Dokumen tersebut membahas tentang sikap perilaku bela negara bagi pegawai negeri, termasuk wawasan kebangsaan, nilai-nilai bela negara, sistem administrasi negara, analisis isu kontemporer seperti konsep perubahan, perubahan lingkungan strategis, dan isu strategis kontemporer seperti terorisme, radikalisasi, narkoba, dan cyber crime.
100%(3)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
2K tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sikap perilaku bela negara bagi pegawai negeri, termasuk wawasan kebangsaan, nilai-nilai bela negara, sistem administrasi negara, analisis isu kontemporer seperti konsep perubahan, perubahan lingkungan strategis, dan isu strategis kontemporer seperti terorisme, radikalisasi, narkoba, dan cyber crime.
Dokumen tersebut membahas tentang sikap perilaku bela negara bagi pegawai negeri, termasuk wawasan kebangsaan, nilai-nilai bela negara, sistem administrasi negara, analisis isu kontemporer seperti konsep perubahan, perubahan lingkungan strategis, dan isu strategis kontemporer seperti terorisme, radikalisasi, narkoba, dan cyber crime.
Dokumen tersebut membahas tentang sikap perilaku bela negara bagi pegawai negeri, termasuk wawasan kebangsaan, nilai-nilai bela negara, sistem administrasi negara, analisis isu kontemporer seperti konsep perubahan, perubahan lingkungan strategis, dan isu strategis kontemporer seperti terorisme, radikalisasi, narkoba, dan cyber crime.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13
JURNAL
MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)
PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA (PPPK)
Oleh:
Nama : EFRI SASKI, S.Pd.
NIP : 198911022022211002 Jabatan : GURU TEKNIK KENDARAAN RINGAN Unit Kerja : SMKN 1 TELUK KUANTAN
PEMERINTAH PROVINSI RIAU
TAHUN 2023 AGENDA I SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
A. Wawasan kebangsaan dan nilai-nilai bernegara
1. Wawasan Kebangsaan Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. 2. Nilai-Nilai Bela Negara Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari-hari. Bela negara dilakukan atas dasar kesadaran warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditubuh kembangkan melalui usaha Bela Negara Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional. 3. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea. Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. B. Analisis Isu Kotemporer 1. Konsep Perubahan Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban manusia. “perubahan itu mutlak dan kita akan jauh tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan serta dalam perubahan tersebut”. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk memuliakan manusia atau humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).Hanya manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan yang bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan perbuatan tercela. Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu: a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan; b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. 2. Perubahan Lingkungan Strategis Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan strategis pada tataran makro merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya saing Nasional. Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya, perkembangan demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata diseluruh pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas. 3. Isu Stategis Kontemporer Isu yang menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain adalah kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money laundring). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya bersifat masif. Perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme atau terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. C. Kesiapsiagaan Bela Negara 1. Pengertian Kesiapsiagaan Bela Negara Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengankata kesiapsiagaan yang berasal dari kata: Samapta, yangartinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalamsegala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan.Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) Samapta yang artinyasiap siaga.Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwakesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. 2. Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar PPPK Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalahkesiapsiagan CPNS atau CPPPK dalam berbagaibentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitasbaik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuandari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita-citakemerdekaan.Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalahkemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakankegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalampelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputipengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuanbaris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatanapel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku diIndonesia sesuai peraturan perundangan- undangan yangberlaku. 3. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara Apabila kegiatan kesiapsiagaan belanegara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya antara lain: a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain; b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan; c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh; d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri; e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building; f. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu; g. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama; h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan; i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin; j. Membentukperilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama. AGENDA II NILAI-NILAI DASAR ASN A. Berorientasi Pelayanan Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer sudah dapat terpenuhi,melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapancustomer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baikdari hari ini(doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yangterdapatdalamCore ValuesASN BerAKHLAK yangdimaknaibahwa setiapASN harusberkomitmenmemberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimanapun dua nperilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN diinstansi tempatnya bertugas,yangterdiri dari: 1. Memahamidanmemenuhikebutuhanmasyarakat; 2. Ramah,cekatan,solutifdandapatdiandalkan;dan 3. Melakukanperbaikantiadahenti. Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warganegaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat,birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. B. Akuntabel Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika seseorangmendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahuibagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang atau organisasi yang memberikan amanat. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: 1. Kemampuan melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi; 2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang miliknegara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; 3. KemampuanmenggunakanKewenanganjabatannyadengan berintegritas tinggi; Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel. C. Kompeten 1. Pengembangan Kompetensi Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin danatau mengelola unit organisasi; dan c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) jam pelajaran bagi ASN dan maksimal 24 jam pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut. 2. Perilaku Kompeten a. Berkinerja yang BerAkhlak: Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja; Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik; Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak. b. Meningkatkan kompetensi diri: Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah keniscayaan; Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari Internet; Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network; Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para pakar atau konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain; Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi. c. Membantu Orang Lain Belajar: Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk morning tea atau coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumenkerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya kedalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge Repositories). Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Accessand Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya atau pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned). d. Melakukan kerja terbaik: Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang. D. Harmonis Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan sesama kolega danpihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas. Semoga kita semua dapat menerapkan danmeciptakan keharmonisan tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan publik, dankehidupan bermasyarakat. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkanancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu biasa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disa dari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ikamerupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.Adapun Kode Etik Profesi dimaksud kanuntuk mengatur tingkah laku atau etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuantertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu, denganditerapkannya kodeetik AparaturSipilNegara,perilakupejabatpublikharusberubah: 1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; 2. Kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; 3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah; E. Loyal Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah atau janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan perundang-undangangan yangb erlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentu kandalam peraturan perundangu-ndangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang DisiplinA SN. Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimanapan dua perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN diinstansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari: 1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; 2. Menjaga nama baik sesamaASN, pimpinan instansi dan negara;serta 3. Menjaga rahasia jabatan dan negara. F. Adaptif Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Disektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut: 1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan; 2. Mendorong jiwa kewirausahaan; 3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Didalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal,seperti diantaranya tujuan organisasi. G. Kolaboratif Kolaborasi menjadi hal sangat penting ditengah tantang global yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi disemua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanyamerupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama,dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan. Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policyintegration, policycoherence, cross-cuttingpolicy- making, joined-upgovernment, concerned decision making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yangterjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan disuatu instansi pemerintahan yang membutuhkan. AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PPPK UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA SMART GOVERNANCE SEUSAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN A. SMART ASN Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersediapada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatatt inggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menuruthasil survei Asosiasi Penyelenggara JasaI nternet Indonesia (APJII) tahun2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk salingmelindungi hak digital setiap warga negara. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkahyang harusdijalankan,yaitu: 1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital; 2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital disektor-sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuansosial, sektor pendidikan, sektorkesehatan, perdagangan, sektor industri,sektor penyiaran; 3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan; 4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital; 5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya; Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentangsumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara dimana ia mewakili dunia dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengankekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat. Penguatanliterasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: 1. Kecakapan digital, 2. Budaya digital, 3. Btika digital, dan 4. Keamanan digital. Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputihak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam banyak aspek. Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digitalnative (warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulnesscommunication tanpa stereotip dan pandangan negative adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital. B. Manajemen ASN Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi penyusunandan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua,dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif dikalangan PNS dengan Manajemen ASN memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan danlatihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggihanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN RepublikIndonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etikaprofesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumberdaya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja(PPPK) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik untuk menjalankan kedudukannya tersebut,maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: 1. Pelaksana kebijakan publik 2. Pelayan publik 3. Perekat dan pemersatu bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapatmeningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan hak nyamaka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UUASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi danjangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi.Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.