Kegawatdaruratan Ginekologi

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

KEGAWATDARURATAN GINEKOLOGI

Oleh :
Riska Mayasari S 03120048
Ana Maria M 03120024
Gestina Aliska 04120101
Kegawatdaruratan Ginekologi

 Kehamilan ektopik terganggu


 Kista ovarium terpuntir
 Kista pecah / robekan dinding kista
A.KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU
Kehamilan Ektopik Terganggu

 Ektopik  berada di luar tempat yang


semestinya.
 Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah  berbahaya bagi wanita
hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
Lokasi terjadinya KE
Etiologi

 Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan


pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus).
Faktor risiko
 Infeksi saluran telur (salpingitis)  Operasi plastik pada tuba.
 Riwayat operasi tuba.  Abortus buatan.
 Cacat bawaan pada tuba,  Merokok > 20 rokok per hari
seperti tuba sangat panjang.  Riwayat penyakit menular
 Kehamilan ektopik seksual dengan PID yang
sebelumnya. dikonfirmasi melalui
 Aborsi tuba dan pemakaian laparoskopi dan/ atau hasil tes
IUD. (+)untuk Chlamydia
trachomatis
 Kelainan zigot, yaitu kelainan
kromosom.  Abortus spontan tiga kali atau
lebih
 Bekas radang pada tuba; disini
radang menyebabkan  Usia < 40 tahun
perubahan-perubahan pada  Infertilitas >1 tahun
endosalping, sehingga
walaupun fertilisasi dapat
terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
Patofisiologi

 Terdapat gangguan mekanik terhadap ovum


yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju
kavum uteri.
 Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini:
 Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya
darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke
rongga abdomen.
 Ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum.
 Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Manifestasi Klinik

 Gejala dan tanda kehamilan ektopik


terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba
dalam rongga perut ditandai oleh abdomen
akut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.
 Perdarahan pervaginam merupakan tanda
penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu.
Diagnosis

 Anamnesis
 Riwayat terlambat haid
 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Perdarahan per vaginam
 Nyeri perut kanan/ kiri bawah.
 Pemeriksaan fisik
 Didapatkan rahim yang juga membesar,
adanya tumor di daerah adneksa.
 Tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu
hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin
 Tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding abdomen.
 Pemeriksaan ginekologis
 Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
 Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+)
 USG:
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul
 Kuldosentesis
Tatalaksana

 Keadaan umum diperbaiki  transfusi, infus,


oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan
juga antibiotika dan antiinflamasi.
 Laparotomi perdarahan selekas mungkin
dihentikan.
 Beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu :
kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba
yang terganggu) pada kehamilan tuba.
 Pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Prognosis

 Kematian karena kehamilan ektopik terganggu


cenderung turun dengan diagnosis dini dengan
persediaan darah yang cukup.
 Berkemungkinan lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik kembali.
 Hanya 60% wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi.
 Angka kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%.
Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan
adalah sekitar 50%.
Diagnosis Banding

 Infeksi pelvik
 Kista folikel
 Abortus biasa
 Radang panggul
 Kista ovarium terpuntir
 Endometriosis
B. KISTA OVARIUM
TERPUNTIR
Kista Ovarium Terpuntir

 Torsi kista ovarium terjadi bila kista terpuntir


pada tangkai vaskularnya dan mengganggu
suplai darah. Kista dan ovarium  mengalami
nekrosis.
 Kista ovarium terpuntir merupakan penyebab
nyeri abdomen bagian bawah yang jarang .
 Presentasi klinisnya sering tidak spesifik, temuan
fisik tidak khas  menimbulkan keterlambatan
diagnosis dan penanganan bedah.
 Insiden : umumnya pada awal usia reproduksi.
Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi
pasien berusia <30 tahun mencapai 70-75%.
Patofisiologi

 Kista ovarium terpuntir secara klasik terjadi


unilateral pada ovarium yang membesar patologis.
Hampir 60% torsi terjadi pada sisi kanan.
 Kista ovarium terpuntir normalnya paling sering
terjadi pada usia muda, abnormalitas seperti tuba
yang panjang atau ketiadaan mesosalfing.
 Selama hamil muda, adanya pembesaran kista
korpus luteum mungkin merupakan predisposisi
terpuntirnya kista.
 Wanita yang menjalani induksi ovulasi untuk
infertilitas memiliki resiko lebih besar, dimana
adanya kista teka lutein memperbesar volume
ovarium secara bermakna.
Etiologi
 Perubahan anatomis yang mempengaruhi berat dan ukuran
ovarium dapat mengubah posisi tuba fallopi dan
menimbulkan puntiran.
 Kehamilan kadang-kadang menyebabkan kista terpuntir,
 Sekunder , saat ovulasi dengan kelemahan jaringan
penyokong ovarium.
 Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba fallopi.
 Tumor ovarium.
 Tumor ganas lebih jarang daripada tumor jinak. Hal ini
disebabkan perlekatan kanker yang memfiksir ovarium ke
jaringan sekitar.
 Pasien dengan riwayat pembedahan pelvis (terutama ligasi
tuba) memiliki resiko lebih tinggi terhadap kista terpuntir.
Diagnosis
Anamnesis
 Onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian
bawah unilateral yang memburuk secara intermiten
dalam beberapa jam. Hampir 25% pasien mengalami
nyeri bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan
sebagai nyeri tajam atau lebih jarang berupa kram.
 Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien.
 Riwayat penyakit yang sama sebelumnya
sehubungan dengan adanya torsi yang membaik
secara spontan.
 Demam.
 Onset selama latihan fisik atau gerakan aktif lainnya
umum terjadi.
 Pemeriksaan Fisik
 Massa adnexa kenyal, unilateral,
dilaporkan pada 50-90%.
 Nyeri tekan umum, nyeri lepas dan
muscle rigidity dapat ditemukan dan
sering sulit dibedakan dari abses pelvis
atau apendisitis.
Pemeriksaan penunjang
 USG  pembesaran ovarium sekunder terhadap
kerusakan drainase vena dan limfatik
 Kombinasi Doppler flow imaging dengan
penentuan morfologik ovarium  membantu
memperkirakan viabilitas struktur adneksa
dengan menggambarkan aliran darah pada
pedikel yang terpuntir dan adanya aliran vena
sentral.
 Computed tomography dapat menggambarkan
pembesaran ovarium dan massa adneksa
Tatalaksana

 Pembedahan dilakukan untuk


menghilangkan jaringan nekrotik.
 Jika pembedahan tidak dapat dilakukan,
bedrest, cairan intravena, dan analgesik dapat
memberikan hasil yang memuaskan,
walaupun membutuhkan waktu yang lebih
lama. Dapat digunakan obat-obatan untuk
mengatasi gejala yang muncul seperti
penggunaan antiemetik/ sedatif.
Komplikasi

 Infeksi
 Peritonitis
 Sepsis
 Adhesi
 Nyeri kronis
 Infertilitas (rare)
KISTA PECAH/ ROBEKAN
DINDING KISTA
Kista Pecah/Robekan Dinding
Kista
 Terjadi pada torsi tangkai kista ovarium dan karena trauma
seperti jatuh, diurut, pukulan pada perut, koitus.
 Apabila kista mengandung cairan serous, rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritonium tidak begitu hebat, tapi
robekan pada dinding kista disertai perdarahan yang timbul
mendadak, akan menimbulkan gejala nyeri yang terus
menerus dengan akut abdomen.
 Pada kista pecah, misalnya pada kista coklat/kista
endometriosis, pecahnya kista terjadi akibat perlekatan-
perlekatan yang bersifat infiltratif dan makin menipisnya
dinding kista karena makin bertambahnya darah yang
menumpuk dalam rongga kista.
Diagnosis

 Gejala klinis berupa nyeri pelvis sampai seluruh


abdomen. Nyeri sangat mendadak, tajam, dan
dapat meningkat dengan adanya aktivitas.
 Bila kistanya kecil, pecahnya kista biasanya tidak
disadari. Bila besar, atau terdapat perdarahan
dari kista, pecahnya kista dapat disertai nyeri.
Nyeri awalnya hanya pada satu sisi, kemudian
menyebar ke seluruh pelvis.
 Perdarahan, baik ringan maupun berat. Apabila
terjadi perdarahan berat atau hemoperitoneum,
dapat menimbulkan sinkop.
 Pada pemeriksaan abdomen  nyeri tekan
dan nyeri lepas, akibat adanya iritasi
peritoneum. Abdomen dapa terdistensi
dengan adanya penurunan bising usus.
 Pada pemeriksaan pelvis  ditemukan
massa kista yang pecah namun belum
mengalami ruptur secara menyeluruh.
 Demam dan leukositosis jarang ditemukan.
 Penurunan hematokrit terjadi hanya jika
perdarahan terus berlangsung.
Tatalaksana

 Terapi pembedahan, baik berupa laparoskopi


maupun laparotomi. Kuldosentesis dapat
membantu dalam menentukan penyebab
peritonitis, misalnya darah segar
menunjukkan dari korpus luteum, darah
berwarna coklat berasal dari endometriosis
(kista coklat), cairan kental berminyak dari
teratoma, cairan purulen dari PID (Pelvic
Inflammatory Disease) atau abses
tuboovarian.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy