Jurnal Agustina

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)

JURNAL

Oleh:

Nama : A.GUSTINA, A.Md. Kep


NIP : 198208062023212001
Tempat, Tanggal Lahir : Batusangkar, 06 Agustus 1982
Jabatan : Perawat Terampil
Instansi : RSU PROF DR MA HANAFIAH BATUSANGKAR

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


(LAN)
TAHUN 2023
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. MODUL : WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELANEGARA

SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan


Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada
kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945. Awal bangkitnya perjuangan
Bangsa Indonesia yaitu dengan terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta
tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia
(STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo. Rapat kecil
tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju
Indonesia Merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 dari hasil Kongres
Pemuda II dihasilkan kesepakatan berupa 3 Klausul yang menjadi dasar Sumpah
Pemuda.
Pergerakan-pergerakan sebagau upaya bangsa Indonesia mendapatan
pengakuan kemerdekaan Negara Indonesia terus berlanjut hingga pada puncaknya
tanggal 17 Agustu 1945 diproklamasikan kemerdekaan Indonesia Oleh Soekarno
danMoh. Hatta setelah mendapatkan desakan dari PPKI dan para pemuda. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia perjuangan masih tetap dilakukan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1. Wawasan Kebangsaan
Adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character)
dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka TunggalIka, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. Empat
Konsensus Dasar yaitu:
a. Pancasila

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di


depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan
bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara
merdeka yang akan didirikan. Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh
tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu
atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Pancasila merupakan wadah yang
cukup fleksibel, yang dapat mencakup paham-paham positif yang dianut oleh
bangsa Indonesia, dan paham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan
yang cukup untuk memperkembangkan diri.

b. Undang-Undang Dasar 1945

Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16


Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Gagasan itu berlanjut dengan dibentuknya Panitia 9 yang
anggotanya diambil dari 38 anggota BPUPKI. Panitia 9 dibentuk pada tanggal
22 Juni 1945. Panitia 9 mempunyai tugas untuk merancang sebuah rumusan
pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari
setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan
menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI. Dan kalimat
Mukadimah adalah rumusan kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta,
“dengan kewajiban 14 menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

c. Bhinneka Tunggal Ika

Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan


Bhineka- Tunggal-Ika berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab
meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya
satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna
sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru
sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya

16 negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat


Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk
negara, disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara
dan tujuannya.

2. NILAI-NILAI BELA NEGARA

A. Sejarah Bela Negara

Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo


Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela
Negara. Dengan pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan
hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
rangka bela Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan
dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.

B. Ancaman

Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa, usaha dan kegiatan, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan keamanan.
C. Kewaspadaan Dini

Kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga Negara


terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal
dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.

D. Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

E. Nilai Dasar Bela Negara

Nilai Dasar Bela Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun


2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara
Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :

a. cinta tanah air;

b. sadar berbangsa dan bernegara;

c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;

d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

e. kemampuan awal Bela Negara.

F. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan

Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan


kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan,
pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela
Negara.

B. MODUL : ANALISIS ISU KONTEMPORER


Menjadi PNS yang professional: Mengambil Tanggung Jawab,
Menunjukkan Sikap Mental Positif, Mengutamakan Keprimaan, Menunjukkan
Kompetensi, Memegang Teguh Kode Etik.

Perubahan Lingkungan Strategis: Ditinjau dari pandangan Urie


Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan strategis yang
dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat
pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).

C. MODUL : KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi
situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan
tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga
yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat,
dan menjamin kelangsungan hidupberbangsa dan bernegara”.

Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:

1. Cinta Tanah Air;

2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;

3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

5. Memiliki kemampuan awal bela negara.

6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adildan makmur.

Kesehatan Berpikir

Cara yang paling mudah memahami kesehatan dalam berpikir adalah


dengan memahami kesalahan dalam berpikir. Sejumlah kesalahan berpikir
(distorted thinking) berkontribusi dalam pelbagai masalah mental manusia.
Kesalahan-kesalahan berpikir ini juga bisa mempengaruhi kemampuan manusia
dalam mengendalikan diri (self control) dan pengelolaan stres (stress
management) karena menjadi sebab hilangnya rasionalitas manusia dan
munculnya interpretasi tidak realistik terhadap pelbagai kejadian di sekitar.

Emosi positif terdiri dari sejumlah komponen berikut (Pasiak,2012):

1) Senang terhadap kebahagiaan oranglain.

2) Menikmati dengan kesadaran bahwa segala sesuatu diciptakan atas


tujuan tertentu/mengambil hikmah.

3) Bersikap optimis akan pertolonganTuhan.

4) Bisa berdamai dengan keadaan sesulit/separah apapun.

5) Mampu mengendalikan diri.

6) Bahagia ketika melakukan kebaikan Makna hidup terdiri dari


sejumlahkomponen berikut ini (Pasiak, 2012):

7) Menolong dengan spontan

8) Memegang teguh janji

9) Memaafkan (diri dan orang lain).

10) Berperilaku jujur.

11) Menjadi teladan bagi orang lain.

12) Mengutamakan keselarasandankebersamaan

KONSEP KEPROTOKOLAN

Melalui Undang-UndangNomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan yang


memberikan penjelasan bahwa

“Keprotokolan “ adalah :

“serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara


kenegaraan atau acara resmi yang meliputiTata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuaidengan
jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan,atau masyarakat.”

AGENDA 2

NILAI - NILAI DASAR PNS

A. MODUL : BERORIENTASI PELAYANAN

Terdapat tiga unsur penting dalampelayanan publik khususnya dalam


konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,

2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,


dan

3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterimaoleh penerima layanan.


Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagiketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik,karena dapat menimbulkan
kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.

Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana


kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat danpemersatu bangsa.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat


PembinaKepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik


Indonesia.

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi


transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World
Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani
Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai
sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari- hari.

B. MODUL : AKUNTABEL

1. POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, kita sebagai individu mungkin


sudah bosan dengan kenyataan adanya perbedaan jalur dalam setiap pelayanan.
Layanan publik di negara ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi
layaannuntuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Sehingga di
masyarakat muncul sarkasme yang mengartikan buruknya pelayanan publik.

Payung hukum terkait Layanan Publik tertuang dalam Undang- undang


Nomor

25 Tahun 2009 tentang Layanan Publik. Sejak diterbitkannya UU tersebut


dampaknya sudah mulai terasa di banyak layanan. Ruang-ruang layanan dasar
sudah jauh lebih baik. Walaupun belum sempurna, tetapi sudah berjalan ke arah
yang benar.

Tugas berat sebagai ASN adalah ikut menjaga dan berpartisipasi


dalammenjaga dan meningkatkan kualitas layanan publik. Karena secara pola
pikirdan mental masih dibutuhkan usaha yang keras dan komitmen kuat.
Tantanganyang dihadapi tidak hanya di lingkungan ASN namun juga dari
masyarakatsebagain penerima layanan. Mental dan pola pikir yang baik pada
diri ASN secara tidak langsung memberikan dampak pada masyarakat sebagai
penerima layanan. Kegiatan perilaku negatig bisa memberikan dampak
sistemik, sebaliknya mental dan pola pikir positifpun harus bisa memberikan
dampakserupa.

2. KONSEP AKUNTABILITAS

a. Pengertian Akuntabilitas

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajibanuntuk


mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza
dan Zonke,2017).

Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilakuyang sesuai dengan Core Values ASNBerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:

3. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,


cermat, disiplin dan berintegritas tinggi

4. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara


secarabertanggung jawab, efektif, dan efisien

5. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya


denganberintegritas tinggi

b. Aspek-Aspek Akuntabilitas

1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is


a relationship)

2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-


oriented)

3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan(Accountability


requiersreporting)

4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is


meaninglesswithout consequences)

5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves


performance)

6) Pentingnya Akuntabilitas

3. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

a. Akuntabilitas dan Integritas

Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor yang sangat penting

dimiliki dalam kepimpinan, Integritas menjadi hal yang pertama harus


dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti
oleh Akuntabilitas.

b. Integritas dan AntiKorupsi

Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi.


Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan
perbuatan. Dengan demikian, integritas yang konsepnya telah disebut filsuf
Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang
utama dalam kehidupan bernegara. Semuaelemen bangsa harus memiliki
integritas tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan
masyarakat pada umumnya.

c. Mekanisme Akuntabilitas

Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian


kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan(CCTV,
finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi). mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi:

1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity


andlegality)

2) Akuntabilitas proses (process accountability)


3) Akuntabilitas program (program accountability)

4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

d. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia, alat akuntabilitas antara


lainadalah:

1. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) berupa Rencana Pembangunan


Jangka Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah/RPJM-D), dan Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-
D),Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.

2. Kontrak Kinerja. Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan


implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru Nomor 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.Laporan Kinerja yaitu
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan
dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian
kinerja, serta akuntabilitas keuangan.

3. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel antara lain


Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung jawab ( Responsibilitas),
Keadilan, Kepercayaan, keseimbangan, Kejelasan, Konsisten.

e. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan


Framework Akuntabilitas di lingkungan kerja PNS:

1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus


dilakukan.

2) Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk


mencapaitujuan.

3) Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah


dicapai.

4) Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat


waktu.

5) Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback


untuk

memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan- kegiatan yang


bersifatkorektif

Konflikkepentingan secaraumum adalahsuatu keadaan sewaktu seseorang


pada posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut
memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Ada 2 jenis
umum Konflik Kepentingan:

a. Keuangan

Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber


dayaaparatur) untuk keuntungan pribadi.

b. Non-Keuangan

Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau
orang lain.

c. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel

Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi.

d. Membangun Pola Pikir AntiKorupsi

Terkait dengan pola pikir antikorupsi, informasi terkait Dampak Masif dan
Dan Biaya Sosial Korupsi bisa menjadi referensi bagi Kita untuk melakukan
kontempelasi dalam menentukan sikap untuk ikut berpartisipasi dalam
gerakanpemberantasan korupsi negeriini.

4. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI


PEMERINTAHAN Ketersediaan informasi publik memberikan pengaruh yang
besar pada berbagai sektor dan urusan publik Indonesia. Perwujudan
transparansi tata kelola ketebukaan informasi publik, dengan ditebitkannya UU
No. 14 Tahun 2008 memberikan jaminan konstitusional agar praktik
demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses pengambilan
kebijakan kepentingan public.

Aksesibilitas informasi bersandar pada beberapa prinsip yaitu maximum


access limited exemption, permintaan tidak perlu disertai alasan, mekanisme
yang sederhana, murah dan cepat nilai dan daya guna, informasi harus utuh dan
benar, informasi proaktif, perlindungan pejabat yang beritikad baik. Pejabat
publik yang paling kapabel dan berwenang memberikan informasi publik
adalah Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Sementara ASN
hanya berwenang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemimpin.

Aparat pemerintah dituntut mampu menyelenggarakan pelayanan publik


dengan etika birokrasi yang baik. Memegang teguh prinsip moral, integritas
merupakan kunci dari telaksananya sistem yang disiapkan. Terdapat 2 jenis
konflik kepentingan yaitu keuangan dan nonkeuangan. Untuk membangun
budaya anti korupsi yang diperlukan dalam penanganan konflik kepentingan
antara lain penyusunan kerangka kebijakan, identifikasi situasi, penyusunan
strategi penanganan dan penyiapan serangkaian tindakan untuk menangani
konflik kepentingan.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada


seseorangatau organisasi yang memberikan amanat. Amanah seorang ASN
menurut SE MENPAN RB Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN bERakhlak.
Akuntabilitas dan Integritas ASN memberikan dampak sistemik apabila dapat
dipegang teguh olehsemua unsur. Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
konsistensi dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

C. MODUL : KOMPETEN

1. Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis,


karakter dan tuntutan keahlian baru.
2. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan
tawaran perubahan teknologi itu sendiri.

3. Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:


Berorientasi Pelayanan:

a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;

c. Melakukan perbaikan tiada henti.Akuntabel:

a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin


danberintegritas tinggi;

b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara


bertanggungjawab, efektif, dan efesien.

Kompeten:

a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang


selaluberubah;

b. Membantu orang lain belajar;

c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.Harmonis:

a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;

b. Suka mendorong orang lain;

b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.Loyal:

a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta pemerintahan yang sah;

b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;

c. Menjaga rahasia jabatan dan negara. Adaptif:


a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;

c. Bertindak proaktif. Kolaboratif:

a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;

b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;

c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan


bersama Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan
dalam

Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara
lain, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu: a.
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubahi; b. Membantu orang lain belajar; dan c.Melaksanakan tugas dengan
kualitas terbaik. Perilaku kompeten ini sebagaiamana dalam poin 5 Surat
Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya kerja di
instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan
organisasi/instansi.

1. Berkinerja yang BerAkhlak:

• Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi,


kompetensi,dan kinerja.

• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan
publik.

• Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada


perilakuBerAkhlak.

2. Meningkatkan kompetensi diri:

• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu


berubah adalah keniscayaan.

• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau


disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis
pada sumber pembelajaran utama dari Internet.

• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam


basis online

network.

• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber


keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi
tempat ASN bekerja atau tempat lain.

• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang


mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan
atau luar organisasi.

3. Membantu Orang Lain Belajar:

• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor


termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.

• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam


“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).

• Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam


dokumen kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan
dan diambil (Knowledge Repositories).

• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and


Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan
bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned).

4. Melakukan kerja terbaik:

• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap


organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup
dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karyamanusia.

• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak


dilepaskandengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang

D. MODUL : HARMONIS

Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga


menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan
tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional ataupersatuan dan kesatuan
bangsa.

Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara


disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa
yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika
merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-


nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain- lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,
perilaku pejabat publik harus berubah,

1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;

2. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;

3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting


dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentukorganisasi.
Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan
susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan
bekerja dan bermasyarakat.

E. MODUL : LOYAL

1. Urgensi Loyalitas ASN

Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal uraian modul ini
adalah kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah
satu core values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh
setiap ASN. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan
dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.

a. Faktor Internal

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat
loyal atau setia kepada bangsa dan negara.

b. Faktor eksternal

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini
tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi
persaingan global.

Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana


diuraikan di atas, ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang
harus (dan hanya dapat dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi
terhadap bangsa dan negara.

2. Makna Loyal dan Loyalitas

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu


“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia,
atau suatu kesetiaan. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal didefinisikan
sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance to a person
or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan
yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih- lebih kepada
NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi


untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:

a. Taat pada Peraturan

b. Bekerja dengan Integritas

c. Tanggung Jawab pada Organisasi

d. Kemauan untuk Bekerja Sama

e. Rasa Memiliki yang Tinggi

f. Hubungan Antar Pribadi

g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain

3. Loyal dalam Core Values ASN

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


(PANRB) menyelenggarakan Peluncuran Core Values dan Employer Branding
Aparatur Sipil Negara (ASN), di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta pada
hari Selasa tanggal 27 Juli Tahun 2021. Pada kesempatan tersebut Presiden
Joko Widodo meluncurkan Core Values dan Employer Branding ASN.
Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-

62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

4. Membangun Perilaku Loyal

a. Dalam Konteks Umum


Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawaiterhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:

1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki

2) Meningkatkan Kesejahteraan

3) Memenuhi Kebutuhan Rohani

4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir

5) Melakukan Evaluasi secara Berkala

b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan

Pengetahuan tentang Wawasan Kebangsaan sejatinya telah diperoleh para


Peserta Pelatihan di bangku pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar,
menengah maupun pendidikan tinggi. Namun demikian, Wawasan Kebangsaan
tersebut masih perlu terus dimantapkan di kalangan CPNS untuk meningkatkan
kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun sikaployal sebagai
bekal dalam mengawali pengabdiannya kepada bangsa dan negara sebagai
seorang PNS.

c. Meningkatkan Nasionalisme

Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan


Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara
dan mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

PANDUAN PERILAKU LOYAL

1. Panduan Perilaku Loyal

a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah

b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara


c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

2. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara

Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai- Nilai Dasar
Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat

(3) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH

1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS

Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat
diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi
sumpah/janji tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya
dipahami dan diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau
komponen sebuah organisasi pemerintah. Berikut adalah petikan bunyi
Sumpah/Janji PNS :

"Demi Allah/Atas Nama Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah/berjanji:

a) bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan setia
dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, negara, dan pemerintah;

b) bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang- undangan


yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada
saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

c) bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan


negara,pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil, serta

akan senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripadakepentingan


sayasendiri, seseorang atau golongan;

d) bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurutsifatnya


ataumenurut perintah harus saya rahasiakan;

e) bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan


bersemangat ".

2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan.

a. PNS Wajib:

1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UndangUndang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Pemerintah;

2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3) Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah


yang berwenang;

4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,


kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;

6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,


ucapan,dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;

7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia


jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

8) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia;

9) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS;

10) Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;

11) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,


seseorang, dan/atau golongan;

12) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada


hal yang dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan
negara;

13) Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

14) Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

15) Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-


baiknya;

16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan


kompetensi; dan

17) Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

b. PNS Dilarang:

1) Menyalahgunakan wewenang

2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau


orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi
konflik kepentingan dengan jabatan;

3) Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;

4) Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau


tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;

5) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga


swadaya masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian;

6) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau


meminjamkan barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau surat
berharga milik negara secara tidak sah;

7) Melakukan pungutan di luar ketentuan;

8) Melakukan kegiatan yang merugikan negara;

9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;

10) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

11) Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau


pekerjaan;

12) Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;

13) Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan


yang dapatmengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; dan

14) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,


calonKepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau calon anggota


Dewan Perwakilan Ralryat Daerah.

3. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS

Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.

a) ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik Fungsi ASN yang pertama


adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Secara teoritis, kebijakan publik
dipahamisebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau
tidak dilakukan.

b) ASN sebagai Pelayan Publik Pelayanan publik dapat dipahami sebagai


kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
c) ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa Fungsi ASN yang ketiga
adalah sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Agar ASN dapat melaksanakan
fungsi ini dengan baik maka seorang ASN harus mampu bersikap netral dan
adil.

4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS

Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai- nilai


Pancasila menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal
dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari
organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Penjelasan aktualisasi nilai- nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat
diuraikan sebagai berikut.

a) Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)

b) Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)

c) Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)

d) Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)

e) Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)

F. MODUL : ADAPTIF

Penerapan adaptasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Organisasi


yang merespons perubahan lingkungannya yaitu antara lain dengan
kemampuan sikap maupun proses dapat dipandang sebagai:

1. Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak


ide atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.

2. Flexibility (Fleksibilitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan


banyak kombinasi dari ide-ide yang berbeda

3. Elaboration (Elaborasi) yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail


dengan kedalaman dan komprehensif.

4. Originality (Orisinalitas) yaitu adanya sifat keunikan, novelty,


kebaruan dari ide atau gagasan yang dimunculkan oleh individu. Pondasi
organisasi adaptif dibentuk dari tiga unst dasar yaitu anskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadhersip). Unsur lanskap terkait
dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis meliputi
bagaimana memahamidunia yang kompleks. Unsur kedua adalah pembelajaran
yang terdiri dari elemen-elemen adaptif organization yaitu perencanaan
beradaptasi, penciptanaan budaya adaptif dan struktur adaptasi. Yang terakhir
adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran dalam membentuk
adaptive organization. Ada 9 elemen budaya adaptif menurut Management
AdvisoryService UK antara lain:

a. Purpose

b. Cultural values

c. Vision

d. Corporate values

e. Corporate strategy

f. Structure

g. Problem solving

h. Partner working

i. Rulers

Berikut perbedaan persamaan dan perbedaan organisasi Birokasi dengan


organisasi Adaptif Perbedaan Organisasi Birokasi Organisasi Adaptif Desain
Mekanistik Organik Otoritas Sentralistik DesentralistikPeraturan danprosedur

Banyak sedikit rentang manajemen sempit luas tugas sedikit banyak


koordinasi formal informal persamaan dari organisasi yang mungkin
munculdalam praktek penerapan adaptasi dari organisasi berbeda adalah sama
sama memiliki tujuan yang sama untuk mencapai kemampuan organisasi yang
maju dan terarah.perilaku adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
menurutLearning Organization (Peter Senge)

a. pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga tingkat


mahir (personal mastery)

b. pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang


sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita- cita yang akan
dicapai bersama (shared vision)

c. pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang


organisasi, Seorang pemimpin adalah seorang yang dapat membawa perubahan
adaptif seseorang bukan teknis. Perubahan itu untuk kebaikan mereka sendiri
dan kebaikan organisasi ( Eddy Teo, mantan Sekretaris Tetap Singapura)

Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal – hal berikut:

1. Hadapi Volatility dengan vision

a. Adalah terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan


kerja Anda yang konstan dan tidak dapat diprediksi

b. Untuk menghadapi situasi volatility pastikan anda menetapkan tujuan


fleksibel yang dapat diubah bila diperlukan.

2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding

a. Kemampuan untuk memahami sesuatu menjadi salah satu kunci\


dalam menghadapi ketidakpastian. Memahami itu sendiri lebih mendalam
dibandiing mengetahui. Dengan mengrtahui seseorang belum tentu mejmahami,
sedangkan memahami, seseorang sudah pasti mengetahui.

b. Jadikan investasi, analisis dan interpretasi bisnis serta kompetitif


intelegency sebagai prioritas sehingga anda tidak ketinggalan atau tetap up to
date dengan berita – berita yang ada.

c. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan


kinerja organisasi melalui peningkatan Kinerja SDM organisasi.
Tujuan Evaluasi kinerja yang dikemukakan oleh sunyoto ( 1999 : 1)
yangdikutip oleh mangkunegara 2005 : 10 adalah

a. Meningkatkaan saling pengertian antara karyawan tentang


persyaratankinerja.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan,


sehinggatermotivasi untuk berbuat yang lebih baik untuk berprestasi’

c. Memberikan peluang kepda Karyawan untuk mendiskusikan


keinginandan aspirasinya terhad pekerjaan yang diemban

d. Merumuskan kembali sasaran masa depan sehinnga


karyawantermotivasi untuk berprestasi

e. Melalui simulasi dan eksperimen yang valid maka diharapkan


dapatmembantu kita dalam ketidakpastian.

3. Hadapi Complexity dengan Clarity

a. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita dituntut untuk tidak


hanya memahami prosesnya tetapi juga mampu
menerapkanpengetahuan kita secara kreatif. Komunikasi dikataka efektif
apabilakomunikasi yang terjadi bersifat 2 arah yaitu dimana makna yang
distimulasikan sama atau serupa dengan yang dimaksudkan olehkomunikator.

b. Membangun dan mengembangkan tim adalah tugas utama


kepemimpinan. Tanpa keterampilan membangun tim seorang pemimpin
beresiko membatasi produktivitas pegawai.

4. Langkah membangun Tim secara efektif:

a. Tetapkan kepemimpinan,

b. Bangun hubungan dengan pegawai

c. Bangun hubungan diantara pegawai,

d. Menumbuhkan kerja sama kolaborasi Tim,


e. Metapkan aturan dasar untuk tim.

5. Hadapi Ambiquity dengan Agility

a. Dorong fleksibilitas kemampuan beradaptasi dan ketangkasan .

b. Pekerjakan dan promosikan orang yang berhasil di lingkungan VUCA.


Tidak akan salah pilih karena mereka merupakan SDM yang bertalenta tinggi
dan teruji.

c. Rotasi pekerjaan dan pelatihan silang bisa menjadi cara terbaik untuk
meningkatkan ketangkasan tim.

d. Hindari mempimpin dengan mendikte atau mengendalikan mereka.

e. Bass pada tahun 1985 mendefinisikan Kepemimpinan transaksional


berhubungan dengan kebutuhan bawahan yang difokuskan pada perubahan.

f. Kembangkan budaya ide. Jenis budaya yang energik dan dapat


mengubah tim menjadi kreatif dan gesit serta inovatif.

g. B. Perilaku Adaptif Lembaga / Organisasional, Orgaisasi Adaptif yaitu


organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan
dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel (Siswanto , and
Sucipto, Agus 2008, dalam Yuliani dkk 2020.

Berdasarkan proposal Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya


organisasi :

1. Budaya Adaptif (Adaptive Culture), budaya bersifat fleksibel dan


eksternal dapat memuaskan permintaan pelanggan pada lingkungan eksternal.

2. Budaya misi (mission culture), Budaya yang bersifat stabil dan


eksternal menekankan organisasi dengan tujuan yang jelas dan versi

–versinya.

3. Budaya klan ( clan culture). Budaya yang bersifat fleksibel dan


internal menekankan para anggotanya harus memainkan peran tingkah laku
efisien yang tinggi dengan rasa penuh tanggung jawab.
4. Budaya Birokratif ( bureaucratic culture). Budaya yang bersifat
stabildan internal organisasi memiliki tingkat konsistensi yang tinggi
akanaktifitas – aktifitasnya.

Perilaku Adaptif Individual SDM yang adptif dan terampil kian


dibutuhkan pada dunia kerja industry yang semakin kompetitif serta memiliki
soft kill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu. Pergeseran
kebutuhan kompetensi dijelaskan Nadiem sebagai salah satu dampak dari
perkembangan teknologi dalam bentuk digital otomasi dan robotisasi serta
resesi global yang merupakan kombinasi dasyat atau double disrubtion yang
mengubah landscape pekerjaan di masa depan.

Panduan Membangun Organisasi Adaptif Organisasi adaptif edisektor


publikn ataupun bisnis dapat dibangun dengan

cara :

1. Membuat Tim yang di arahkan sendiri.

2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan.

3. Menciptakan tempat dimana karyawan dapat berlatih berpikir adaptif.

Untuk membangun sebuah organisasi yang adaptif yang dapat terus


berkembang diperlukan beberapa konsep dan strategi yaitu:

1. Landscape. Adaptif erat hubungannya dengan kemampuan utuk


berubah dan terus berupaya antisipatif.

2. Learning. Perusahaan yang sukses menciptakan sebuah kulture yang


adaptif adalah yang tidak hanya sekedar mendorong setiap individunyauntuk
terus belajar, tapi juga mensharenya.

3. Leadership. Mengelola sebuah organisasi yang adaptif memerlukan


visi dan skill nontradisional

G. MODUL : KOLABORATIF

World Economic Forum (WEF) (2021) juga ambil bagian dalam


menganalisis tantangan global yang akan dihadapi yaitu adanya serangan cyber,
perubahan iklim secara global, ketimpangan digitalisasi, kegagalan iklim,
adanya senjata pemusnah masal, krisis mata pencaharian penyakit menular ,
serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan manusia. Dibalik berbagai
tantangan yang dihadapi di atas, birokrasi Indonesia masih dihadapkan pada
fragmentasi dan mentality. Hal tersebut oleh Caiden (2009) dianggap sebagai
patologi birokrasi. Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari berbagai
fragmentasi dan silo mentality.

Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan


keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi
lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan
sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua
aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan
bersama dengan “berbagi kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012).
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh
karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan- urusan
yang relevan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa


hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman
dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak
jelas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun


2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan
pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan.

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-
sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat
dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan
yang dapat mewujudkan harapan tersebut. PendekatanWoG yang telah berhasil
diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di
Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
AGENDA 3

KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. MODUL : SMART ASN

Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber


daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan
gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill,
digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi
digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan
afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital Digital skill merupakan
Kemampuan individu dalam mengetahui,memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan kemampuan individu dalam
membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-
hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.

Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,


mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-
hari. Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari. literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan
sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih
dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
penggunamedia digital dalam melakukan proses mediasi media digitalyang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti,
2017).
B. MODUL : MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK


Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan Manajemen
PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjiankerja; dan perlindungan.

Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,


kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat
Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
PejabatPimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy