Makalah Jambu Mete

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Tugas Individu

BUDIDAYA TANAMAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF


“Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Sebagai Sumber Energi
Keterbaharuan”

Oleh :
Nama : Khaerul Sabil
NIM : D1B1 16 228
Kelas : AGOTEKNOLOGI - D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia diakui sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati

tertinggi di dunia. Maka itu, persebaran flora dan fauna Indonesia amatlah beragam.

Sebagai salah satu negara terluas di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu

pulau besar dan kecil. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia kaya akan

keanekaragaman flora dan fauna. Tidak sedikit pula ditemukan flora dan fauna

endemik yang hanya ada di Indonesia.

Salah satu flora di Indonesia yang popular yaitu jambu mete/jambu monyet.

Jambu mete merupakan tanaman tahunan yang biasanya tumbuh di daerah kering.

Tanaman ini banyak ditanam untuk program rebosisasi, karena itu produksi jambu

mete Indonesia cenderung meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara

pengekspor utama mete dunia dengan negara tujuan ekspor India, dan Uni Eropa.

Jambu mete (Anacardium occidentale L) merupakan jenis tanaman yang

termasuk dalam famili Anacardiaceae yang berasal dari Brazil. Jambu mete di

Indonesia berkembang sangat cepat, sehingga tanaman ini termasuk salah satu

komoditas unggulan tanaman perkebunan yang menjadi prioritas pemerintah dalam

pembangunan ekonomi dan pertanian di masa depan. Oleh sebab itu, spesies ini

memiliki kontribusi cukup besar dalam perekonomian Indonesia (Rustiawati et al.,

2020).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah kali ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan jambu mete ?
2. Bagaimana klasifikasi tanaman jambu mete ?
3. Bagaimana Morfologi jambu mete?
4. Apa manfaat jambu mete

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari makalah kali adalah memberi informasi mengenai


tanaman jambu mete, memngetahui teknik budidaya tanaman jambu mete dan
sebagai inofasi atau informasi mengenai sumber energi yang diperoleh dari
memanfaatkan jambu mete.
Adapun manfaat dari makalah kali adalah memberi informasi mengenai
tanaman jambu mete, memngetahui teknik budidaya tanaman jambu mete dan
sebagai inofasi atau informasi mengenai sumber energi yang diperoleh dari
memanfaatkan jambu mete.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

Jambu mete (Anacardium occidentale L.) termasuk tumbuhan yang


berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau
disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan
berwarna coklat tua (Hidayat, 1995).
Jambu mete ini juga merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal
dari Brazil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun
yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti
Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia,
Filipina, dan Indonesia. Diantara sekian banyak negara produsen, Brazil, Kenya dan
India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia (Dalimartha, 2000).
Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman
jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau
tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain. Suhu harian di sentra penghasil
jambu mete minimun antara 15-250C dan maksimun antara 25-350C. Tanaman ini
akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 270C.
Jambu mete tersebar diseluruh nusantara dengan nama berbeda-beda. Di Sumatera
Barat (jambu erang/jambu monyet), di Lampung (gayu), di Jawa Barat (jambu
mede), di Jawa Tengah dan Jawa Timur (jambu monyet), di Bali (jambu
jipang/jambu dwipa) dan di Sulawesi Utara (buah yaki). Jambu mete mempunyai
puluhan varietas, diantaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda, kuning,
hijau kekuningan dan hijau (Liptan, 1999).
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak
manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Selain itu juga biji mete
(kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah semu jambu
mete dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur
mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete (Gunawan
et.al, 2001).
Varietas jambu mete di Indonesia umumnya dikenal berdasarkan warna
buah semunya. Warna buah semu jambu mete terdiri dari buah semu warna merah,
kuning dan jingga, warna jingga diduga berasal dari penyerbukan alamiah antara
tanaman dengan buah semu warna merah dan kuning, morfologi tanaman sebagai
berikut :

1. Akar
Memiliki akar tunggang hingga mencapai 5 m dan akar serabut
menyebar secara horisontal.

2. Batang
Batang sejati, berkayu dan keras. Tanaman dapat tumbuh hingga
ketinggian 10 – 15 m.

3. Daun
Daun tunggal, tumbuh pada cabang dan ranting secara selang seling,
bentuk daun bulat panjang hingga oval dan membulat atau meruncing pada
ujung daun. Panjang daun mencapai 10 – 20 cm , lebar daun 5 – 10 cm,
panjang tangkai daun0,5 – 1 m, tulang-tulang daun menyirip. Daun muda
berwarna coklat kemerahan hingga pucat sedangkan yang tua berwarna
hijau gelap.

4. Bunga
Tumbuh pada ujung tunas / ranting, tanaman mulai berbunga umur
3 – 5 tahun, jambu mete bisa berbunga sepanjang tahun bila didukung oleh
curah hujan yang merata sepanjang tahun, akan tetapi umumnya produksi
puncak terjadi 1 tahun sekali. Ukuran bunga kecil, harum, bunga termasuk
bunga majemuk, hermaprodit.
5. Buah
Jambu mete terdiri dari 2 bagian : buah sejati (biji mete) dan buah
semu (tangkai buah yang membengkak mirip jambu air). Ukuran panjang
gelondong 2,5 – 3,5 cm, lebar ± 2 cm tebal kulit 1 – 1,5 mm, rata-rata berat
gelondong 5 – 6 gr. Didalam gelondong terdapat kacang mete (kernel) yang
biasa dikonsumsi dalam bentuk kacang mete goreng atau lainnya, kacang
mete terdiri dari dua keping berwarna putih (Yuniarti, 2008).
Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah
berpasir, tanah lempung berpasir dan tanah ringan berpasir. Jambu mete paling
cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3-7,3, tetapi masih sesuai pada pH
antara 5,5-6,3 (Dalimartha, 2000). Produksi biji mete Indonesia pada tahun 2006
adalah sebanyak 140.573 ton (Ditjenbun, 2006).
Berdasarkan data setiap kilogram biji mete berisi ± 300 butir, dimana 1 kg
buah semu didapat dari 20 buah jambu mete, maka dari pengolahan setiap kilogram
mete akan diperoleh hasil ikutan 15 kg buah semu mete. Jadi dari 140.573 ton biji
mete akan diperoleh buah semu mete sebanyak 2.108.595 ton. Dari jumlah buah
semu mete sebanyak itu, diperkirakan paling banyak baru 40% saja yang sudah
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk diversifikasi, sedangkan sisanya
60% atau sebanyak 1.265.157 ton merupakan limbah yang terbuang tidak
termanfaatkan. Sebuah langkah strategis bila buah semu mete tersebut diolah
menjadi produk etanol, suatu senyawa kimia penting yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi, karena selain sebagai BBN (Bahan Bakar Nabati), etanol
merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki manfaat yang sangat luas
antara lain sebagai pelarut, bahan desinfektan, bahan baku dalam industri farmasi
dan sebagainya (Gunawan et,al, 2001).

2.2 Klasifikasi dan Syarat Tumbuh

Klasifikasi jambu mete menurut Medicinal-Plants (Schöpke, 1887)


adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae (Tumbuhan)


Subregnum : Tracheobionta (Tumb. berpembuluh)
Super Divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Subclassis : Rosidae
Ordo : Sapindales
Familia : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Species : Anacardium occidentale L.

Masyarakat menemukan buah ini, mereka memasukkannya ke kerabat


jambu-jambuan karena bentuk dan warnanya yang mirip sekali dengan jambu air.
Dalam biologi, pengelompokkan spesies tumbuhan atau hewan bisa dilihat dari
taksonominya. Setiap spesies memiliki kekerabatannya masingmasing. Hal itu bisa
dilihat dari kesamaan familia antarspesies. Taksonomi jambu air yakni regnum
Plantae, divisio Magnoliophyta, clasiss Magnoliopsida, ordo Myrtales, famila
Myrtaceae, genus Eugenia, species Eugenia aquea Burm F. Taksonomi jambu mete
regnum Plantae, divisio Spermathophyta, classis Dicotyledoneae, ordo Sapindales,
familia Anacardiaceae, genus Anacardium, species Anacardium occidentale L. Dari
kedua taksonomi tersebut, bisa disimpulkan bahwa jambu air dan jambu mete
berbeda familia atau tidak memiliki hubungan kekerabatan. Jambu air termasuk
familia Myrtaceae sedangkan jambu mete termasuk familia Anacardiaceae.
Dibandingkan taksonomi jambu mete dengan mangga. Regnum Plantae, divisio
Spermatophyta, classis Magnoliopsida, ordo Sapindales, familia Anacardiaceae,
genus Mangifera, species Mangifera indica L. Jelas terlihat dari familia antara
jambu mete dan mangga adalah sama. Keduanya termasuk dalam familia
Anacardiaceae. Selain itu, aroma dari daun dan buah jambu mete, dapat dirasakan
aroma buah mangga. (Azizah, 2013).

2.3 Morfologi jambu mete

Jambu mete memiliki batang pohon yang tidak rata dan berwarna cokelat
tua.Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan dikotil karena memiliki biji berkeping
dua.Memiliki buah seperti batu, keras, melengkung. Tangkai buahnya lama-kelamaan
akan menggelembung menjadi buah semu yang lunak (Dalimartha 2000). Memiliki daun
yang bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuk-
lekuk, dan guratan daunnya terlihat jelas.Bunganya berwarna putih. Bunga majemuk,
bentuk malai, terletak diketiak daun dan di ujung cabang, mempunyai daun pelindung
berbentuk bulat telur dengan panjang berkisar 4-55 mm dan berwarna hijau muda. Pada
bagian buahnya membesar, berdaging lunak, berair dan memiliki warna kuning kemerah-
merahan adalah buah semu. Pohon memiliki tinngi anatar 8-12 m, memiliki cabang dan
ranting yang banyak. Batang melengkung, berkayu, bergetah, percabangan mulai dari
bagia pangkalnya (Dalimartha 2008). Daun tunggal, bertangkai, memiliki panjang berkisar
4-22,5 cm, dengan lebar 2,5-15 cm. Helaian daun memiliki bentuk bulat telur sungsang,
tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat dengan lekukan kecil di bagian tengah,
memiliki tulang daun menyirip, berwarna hijau (Dalomartha 2000).Mahkota bunga
berbentuk runcing, saat masih muda berwarna putih setelh tua berwarna merah.Bunga
berumah satu memiliki bunga betina dan bunga jantan (Dalimartha 2000).

2.4 Kandungan Kimia Jambu mete

Jambu mete mengandung beberapa senyawa kimia dianataranya saponin, tannin,


alkaloid (Omojasola PF et al. 2004) minyak atsiri, flavonoid, dan fenol (Agedah et al. 2010).

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa
bila dikocok dalam air. Senyawa ini dapat bekerja sebagai antimikroba (Robinson 1995).
Senyawa saponin dapat merusak membran. Rusaknya membran sitoplasma dapat
mengakibatkan sifat permeabilitas membran sel berkurang sehingga transport zat ke
dalam sel dan keluar sel menjadi tidak terkontrol. Zat yang berada di dalam sel seperti ion
organik enzim, asam amino dan nutrisi dapat keluar dari sel. Apabila enzim-enzim
tersebut keluar dari sel bersama dengan zat-zat seperti air dan nutrisi dapat
menyebabkan metabolisme terhambat sehingga terjadi penurunan ATP yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sel, selanjutnya pertumbuhan sel bakteri
menjadi terhambat dan menyebabkan kematian sel (Antika et al. 2014).

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon. Golongan


flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka
karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubsitusi) disambungkan oleh
rantai alifatik tiga-karbon (Robinson 1995). Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol
70% dan tetap dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid merupakan metabolit minyak sekunder turunan fenol, warnanya berubah bila
ditambah basa atau amonia, jadi senyawa ini mudah dideteksi pada kromatogram atau
larutan. Flavonoid yang terdapat dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon (Harborne 1987). Senyawa dari golongan flavonoid dari golongan beberapa bahan
alam dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri dengan mekanisme kerja mendenaturasi
protein sel bakteri dan merusak membran sel (Harborne 1987).

Tannin merupakan senyawa yang bersifat fenol yang mempunyai rasa sepat dan
kemampuan menyamak kulit. Fungsi tannin sebagai alat pertahanan bagi tumbuhan
untuk mengusir hewan pemangsa tumbuhan, mempunyai aktivitas antioksidan,
menghambat pertumbuhan tumor dan mendenaturasi protein. Tannin larut dalam air,
etapi tidak larut dalam pelarut nonpolar organik (Robinson 1995). Tannin memiliki
aktivitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menginaktifkan
adhesin sel mikroba juga menginaktifkan enzim, dan mengganggu transport protein pada
lapisan dalam sel. Tannin juga mempuyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna.

Alkaloid adalah senyawa siklik yang mengandung atom hidrogen. Alkaloid


bermanfaat dalam hal pengobatan karena memiliki efek fisiologis yang kuat dan
selektivitas senyawa (Marek et al. 2007). Beberapa senyawa dari alkaloid dapat digunakan
sebagai penolak serangga dan senyawa antifungi (Robinson 1995).

Fenol mampu berperan sebagai senyawa antibakteri karena fenol mampu


melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak yang terdapat pada membran sel yang
menyebabkan turunnya tegangan permukaan membran sel (Rahayu 2000). Selanjutnya,
mendenaturasi protein dan mengganggu fungsi membran sel sebagai lapisan yang
selektif, sehingga sel menjadi lisis (Jawetz et al.1995).

2.5 Kegunaan Jambu Mete

Kegunaan tanaman Daun jambu mete meiliki khasiat sebagai antibakteri (Dahake
et al, 2009), antijamur (Ayepola et al. 2009), antiradang dan penurun glukosa darah
(Dalimartha, 2000), nyeri usus besar, bronkitis, batuk, sipilis, anastesi, disentri (Adebote,
et al., 2009), alergi, infeski kulit, diare. Akar tumbuhan jambu mete dimanfaatkan sebagai
pencuci perut. Daun jambu mete yang masih muda dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat indonesia khususnya masyarakat di dareah Jawa Timur sebagai salah satu
pengganti sayuran untuk konsumsi seharihari (Dalimartha, 2000

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jambu mete (Anacardium occidentale L.) termasuk tumbuhan yang


berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau
disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan
berwarna coklat tua. Masyarakat menemukan buah ini, mereka memasukkannya ke
kerabat jambu-jambuan karena bentuk dan warnanya yang mirip sekali dengan
jambu air. Dalam biologi, pengelompokkan spesies tumbuhan atau hewan bisa
dilihat dari taksonominya. Setiap spesies memiliki kekerabatannya masing-masing.
Didapatkan data yaitu pada bioetanol 70 % kualitas api kurang stabil berwarna biru
sedikit kemerahan, kecepatan pendidihan air 21 menit 22 detik dan lama
pembakaran 4 jam 10 menit; bioetanol 90 % kualitas api stabil berwarna biru sedikit
kemerahan kecepatan pendidihan air 17 menit 5 detik dan lama pembakaran 5 jam
35 menit; minyak tanah kualitas api kurang stabil berwarna merah, kecepatan
pendidihan air 28 menit 7 menit dan lama pembakaran 4 jam 13 menit.

3.2 Saran

Saran pada makalah ini sangat dibutuhkan agar penulis dapat lebih
meniongkatkan kualitas dari materi ataupun poin-poin yang menjadi pokok dari
subjudul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2013. Pengaruh Suhu Fosforilasi terhadap Sifat Fisikokimia Pati Tapioka
Termodifikasi. Fakultas Pertanian. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta:
Trubus Agriwidya.
Ditjenbun. 2006. Daftar Komoditi Binaan. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Gunawan, D., Sudarsono, Wahyuono S., Donatus I.A., dan Purnomo. 2001.
Tumbuhan Obat 2: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat Dan Penggunaan.
Yogyakarta : PPOT UGM.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Jumari, A., W. A. Wibowo, Handayani dan I. Ariyani. 2009. Pembuatan Etanol
Dari Jambu Mete Dengan Metoda Fermentasi. Buletin Ekuilbrum 7 (2)
: 48–54.
Liptan. 1999. Jambu Mete Sebagai Tanaman Penghijauan. Banjarbaru : Balai
Informasi Pertanian Banjarbaru.
Muldjiono. 1978. Laporan Penelitian Mutu Minyak & Nilai Gizi Biji Jambu Mete
Kalimantan Selatan. Banjar Baru : Balai Penelitian Banjar.
Muljohardjo, Muchji.1983. Jambu Mete dan Teknologi Pengolahannya
(Anacardium Occidentale .L). Yogyakarta : Liberty.
Yuniarti, T., 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta : Media
Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy