C Peptide Dan DM
C Peptide Dan DM
C Peptide Dan DM
of normal insulin production by the beta cells in the pancreas and correlates directly to endogenous concentrations of insulin. Key Applications: ELISA Application Notes: 3 hour assay, room temperature 10 L sample size Species Reactivity: Human Usage Statement: Unless otherwise stated in our catalog or other company documentation accompanying the product(s), our products are intended for research use only and are not to be used for any other purpose, which includes but is not limited to, unauthorized commercial uses, in vitro diagnostic uses, ex vivo or in vivo therapeutic uses or any type of consumption or application to humans or animals. Entrez Gene Summary: After removal of the precursor signal peptide, proinsulin is post-translationally cleaved into two chains (peptide A and peptide B) that are covalently linked via two disulfide bonds. Binding of this mature form of insulin to the insulin receptor (INSR) stimulates glucose uptake. A variety of mutant alleles with changes in the coding region have been identified. There is a read-through gene, INS-IGF2, which overlaps with this gene at the 5' region and with the IGF2 gene at the 3' region. UniProt Summary: FUNCTION: SwissProt: P01308 # Insulin decreases blood glucose concentration. It increases cell permeability to monosaccharides, amino acids and fatty acids. It accelerates glycolysis, the pentose phosphate cycle, and glycogen synthesis in liver. SUBUNIT: Heterodimer of a B chain and an A chain linked by two disulfide bonds. SUBCELLULAR LOCATION: Secreted. Linearity of Dilution: 86108% Accuracy: 91111% Detection Methods: Fluorescent Colorimetric Gene Symbol: INS proinsulin insulin Standard Curve Range: 0.220 ng/mL
PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) terus menunjukkan peningkatan, menurut konsensus p a r a a h l i e n d o k r i n In d o n e s i a t a h u n 2 0 0 2 d i p e r k i r a k a n t e r d a p a t k i r a - k i r a 7 j u t a p e n d u d u k Indonesia menderita DM pada tahun 2020 (Lembar, 2006). D i a b e t e s M e l l i t u s m e r u p a k a n k e l a i n a n m e t a b o l i k e n d o k r i n ya n g d a p a t m e n ye r a n g p a d a semua kelompok umur dan jenis kelamin, akan tetapi pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelainan ini ada korelasinya dengan perubahan mutasi pada jenis gen tertentu sehingga s i f a t n ya a k a n d i t u r u n k a n p a d a g a r i s k e t u r u n a n s e c a r a l a n gs u n g. B e b e r a p a f a k t o r j u g a d a p a t memicu timbulnya kelainan ini diantaranya pola makan yang kelebihan karbohidrat, berat badan berlebih, peminum alkohol berat dan lai nlain, akan tetapi semua faktor yang disebutkan dapat dicegah dengan perbaikan gaya hidup (Lembar, 2006). Sebenarnya keadaan yang ditimbulkan pada DM ini dapat diatasi dengan pengobatan yang a d e k u a t d a n d i e t m a k a n a n ya n g s e i m b a n g, a k a n t e t a p i ya n g d i t a k u t k a n a d a l a h t i m b u l n ya k o m p l i k a s i p a d a p e n d e r i t a D M . S e p e r t i y a n g d i k e t a h u i b a h w a D M m e r u p a k a n k e l a i n a n metabolik endokrin pada tubuh manusia sebagai akibat peningkatan kadar gula darah di dalam aliran darah sehingga menyebabkan perlambatan aliran darah karena konsentrasi dan viskositas yang meningkat. Keadaan seperti ini lama kelamaan akan menimbulkan kerusakan beberapaorgan vital seperti ginjal, jantung, otak dan retina pada mata. Kerusakan ini akan menimbulkan ga n g g u a n f u n gs i g i n j a l s a m p a i t e r j a d i g a g a l g i n j a l , p e n yu m b a t a n p e m b u l u h d a r a h k o r o n e r jantung dan menyebabkan penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh darah otak yang bisa menyebabkan stroke serta menimbulkan kebutaan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah pada organ mata terutama retina (Lembar, 2006) Untuk mencegah peningkatan angka kejadian penyakit DM, maka tenaga kesehatan terutamadokter harus dapat mendiagnosis lebih dini terhadap kelompok populasi dengan faktor resikoyang tinggi dan mencegah komplikasi yang terjadi jika seseorang telah mengalami penyakit DM. Selain pemberian pengobatan yang adekuat dan menjaga pola makan dengan baik, penderita perlu melakukan pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti rontgen atau funduskopi dan elektrokardiogram (rekam jantung) secara berkala. Pemeriksaan dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui lebih dini komplikasi yang terjadi pada penderita DM sehingga dapat dicegah dan diobati lebih dini (Lembar, 2006). Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk menge tahui komplikasi lebih dini dan mengontrol kepatuhan berobat penderita DM adalah pemeriksaan kadar HbA1c. HbA1c yang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat adalah salah satu fraksi hemoglobin yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal Valin rantai b hemoglobin A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan irreversibel (Widijanti dan Ratulangi, 2011). HbA1c yang terbentuk dalam tubuh a k a n d i s i m p a n d a l a m s e l darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama d e n g a n b e r a k h i r n ya m a s a h i d u p s e l d a r a h m e r a h ( r a t a - r a t a u m u r s e l d a r a h m e r a h a d a l a h 1 2 0 h a r i ) . Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi glukosa darah (Prodia, 2008). Kadar H b A 1 c ya n g t e r u k u r s e k a r a n g m e n c e r m i n k a n k a d a r g l u k o s a p a d a w a k t u 3 b u l a n ya n g l a l u sehingga hal ini dapat memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu tersebut. Dengan melakukan pemeriksaan ini kita juga dapat mengetahui seberapa besar kepatuhan dalam berobat pada penderita DM. Sebagai contoh seorang penderita telah didiagnosis DM kira-kira 3tahun dan telah diberikan pengobatan yang sesuai, namun seberapa patuh atau teraturnya pasientersebut minum obat tidak dapat diketahui dengan pasti. Setiap datang kontrol ke dokter selalu membawa hasil pemeriksaan laboratorium untuk glukosa darah dalam keadaan normal atausedikit lebih tinggi, hal ini bisa terjadi jika pasien minum obat-obatan 3 hari sebelum kontrol kedokter dengan dosis yang teratur, akan tetapi setelah diukur kadar HbA1c ternyata menunjukkanh a s i l ya n g t i n g gi . H a l i n i m e n u n j u k k a n k e p a t u h a n b e r o b a t a t a u m i n u m o b a t m a s i h r e n d a h (Lembar, 2006). Secara umum manfaat dari pemeriksaan HbA1c sehingga perlu dilakukan oleh penderita DM antara lain sebagai monitoring kontrol glukosa jangka panjang, penyesuaian terapi, menilai kualitas perawatan diabetes, memprediksi kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah dan melihat kepatuhan pengobatan penderita DM (Harefa, 2011). Pemeriksaan glukosa darah tidak dapat digantikan dengan pemeriksaan HbA1c walaupun p e m e r i k s a a n H b A 1 c l e b i h u n g gu l k a r e n a k e d u a p e m e r i k s a a n i n i s a l i n g m e n u n j a n g u n t u k mencapai kualitas pengendalian DM, walaupun pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat diukur dan sangatd i p e n g a r u h i o l e h m a k a n a n , o l a h r a g a d a n o b a t ya n g b a r u d i k o n s u m s i t e t a p i p e m e r i k s a a n i n i sangat diperlukan terutama untuk melihat adanya perubah an kadar glukosa secara mendadak.
Pasien diabetes sebaiknya memeriksakan kadar HbA1c setiap 3 bulan atau 4 kali dalam setahundan untuk pasien diabetes yang terkendali, direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan inisetiap 6 bulan (Prodia, 2008)
PEMBAHASAN 2.1 Prinsip pemeriksaan Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur persentasi hemoglobin sel darah merahyang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk dankemungkinan komplikasi semakin tinggi. Pada orang yang tidak menderita diabetes, kadar HbA1c berkisar antara 4,5 sampai 6%. Jika kadarnya 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaan terpisah, maka kemungkinan orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara 6 sampai 6,5% menunjukkan keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu ya n g l a m a b i a s a n ya m e m i l i k i k a d a r H b A 1 c l e b i h d a r i 9 % s e d a n g k a n t a r g e t p e n g o b a t a n adalah kadar HbA1c sebesar 7% atau kurang (Githafas, 2010). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: (Harefa, 2011)
P e m e r i k s a a n k a d a r H b A 1 c m e m i l i k i b a n ya k k e u n g g u l a n d i b a n d i n gk a n p e m e r i k s a a n glukosa darah yaitu antara lain: a. Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja b. Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih lama (2 -3 bulan) atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek. c. Metode telah terstandarisasi dengan baik dan keakuratannya dapat dipercaya d. Variabilitas biologisnya dan instabilitas preanalitiknya lebih rendah dibanding glukosa plasma puasa. e. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat mempengaruhi nilaiH b A 1 c s a n g a t j a r a n g d i t e m u k a n d a n d a p a t d i m i n i m a l i s a s i d e n g a n m e l a k u k a n pemeriksaan konfirmasi diagnosis dengan glukosa plasma. f. Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman. g. Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma puasa.
h. Memiliki keterulangan pemeriksaan yang jauh lebih baik dibanding glukosa puasa i. Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa j . Le v e l H b A 1 c b e r k o r e l a s i d e n g a n k o m p l i k a s i d i a b e t e s s e h i n g g a l e b i h b a i k d a l a m memprediksi komplikasi mikro dan makrokardiovaskular.(Harefa, 2011) Selain keunggulan, pemeriksaan kadar HbA1c juga memiliki beberapa k e t e r b a t a s a n antara lain: Saat interpretasi HbA1c bermasalah, maka pemeriksaan g l u k o s a p u a s a d a n postprandial dianjurkan untuk tetap digunakan. M e n i n g k a t s e i r i n g b e r t a m b a h n ya u s i a , a k a n t e t a p i s e b e r a p a b e s a r p e r u b a h a n d a n pengaruh usia terhadap peningkatan HbA1c belum dapat dipastikan. Harganya lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosad. Etnis yang berbeda memiliki sensitivitas dan spesifisitas HbA1c yang berbeda, diduga mungkin berkaitan dengan: perbedaan genetik dalam konsentrasi hemoglobin (Hb), tingkat kecepatan glikasi (perbedaan tingkat kecepatan glukosa masuk dalam eritrosit,kecepatan penambahan atau lepasnya glukosa dari hemoglobin) dan masa hidup/dayatahan serta jumlah sel darah merah.(Harefa, 2011)
2.2 Metode pemeriksaan Terdapat beberapa metode k a d a r H b A 1 c antara lain: ya n g sering digunakan dalam pemeriksaan
1. Metode Kromatografi Pertukaran Ion (Ion Exchange Chromatography) Prinsip dari metode ini adalah titik isoelektrik HbA1c lebih rendah d a n l e b i h c e p a t bermigrasi dibandingkan komponen Hb lainnya. Apabila menggunakan metode ini harusdikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion dan pH dari buffer (Widijantidan Ratulangi, 2011). Kelemahan dari metode ini adalah adanya interferensi variabel darihemoglobinopati, HbF dan carbamylated Hb (HbC) yang bisa memberikan hasil negatif palsu. Keuntungan metode ini adalah dapat memeriksa kromatogr am Hb varian dengan tingkat presisi yang tinggi (Harefa, 2011). 2. Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) M e t o d e i n i m e m i l i k i p r i n s i p ya n g s a m a d e n g a n Ion Exchange Chromatography, b i s a d i o t o m a t i s a s i s e r t a m e m i l i k i a k u r a s i d a n p r e s i s i ya n g b a i k s e k a l i . M e t o d e i n i j u g a direkomendasikan menjadi metode referensi untuk pemeriksaan kadar HbA1c (Widijantidan Ratulangi, 2011).
3. Metode Agar Gel Elektroforesis Metode ini memiliki hasil yang berkorelasi dengan baik dengan HPLC tetapi presisinyakurang dibandingkan HPLC. HbF memberikan hasil positif palsu tetapi kekuatan ion, pH,suhu, HbS dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini (Widijanti dan Ratulangi,2011). 4. Metode Immunoassay (EIA) Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi dengan glukosa danantara asam amino-4 dengan 10 N- terminal rantai . Kelemahan dari metode ini adalahdipengaruhi oleh gangguan hemoglobinopati dengan asam amino lengkap pada sisi yang berikatan dan beberapa gangguan yang berasal dari HbF (Harefa, 2011) sehingga metodeini hanya mampu mengukur HbA1c dan tidak dapat mengukur HbA1c yang labil maupunHbA1A dan HbA1B (Widijanti dan Ratulangi, 2011). Keuntungan dari metode ini adalah t i d a k d i p e n g a r u h i o l e h H b E d a n H b D m a u p u n c a r b a m yl a t e d H b , r e l a t i f l e b i h m u d a h diimplementasikan pada berbagai format yang berbeda dan memiliki presisi yang baik (Harefa, 2011). 5. Metode Affinity Chromatography P r i n s i p d a r i m e t o d e i n i a d a l a h gl u k o s a ya n g t e r i k a t p a d a a s a m m a m i n o f e n i l b o r o n a t . Kelemahan dari metode ini adalah bukan hanya mengukur glikasi valin pada N- terminalrantai tetapi juha glikasi rantai pada bagian lain dan glikasi rantai sehingga hasil p e n gu k u r a n d e n g a n m e t o d e i n i l e b i h t i n g g i d a r i p a d a d e n g a n m e t o d e H P LC ( H a r e f a , 2011). Keuntungan metode ini adalah non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dariHbA1c tidak mengganggu penetuan hemoglobin glikasi, tidak dipengaruhi suhu, presisi b a i k , HbF, HbS dan HbC hanya sedikit m e m p e n g a r u h i m e t o d e i n i ( W i d i j a n t i d a n Ratulangi, 2011) 6. Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri Metode ini memerlukan waktu inkubasi yang lama yaitu s e k i t a r 2 j a m t e t a p i k e u n t u n g a n n ya l e b i h s p e s i f i k k a r e n a t i d a k d i p e n g a r u h i o l e h - g l yc o s yl a t e d a t a u p u n glycosylated labil. Kerugiannya adalah waktu lama, sampel besar dan satuan pengukuranyang kurang dikenal oleh klinisi yaitu mmol/L (Widijanti dan Ratulangi, 2011). 7. Metode Spektrofotometri Prinsip dari metode ini adalah penghilangan fraksi labil dari hemoglobin dengan cara
haemolysate kemudian ditambahkan agen penukar ion kationik kemudian dibaca denganinstrument spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm (Fortress, 2000).
2.3 Bahan atau spesimen yang digunakan Bahan atau spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan HbA1c adalah sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan (Prodia, 2008). Bagian dari lengan yangdiambil darahnya biasanya dari bagian dalam siku atau bagian belakang tangan. Sebelum dilakukan pengambilan darah, tempat yang akan ditusuk harus dibersihkan terlebih dahuludengan larutan antiseptik, kemudian tenaga kesehatan membungkus daerah di sekitar lengan atas dengan sebuah band elastis. Hal ini dilakukan dengan tujuan memberikan tekanan padad a e r a h t e r s e b u t s e h i n g g a v e n a m e n j a d i m e m b e n gk a k o l e h d a r a h . S e l a n j u t n ya , t e n a g a kesehatan memasukkan dengan perlahan jarum ke dalam vena. Darah dikumpulkan dalam t a b u n g k e d a p u d a r a ya n g m e l e k a t p a d a j a r u m k e m u d i a n b a n d e l a s t i s d i l e p a s k a n a g a r peredaran darah di daerah lengan atas kembali lancar. Bekas tusukan jarum ditutup untuk menghentikan pendarahan. Pada bayi atau anak-anak, alat tajam yang disebut dengan lanset dapat digunakan untuk menusuk kulit dan membuat terjadi perdarahan. Darah yang diperoleh dikumpulkan ke dalam tabung gelas kecil yang disebut pipet atau ke strip slide atau strip tes (Indah, 2011) 2.4 Penanganan khusus Tidak terlalu banyak hal -hal khusus yang harus diperhatikan d a l a m p e n a n g a n a n pemeriksaan HbA1c karena p emeriksaan ini dapat d i l a k u k a n k a p a n s a j a t a n p a p a s i e n diwajibkan melakukan puasa terlebih dahulu dan tidak dipengaruhi oleh makanan, obat -obatan serta emosi pasien (Lembar, 2006). Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada saat pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan HbA1c, biasanya untuk mengetahuikadar gula seseorang dilakukan cek darah di jari, tetapi untuk melakukan diagnosis diabetesd e n g a n p e m e r i k s a a n H b A 1 c , d a r a h ya n g d i a m b i l b e r a s a l d a r i p e m b u l u h d a r a h d i l e n g a n bukan di jari (Bararah, 2011). Selain itu proses penyimpanan sampel darah setelah diambildari tubuh pasien harus disimpan dalam tabung atau tube yang steril dan diletakkan padasuhu kamar tidak boleh disimpan dalam lemari es serta tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Apabila baru dipergunakan setelah 24 jam maka perlu ditambahkan pengawet sepertiEDTA dan heparin sebagai antikoagulan (Departemen Mikrobiologi, 2010).
BAB III KESIMPULAN 1. Pemeriksaan kadar HbA1c dilakukan sebagai monitoring kadar glukosa jangka panjang (2-3 bulan), penyesuaian terapi, menilai kualitas perawatan diabetes, memprediksi kerusakan j a r i n g a n ya n g d i s e b a b k a n o l e h t i n g gi n ya k a d a r gl u k o s a d a r a h d a n m e l i h a t k e p a t u h a n pengobatan penderita DM. 2. Pemeriksaan glukosa darah tidak dapat digantikan deng an pemeriksaan HbA1c walaupun pemeriksaan HbA1c lebih unggul karena kedua pemeriksaan ini saling menunjang untuk mencapai kualitas pengendalian DM. 3. Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur persentasi hemoglobin sel darah merah yangd i s e l u b u n g i o l e h g u l a . S e m a k i n t i n g g i n i l a i n y a b e r a r t i k o n t r o l g u l a d a r a h b u r u k d a n kemungkinan komplikasi semakin tinggi. 4. Metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan kad ar H b A 1 c a n t a r a l a i n : M e t o d e K r o m a t o gr a f i P e r t u k a r a n I o n ( Io n E x c h a n g e C h r o m a t o g r a p h y ) , M e t o d e H P L C ( High P e r f o r m a n c e L i q u i d Chromatography) , M e t o d e A g a r G e l E l e k t r o f o r e s i s , M e t o d e Immunoassay (EIA), Metode Affinity Chromatography, Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri dan Metode Spektrofotometri
DAFTAR PUSTAKA 1. Bararah, V.F. 2011.Pengambilan sampel darah diagnosis diabetes . ( c i t e d J u n e 2 0 1 1 , 2 6 ) . Available at: http://www.ilunifk83.com/t224p270-diabetes-melitus/ 2. Departemen Mikrobiologi. 2010. Collection, Transport and Examination of Specimens.Medan:Fakultas Kedokteran USU. 3. Fortress, 2000. F o r t r e s s D i a gn o s t i c H a e m o gl o b i n A 1 C M i c r o C o l u m n . U n i t e d K i n gd o m : Fortress Diagnostic Limited. 4. Githafas. 2010.Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes. (cited June 2011, 26). Availableat: http://www.ilunifk83.com/t224p270-diabetes-melitus/ 5. H a r e f a , E m m y . 2 0 1 1 . H b A 1 c S t a n d a r d i z a t i o n a n d R e c e n t U p d a t e s . M a k a s s a r : P r o d i a Laboratories.
6. I n d a h . N I S . 2 0 1 1 . HbA1C ( c i t i e d J u n e 2 0 1 1 , 2 8 ) A v a i l a b l e a t : http://medicalstudentdate.blogspot.com/2011/hba1c.html/
7 . Lembar, S. 2006. HbA1C sebagai kontrol penderita diabetes. (cited June 2011, 26).
Available at:http:/// www.tanyadokteranda.com/.../ hba1c -sebagai-kontrol-penderita-diabetesmellitus/ 8. Prodia. 2008.Tes HbA1C untuk cek rata-rata kadar gula darah. (cited June 2011, 27). Availableat: http:/// www.prodiakalimantan.com/tes- hba1c -untuk-cek-rata-rata-kadar-gula-darah/ 9. WHO.1999. Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of DiabetesMellitus. Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva. Definition,Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. 10. Widijanti, Anik dan Ratulangi, B.T. 2011. Jenis pemeriksaan yang harus dilakukan penderitadiabetes. Malang: Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar/FK Unibraw