunikasi bersama teman sejawat akan mampu berjalan
dengan baik karena adanya keharmonisan yang terbangun, maka dari itu perlu adanya
pembangunan keharmonisan di anatra teman sejawat demi mencipakan lingkungan kerja
yang lebih baik dan lebih nyaman.
E. LOYAL
Kata kunci dari sikap loyal yakni berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara. Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN
sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah
kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundangundangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran
bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.

F. ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan.
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan
organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini
dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja
pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan
antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
2. Mendorong jiwa kewirausahaan;
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan
untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya
tujuan organisasi.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan –
baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun
atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision,
hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi
ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi
sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat
untuk meningkatkan kinerja.
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Organisasi maupun individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan apa yang
menjadi tuntutan perubahan. Di dunia usaha hal ini lebih mudah dimengerti ketika terjadi
perubahan pada selera pasar akan memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan produk
mereka agar sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasar.
Untuk memastikan agar organisasi terus mampu memiliki pengetahuan yang
mutakhir, maka organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu:
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery);
b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model);
d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
e. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental
silo (systems thinking).
Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan tugas dan fungsi ASN
di lingkungan kerjanya masing-masing. Dengan mempraktikkan kelima disiplin tersebut,
ada jalan bagi organisasi untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa pengetahuan
yang selalu diperbarui maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan lama, atau
kadaluwarsa, yang justeru akan menjadi racun bagi organisasi tersebut.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan
dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun
ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut:
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Bentuk
antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan yang
merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya.)
2. Mendorong jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan
penting dari konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat.
Dengan jiwa kewirausahaan ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus
melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif layaknya
organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah. Pemerintah dalam
memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya
mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada.
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya. Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan
pertimbangan kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini
tujuan organisasi pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti
mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan
diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi
justru untuk merespon dan bereaksi dengan baik kepada perubahan lingkungan,
dengan tujuan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja instansinya

G. KOLABORATIF
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri, maka dari itu
manusia membutuhkan oranglain untuk dapat melanjutkan hidup dan kehidupannya.
Dalam ilmu bersosial, manusia perlu melakukan kolaborasi agar hidupnya tidak monoton.
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020)
mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua
kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta
mobilitas dan fleksibilitas.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga
dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan
yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama
guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan.
Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga seringdisamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined- up government, concerned decision making, policy coordination atau
cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep
tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik
secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang
terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula
perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya
penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi
lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses
kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor
tertentu saja yang dipandang relevan.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di
suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. SMART ASN
Zaman dan tekhnologi adalah dua hal yang sulit untuk terpisahkan, keduanya memiliki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Utamanya dalam kehidupan para ASN. Dunia
digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang
tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia
hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui
waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya.
Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun
2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih
dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring
ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang
harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan,
yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan
cara-cara di mana ia mewakilidunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai
literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi
digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat. Penguatan literasi
digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait
percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan
kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
● Kecakapan digital,
● budaya digital,
● etika digital
● dan keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga
Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk
melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan,
yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia.
Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam banyak
aspek. Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak
dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native (warga
digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan
membangun mindfulness communication tanpa stereotip dan pandangan negative adalah
juga persoalan meningkatkan kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital.
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital
meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman. Hak
harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi menjaga hak-hak
atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban masyarakat atau
kesehatan atau moral publik.
Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap pengguna.
Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari layanan teknologi
dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang. Siapa yang
bertanggungjawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? jawabannya adalah setiap
individu. Terdapat empat aspek kesejahteraan individu yang digambarkan dalam piramida
dan delapan prinsip praktik digital yang baik yang digambarkan pada lingkaran (Jisc, n.d).
Ruang digital adalah ruang yang kaya akan informasi yang mendukung pada asas efisien dan
efektif.

B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama
dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode
etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a)Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan
pemersatu bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan
kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya.
Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system pengelolaan
pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit
pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya
yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
1. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
2. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
3. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
4. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
6. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun
7. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
8. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
9. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa.
10. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
11. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy