Rhizosfer
Rhizosfer
Rhizosfer
ISBN : 979-587-529-9
ABSTRACT
Rhizosphere microorganism potential as biological control agents. This research aimed to
determine the abundance of antagonist fungi on rhizozfere of cowpea (Vigna sinensis (L.)
Savi ex Hassk.) on dry land of Indralaya South Sumatra. This research were conducted in
Tamyiz and Citra, Indralaya. Sample was collected from rhizosphere of health cowpea
plants using a diagonal methods and rhizosphere of suspect cowpea plants using a
purposive sampling . This sample collected from 10% of all plant with a depth of 1-10 cm.
Then samples of healthy and diseased plants in each composite plastic bag. Dilution up to
10-6 then isolated on PDA . Identification based on morphological and microscopic
characteristics. The results showed that in the dry land on rhizosphere of cowpea plants
obtained Trichoderma spp., Aspergillus spp., and Penicillium spp. Based of the test
antagonists using isolated of Rhizoctonia solani showed that all three are able to suppress
the growth of fungi R. solani in petridish. The mean value of the abundance of antagonists
fungi in the dry land known mean value is very small abundance of Trichoderma spp. in
Tamyiz and Citra, Inderalaya mean abundance values are 40 and 38 (cfu/ g soil).
Penicillium spp. has an average value that is very small abundance is 1.167 (cfu/g soil).
For the population of Aspergillus spp. 10.83 and 20.5 (cfu/g soil). In the dry land Indralaya
abundance of antagonist fungi of Trichoderma spp., Aspergillus spp., and Penicillium spp.
were 40 and 38, 10.83 and 20.5, and 1,167 (cfu/g soil).
ABSTRAK
Mikroorganisme disekitar rhizosfer berpotensi sebagai agens pengendalian hayati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan cendawan antagonis di sekitar
rhizosfer tanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk.) di lahan kering
Indralaya Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan didaerah Tamyiz dan Citra,
Indralaya. Sampel tanah rhizosfer kacang panjang yang sehat diambil dengan
menggunakan metode diagonal sampling dan sampel sakit diambil secara sengaja
(Purpossive sampling). Sampel diambil sebanyak 10% dari total tanaman dengan
kedalaman 1—10 cm. Kemudian sampel dari tanaman sehat dan sakit dikompositkan di
masing-masing kantong plastik. Dilakukan pengenceran sampai 10 -6 kemudian diisolasi
pada media PDA. Identifikasi berdasarkan ciri morfologi dan ciri mikroskopis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dilahan kering pada rhizosfer tanaman kacang panjang
didapat Trichoderma spp., Aspergillus spp., dan Penicillium spp. Berdasarkan uji antagonis
menggunakan isolat cendawan rebah kecambah Rhizoctonia solani menunjukkan bahwa
54
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
ketiga cendawan tersebut mampu menekan perkembangan cendawan R. solani didalam
petridish. Nilai rerata kelimpahan cendawan antagonis dilahan kering diketahui nilai rerata
kelimpahannya sangatlah kecil yaitu Trichoderma spp. didaerah Tamyiz dan Citra,
Inderalaya nilai rerata kelimpahannya adalah 40 dan 38 ⁄ Penicillium
spp. memiliki nilai rerata kelimpahan yang sangat kecil yaitu 1,167 ⁄ .
Untuk populasi cendawan Aspergillus spp. yaitu 10,83 dan 20,5 ⁄ .
Dilahan kering Indralaya kelimpahan cendawan antagonis Trichoderma spp, Aspergillus
spp., dan Penicillium spp. yaitu 40 dan 38, 10,83 dan 20,5 dan 1,167 ⁄
PENDAHULUAN
55
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Sumatera Selatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan lapangan mengenai
keberadaan jamur antagonis tersebut.
BAHAN DAN METODE
56
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Analisis Data. Analisis data dilakukan dengan mengamati dan menghitung
kelimpahan cendawan, dan melakukan identifikasi cendawan dari biakan murni.
Perhitungan kelimpahan cendawan antagonis. Pengamatan ini dilakukan dengan
cara menghitung banyaknya koloni cendawan yang tumbuh pada media PDA.
HASIL
Hasil pengamatan pada tanah rhizosfer didataran rendah didapat cendawan yang
secara makroskopis isolatnya semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan
dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat
konidia. Secara mikroskopis isolatnya mempunyai spora berwarna hijau dan konidiofor
bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang lateral yang berulang-
ulang, sedangkan ke ujung percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak
langsing dan panjang terutama pada ujung dari cabang. Konidia berbentuk semibulat
hingga oval pendek, dan berdinding tipis (Gambar 1). Hasil identifikasi menggunakan
Barnett (1998) dalam buku Illustrated Genera Of Imperfect Fungi ciri-ciri diatas sesuai
dengan ciri yang ada pada Trichoderma spp.
Hasil pengamatan koloni Trichoderma spp. pada tanah rhizosfer tanaman kacang
panjang sakit dan sehat diketahui bahwa yang paling banyak dijumpai Trichoderma spp.
pada dataran rendah daerah Tamyiz/Inderalaya yaitu 40 ⁄ dan daerah
Citra/Inderalaya yaitu 38 ⁄ (Tabel 2).
Hasil pengamatan uji antagonis isolat Trichoderma spp. dengan jamur patogen rebah
kecambah Rhizoctonia solani yang didapat dari Laboratorium Bakteorologi menunjukkan
bahwa Trichoderma spp. didataran rendah merupakan jamur antagonis. Trichoderma spp.
mampu menekan jamur Rhizoctonia solani yang diisolasi didalam petridish (Gambar 2).
Hasil pengamatan pada tanah rhizosfer didataran rendah didapat cendawan yang
secara makroskopis isolatnya semula berwarna berwarna hijau keabu-abuan hingga hijau
kekuningan. Secara mikroskopis isolatnya mempunyai konidiofor berdinding tipis,
berwarna bening, vertisil tidak teratur dan mempunyai cabang yang berkumpul. Fialid
57
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
berbentuk agak silindris dengan leher pendek yang tidak mencolok. Konidia berbentuk
semibulat, warna bening hingga hijau dan berdinding halus (Gambar 3). Hasil identifikasi
menggunakan Barnett (1998) dalam buku Illustrated Genera Of Imperfect Fungi ciri-ciri
diatas sesuai dengan ciri yang ada pada Penicillium spp.
Hasil pengamatan koloni Penicillium spp. pada tanah asal rhizosfer tanaman kacang
panjang sakit dan sehat diketahui bahwa kelimpahan cendawan Penicillium spp. adalah
didataran rendah hanya dijumpai didaerah Citra/Inderalaya saja yaitu 1,167
⁄ dan didaerah Tamyiz/Inderalaya tidak dijumpai populasi Penicillium
spp. hat pada Tabel 3.
c. Uji Antagonis
Hasil pengamatan uji antagonis isolat Penicillium spp. dengan jamur patogen rebah
kecambah Rhizoctonia solani yang didapat dari Laboratorium Bakteorologi menunjukkan
bahwa Penicillium spp.didataran rendah dan sedang merupakan jamur antagonis.
Penicillium spp. didataran tersebut mampu menekan jamur Rhizoctonia solani yang
ditanam didalam petridish (Gambar 4).
Hasil pengamatan pada tanah rhizosfer didataran rendah didapat cendawan yang
secara makroskopis isolatnya berwarna coklat kehijauan dan kehitaman.. Secara
mikroskopis isolatnya mempunyai tangkai konidiofor bening, dan umumnya berdinding
tebal dan menyolok. Kepala konidia berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi kolom-
kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat. Konidia berbentuk bulat
hingga semibulat dan berwarna kuning kecoklatan (Gambar 5). Hasil identifikasi
menggunakan Barnett (1998) dalam buku Illustrated Genera Of Imperfect Fungi ciri-ciri
diatas sesuai dengan ciri yang ada pada Aspergillus spp.
Hasil pengamatan koloni Aspergillus spp. pada tanah asal rhizosfer tanaman kacang
panjang sakit dan sehat diketahui bahwa kelimpahan Aspergillus spp. adalah didataran
rendah yaitu didaerah Citra/Inderalaya yaitu 20,5 ⁄ didaerah
Tamyiz/Inderalaya sebanyak 10,83 ⁄ (Tabel 4).
c. Uji Antagonis
Hasil pengamatan uji antagonis isolat Aspergillus spp. dengan cendawan patogen
rebah kecambah R. solani yang didapat dari Laboratorium Bakteorologi menunjukkan
bahwa Aspergillus spp. didataran rendah merupakan cendawan antagonis. Cendawan
Aspergillus spp. tersebut mampu menekan jamur Rhizoctonia solani yang ditanam didalam
petridis (Gambar 6).
58
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
PEMBAHASAN
59
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
karena jamur dalam tanah nutrisinya heterotrofik. Demikian juga Sutedjo (1991)
menyatakan bahwa jamur tanah hidupnya tergantung pada ketersediaan bahan organik dan
jamur sangat sensitif terhadap tanah kering, sehingga pada tanah yang kering kandungan
jamurnya rendah.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abadi AL. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayu Media Publishing. Malang. Hlm. 68-69.
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. New York; Academi Press.
Anonim. 2003. Survei Pertanian Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan. Jakarta :
Badan Pusat Statistik.
Barnes EH. 1997. Atlas and Manual of Plant Pathology. Apleton- Century-Crofts. New
York. Hal.126-130.
Barnett HL. dan Hunter BB. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publ.
Co. Minneapolis.
Benites T, Rincon AM, Limon MC, dan Codon AC. 2004. Biocontrol Mechanismes of
Trichoderma Strain. International Microbiology 7: 249-260.
Chang ST, Buswell JA. 1996. Mushroom Nutriceuticals.World Journal of Microbiology
and Biotechnology 12:473.
Cook RJ dan Baker KF. 1974. Biological Control of Plant Panthogens. WH Freeman and
Co. San Fransisco.
Darkuni MN. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Universitas
Negeri Malang.
Departemen Pertanian. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam Era
Otonomi Daerah. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Domsch KH and Gams W. 1980. Compedium of Soil Fungi. Vol. 1. Academic Press.
London, New York, Toronto, Sydney, San Francisco.
Duriat AS. 1998. Teknologi Produksi Tanaman Kacang Panjang. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. ha. 1-10.
Dwidjoseputro. 1981. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Jambatan, Jakarta. hlm. 134-
135.
Gandjar IRA, Samson. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Hershey GH. 1987. Cassava germplasm resources. In CIAT cassava Breeding, a
multidisciplinary review. Proceeding of a workshop held in the Phillipines, 4-7
60
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
March 1985, Cali, Colombia. p. 1-24. Jaya, B. 1993. Percobaan daya hasil kultivar
kacang panjang di dataran rendah Madura. Bull. Penel. Hort. XXV(4):77-83.
Iqbalah M. 2008. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan.
[http://iqbalah.Com. Diakses 5 Mei 2008].
Irfan. 1999. Bertanam Kacang Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Isroi. 2008. Aplikasi Trichoderma harzianum dan Aspergillus sp. pada Tanaman.
[http://isroi.wordpress.com. Diakses 25 Januari 2012].
Istikorini Y. 2002. Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Hayati Yang Ekologis dan
Berkelanjutan.
[http://tumoutou.net/702_05123/yunik_istikorini.htm. Diakses 25 Desember 2011].
Julak 2006. Pengembangan Agens Hayati.
[http://www.disbun.jabar.go.id/data/arsip/AGENS%20HAYATI.doc. Diakses 25
Desember 2011].
Nazaruddin. 2003. Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Nugrohati S dan Untung K. 1986. Pestisida dalam Sayuran. Seminar Keamanan Pangan
dalam Pengolahan dan Penyajian. Yogyakarta 1 – 3 September.
Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc.
New York.
Ranasingh A Subhat dan Neduchezhiyan M. 2006. Use of Trichoderma in Disease
Management. Orissa Review: 68-70.
Rifai MA. 1969. A rivision of the Genus Trichoderma. Mycologycal papers. P. 116 : 1-56.
Robinson R. 2001. Biology Macmillan Science Library. Macmillan Reference. USA.
Rukmana R. 1998. Kacang Panjang: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Soetiarso TA dan Marpaung L. 1995. Preferensi konsumen rumah tangga terhadap kualitas
kacang panjang. J. Hort. 5(3):46-52.
Streets RB. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. Terjemahan Santoso, I. The University of
Arizona Press. Tuscon-Arizona, USA, hal 250.
Subba RNS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI-Press.
Suharna N. 2003. Interaksi antara Trichoderma harzianum, Penicillium sp. dan
Pseudomonas sp. serta kapasitas antagonismenya terhadap Phytoptora capsii in vitro.
Berita Biologi 6 (6): 747-753.
Sulistyowati A. 1999. Pertanian Organik dalam Sejarah Peradaban. Wacana, edisi 17
Mei-Juni 1999, Jakarta.
Sunarjono H. H. 2003. Seri Agribisnis: Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Sutanto 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG dan Sastraatmodjo RDS. 1991. Mikrobiologi Tanah.
Rineka Cipta.
Tandion H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk Organik
Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium roflsii Sacc. Pada Tanaman
Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa.
[http://repository.usu.ac.id.pdf Diakses 25 Januari 2012].
Weller DM. 1983. Colonizaation of wheat roots by a fluorescent
Pseudomonads:suppressive take-all. Phytopathology. 73: 1548-1553.
Yulianto. 1989. Pengenalan Vesikular-Arbuskular dan Peranannya pada Tanaman. Balai
Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
61
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Yuspida, A., dan Rustam. 2003. Penggunaan Jamur Antagonis Untuk Menekan
Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Penyebab Penyakit Rebah Kecambah
Bibit Cabai. Pest Tropical Journal 1 : 18-25.
a b
a a
Gambar 1. Biakan murni Trichoderma spp. dari daerah Inderalaya (a) dan mikroskopis
konidiofor Trichoderma spp. (b) perbesaran 40x
a b a b
Gambar 2. Uji antagonis Trichoderma spp.(b) yang mampu menekan Rhizoctonia solani(a)
a b
a a
Gambar 3. Biakan murni Penicillium spp. dari daerah Inderalaya (a) dan mikroskopis
konidiofor Penicillium spp. (b) perbesaran 40x
62
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
a b a b
Gambar 4. Uji antagonis Penicillium spp. (b) didataran rendah yang mampu menekan
Rhizoctonia solani (a)
a b
Gambar 5. Biakan murni Aspergillus spp. dari daerah Inderalaya (a) dan mikroskopis
konidiofor Aspergillus spp. (b) perbesaran 40x
a b
Gambar 6. Uji antagonis Aspergillus spp. (b) didataran rendah yang mampu menekan
Rhizoctonia solani (a)
63
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Tabel 1. Keberadaan Cendawan Antagonis Didataran Rendah, Sedang, dan Tinggi
Daerah Trichoderma Aspergillus Penicillium
spp. spp. spp.
Dataran rendah (Tamyiz/Indralaya) + + -
Dataran rendah (Citra/Indralaya) + + +
Keterangan :
+ : adanya keberadaan cendawan antagonis
- : tidak adanya keberadaan cendawan antagonis
64