31 52 1 SM
31 52 1 SM
31 52 1 SM
Sri Sarjana
SMK Negeri 1 Cikarang Barat
Jl. Teuku Umar No. 1 Cikarang Barat, Bekasi
e-mail: srisarjana@gmail.com
Naskah diterima tanggal: 18/02/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 12/03/2014; Disetujui tanggal: 02/06/2014
Abstract: The objective of the research is to determine the influence of leadership and teamwork
toward work ethic of teacher at state of vocational public school at Bekasi District. This research
is carried out at State of Vocational High School at Bekasi District, using survey method dan
path analysis technique. Research samples were selected as much as 80 teachers using simple
random sampling technique. The results show: First, the leadership has positive direct effect to
work ethic. That is, improvement of leadership will lead to increased work ethic. Second, the
leadership have positive direct effect to teamwork. That is, improvement of leadership will lead
to increas teamwork. Third, teamwork have positive direct effect to the work ethic. That is,
improvement of teamwork will lead to increas work ethic. The conclusion of this research is that
work ethic can be improved by increasing leadership and teamwork.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan kerja
sama tim terhadap etika kerja guru SMK Negeri di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dilakukan
pada SMK Negeri di Kabupaten Bekasi, dengan menggunakan metode survei dan teknik analisis
jalur. Sampel penelitian dipilih sebanyak 80 guru menggunakan teknik pengambilan sampel
acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, kepemimpinan berpengaruh positif
langsung terhadap etika kerja. Artinya, peningkatan kepemimpinan akan menyebabkan
peningkatan etika kerja. Kedua, kepemimpinan berpengaruh positif langsung terhadap kerja
sama tim. Artinya, peningkatan kepemimpinan akan menyebabkan peningkatan kerja sama
tim. Ketiga, kerja sama tim memiliki pengaruh positif langsung terhadap etika kerja. Artinya,
peningkatan kerja sama tim akan menyebabkan peningkatan etika kerja. Simpulan dalam
penelitian ini bahwa etika kerja dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kepemimpinan dan
kerja sama tim.
234
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
memerlukan upaya dari dalam diri untuk mampu semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
memenuhi kualitas sebagai pendidik. Jabatan guru sosial, baik di dalam maupun di luar lingkungan
memiliki banyak tugas, baik di dalam maupun di kerjanya. Sehingga betapa pentingnya hubungan
luar sekolah. Tugas tersebut tidak hanya sebagai yang harmonis untuk menciptakan rasa per-
profesi, tetapi juga sebagai tugas kemanusiaan saudaraan yang kuat di antara sesama anggota
dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan profesi. Di lingkungan kerja yaitu di sekolah, guru
profesi onal itasnya yang mel iput i me ndid ik, hendaknya menunjukkan sikap ingin bekerja
mengajar, dan melatih. Konsekuensi logis dari sam a, m engharga i, p enge rtia n, d an r asa
tugas tersebut adalah guru harus mempunyai tanggung ja wab kepa da sesam a pe rsonel
banyak peran di antaranya sebagai korektor, sekolah. Sikap ini diharapkan memunculkan suatu
inspirator, informator, fasilitator, pembimbing, rasa se nasi b se pena nggungan, me nyad ari
mediator, supervisor, dan sebagainya. kepentingan bersama, dan tidak mementingkan
Menyadari peran tersebut, pertumbuhan kepentingan sendiri dengan cara mengorbankan
pribadi maupun pertumbuhan profesi guru harus ke pent inga n or ang lai n. D enga n de miki an
ter us-m ener us d ikem bang kan deng an cara kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan
mengikuti atau membaca informasi yang baru dan pendidikan pada umumnya dapat terlaksana
mengembangkan ide-ide yang kreatif. Hal ini dengan baik.
dimaksudkan agar eksistensi guru mengikuti Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
perkembangan zaman. Dengan selalu memper- te ntang guru d an d ose n di sebutkan bahwa
ha tika n se tiap per ubahan i nfor masi , guru pr ofesi guru d an d ose n me rupa kan bida ng
memperoleh bekal baru yang dapat menjadi pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
semangat dan motivasi untuk menciptakan situasi prinsip: 1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa
proses belajar mengajar yang lebih menye- dan idealisme; 2) memiliki komitmen untuk
nangkan bagi peserta didik. Setiap guru yang me ning katk an m utu pendidi kan, kei mana n,
ingin berkembang harus memiliki visi masa depan. ketaqwaan dan akhlak mulia. Hal ini berarti
Ketajaman visi mendorong para guru untuk seorang guru sebagai pendidik harus benar-
mampu mengembangkan visinya. Untuk mewu- benar berkomitmen dalam memajukan pendidikan;
judkan visi tersebut, guru harus belajar terus- 3) guru harus mampu melaksanakan tugasnya
menerus untuk menjadi guru yang profesional. dan melayani peserta didik dengan baik. Untuk
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi, itu, selalu dapat menyesuaikan kemampuan
tanggung jawab, rasa kesejawatan dan memiliki dengan keinginan masyarakat yaitu peserta didik
eti ka sebag ai b agia n da ri p erja lana n ka rir dan orang tuanya; 4) keinginan dan permintaan
hid upny a. Etika yang me ngat ur hubungan ini selalu berkembang sesuai dengan perkem-
kemanusiaan antara guru dengan sekolah, guru bangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi
dengan sesama guru, guru dengan peserta didik, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
guru dengan lingkungannya. Sebagai sebuah Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk secara
jabatan pekerjaan, profesi guru memerlukan kode terus menerus meningkatkan dan mengembang-
etik khusus untuk mengatur hubungan-hubungan kan pengetahuan dan ketrampilannya.
tersebut. Di dalam menjalankan profesinya, seorang
Guru menjunjung tinggi martabat profe- guru menyadari bahwa perlu adanya ketetapan
sionalisme dan hubungan kesejawatan dengan etika kerja guru sebagai pedoman dalam bersikap
standar dan kearifan profesional (Supriadi, 1999). serta berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai
Hal ini termuat dalam kode etik guru di mana guru moral sebagai pendidik anak bangsa. Ketetapan
se harusnya mem elihara hub unga n se jawa t, etika guru tercermin dalam kehidupan yang
semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan disebut dengan etika profesi guru. Sikap taat guru
sosial , ini be rart i ba hwa guru hendaknya pada kode etik akan memacu mereka untuk
menciptakan dan memelihara hubungan sesama berperilaku sesuai dengan norma yang diizinkan
guru d alam lingkungan ker jany a da n guru serta menghindari norma yang ti dak diper-
he ndak nya mencipta kan dan meme liha ra bolehkan. Maka aktualisasi diri seorang guru
235
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
dalam menjala nkan proses pend idikan serta Guru mempunyai tanggung jawab profesional
pembelajaran yang profesional, beretika dan yang cukup berat karena harus memperhatikan
bermartabat akan terwujud. perilaku sendiri dan dampak perilakunya terhadap
Pendidikan merupakan proses yang mela- siswa dan rekan-rekan sejawatnya. Hal ini berarti,
hirkan warga negara Indonesia agar memiliki etika jika pengajar melaksanakan pembelajaran sesuai
yang baik dan karakter yang kuat, proses menuju dengan etika yang diharapkan, maka siswa atau
ke dewa saan ser ta m enge mbangkan sem ua rekan sejawat akan mencontoh perilaku pengajar
potensi peserta didik. Kecerdasan yang dikem- tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan
bangkan haruslah meliputi ranah afektif, kognitif, mereka selanjutnya. Etika kerja seorang pengajar
psikomotor atau kecerdasan spiritual, kecerdasan dalam pembelajaran harus memperlihatkan sifat
intelektual, kecerdasan emosi. Keberhasilan sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung dapat dipercaya, sadar diri, dan tidak boleh
pada proses pembelajaran yang berlangsung dog mati s. Penga jar dala m me laksanak an
secara efektif. Salah satu faktor yang menentukan tugasnya penuh dengan tanggung jawab dapat
keb erha sila n pr oses pem bela jara n te rseb ut menerapkan prinsip-prinsip etika dan moral
adalah guru. Tugas utama guru dalam proses pembelajaran. Dasar-dasar penyikapan ini akan
pem bela jara n ad alah seb agai per enca na, secara nyata terwujud dalam proses pembe-
pelaksana, dan sebagai penilai keberhasilan lajaran yang diwarnai oleh komitmen dan motivasi
belajar siswa. Semua tugas dilaksanakan dalam yang ti nggi , ni at b aik yang dil anda si oleh
upaya membelajarkan siswa untuk mendapatkan kepribadian dan keahlian pengajar serta ke-
pengetahuan, kemahiran, dan keterampilan, serta sadaran akan pentingnya profesionalisme diri
nilai dan sikap tertentu. Tentu saja guru harus (Sagala & Gultom, 2011).
melaksanakan tugasnya berdasarkan etika kerja Banyak hal yang dapat mempengaruhi etika
dan karakter yang diharapkan. kerja guru misalnya faktor internal seperti motivasi
Selama ini masalah etika kerja yang berlaku da n di sipl in, seda ngka n fa ktor eksternal
pada proses pembelajaran di sekolah kurang diantaranya budaya organisasi, iklim organisasi,
mendapatkan perhatian, sehingga guru masih supervisi, gaya kepemimpinan, kerja tim dan
melaksanakan tugas sesuai dengan keinginan sebagainya. Merefleksi kondisi di sekolah dimana
sendiri atau institusinya, atau bukan berdasarkan etika kerja guru harus lebih ditingkatkan untuk
standar etika kerja dan karakter yang berlaku. mencapai tujuan sekolah, maka peran kepala
Misalnya, siswa yang dianggap dekat dengan sekolah dan kerja tim dalam meningkatkan
guru atau siswa karena kecantikannya atau motivasi guru agar menjadi guru profesional sesuai
karena sebab lainnya, meskipun hasil belajarnya dengan tujuan undang-undang perlu dilakukan.
tidak baik akan tetapi diberikan nilai yang tinggi. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, penelitian
Seb alik nya sisw a ya ng t idak mem puny ai ini memiliki arti penting mengingat berbagai
hubungan kedekatan dengan guru meskipun hasil variabel tersebut mempunyai pengaruh yang
belajarnya baik, akan diberi nilai sama atau lebih strategis dalam meningkatkan etika kerja dalam
rendah. Bahkan dapat terjadi guru memberi nilai sebuah organisasi khususnya di lembaga pen-
tanpa melihat hasil kerja siswanya. Inilah contoh did ikan. Et ika kerj a da pat diti ngka tkan di
guru yang memberikan penilaian kepada siswa antaranya dengan cara meningkatkan peran
secara tidak adil. Mengacu pada contoh di atas, kepala sekolah dalam menjalankan kepemim-
maka perlu dibahas bagaimana perilaku guru pinannya yang lebih efektif dan efisien, serta
dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Perilaku organisasi sekolah juga harus memiliki kerja sama
guru harus didasarkan pada etika kerja dan tim yang baik dalam interaksi di antara anggota
karakter pembelajaran sebagai sarana untuk organisasi.
membantu siswa dalam mempengaruhi pem- Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan
bentukan pribadinya secara positif melalui perilaku di ata s, t erda pat sejumlah var iabe l ya ng
yang diteladankan oleh guru. berpengaruh terhadap etika kerja. Variabel-
variabel tersebut antara lain kepemimpinan, kerja
236
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
237
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
harus bekerja dengan penuh bertanggung jawab; pikiran dilakukan dengan memberikan pema-
d) kerja adalah aktualisasi, artinya harus bekerja haman yang jelas tentang apa yang harus mereka
keras dan penuh semangat; e) kerja adalah lak ukan, me ngap a da n ba gaim ana hal itu
ibadah, artinya harus beke rja serius penuh dilakukan, hal itu dilakukan dengan menghasilkan
pengabdian; f) kerja adalah seni, artinya harus perasaan, tantangan, keterlibatan, kepemilikan,
bekerja kreatif dan penuh suka cita; g) kerja komitmen dan kegembiraan (Gill, 2011). Ke-
adalah kehormatan, artinya harus bekerja unggul pemimpinan memberi kontribusi khusus, signifikan
penuh ketekunan; h) kerja adalah pelayanan, dan positif terhadap proses tindakan dalam
artinya harus bekerja sempurna penuh keren- kebanyakan organisasi. Kepemimpinan memiliki
dahan hati (Sinamo, 2011). Etika kerja adalah tempat tertentu dan sentral dalam menegakkan
sikap karakteristik suatu kelompok terhadap suatu prinsip, memotivasi karyawan dan meng-
moralitas bekerja (Alavudeen, 2008). Etika kerja komunikasikan tujuan dan visi masa depan untuk
akan mulai tumbuh bersamaan dengan pening- diperjuangkan (Dema, 2011). Kepemimpinan
kat an k ebut uhan manusia yang me rupa kan merupakan kemampuan individu untuk mene-
refleksi dari kedewasaan psikologi. Etika kerja mukan makna dalam peristiwa negatif dan belajar
me rupa kan norm a-norma per ilak u ya ng d i- dari keadaan yang paling sulit (Luthan, 2011).
terapkan dalam bekerja di suatu organisasi dalam Kepemimpinan sebagai suatu proses pengaruh
rangka mencapai tujuan bersama. Etika kerja sosial yang melibatkan dua orang atau lebih yaitu
muncul bukan sebagai respon terhadap suatu pemimpin dan pengikut. Proses mempengaruhi
insentif yang ditawarkan, melainkan sebagai dua dimensi yaitu niat pemimpin untuk mem-
wujud dari tanggung jawab seseorang terhadap pengaruhi perilaku orang lain, dan sejauh mana
pilihannya untuk bekerja dan terhadap komunitas targ et upaya mempeng aruhi pe rilaku d apat
kerjany a untuk mewujudkan suatu ci ta-cita diterima (Champoux, 2011). Kepemimpinan adalah
bersama. Etika kerja muncul bersamaan dengan suatu hal yang mempengaruhi bekerja baik
meningkatnya kedewasaan seseorang. Pada saat individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
seseora ng m enja di d ewasa da n me ning kat bersama (Hess dan Orthmann, 2012). Kepe-
kebutuhannya maka kekuatan yang mendo- mimpinan adalah pengaruh individu terhadap
rongnya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya orang lain dalam mencapai tujuan (Kreitner &
bukan terletak pada imbalan atau insentif yang Kinicki, 2010). Kepemimpinan adalah penggunaan
ditawarkan. Semangat dan gairah kerja muncul kekuatan dan pengaruh untuk mengarahkan kegi-
sebagai konsekuensi dari munculnya kesadaran atan anggotanya dalam menuju tujuan organisasi
tentang tugas dan tanggung jawab organisasinya (Colquitt, dkk., 2011). Kepemimpinan adalah suatu
(Hartanto, 2009). proses mempengaruhi orang lain dan proses
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan di memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk
atas, dapat disimpulkan bahwa etika kerja adalah mencapai tujuan bersama (Schermerhorn, 2010).
seperangkat perilaku yang dimiliki oleh individu Kepemimpinan bukan hanya kekuasaan untuk
atau kelompok yang diimplementasikan dalam memaksa bawahannya tetapi juga merupakan
be kerj a untuk mencapai tuj uan yang tel ah warisan, kepentingan kelompok, dan kapasitas
ditetapkan dengan dilandasi nilai-nilai dan norma- seseorang. Namun kepemimpinan adalah proses
norma yang dianut dengan indikator: 1) tepat mengarahkan, mengkoordinasi, mendukung, dan
waktu; 2) jujur; 3) memiliki motivasi untuk memotivasi orang lain dalam kelompok dan
berkembang; 4) bekerja keras; 5) bertanggung organisasi (Forsyth, 2006). Kepemimpinan adalah
jawab; 6) kreatif; dan 7) menghormati dan bent uk hubungan dim ana sat u orang mem-
menghargai. pengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan tidak
dapat dipisahkan dari kelompok dan pengem-
Kepemimpinan bangan tim yang efektif (Mullins, 2007).
Kepemimpinan adalah penggunaan kekuatan Kepemimpinan sebagai proses dan properti.
pribadi guna memenangkan hati dan pikiran Sebagai proses, kepemimpinan menggunakan
seseorang untuk mencapai tujuan yang sama; pengaruh tanpa paksaan untuk mengarahkan dan
238
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
239
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
secara efisien secara bersama-sama dibanding- kepercayaan, 5) kesamaan tujuan, dan 6) saling
kan apabila bekerja sendiri (West, 2012). ketergantungan.
Lima tahapan dalam pengembangan kerja
sama tim yaitu: 1) tahap pembentukan, para Metode Penelitian
ang ota tim berg abung da n be rfik ir t enta ng Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri di
kem ungk inan ter cipt anya per tema nan dan Kabupaten Bekasi dengan objek penelitian adalah
orientasi tugas yang dipengaruhi oleh harapan guru. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua
dan keinginan; 2) tahap konflik, pada tahap ini bulan yaitu mulai September sampai dengan
ditandai dengan timbulnya konflik dan keti- Oktober 2013. Populasi penelitian ini adalah
daksepakatan, akan terjadi ketegangan diantara seluruh guru SMK Negeri, sedangkan sampel
anggota karena anggota tim bersaing satu sama penelitian adalah guru-guru pada SMK Negeri di
lain; 3) tahap pembentukan norma, pada tahap Kabupaten Bekasi. Jumlah sampel ditetapkan
ini konflik dapat diselesaikan dan keselarasan dan sebanyak 80 guru. Pengumpulan data penelitian
kesatuan tim akan muncul, mereka tidak lagi fokus dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Kue-
pada tujuan individual tapi lebih fokus dalam sioner dikembangkan untuk mengukur masing-
pengembangan cara bekerja sama; 4) tahap masing variabel penelitian. Data hasil penelitian
penunjukan kinerja, sebagai tahap integrasi total ini dianalisis dengan pendekatan kuantitatif yaitu
yang ditandai dengan tim yang terlihat lebih baik, menjelaskan pengaruh antar variabel penelitian,
te rorg anisir, mene kankan pada pem ecahan menggunakan metode survei dengan menerapkan
masalah dan pencapa ian tuga s; 5 ) ta hap teknik analisis jalur (path analysis).
pembubaran, merupakan tahap akhir yang tidak Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
ber kait an de ngan pela ksanaan tugas tet api menggunakan teknik Two Stage Random Sampling
ter kait akhir d ari rang kaia n ke giat an atau pengambilan sampel acak berlapis ganda.
(Schermerhorn, 2011). Dari beberapa pandangan Langkah-langkah pengambilan sampel dalam
yang di kemukaka n, m aka dapa t di keta hui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) memilih
beberapa aspek konsep kerja sama tim yaitu : a) acak sa mpel guru di sekolah pada p opulasi
proses bertukar informasi, yaitu saling memberi terjangkau, (2) mengambil sampel acak sebanyak
inform asi tent ang rencana prog ram kerj a, 80 guru di SMK Negeri di Kabupaten Bekasi.
informasi tentang tujuan organisasi, dan informasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan
tentang kemajuan organisasi; b) pemecahan adalah dengan metode angket (kuesioner) yang
masalah, yaitu proses saling membantu me- dil akuka n de ngan menye barka n pe rnyat aan
mecahkan masalah yang meliputi kegiatan: cara kepada seluruh responden yang terpilih. Jenis
mengatasi kesulitan, cara menyelesaikan tugas, kue sioner y ang dila kuka n ad alah kue sioner
meningkatkan hasil, meningkatkan keahlian, berstruktur dengan skala rating. Pernyataan telah
mengemb angk an k eber sama an, meng em- disiapkan dengan beberapa alternatif jawaban
bangkan kreatifitas, dan mengembangkan kerja yang sesuai dengan pokok permasalahan dan
sama; c) pelaksanaan tugas atau pekerjaan, yaitu tujuan penelitian. Sesuai dengan jumlah variabel,
up aya meni ngka tkan pr oduk tivi tas deng an maka penelitian ini menggunakan tiga instrumen
melakukan hal-hal baru, melaksanakan tugas yaitu: 1) instrumen yang mengukur kepemimpinan
tambahan dan pencapaian hasil. kepala sekolah; 2) instrumen yang mengukur kerja
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan di sama tim; dan 3) instrumen yang mengukur etika
atas, maka yang dimaksud kerjasama tim adalah kerja.
keterlibat an karyawan dalam me laksanakan Variabel etika kerja diukur menggunakan
tugas dan tang gung ja wab yang dil akuk an skala peringkat berdasarkan pilihan jawaban
bersama dan terkoordinasi dalam suatu institusi responden terhadap setiap butir kuesioner yang
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah diajukan. Jawaban (A) selalu, mendapatkan skor
ditetapkan dengan indikator: 1) mempunyai rasa 5; (B) sering, mendapatkan skor 4; (C) kadang-
memiliki, 2) meningkatkan semangat kerja, 3) ka dang , me ndap atka n skor 3; ( D) j arang,
melakukan hubungan timbal balik, 4) memberi mendapatkan skor 2; dan (E) tidak pernah,
240
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
mendapatkan skor 1. Sebelum instrumen di- dilakukan terhadap 20 responden, dari 30 butir
gunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner yang diujicobakan terdapat 28 butir
untuk mengukur tingkat keandalan dan ke- yang valid dan 2 butir yang tidak valid (drop) yaitu
sahihan, dan dilakukan perhitungan koefisien nomor 22 dan 25. Hasil perhitungan menggu-
reliabilitas untuk menghitung keajegan dan taraf nakan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien
kepercayaan terhadap instrumen. Validitas butir reliabilitas 0,958.
diuji melalui perhitungan koefisien korelasi Product Teknik analisis data dalam penelitian ini
Moment Person antara skor butir dengan skor total menggunakan teknik statistik deskriptif dan teknik
(rhitung). Hasil uji dinyatakan valid jika lebih besar statistik inferensial. Teknik statistik deskriptif
dari rtabel. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan setiap variabel
terhadap 20 responden, dari 30 butir kuesioner yang digunakan meliputi perhitungan skor rata-
yang diujicobakan terdapat 28 butir yang valid dan rata, median, modus, dan simpangan baku serta
2 butir yang tidak valid (drop) yaitu nomor 23 dan menampilkan sebaran data dalam tabel distribusi
26. Hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha frekuensi dan histogram. Teknik statistik inferensial
Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas 0,945. yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Variabel kepemimpinan diukur menggunakan analisis jalur (path analysis) yang didahului dengan
skala peringkat berdasarkan pilihan jawaban uji persyaratan analisis data dengan menggu-
responden terhadap setiap butir kuesioner yang nakan uji normalitas, uji signifikansi dan linearitas
diajukan. Jawaban (A) selalu, mendapatkan skor regresi. Uji normalitas dilakukan untuk menen-
5; (B) sering, mendapatkan skor 4; (C) kadang- tukan data yang diperoleh dalam penelitian
ka dang , me ndap atka n skor 3; ( D) j arang, berdistribusi normal atau tidak, perhitungan uji
mendapatkan skor 2; dan (E) tidak pernah, normalitas menggunakan uji Liliefors. Uji signi-
mendapatkan skor 1. Sebelum instrumen di- fikansi dan linearitas regresi bertujuan untuk
gunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas mengetahui pengaruh langsung dan tak langsung
dan perhitungan koefisien reliabilitas. Validitas antara variabel eksogen dengan variabel en-
butir diuji melalui perhitungan koefisien korelasi dogen. Pengaruh ini tercermin dalam koefisien
Product Moment Person antara skor butir dengan jalur. Penggunaan analisis jalur didasarkan pada:
skor total (rhitung). Hasil uji dinyatakan valid jika lebih 1) Hubungan tiap dua variabel harus merupakan
besar dari r tabel. Berdasarkan hasil uji coba yang hubungan linier, aditif dan kausal; 2) Semua
dilakukan terhadap 20 responden, dari 30 butir variabel residu tidak berkorelasi dengan variabel
kuesioner yang diujicobakan terdapat 27 butir yang mendahuluinya, dan juga tidak berkorelasi
yang valid dan 3 butir yang tidak valid (drop) yaitu dengan variabel yang lain; 3) Dalam model
nomor 12, 18, dan 26. Hasil p erhi tung an hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal
menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh atau sebab akibat searah; 4) Data setiap variabel
koefisien reliabilitas 0,959. yang dianalisis adalah data interval yang berasal
Variabel kerja sama tim diukur menggunakan dari sumber yang sama.
skala peringkat berdasarkan pilihan jawaban
responden terhadap setiap butir kuesioner yang Hasil dan Pembahasan
diajukan. Jawaban (A) selalu, mendapatkan skor Berdasarkan hasil penelitian diuraikan deskripsi
5; (B) sering, mendapatkan skor 4; (C) kadang- data dari masing-masing variabel penelitian, uji
ka dang , me ndap atka n skor 3; ( D) j arang, persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis. Dan
mendapatkan skor 2; dan (E) tidak pernah, berdasarkan observasi di SMK Negeri di Kabupaten
mendapatkan skor 1. Sebelum instrumen di- Bekasi masih didapatkan guru yang memiliki sikap,
gunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas nilai dan etika yang tidak sesuai dengan harapan.
dan perhitungan koefisien reliabilitas. Validitas Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya guru
butir diuji melalui perhitungan koefisien korelasi yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana
Product Moment Person antara skor butir dengan mestinya, tidak tepat waktu dalam proses belajar
skor total (rhitung). Hasil uji dinyatakan valid jika lebih mengajar di kelas, menunda pelaksanaan proses
besar dari r tabel. Berdasarkan hasil uji coba yang belajar mengajar, mementingkan tugas tambahan
241
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
dari pada tugas utamanya sebagai guru yang sampai dengan 110, terdapat 18 responden atau
menjadi suatu kebiasaan sehingga hal ini dapat sekitar 22,5% memperoleh skor di bawah skor
menurunkan kualitas etika kerja guru. Meskipun kelompok rata-ratanya yaitu antara 111 sampai
sebagian besar guru sudah memiliki sertifikat dengan 120, terdapat 23 responden atau sekitar
pendidik ak an tetapi kinerja, produktivitas, 28,75% memp erol eh skor term asuk dal am
prestasi kerja, efektifitas kerja serta etika kerjanya kelompok rata-rata yaitu antara 121 sampai
masih belum menunjukkan peningkatan kualitas dengan 130, terdapat 24 responden atau sekitar
yang diharapkan. 30% memperoleh skor di atas skor kelompok rata-
ratanya yaitu antara 131 sampai dengan 140.
Deskripsi Data Sehingga secara teoritis skor rata-rata etika kerja
Pengukuran etika kerja guru, kepemimpinan guru 28,75% dan skor di atas rata-rata etika kerja
kepala sekolah dan kerja sama tim di sekolah guru 30% atau total skor rata-rata dan diatas rata-
dapat dilihat pada tabel 1, 2, dan 3. rata etika kerja guru sebesar 58,75%. Dengan
Skor etika kerja (X3) diperoleh berdasarkan demikian, dapat diketahui bahwa etika kerja guru
hasil pengukuran dengan menggunakan kue- SMK Negeri di Kabupaten Bekasi belum sesuai
sioner yang terdiri dari 28 butir pernyataan. dengan harapan.
Secara teoritis skor variabel etika kerja berkisar Va riab el e tika ker ja k hususnya dal am
antara 28 sampai 140. Hasil analisis data dan pengaruhnya terhadap cognitive, affective, dan
perhitungan statistik menunjukkan skor empiris behavioral tendency ternyata cenderung lebih
etika kerja bervariasi antara 71 sampai 140 dipengaruhi bahwa bekerja merupakan sarana
dengan rentang skor 69, rata-rata 121,203 , membantu perkembangan pribadi dan hubungan
median 124,5 , modus 126, 127, 131, 135, sosial. Var iabe l cognit ive di peng aruhi ol eh
simpangan baku 13,676 , dan varians 187,03. perasaan enggan mencoba ide-ide baru (karena
Penyeba ran skor mem perl ihat kan bahw a 1 sudah nyaman dengan keadaan kerja yang ada).
responden atau sekitar 1,25% memperoleh skor Variabel affective cenderung dipengaruhi perasaan
di bawah skor kelompok rata-ratanya yaitu antara untuk memperbaiki ide-ide yang sudah ada.
71 sampai dengan 80, terdapat 1 responden atau Variabel behavioral tendency attitude toward change
sekitar 1,25% memperoleh skor di bawah skor cenderung dipengaruhi oleh perasaan untuk
kelompok rata-ratanya yaitu antara 81 sampai mencoba ide-ide baru. Oleh karena itu per-
dengan 90, terdapat 6 responden atau sekitar kembangan pribadi yang baik dan hubungan
7,5% memperoleh skor di bawah skor kelompok sosial yang baik akan berpengaruh terhadap
rata-ratanya yaitu antara 91 sampai dengan 100, pe ruba han sika p khususnya pad a va riab le
terdapat 7 responden atau sekitar 8,75% di behavioral tendency dari sikap terhadap peru-
bawah skor kelompok rata-rata yaitu antara 101 bahan. Ini menunjukkan bahwa dengan kultur dan
242
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
tradisi yang berbeda didunia non barat maka akan 1,25% memperoleh skor di bawah skor kelompok
ber beda pul a de ngan sik ap m erek a untuk rata-ratanya yaitu antara 31 sampai dengan 45,
menerima perubahan (Jamil, 2007). terdapat 0 responden atau sekitar 0% mem-
Secara garis besar bahwa perbuatan yang peroleh skor di bawah skor kelompok rata-ratanya
baik yaitu menghargai diri sendiri dan menghargai yaitu antara 46 sampai dengan 60, terdapat 4
orang lain dengan berbuat adil pada diri sendiri responden atau sekitar 5% memperoleh skor di
dan berbuat adil pada orang lain merupakan etika bawah skor kelompok rata-ratanya yaitu antara
yang dibutuhkan manusia yang berada di tengah- 61 sampai dengan 75, terdapat 7 responden atau
tengah masyarakat. Etika yang berkaitan erat sekitar 8,75% memperoleh skor di bawah skor
dengan moralitas, hubungan antar manusia dan kelompok rata-ratanya yaitu antara 76 sampai
kem anusia an da pat be rsumb er da ri aga ma, dengan 90, terdapat 14 responden atau sekitar
bud aya bang sa, maup un d ari kete lada nan 17,5% memperoleh skor di bawah skor kelompok
terhadap pemikiran seseorang. Secara substantif rata-rata yaitu antara 91 sampai dengan 105,
etika merupakan jiwa suatu tindakan karena te rdap at 3 0 re sponden atau sek itar 37,5%
setiap tindakan dimulai dengan niat dan keinginan termasuk dalam skor kelompok rata-rata yaitu
yang beragam. Apapun kegiatan yang akan antara 106 sampai dengan 120, terdapat 24
dilakukan jika didahului dengan niat yang baik, responden atau sekitar 30% memperoleh skor di
dan ada komitmen untuk berbuat yang terbaik dan atas skor kelompok rata-ratanya yaitu antara 121
bermanfaat bagi kepentingan yang lebih besar sampai dengan 135. Sehingga secara teoritis skor
maka semua tindakannya akan terukur dan rata-rata kepemimpinan 37,5% dan skor di atas
memenuhi etika maupun moralitas yang sesuai rata-rata etika kerja guru 30% atau total skor
dengan pandangan hidup suatu bangsa (Sagala rata-rata dan skor diatas rata-rata kepemimpinan
& Gultom, 2011). sebesar 67,5%. Dengan demikian, dapat di-
Skor Kepemi mpinan (X 1 ) d iperoleh b er- ketahui bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah SMK
dasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Neg eri di K abup aten Bek asi masi h pe rlu
kuesioner yang terdiri dari 27 butir pernyataan. ditingkatkan.
Secara teoritis skor variabel kepemimpinan akan Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan
berkisar 27 sampai 135. Hasil analisis data dan oleh situasi kerja atau keadaan bawahan dan
perhitungan statistik menunjukkan skor empiris sumber daya pendukung organisasi. Karena itu
kepemimpinan bervariasi antara 31 sampai 135 jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar
dengan rentang skor 104, rata-rata 109,475 , pembentukan pola kepemimpinan seseorang.
median 114, modus 125, simpangan baku 18,501, Peran pemimpin tidak hanya berusaha menye-
dan varians 342,303. Penyebaran skor mem- suaikan organisasi terhadap pergerakan inovasi
perlihatkan bahwa 1 responden atau sekitar di luar, akan tetapi pemimpin yang berhasil apabila
Frekuensi
Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Nomor Kelas Interval Batas Kelas Kumulatif
Absolut Relatif (%) Kumulatif
(%)
243
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
mampu membawa organisasi sebagai referensi responden atau sekitar 27,5% memperoleh skor
bagi institusi lainnya. Karena itu organisasi harus di atas skor kelompok rata-ratanya yaitu antara
selalu belajar untuk melakukan perubahan yang 122 sampai dengan 131, terdapat 20 responden
terus menerus. Melakukan pembelajaran berarti atau sekitar 25% memperoleh skor di atas skor
menetapkan strategi inovasi, perbaikan ber- kelompok rata-ratanya yaitu antara 132 sampai
ke lanj utan, komitm en terhadap tug as d an dengan 141. Sehingga secara teoritis skor rata-
berorientasi pada tujuan organisasi yang dicirikan rata kerja sama tim 22,5% dan skor di atas rata-
dengan adanya keterbukaan, pertumbuhan, dan rata kerja sama tim 52,5% atau total skor rata-
pengambilan resiko (Wahyudi, 2009). rata dan skor diatas rata-rata kerja sama tim
Skor kerja sama tim (X 2 ) diperoleh ber- sebesar 75%. Dengan demikian, dapat diketahui
dasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan bahwa kerja sama tim guru-guru SMK Negeri di
kuesioner yang terdiri dari 28 butir pernyataan. Kab upat en Bekasi cukup baik dan per lu
Secara teoritis skor variabel kerja sama tim akan ditingkatkan.
berkisar 27 sampai 135. Hasil analisis data dan Tujuan kerja sama tim yaitu dalam rangka
perhitungan statistik menunjukkan skor empiris membangun komunitas seprofesi, meningkatkan
kerjasama tim bervariasi antara 72 sampai 140 efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan,
dengan rentang skor 68, rata-rata 119,125 , mem buat kep utusan k olek tif, menjadi kan
median 123, modus 132, simpangan baku 15,974, kelom pok okup asi, dan menghindari konflik
dan varians 255,174. Penyebaran skor memper- horizontal. Kerja sama tim harus berlandaskan
lihatkan bahwa 3 responden atau sekitar 3,75% pada visi yang terfokus pada tujuan, semangat
memperoleh skor di bawah skor kelompok rata- yang tinggi, sikap ingin tahu, dan rasa percaya
ratanya yaitu antara 72 sampai dengan 81, diri yang tinggi. Sebuah kerja sama tim harus
te rdap at 3 respond en atau sek itar 3,7 5% memiliki landasan moral dan etika yang kuat.
memperoleh skor di bawah skor kelompok rata- Landasan moral dan etika ini harus menjadi
ratanya yaitu antara 82 sampai dengan 91, integritas tim dalam memberikan kontribusinya
te rdap at 3 respond en atau sek itar 3,7 5% kepada organisasi. Setiap keberhasilan tim harus
memperoleh skor di bawah skor kelompok rata- disikap i se baga i sukses ber sama . Ji ka a da
ratanya yaitu antara 92 sampai dengan 101, anggota tim yang merasa lebih hebat dan lebih
terdapat 11 responden atau sekitar 13,75% be rjasa ke pada seb uah hasi l sukses, ma ka
memperoleh skor di bawah skor kelompok rata- keutuhan dan kekompakan tim pasti lenyap, dan
ra ta y aitu ant ara 102 samp ai d enga n 11 1, segera digantikan oleh kekuatan konflik yang
te rdap at 1 8 re sponden atau sek itar 22,5% secara pa sti m engant ar tim kepa da kehan-
termasuk dalam skor kelompok rata-rata yaitu curannya (Warsihna, 2013).
antara 112 sampai dengan 121, terdapat 22
Frekuensi Frekuensi
Frekuensi Frekuensi
Nomor Kelas Interval Batas Kelas Relatif Kumulatif
Absolut Kumulatif
(%) (%)
244
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
Tabel 4 Analisis Variansi Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi X2 = 52,023 + 0,613X1
Uji F
Sumber
dk JK RJK Ftabel
Varians Fhitung
0,05 0,01
Total 80 1155420
Keterangan :
** : Regresi sangat signifikan (Fhitung > Ftabel) pada = 0,01 diperoleh 79,254 > 7,01
ns) : Regresi berbentuk linear (Fhitung < Ftabel) pada = 0,05 diperoleh 1,587 < 1,74
dk : Derajat kebebasan
RJK : Rata-rata jumlah kuadrat
JK : Jumlah kuadrat
245
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
sangat signifikan. Hasil uji linearitas diperoleh Fhitung antara kerja sama tim (X2) terhadap etika kerja
=1,671 < F t ab el = 1,74 pa da =0 ,05 ya ng (X 3) dapat dinyatakan dalam persamaan X 3 =
menunjukkan persamaan regresi berbentuk linear. 48,103 + 0,614X2. Hasil uji signifikansi pada baris
Pengujian signifikansi dan linearitas regresi regresi diperoleh Fhitung = 82,457 > Ftabel = 7,01 pada
kerja sama tim dan etika kerja diawali dengan = 0,01 yang menunjukkan persamaan regresi
menyusun persamaan regresi linear sederhana sangat signifikan. Hasil uji linearitas diperoleh Fhitung
ant ara kerj a sa ma t im d an e tika ker ja. = 1,650 < F tab el = 1,71 pada = 0,05 yang
Berdasarkan hasil perhitungan, hubungan linear menunjukkan persamaan regresi berbentuk linear.
Tabel 5 Analisis Variansi Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Ŷ = 69,111 + 0,476X1
Uji F
Sumber
dk JK RJK Ftabel
Varians Fhitung
0,05 0,01
Total 80 1190173
Keterangan :
** : Regresi sangat signifikan (Fhitung > Ftabel) pada = 0,01 diperoleh 55,230 > 7,01
ns) : Regresi berbentuk linear (Fhitung < Ftabel) pada = 0,05 diperoleh 1,671 < 1,740
dk : Derajat kebebasan
RJK : Rata-rata jumlah kuadrat
JK : Jumlah kuadrat
Tabel 6 Analisis Variansi Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi X3 = 48,103 + 0,614X2
Uji F
Sumber Varians dk JK RJK Ftabel
Fhitung
0,05 0,01
Total 80 1190173
Keterangan :
** : Regresi sangat signifikan (Fhitung > Ftabel) pada = 0,01 diperoleh 82,457 > 7,01
ns) : Regresi berbentuk linear (Fhitung < Ftabel) pada = 0,05 diperoleh 1,650 < 1,740
dk : Derajat kebebasan
RJK : Rata-rata jumlah kuadrat
JK : Jumlah kuadrat
246
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
Pengujian Analisis Data terhadap etika kerja sebesar 0,272. Hasil uji
Teknik Analisis Jalur signifikansi diperoleh thitung = 2,496 > ttabel = 2,375
Hip otesis d alam penelit ian ini diuj i untuk pada = 0,01 yang menunjukkan koefisien jalur
menjelaskan pengaruh antarvariabel sebagai sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
ber ikut : 1) pengaruh la ngsung e tika ker ja bahwa terdapat pengaruh langsung dan positif
terhadap kepemimpinan; 2) pengaruh langsung antara kerja sama tim terhadap etika kerja.
etika kerja terhadap kerja sama tim; 3) pengaruh Ar tiny a, p eningkat an kerj asam a ti m ak an
langsung kepemimpinan terhadap kerja sama tim. mengakibatkan peningkatan etika kerja.
Langkah uji hipotesis di antaranya menyusun
matrik koefisien korelasi antarvariabel penelitian. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur Hasil uji hipotesis pertama dalam penelitian ini
maka pengaruh kepemimpinan terhadap kerja menunjukkan adanya pengaruh langsung yang
sama tim dapat diketahui dari nilai korelasi positif antara kepemimpinan terhadap kerja sama
koefisien jalur yang menunjukkan pengaruh tim. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai
kepemimpinan terhadap kerja sama tim sebesar koefisien jalur kepemimpinan terhadap kerja sama
0,710. Hasil uji signifikansi diperoleh thitung = 8,919 tim sebesar 0,710. Selanjutnya dilakukan uji
> ttabel = 2,375 pada = 0,01 yang menunjukkan signifikansi terhadap koefisien jalur dengan
koefisien jalur sangat signifikan. Sehingga dapat menggunakan uji t yang diperoleh hasil t hitung =
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung 8,904 > ttabel = 2,375 yang signifikan pada = 0,01,
dan positif antara kepemimpinan terhadap kerja sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien jalur
sama tim. Artinya, peningkatan kepemimpinan sangat signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan
akan mengakibatkan peningkatan kerja sama tim. da pat diar tika n ba hwa kep emim pina n be r-
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur pengaruh terhadap kerja sama tim.
maka pengaruh kepemimpinan terhadap etika Adanya kontribusi kepemimpinan kepala
kerja dapat diketahui dari nilai korelasi koefisien sekolah mempunyai pengaruh secara langsung
jalur yang menunjukkan pengaruh kepemimpinan terhadap kerja sama tim dari seluruh stake holder
terhadap etika kerja sebesar 0,644. Hasil uji di sekolah. Hal ini diperkuat dengan pendapat
signifikansi diperoleh thitung = 7,433 > ttabel = 2,375 yang dikemukakan oleh Salas & Frush (2013)
pada = 0,01 yang menunjukkan koefisien jalur bahwa kepemimpinan diidentifikasi sebagai bagian
sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan penting dar i ke mamp uan sese orang da lam
bahwa terdapat pengaruh langsung dan positif kerjasama tim.
antara kepe mimpinan terhadap et ika kerja. Hasil uji hipotesis kedua dalam penelitian ini
Art inya , pe ning kata n ke pemi mpinan a kan juga menunjukkan adanya pengaruh langsung
mengakibatkan peningkatan etika kerja. yang positif antara kepemimpinan terhadap etika
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur kerja. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai
maka pengaruh kerja sama tim terhadap etika koefisien jalur kepemimpinan terhadap etika kerja
kerja dapat diketahui dari nilai korelasi koefisien se besa r 0,272. Sel anjutnya dil akuk an uji
jalur yang menunjukkan pengaruh kerja sama tim signifikansi terhadap koefisien jalur dengan
X1 P31 = 0,2 72
r 13 = 0,644
P21 = 0,71 0
r 12 = 0,710
X3
X2 P32 = 0,5 24
r 13 = 0,7 17
247
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
menggunakan uji t yang diperoleh hasil t hitung = faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya
2,496 > ttabel = 2,375 yang signifikan pada = 0,01 etika kerja guru di sekolah.
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien jalur Kedua, kerja sama tim memiliki pengaruh
sangat signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan positif dan signifikan terhadap etika kerja guru.
da pat diar tika n ba hwa kep emim pina n be r- Dengan demikian, kerja sama tim yang dilakukan
pengaruh terhadap etika kerja. di se kolah me mberikan kontrib usi terhadap
Ha sil pene liti an m enunjuk kan adanya peningkatan etika kerja guru. Peningkatan kerja
kontribusi kepemimpinan yang cukup signifikan sama tim di sekolah akan diikuti oleh peningkatan
terhadap etika kerja guru dalam pembelajaran di etika kerja guru. Dengan demikian, kerja sama
sekolah. Hal ini dipertegas dari pendapat yang ti m di sek olah menjadi fak tor yang dap at
dikemukakan Feldman & Alexander (2012) bahwa menentukan tinggi rendahnya etika kerja guru di
keberhasilan perubahan dalam kepemimpinan sekolah.
dilakukan melalui menguatnya etika kerja yang Ketiga, kepemimpinan yang dilakukan oleh
didukung oleh antusiasme dan menghormati kepala sekolah memiliki pengaruh positif dan
perbedaan antarindividu. signifikan terhadap kerja sama tim di sekolah.
Hasil uji hipotesis ketiga dalam penelitian ini Dengan demikian, kepemimpinan yang dilakukan
juga menunjukkan adanya pengaruh langsung kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap
yang positif antara kerja sama tim terhadap etika peningk atan ker jasa ma t im. Peni ngka tan
kerja. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai terhadap kepemimpinan oleh kepala sekolah akan
koefisien jalur kerja sama tim terhadap etika kerja diikuti oleh peningkatan kerja sama tim. Dengan
se besa r 0,524. Sel anjutnya dil akuk an uji demikian, kepemimpinan kepala sekolah menjadi
signifikansi terhadap koefisien jalur dengan faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya
menggunakan uji t yang diperoleh hasil t hitung = kerja sama tim di sekolah.
5,433 > ttabel = 2,375 yang signifikan pada = 0,01 Keempat, melalui peningkatan kepemimpinan
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien jalur kepala sekolah dan peningkatan kerja sama tim
sangat signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan yang baik dalam organisasi sekolah diharapkan
dapat diartikan bahwa kerja sama tim ber- dapat tercipta etika kerja guru yang lebih baik
pengaruh terhadap etika kerja. sehingga visi dan misi serta tujuan sekolah dapat
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tercapai sesuai dengan harapan. Sehingga guru
kerja sama tim memiliki kontribusi yang besar dan dap at tet ap konsiste n dala m mel aksana kan
berpengaruh terhadap etika kerja guru di sekolah. tugasnya sebagai pendidik yang profesional
Kontribusi kerja sama tim mempunyai pengaruh diantaranya dengan meningkatkan etika dalam
terhadap etika kerja diperkuat oleh pendapat bekerja untuk mencerdaskan anak bangsa guna
yang disampaikan oleh Gabard & Martin (2011) meraih masa depan yang lebih baik.
bahwa kerja sama tim akan meningkatkan per-
hatiannya terhadap etika kerja. Saran
Berikut adalah beberapa saran berkaitan dengan
Simpulan dan Saran kesimpulan penelitian. Pertama, etika kerja
Simpulan diharapkan dapat dijadikan budaya oleh guru di
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sekolah guna meningkatkan profesionalisme kerja
dapat disimpulkan: Pertama, kepemimpinan yang dan dapat mengembangkan kompetensi dalam
dilakukan oleh kepala sekolah memiliki pengaruh melaksanakan pembelajaran. Kedua, peningkatan
positif dan signifikan terhadap etika kerja guru. kualitas kepemimpinan kepala sekolah harus terus
Dengan demikian, kepemimpinan yang dilakukan dikembangkan agar upaya membina, melatih,
kepala sekolah memberikan kontribusi terhadap mem peng aruhi, m enga mbil kep utusan, dan
peningk atan eti ka k erja gur u. Peningkat an evaluasi kebijakan oleh kepala sekolah terhadap
terhadap kepemimpinan oleh kepala sekolah akan pengelolaan sumber daya sekolah dapat lebih
diikuti oleh peningkatan etika kerja guru. Dengan ef ekti f da n ef isie n se hing ga b erpe ngar uh
demikian, kepemimpinan kepala sekolah menjadi terhadap meningkatnya etika kerja guru. Ketiga,
248
Sri Sarjana, Pengaruh Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim terhadap Etika Kerja Guru SMK
kerjasama tim dalam organisasi sekolah harus yang mempunyai etika kerja yang positif, baik saat
selalu dijaga agar tercipta iklim sekolah yang ber inte raksi de ngan siswa m aupun sa at
kondusif sehingga dapat terbentuk insan guru berinteraksi dengan sesama guru.
Pustaka Acuan
Alavudeen, A. 2008. Professional Ethics and Human Values. New Delhi: Laxmi Publication Ltd.
Beer, Lawrence A. 2010. A Strategic And Tactical Approach to Global Business Ethics. New York: Business
Expert Press.
Campos, Luiz Carlos de. 2012. Project Approaches to Learning in Engineering Education: The Practice of
Teamwork. Rotterdam: Sense Publisher, 2012.
Champoux, Joseph E. 2011. Organizational Behavior: Integrating Individual, Group and Organizations,
Fourth Edition. New York: Roudldge Taylor And Francis Group.
Colquitt, Jason A., LePine, Jeffery A. dan Wesson, Michael J. 2011. Organizational Behavior, Improving
Performance And Commitment in The Workplace, Second Edition. New York: Mc-Graw Hill.
De Janasz, Suzanne C., Dowd, Karen O. dan Schneider, Beth Z. 2009. Interpersonal Skill in
Organization. New York: Mc-Graw Hill.
Dema, Alina Mihaela. 2011. Leadership Challenges and Ways Into The Labour Market in Romania.
Norderstedt: Grin Verlag.
Gabard, Donald L. dan Martin, Mike W. 2011. Physical Therapy Ethics. Philadelphia: F A Davis Company.
Dutelle, Aric W. 2011. Ethics for The Public Service Professional. Boca Raton: CRC Press.
Feldman, Harriet R. dan Alexander, Rumay. 2012 Nursing Leadership: A Concise Encyclopedia. New York:
Springer Publishing.
Ferrell, Odies C. 2013. Business Ethics: Ethical Decision Making and Cases, 9th Edition. South Western:
Cengage Learning.
Forsyth, Donelson R. 2006. Group Dynamic, Fifth Edition. Canada: Cengage Learning Center.
Gregory, George A. 2012. Gregory’s Pediatric Anesthesia, Fifth Edition. West Sussex: Blackwell
Publishing.
George, Jennifer M. dan Jones, Gareth R. 2012. Understanding And Managing Organizational Behavior,
Sixth Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Gill, Roger. 2011. Theory And Practice of Leadership. London: Sage Publication.
Griffin, Ricky W. dan Moorhead, Gregory. 2012. Organizational Behavior: Managing People And
Organizations, Eleventh Edition. South Western: Cengage Learning.
Hartanto, Frans Mardi. 2009. Paradigma Baru Manajemen Indonesia. Bandung: Mizan.
Hellriegel, Don dan Slocum Jr, John W. 2011. Organizational Behavior, 13th Edition. South Western:
Cengage Learning.
Hess, Karen Matison dan Orthmann, Christine Hess. 2012. Management & Supervision in Law
Enforcement, Sixth Edition. New York, Delmar Cengage Learning.
249
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Jamil, Alwiyah. 2007. Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap-Sikap Pada Perubahan Organisasi:
Komitmen Organisasi Sebagai Mediator. Tesis. Semarang: Program Study Magister Akuntansi
Universitas Diponegoro.
Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo. 2007. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.
Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo. 2010. Organizational Behavior, Key Concepts, Skills & best Practice, 9th
Edition. New York: McGraw-Hill.
Lehner, Franz. 2011. Proceeding of the 12th European Conference On Knowledge Management. UK:
Academic Publishing Limited.
Leonard, Edwin C. 2013. Supervision: Concepts and Practice Of Management, 12th Edition. South-
Western: Cengage Learning.
Luthan, Fred. 2011. Organizational Behavior: An Evidence – Based Approach, 12th Edition. New York:
McGraw-Hill.
MacKinnon, Barbara. 2013. Ethics: Theory & Contemporary Issues – Concise, 2nd Edition, Boston:
Cengage Learning.
McShane, Steven L. & Glinow, Mary Ann Von. 2010. Organizational Behavior: Emerging Knowledge And
Practice For The Real World, 5th Edition. New York: McGraw-Hill.
Mullins, Laurie J. 2007. Management and Organizational Behavior, Seventh Edition. England: Prentice-
Hall.
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan Bayu Airlangga. Jakarta:
Erlangga.
Penn, Jeremy D. 2011. Assasing Complex General Education Student Learning Outcomes. California:
Wiley Periodicals Inc.
Sagala, Syaiful & Gultom, Syawal. 2011. Praktik Etika Pendidikan Di Seluruh Wilayah NKRI. Bandung:
Alfabeta.
Salas, Eduardo & Frush, Karen. 2013. Improving Patient Safety Through Teamwork And Team Training.
New York: Oxford University Press.
Salmon, Paul M. & Stanton, Neville A. 2009. Distributed Situation Awareness: Theory, Measurement And
Application to Teamwork. Burlington: Ashgate Publishing Limited.
Schermerhorn, John R. 2010. Introduction to Management, 10th Edition. New Jersey: John Willey &
Sons.
Schermerhorn, John R., Hunt, James G., Osborn, Richard N. & Uhl-Bien, Mary. 2011. Organizational
Behavior, 11th Edition. New Jersey: John Willey & Sons.
Sinamo, Jansen H. 2011. 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika.
Slyke, Jeffrey Matthew Van. 2007. Police Ethics Training: Preferred Modes of Teaching in Higher
Education. USA: ProQuest Information and Learning Company.
Souryal, Sam S. 2011. Ethics in Criminal Justice: In Search of The Truth. Burlington: Anderson
Publishing.
250