Isolasi Dan Karakterisasi Kolagen Dari Kulit IKAN PATIN (Pangasius SP.)

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KOLAGEN DARI KULIT

IKAN PATIN (Pangasius sp.)


1) 1)* 2)
Pipih Suptijah , Dini Indriani , dan Supriyono Eko Wardoyo
1)
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
2)
Dosen Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa Bangsa
Jl. KH. Soleh Iskandar KM 4 Cimanggu Tanah Sareal, Bogor 16166
*email : dini_indriani88@yahoo.co.id

ABSTRACT

Isolation and Characterization of Collagen from the Skin of Catfish (Pangasius sp.)

Skin of catfish is one of aquatic by-products which could be used as an alternative source of collagen.
This research is aimed to isolate and characterize collagen from skin of catfish. Methods of isolation of collagen
included three stages, the first was deproteinization using NaOH solution with concentration of 0.05 M; 0.10 M;
0.15 M; 0.20
M for 12 hours, the second was soaking in CH3COOH solution with concentration of 0.05 M; 0.10 M; 0.15 M;
and
0.20 M for 2 hours, and the third was extraction in water at a temperature of 40 0C for 2 hours; characterization of
collagen was included chemical and physical properties. The results showed that the best extraction
method ofcollagen from skin of catfish was soaking the skin in 0.05 M NaOH solution for 12 hours and soaking
the skin in
0.05 M acetic acid for 2 hours. Extraction yields of collagen was 12.15%. Chemical characteristics
included
proximate and amino acid composition. Proximate value of collagen consisted of moisture was 6.55%, ash 1.80%,
protein 64.74% and fat 8.85%. The major amino acid composition of collagen were glycine, proline,
alanine, arginine and glutamate. Physical characteristics of collagen resulted from FTIR analysis showed amide A,
amide B, amide I, amide II and amide III, triple helical structure of the amide I and amide III indicates that the
compound produced was collagen; color analysis was 66.39%; thermal analysis showed a melting temperature peak
was 154.47
0
C and pH value was 5.34.

Keywords: Catfish, isolation, characterization, collagen,


skin

ABSTRAK
Kulit ikan patin merupakan salah satu limbah hasil perairan yang dapat digunakan sebagai sumber
alternatif kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan karakterisasi kolagen yang diperoleh dari kulit ikan
patin. Isolasi kolagen yang dilakukan meliputi tiga tahap, yaitu tahap pertama adalah proses deproteinisasi
menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi, yaitu 0,05 M; 0,10 M; 0,15 M; 0,20 M dan lama waktu
perendaman selama 12 jam; tahap kedua, yaitu perendaman dalam larutan CH3COOH dengan empat konsentrasi
CH3COOH yaitu 0,05 M;
0,10 M; 0,15 M; dan 0,20 M dan lama waktu perendaman selama 2 jam; dan tahap ketiga, yaitu ekstraksi dengan
air pada suhu 40 0C selama 2 jam; serta karakterisasi kolagen yang dilakukan, meliputi sifat kimia dan fisik.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi kolagen dari kulit ikan patin terbaik diperoleh melalui
proses perendaman kulit dalam larutan NaOH 0,05 M selama 12 jam dan perendaman kulit dalam asam asetat
0,05 M selama 2 jam. Rendemen serbuk kolagen yang dihasilkan sebesar 12,15 %. Karakteristik kimia meliputi
proksimat dan komposisi asam amino. Nilai proksimat kolagen terdiri dari kadar air 6,55 %, abu 1,80 %, p rotein
64,74 % dan lemak 8,85 %. Komposisi asam amino yang dominan pada kolagen adalah glisina, prolina, alanina,
arginina dan glutamat. Karakteristik fisik kolagen yang dihasilkan adalah analisis FTIR menunjukkan adanya
gugus amida A, amida B, amida I, amida II dan amida III, struktur triple heliks pada amida I dan amida III
mengindikasikan bahwa senyawa yang dihasilkan adalah kolagen; analisis warna yaitu 66,39 %; analisis termal
yang menunjukkan suhu
puncak pelelehan adalah 154,47 0C dan nilai pH kolagen yaitu
5,34.

Kata kunci : Ikan patin, isolasi, karakterisasi, kolagen,


kulit

PENDAHULUAN Kolagen memegang peranan cukup


penting dalam industri makanan, kosmetik,
biomedis, dan farmasi (Chai et al., 2010).
Keistimewaan penggunaan kolagen
berkaitan dengan karakteristik fisikokimia
dari kolagen, diantaranya mudah diserap
dalam tubuh, sifat antigenitas rendah,
9 |………………………………………….Isolasi
Isolasi dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Ikan
danPatin
Karakterisasi
(Pangasius
Kolagen dari Kulit Ikan Patin (Pangasius sp.) | 9
sp.)……………………………………………

afinitas dengan air tinggi, tidak beracun, BAHAN DAN METODE


biocompatible dan biodegradable, relatif
stabil, dapat disiapkan dalam berbagai Bahan dan Alat
bentuk sesuai kebutuhan, dan mudah Bahan yang digunakan adalah kulit
dilarutkan dalam air maupun asam (Lee, ikan patin (Pangasius sp.). Kulit ikan patin
Singla & Lee, 2001). diperoleh dari limbah Laboratorium
Sumber kolagen yang paling banyak Produksi Teknologi Hasil Perairan (THP)
di pasaran umumnya berasal dari kulit dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
tulang sapi ataupun babi yang keamanan dan Bahan-bahan yang digunakan untuk
kehalalannya perlu diwaspadai, sehingga ekstraksi kolagen terdiri dari natrium
diperlukan alternatif sumber kolagen yang hidroksida (NaOH), asam asetat
aman dan halal. Salah satu biota perairan (CH3COOH), akuades, Natrium Klorida
yang berpotensi sebagai sumber kolagen (NaCl) dan pH indikator.
adalah ikan. Kulit ikan yang di fillet dari Alat yang digunakan dalam
berbagai perusahaan industri atau pabrik penelitian ini adalah untuk ekstraksi
fillet ikan dianggap sebagai produk limbah, kolagen, diantaranya peralatan gelas merek
sehingga pemanfaatan kulit ikan sebagai Pyrex Iwaki, pisau, timbangan digital
sumber kolagen alternatif tidak hanya dapat analitik merek AND, kain kasa,
mengurangi jumlah limbah industri Spektrofotometer UV-VIS merek RS UV-
pengolahan, tetapi sekaligus juga 2500 Labomed USA, Waterbath Incubator
meningkatkan nilai tambah limbah tersebut. Shaker BT 25 merek Yamato dan freeze
Friess (1998) menyatakan bahwa lebih dari dryer merek EYELA FDU-1200. Sementara
50 % protein ekstra-seluler pada kulit alat-alat yang digunakan untuk analisis
merupakan kolagen. adalah alat untuk analisis proksimat
Salah satu bahan kulit ikan yang menggunakan Oven merek Yamato DV 41,
berpotensi sebagai sumber kolagen adalah Tanur merek Yamato FM 38, Soxhlet merek
kulit ikan patin. Ikan patin telah Yamato Scientific Co.,LTD, Destruktor
dimanfaatkan dalam bentuk produk pangan, protein merek Tecator dan Destilator protein
namun kulit dari ikan patin tersebut belum merek Labentech; alat untuk analisis logam
dimanfaatkan secara optimal. Dari data berat menggunakan Atomic Absorption
statistik Kementerian Kelautan dan Spectrophotometer (AAS) AA-7000 merek
Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa Shimadzu, High Performance Liquid
produksi nasional budidaya ikan patin Chromatography (HPLC) merek Waters
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun coorporation USA, pH meter merek Eutech
2006, produksi ikan patin mencapai 31.490 Instruments, Differential Scanning
ton/tahun dan pada tahun 2012 mengalami Calorimetry (DSC) merek Shimadzu,
peningkatan menjadi 651.000 ton/tahun. Chromameter CR-310 merek Minolta dan
KKP terus memacu peningkatan produksi Spektrofotometer Fourier Transform Infra
ikan patin dari tahun ke tahun dengan target Red (FTIR) merek BRUKER TENSOR 37.
produksi nasional pada tahun 2013 sebesar
1.107.000 ton (Sistem Informasi Diseminasi
Data Statistik Kelautan dan Perikanan Metode
[SIDATIK], 2013). Hal ini menunjukkan Penelitian ini dilakukan dalam tiga
potensi bagi pemanfaatan kulit ikan patin tahap, yaitu 1) preparasi dan karakterisasi
(Pangasius sp.) sebagai sumber kolagen. bahan baku kulit ikan patin; 2) optimasi
Penelitian mengenai optimasi metode ekstraksi kolagen; dan 3) karakterisasi
ekstraksi kolagen dilakukan karena belum kolagen, meliputi nilai rendemen, komposisi
ada metode yang baku secara resmi, dan proksimat, asam amino, gugus fungsi
proses pembuatan kolagen, serta dengan Fourier Transform Infra Red
karakterisasi fisikokimianya dari kulit (FTIR), analisis warna, analisis termal dan
ikan patin perlu dilakukan untuk aplikasi pH.
sebagai bahan baku kosmetik.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Vol. 8, No.1, Januari 2018, 8 – 23


Bangsa
Preparasi dan Karakterisasi Bahan Baku (DP) dari kulit dan uji kelarutan kolagen
Kulit Ikan patin dalam larutan asam asetat (CH3COOH)
Kulit ikan patin dibersihkan dan dengan menggunakan natrium klorida
dipisahkan dari daging yang masih tersisa (NaCl) 5 M.
menempel pada kulit. Sampel kulit ikan Kulit hasil perendaman larutan
patin tersebut dipotong-potong kemudian CH3COOH dengan perlakuan terbaik dicuci
disimpan dalam freezer lemari pendingin (- dengan akuades sampai mencapai pH netral
15˚C) sampai sampel tersebut akan sebelum dilanjutkan pada tahap ketiga yaitu
digunakan. Kulit ikan patin yang akan 0
ekstraksi dengan air pada suhu 40 C selama
digunakan dikarakterisasi terlebih dahulu 2 jam dengan rasio antara kulit dan air
dengan melakukan analisis komposisi kimia adalah 1:1 (b/v). Hasil ekstraksi berupa
kulit (SNI 01-2891-1992) yang meliputi kolagen larut air, selanjutnya dikeringkan
kadar air, abu, protein, lemak dan logam dengan menggunakan freeze dryer untuk
berat Hg (SNI 01-2354.6-2006), Pb (SNI 01- memperoleh kolagen dalam bentuk serbuk.
2354.7-2006), serta As (SNI 01-4866-1998).
Karakterisasi Kolagen
Optimasi Ekstraksi Kolagen Tahap ini bertujuan untuk
(Modifikasi dari Singh, Benjakul, mendapatkan karakteristik kolagen yang
Maqsood & Kishimura, 2011) dihasilkan dari perlakuan terbaik pada
Ekstraksi kolagen dilakukan dengan
penelitian tahap ketiga yang mencakup
tiga tahap, yaitu deproteinisasi
karakteristik kimia maupun fisik.
menggunakan larutan natrium hidroksida
Karakteristik kimia meliputi analisis
(NaOH), perendaman dalam larutan asam
proksimat (SNI 01-2891-1992) dan jenis
asetat (CH3COOH), dan ekstraksi dengan
asam amino (AOAC, 1995), sedangkan
air. Tahap pertama adalah proses
karakteristik fisik yang diukur antara lain
deproteinisasi, yaitu perendaman kulit
gugus fungsi dengan menggunakan
dalam larutan NaOH dengan tujuan untuk
spektrofotometer FTIR (Muyonga, Cole, &
menghilangkan protein non kolagen. Rasio
Duodu, 2004b), analisis warna
antara kulit dan larutan NaOH adalah 1 : 10
(Chromameter Minolta) (Gaurav, 2003),
(b/v). Pada tahap ini digunakan empat
analisis termal (Martianingsih dan Atmaja,
variasi konsentrasi NaOH yaitu 0,05 M; 0,10 2009), dan pH (AOAC, 2005).
M; 0,15 M; 0,20 M dengan lama waktu
perendaman selama 12 jam. Larutan NaOH Rancangan Percobaan dan Analisis Data
sisa hasil perendaman kulit yang dihasilkan (Steel dan Torrie, 1993)
diuji kandungan protein secara kuantitatif Rancangan yang digunakan untuk
dengan uji biuret (Apriyantono, Fardiaz, tahap perendaman dalam larutan NaOH
Puspitasari, Yasni & Budiyanto., 1989) dan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial
Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai (RALF) dengan dua faktor yaitu konsentrasi
standar serta untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH sebanyak 4 variasi (0,05;
NaOH dan lama waktu perendaman terbaik. 0,10; 0,15; dan 0,20 M) dan faktor lama
Kulit hasil proses deproteinisasi waktu perendaman dengan 6 variasi (2; 4; 6;
dengan perendaman konsentrasi NaOH 8; 10; dan 12 jam). Perlakuan merupakan
terbaik dicuci dengan akuades sampai kombinasi antara konsentrasi NaOH dengan
mencapai pH netral sebelum dilanjutkan waktu perendaman. Rancangan yang
pada tahap kedua yaitu hidrolisis dengan digunakan untuk tahap perendaman dalam
perendaman kulit dalam larutan CH3COOH. larutan CH3COOH adalah Rancangan Acak
Pada tahap ini digunakan empat variasi Lengkap (RAL). Perlakuan merupakan
konsentrasi CH3COOH, yaitu 0,05 M; 0,10 kombinasi antara konsentrasi CH3COOH
M; 0,15 M; dan 0,20 M dengan lama waktu dengan waktu perendaman. Konsentrasi
perendaman selama 2 jam. Rasio antara CH3COOH sebanyak 4 variasi (0,05; 0,10;
kulit dengan larutan CH3COOH adalah 1:10 0,15; dan 0,20 M) dan faktor lama waktu
(b/v). Parameter uji yang digunakan pada perendaman selama 2 jam. Semua
tahap ini adalah pengukuran Derajat perlakuan
Pengembangan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Data
yang diperoleh dianalisis dengan analisis kadar lemak, kadar protein dan logam berat
ragam (ANOVA), dan apabila ada beda (Hg, Pb dan As). Analisis komposisi kimia
nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s kulit ini dilakukan dengan tujuan untuk
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf menilai kelayakan awal dari kulit ikan patin
kepercayaan 95%. sebagai bahan baku pembuatan kolagen.
Hasil analisis komposisi kimia proksimat
kulit ikan patin dan berbagai catfish lain
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar air yang terkandung dalam
Preparasi dan Karakteristik Bahan Baku kulit ikan patin sebesar 65,59%. Kadar air
Kulit Ikan patin ini paling tinggi bila dibandingkan dengan
Kulit ikan patin yang digunakan jenis catfish lainnya (Tabel 1), namun nilai
pada penelitian ini diperoleh dari limbah kadar air ini masih berada dalam kisaran
Laboratorium Produksi Teknologi Hasil kadar air kulit ikan pada umumnya,
Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu sehingga dapat dikatakan kulit ikan patin
Kelautan IPB, dengan bobot ikan rata-rata masih dalam kondisi cukup segar.
500 – 600 gram/ekor. Sampel kulit ikan Kadar abu kulit ikan patin yang
patin yang diperoleh kemudian dibersihkan dihasilkan sebesar 0,19% hampir sama
dan dipisahkan dari daging yang masih dengan kadar abu Pangasianodon gigas
tersisa menempel pada kulit. Sampel kulit sebesar 0,25 % dan P. hypophthalmus
ikan patin tersebut dipotong-potong, sebesar 0,23%, namun sedikit lebih rendah
dikemas dalam plastik kemudian dibandingkan dengan Pangasius sutchi
disimpan dalam freezer sampai sampel sebesar 0,73% (Thitipramote and
tersebut akan digunakan pada tahap Rawkdkuen, 2011; See, Hong, Wan &
selanjutnya. Karakteristik bahan baku Babji, 2010). Kadar abu yang rendah kurang
merupakan sifat penting untuk mengetahui dari 0,5% merupakan bahan baku yang
potensi yang terdapat pada bahan tersebut. memiliki kualitas yang baik untuk
Karakteristik bahan baku dapat pembuatan kolagen dan gelatin, karena
diketahui dengan melakukan analisis dengan proses demineralisasi dapat
komposisi kimia. Analisis komposisi kimia mengurangi kadar abu yang dihasilkan (See
kulit ikan patin yang dilakukan pada et al., 2010).
penelitian ini, meliputi kadar air, kadar abu,

Tabel 1. Komposisi Kimia Proksimat Kulit Ikan Patin (Pangasius sp.) dan Berbagai Catfish
Lainnya
Nilai (%)1 Nilai (%)
2
Nilai (%)
3
Nilai (%)
4
No Analisis
Hasil penelit ian Refer ensi Refer ensi Refer ensi
1 Air 65,59 39,24 64,86 51,85
2 Abu 0,19 0,73 0,25 0,23
3 Lemak 2,69 10,65 2,69 20,24
4 Protein 30,28 18,96 34,03 27,26
1 2 3
Keterangan : Data Pribadi (Pangasius sp.); See et al. (2010) (P. sutchi); Thitipramote &
4
Rawkdkuen (2011) (P. gigas); Thitipramote & Rawkdkuen (2011) (P. hypophthalmus)

Tabel 2. Komposisi Kimia Logam Berat Kulit Ikan patin (Pangasius sp.)
No Parameter uji Satuan Nilai Keterangan Syarat SNI 7387-2009
1 Merkuri (Hg) µg/kg -11,375 Ttd 0,5 mg/kg
2 Timbal (Pb) mg/kg -0,422 Ttd 0,3 mg/kg
3 Arsen (As) µg/kg -11,714 Ttd 0,1 mg/kg
Keterangan :
ttd : tidak terdeteksi
Limit Deteksi Hg < 0,002 mg/kg; Pb < 0,005 mg/kg; dan As < 0,002 mg/kg
Hasil pengujian menunjukkan pada Tabel 2 dan hasil tersebut
bahwa kulit ikan patin memiliki kadar menunjukkan bahwa logam berat Hg, Pb dan
lemak sebesar 2,69%. Kadar lemak ini As pada kulit ikan patin tidak terdeteksi,
menunjukkan hasil yang sama dengan artinya kulit ikan patin tersebut sangat
ikan P. gigas, yaitu sebesar 2,69%. Kadar sedikit sekali mengandung logam berat Hg,
lemak ini paling rendah bila dibandingkan Pb maupun As. Dengan kata lain,
dengan jenis catfish lain, namun jauh kandungan logam-logam tersebut berada di
lebih tinggi dibandingkan dengan kulit bawah nilai ambang batas dan di bawah
ikan cucut (0,16%) (Mahardika, 2013). limit deteksi alat, sehingga kulit ikan patin
Kandungan lemak pada kulit ikan patin aman untuk digunakan sebagai sumber
yang cukup tinggi ini mengindikasikan bahan baku kolagen.
perlunya optimasi proses pretreatment kulit
untuk menghilangkan lemak dalam kulit Optimasi Ekstraksi Kolagen
ikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas Pembuatan kolagen dari kulit ikan
kolagen yang dihasilkan. Shon, Ji-Hyun, patin terbagi dalam dua tahap, yaitu
Hwang & Jong-Bang (2011) menyatakan pretreatment (perendaman kulit dalam
bahwa keberadaan lemak dan mineral- larutan NaOH yang dilanjutkan dengan
mineral lainnya akan mengganggu perendaman kulit dalam asam asetat) dan
efektivitas kolagen dalam aplikasinya pada ekstraksi dengan air. Optimasi pada tahap
berbagai produk. perendaman kulit dalam larutan NaOH
Kandungan protein kulit ikan patin yang adalah untuk mendapatkan perlakuan
dihasilkan adalah sebesar 30,29%. Nilai kombinasi konsentrasi NaOH, dan waktu
kadar protein ini sedikit lebih rendah perendaman terbaik dalam menghilangkan
dibandingkan dengan P. gigas (34,04%) dan protein non kolagen pada kulit ikan.
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P. Optimasi pada tahap perendaman asam
sutchi (18,96 %) dan P. hypophthalmus asetat adalah untuk mendapatkan
(27,26%) (See et al., 2010; Thitipramote and konsentrasi terbaik terhadap DP kulit dengan
Rawkdkuen, 2011). Kandungan protein kulit tingkat kehilangan kolagen yang rendah.
ikan patin yang cukup tinggi ini
memungkinkan untuk digunakan sebagai Perendaman Kulit dalam Larutan NaOH
bahan baku kolagen. Hasil komposisi kimia Isolasi kolagen atau pembuatan
yang ditunjukkan pada Tabel 3 berbeda- kolagen diawali dengan perlakuan
beda antara jenis catfish. Perbedaan tersebut deproteinisasi, yaitu penghilangan protein
dapat disebabkan oleh perbedaan spesies, non kolagen menggunakan larutan alkali.
umur, habitat, jenis pakan dan preparasi Zhou dan Regenstein (2005) menyatakan
bahan (Songchotikunpan, Tattiyakul & contoh dari larutan alkali yang dapat
Supaphol, digunakan untuk menghilangkan protein non
2008). kolagen, yaitu NaOH dan Ca(OH)2.
Analisis kandungan logam berat juga Perendaman dalam alkali juga dapat
merupakan analisis komposisi kimia yang menghilangkan keberadaan lemak pada
penting. Analisis logam berat pada kulit bahan. Larutan yang digunakan pada
ikan patin dilakukan agar produk kolagen penelitian ini, yaitu NaOH dengan empat
yang dihasilkan terjamin keamanan dari variasi konsentrasi berbeda 0,05: 0,10; 0,15;
cemaran logam. Keberadaan logam berat, dan 0,20 M. Penggunaan larutan basa pada
misalnya merkuri (Hg), timbal (Pb) dan pretreatment kulit lebih efektif dalam proses
arsen (As) dalam bahan pangan dapat pengeluaran protein non kolagen dan hanya
membahayakan kesehatan jika jumlahnya menyebabkan tingkat kehilangan kolagen
melebihi ambang batas yang ditentukan. yang rendah dibandingkan dengan
Kandungan logam berat untuk ikan dan hasil penggunaan larutan asam (Zhou dan
olahannya yang ditetapkan oleh SNI 7387- Regenstein, 2005). Hasil pengamatan
2009 adalah 0,3 mg/kg (Pb); 0,5 mg/kg kandungan protein dari larutan NaOH sisa
(Hg); dan 0,1 mg/kg (As). Berdasarkan hasil perendaman kulit (Gambar 1).
pengujian yang dilakukan, kandungan
logam berat Hg, Pb dan As pada kulit
ikan patin dapat dilihat
Gambar 1. Grafik Konsentrasi Protein dalam Larutan NaOH sisa Perendaman Kulit Ikan Patin
dengan Kombinasi Perlakuan Konsentrasi NaOH dan Waktu Perendaman

Kandungan protein dari larutan Hasil analisis ragam (ANOVA)


NaOH sisa perendaman kulit untuk setiap kandungan protein larutan NaOH sisa
perlakuan kombinasi konsentrasi NaOH perendaman kulit menunjukkan bahwa
dengan lama waktu perendaman 2 jam, konsentrasi NaOH, waktu perendaman, dan
menunjukkan kandungan protein yang tinggi kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH dan
dan nilai kandungan protein semakin waktu perendaman berpengaruh nyata
menurun seiring penambahan waktu terhadap kandungan protein pada larutan
perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH sisa perendaman kulit. Hasil uji lanjut
protein non kolagen yang terkandung dalam DMRT 5% menunjukkan bahwa perlakuan
kulit ikan sudah banyak dilepaskan dengan terbaik untuk menghilangkan protein non
pelarut basa pada 2 jam pertama kolagen pada kulit ikan patin adalah
perendaman, sehingga jumlah protein non perendaman kulit dalam larutan NaOH 0,05
kolagen dalam kulit semakin berkurang M selama 10 jam. Hasil ini selaras dengan
yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya penelitian yang dilakukan Zhou dan
nilai konsentrasi protein dalam larutan Regenstein (2005) yang menunjukkan
NaOH sisa perendaman kulit pada bahwa protein non kolagen dapat
pengamatan berikutnya. dihilangkan dengan perendaman dalam
Perlakuan pada setiap konsentrasi larutan NaOH dengan konsentrasi 0,01
dengan waktu perendaman 12 jam mol/L dan 0,1 mol/L. Peningkatan
-
menunjukkan nilai konsentrasi protein yang konsentrasi OH di atas 0,1 mol/L tidak
cenderung meningkat kembali dari waktu memberikan pengaruh terhadap
perendaman sebelumnya. Hal ini penghilangan protein non kolagen.
mengindikasikan bahwa sebagian kolagen
dalam kulit mulai terlarut dalam larutan Perendaman Kulit dalam Larutan Asam
NaOH. Hal ini diduga terjadi karena Asetat

kelebihan konsentrasi OH yang Pada tahap kedua dilakukan
mengakibatkan terputusnya sebagian ikatan perendaman kulit dalam larutan asam asetat.
kovalen dalam struktur kolagen. Hal ini Kulit hasil perendaman larutan NaOH
selaras dengan pendapat Jaswir, Monsur & dengan perlakuan terbaik pada tahap
Salleh (2011) yang menyatakan bahwa sebelumnya yaitu konsentrasi 0,05 M
NaOH memiliki peranan dalam pemisahan NaOH selama 10 jam, kemudian dilanjutkan
untaian dari batang-batang serat kolagen. pada tahap ini dengan melakukan
Yoshimura, Terashima, Hozan & Shirai perendaman dalam larutan asam asetat. Kulit
(2000) melaporkan bahwa basa menyerang yang digunakan dicuci dengan akuades
terutama wilayah teleopeptida dari struktur sampai mendekati pH netral. Pencucian
kolagen selama proses pretreatment, bertujuan untuk mengurangi sisa basa yang
sehingga dapat menyebabkan kelarutan masih menempel pada kulit, sehingga tidak
kolagen. mempengaruhi terhadap pH larutan asam
asetat yang akan digunakan pada tahap 5% menunjukkan bahwa perlakuan
selanjutnya. konsentrasi asam terbaik untuk
Pretreatment asam diperlukan untuk menghasilkan derajat pengembangan kulit
mengubah struktur serat kolagen, sehingga yang tinggi adalah 0,20 M.
akan mempermudah proses ekstraksi pada Hasil uji kelarutan kolagen
tahap selanjutnya. Perendaman dalam asam menggunakan larutan NaCl 5 M
menyebabkan terjadinya penggembungan menunjukkan bahwa perlakuan dengan
kulit (swelling) yang diakibatkan masuknya menggunakan konsentrasi asam asetat 0,20
air ke dalam serat kolagen. Masuknya air ke M mengalami tingkat kelarutan yang lebih
dalam serat kolagen disebabkan terjadinya tinggi dibandingkan perlakuan konsentrasi
gaya elektrostatik antara gugus polar pada asam asetat 0,05 M dan 0,10 M; namun
+
serat kolagen dengan H dari asam, atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
terbentuknya ikatan hidrogen antara gugus konsentrasi NaCl 0,15 M (Tabel 3). Hal ini
+
non polar pada serat kolagen dengan H dari mengindikasikan dengan perlakuan
asam (Jaswir et al., 2011). Pembengkakan konsentrasi asam asetat 0,20 M sebagian
ini penting karena dapat mendukung kolagen pada kulit sudah banyak terekstrak
rusaknya struktur serat kolagen, melalui dalam asam, sehingga dikhawatirkan akan
terganggunya ikatan non kovalen dan pada menurunkan rendemen kolagen yang
akhirnya mempermudah ekstraksi dan dihasilkan.
meningkatkan kelarutan kolagen. DP kulit pada konsentrasi asam
Hasil pengamatan terhadap Derajat asetat 0,05 M dan 0,10 M menunjukkan
Pengembangan (DP) kulit hasil perendaman hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi
dalam larutan asam asetat pada konsentrasi berbeda nyata dengan konsentrasi 0,20 M.
yang berbeda dan waktu perendaman Tingkat kelarutan kolagen pada asam asetat
selama 0,20 M lebih tinggi dibandingkan dengan
2 jam dapat dilihat pada Gambar 2. konsentrasi asam asetat 0,05 M dan 0,10 M.
Derajat Berdasarkan hal tersebut, maka untuk tahap
pengembangan kulit mengalami peningkatan ini dipilih perlakuan terbaik perendaman
dengan semakin tingginya konsentrasi asam kulit dalam asam asetat 0,05 M dan lama
asetat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin waktu perendaman 2 jam dengan derajat
tinggi konsentrasi asam asetat yang pengembangan kulit mencapai 612,816 %.
digunakan, mengakibatkan semakin banyak
jumlah air yang dapat diserap oleh kulit Ekstraksi dengan Air
sehingga serat kolagen menjadi lebih mudah Kulit hasil perendaman
untuk dipisahkan dan akan memudahkan dalam larutan asam asetat dengan perlakuan
proses ekstraksi kolagen pada tahap terbaik, yaitu 0,05 M selama 2 jam,
selanjutnya. dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu
Hasil analisis ragam (ANOVA) ekstraksi dengan air. Kulit dicuci dengan
derajat pengembangan kulit menunjukkan akuades sampai pH mendekati netral.
bahwa konsentrasi asam asetat berpengaruh
nyata terhadap DP kulit. Hasil uji DMRT

Gambar 2. Grafik DP kulit Ikan patin dengan Perlakuan Konsentrasi dan Lama Waktu
Perendaman Asam Asetat
Tabel 3. Kelarutan Kolagen dalam Larutan Asam Asetat selama 2 Jam
No Konsentrasi asam asetat (M) Kelarutan Kolagen (g)
1 0,05 0,053
2 0,10 0,065
3 0,15 0,081
4 0,20 0,072

Tabel 4. Rendemen Kolagen Kulit Ikan patin dan beberapa Kulit Ikan lainnya
No Sumber Kolagen Rendemen % (bb)
1 Kulit Ikan patin (Pangasius sp.) 12,15
1
2 ASC Kulit Ikan patin Siam 5,10
1
3 PSC Kulit Ikan patin Siam 7,70
2
4 Kulit Ikan Cobia (Rachycentron canadum) 10,51
1 2
Keterangan : (Singh et al., 2011); (Ariesta, 2014)

Ekstraksi kulit dilakukan dengan air menjadi bentuk gulungan yang mengarah
yaitu akuabides, dengan perbandingan kulit pada pembentukan gelatin yang larut. Hal ini
dan air yaitu 1:1 dengan menggunakan juga diperkuat oleh hasil penelitian
suhu Kolodziejska et al. 2008 yang menunjukkan
0
40 C selama 2 jam. Proses pemanasan kulit bahwa degradasi kolagen menjadi gelatin
dalam air hangat menyebabkan 0
terjadi di atas suhu 45 C. Hasil ekstraksi
berlanjutnya kulit dengan air berupa kolagen larut air,
kerusakan ikatan hidrogen dan kovalen yang kemudian dikeringkan dengan Freeze dryer
sebelumnya sudah berlangsung sehingga diperoleh kolagen dalam bentuk
selama serbuk.
proses perendaman asam asetat.
Goméz-
Karakterisasi Kolagen
Guillén et al. (2011) menyatakan bahwa Karakteristik kolagen merupakan
proses kerusakan ikatan hidrogen dan sifat penting untuk mengetahui potensi yang
kovalen akibat pemanasan kolagen
terdapat pada kolagen tersebut. Kolagen
meyebabkan terganggunya kestabilan
yang dihasilkan dari perlakuan terbaik pada
struktur triple heliks kolagen, sehingga
penelitian tahap sebelumnya dikarakterisasi
terjadi perubahan bentuk menjadi gulungan
baik sifat kimia maupun fisik. Karakterisasi
dan akhirnya kolagen terdegradasi menjadi
0 kolagen yang dilakukan meliputi nilai
gelatin yang larut air. Pemilihan suhu 40 C rendemen, proksimat, jenis asam amino,
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
gugus fungsi dengan FTIR, analisis warna,
terjadinya degradasi kolagen menjadi gelatin
analisis termal dan pH.
selama ekstraksi berlangsung. Hal ini
didasarkan pada pendapat Karim dan Bhat
0
(2009) yang menyatakan bahwa suhu 40 C
merupakan suhu transisi perubahan
heliks
No Analisis
penelitian Referensi SNI 8076:2014
Tabel 5. Komposisi Kimia Kola gen Kulit Ikan patin dan beberapa Kulit Ikan la in
1 Air 6,551 7,01 ≤ 12
Nilai (%) Hasil Nilai (%)
2
Syarat mutu
2 Abu 1,80 3,38 ≤ 1,0kolagen
3 Protein 64,74 86,40 ≥ 75
4 Lemak 8,85 0,35 -
1 2
Keterangan : Data Pribadi (Pangasius sp.); Shon et al. (2011) kulit ikan skate (Raja kenojei)
Rendemen Kolagen digunakan. Perbedaan yang kurang
Rendemen merupakan persentase memenuhi standar mutu kolagen ini pun
kolagen yang dihasilkan dengan bahan baku dapat disebabkan oleh proses
awal. Rendemen menunjukkan bagian bahan pretreatment yg masih kurang efektif. Kadar
baku yang dapat dimanfaatkan dan menjadi abu pada kolagen kulit ikan patin lebih
suatu parameter yang penting untuk rendah dibandingkan dengan kadar abu
mengetahui nilai ekonomis, serta keefektifan pada kolagen dari kulit ikan skate (R.
suatu bahan atau produk. Hasil penelitian kenojei) namun sedikit lebih tinggi dari
menunjukkan kolagen kulit ikan patin syarat mutu kolagen (SNI 8076:2014).
memiliki rendemen yang lebih tinggi dari Kandungan lemak pada kolagen kulit ikan
Acid Soluble Collagen (ASC), Pepsin patin lebih tinggi dibandingkan dengan
Soluble Collagen (PSC) ikan patin siam lemak dari kolagen kulit ikan skate (R.
(Singh et al. 2011), dan kulit ikan cobia kenojei).
(Rachycentron canadum) (Tabel 4). Potaros, Kolagen kulit ikan patin memiliki
Raksakulthai, Runglerdkreangkrai & kandungan lemak yang tinggi dan abu yang
Worawattanamateekul (2009) menyatakan sedikit melebihi dari syarat mutu kolagen.
bahwa perbedaan nilai rendemen pada Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
kolagen yang dihasilkan dapat disebabkan komposisi kimia yang terkandung dalam
oleh perbedaan metode ekstraksi, bahan baku kulit dan teknik ekstraksi yang
konsentrasi larutan untuk menghilangkan digunakan. Shon et al. (2011) menyatakan
protein non kolagen, jenis bahan, suhu dan bahwa kulit yang memiliki kandungan
lama waktu produksi. lemak dan abu yang tinggi memerlukan
teknik pemurnian yang berbeda untuk
Komposisi Proksimat menghasilkan produk kolagen dengan
Komposisi kimia kolagen kemurnian yang tinggi. Tingginya nilai
merupakan parameter keefektifan proses kandungan lemak dan abu pada kolagen dari
deproteinisasi, defatting, demineralisasi, dan kulit ikan patin yang dihasilkan, dapat
ekstraksi pada pembuatan kolagen. disebabkan pada proses pretreatment kulit
Perendaman dalam larutan alkali dan asam dengan perendaman dalam larutan basa
bertujuan menghilangkan protein non kurang efektif untuk mereduksi lemak dan
kolagen, serta komponen lain yaitu mineral-mineral dalam kulit ikan patin.
lemak dan mineral. Proses ini dilakukan
agar diperoleh kandungan protein kolagen Asam Amino
yang tinggi. Komposisi kimia kolagen kulit Asam amino merupakan struktur
ikan patin dan beberapa kolagen kulit ikan pembentuk protein. Asam amino esensial
lain disajikan pada Tabel 5. adalah asam amino yang tidak dapat
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat disintesis oleh tubuh tetapi sangat diperlukan
bahwa komponen utama kolagen adalah oleh tubuh. Asam amino esensial dalam
protein dan komponen lainnya berupa air, kolagen diantaranya isoleusin, leusin, lisin,
abu dan lemak dalam jumlah yang sedikit. metionin, fenilalanin, treonin, valin dan
Kandungan air kolagen kulit ikan patin yang arginin (Haris, 2008). Kolagen merupakan
dihasilkan, yaitu 6,55 % lebih rendah komponen struktural utama dari jaringan
dibandingkan dengan kandungan air kolagen ikat yang meliputi hampir 30 % dari total
dari kulit ikan skate (R. kenojei) yaitu 7,01 protein tubuh. Molekul dasar kolagen
% dan memenuhi syarat mutu kolagen (SNI terbentuk dari tiga rantai polipeptida yang
8076:2014) yaitu ≤ 12. Kandungan protein saling berpilin membentuk struktur triple
kolagen kulit ikan patin lebih rendah heliks dengan susunan asam amino yang
dibandingkan dengan protein kolagen dari khas yaitu Gly-X-Y, pada posisi X adalah
kulit ikan skate (R. kenojei) dan syarat mutu prolin dan posisi Y adalah hidroksiprolin
kolagen (SNI 8076:2014). Jamilah, Hartina, (Friess, 1998).
Hashim & Sazil (2013) menyatakan Komposisi asam amino penyusun
perbedaan kadar protein dapat disebabkan kolagen dapat dilihat pada Tabel 8. Kolagen
oleh perbedaan metode ekstraksi yang kulit ikan patin memiliki komposisi asam
amino yang paling dominan adalah glisin
dan prolin yaitu berturut-turut dengan penyusunnya. Hasil spektrum infrared
nilai kolagen disajikan pada Gambar 3,
19,45 % dan 11,78 %. Hasil penelitian ini sedangkan karakteristik gugus fungsi
selaras dengan kandungan asam amino kolagen hasil analisis FTIR disajikan pada
kolagen dari kulit ikan striped catfish (P. Tabel 7. Berdasarkan spektrum FTIR
hypophthalmus) yang paling dominan, yaitu kolagen dari kulit ikan patin menunjukkan
glisin 30,9 % dan prolin 12,0 % (ASC); serta puncak-puncak serapan pada wilayah
glisin 31,7 % dan prolin 12,6 % (PSC) serapan amida yang meliputi amida A,
(Singh et al. 2011). Nalinanon, Benjakul, amida B, amida I, amida II dan amida III.
Kishimura & Osako (2011) mengatakan Puncak serapan amida A yang dimiliki
kolagen tipe I mengandung asam amino kolagen dari kulit ikan patin terdeteksi pada
glisin, alanin, dan prolin dalam jumlah yang bilangan gelombang 3407,37 cm yang
-1

tinggi, sedangkan asam amino tirosin dan menunjukkan vibrasi stretching NH.
histidin hanya terdapat dalam jumlah yang Nagarajan, Benjakul, Prodpran, Songtipya,
sedikit serta tidak mengandung sistin. & Kishimura (2012) menyatakan bahwa
Keberadaan sistin pada kolagen yang bilangan gelombang normal yang dimiliki
dihasilkan menunjukkan deproteinisasi -1
amida A, yaitu 3400 cm – 3440 cm .
-1
belum berjalan optimal sehingga Ketika gugus N-H pada peptida dipengaruhi
memungkinkan adanya keberadaan asam oleh ikatan hidrogen, posisinya akan
amino sistin. Penelitian ini dapat bergeser ke frekuensi yang lebih rendah.
menggambarkan bahwa ekstrak protein yang Spektrum FTIR kolagen juga menunjukkan
dihasilkan dari kulit ikan patin sudah adanya puncak serapan pada bilangan
termasuk dalam kolagen karena memiliki gelombang 2933,24 cm
-1
yang
komposisi asam amino glisin, alanin dan mengindikasikan adanya gugus khas
prolin dalam jumlah yang tinggi. kolagen, yaitu amida B. Coates (2000)
menyatakan gugus amida B dengan wilayah
Tabel 6. Komposisi Asam Amino serapan pada bilangan gelombang 2915 cm
-1
Kolagen -1 -1
– 2935 cm atau 2845 cm – 2865 cm .
-1

dari Kulit Ikan patin Kong & Yu (2007) menyatakan bilangan


No Asa m Amino Hasil (%) gelombang yang mengindikasikan serapan
1 Histidin 1,45 amida B terbentuk dari asimetrikal
2 Serin 6,40 stretching CH2.
3 Arginin 10,12 Bilangan gelombang amida I yang
4 Glisin 19,45 terdeteksi pada kolagen dari kulit ikan patin,
5 Aspartat 5,31 yaitu 1640,89 cm-1 yang menunjukkan
6 Glutamat 12,17 adanya vibrasi peregangan gugus C=O.
7 Threonin 2,86 Amida I merupakan gugus fungsi khas yang
8 Alanin 11,78 menyusun kolagen. Kong & Yu (2007)
9 Prolin 9,95 menyatakan bahwa amida I terdeteksi pada
-1
10 Sistin 3,07 kisaran bilangan gelombang 1600 cm –
-1
11 Lisin 2,77 1690 cm . Nilai ini serupa dengan hasil
yang diperoleh oleh Singh et al. (2011),
12 Tirosin 1,84 ASC kulit ikan stripped catfish memiliki
13 Metionin 0,59 gugus amida I pada bilangan gelombang
14 Valin 4,72 -1
1651 cm , dan bilangan gelombang pada
15 Isoleusin 1,52 PSC kulit ikan stripped catfish lebih rendah
16 Leusin 4,15 -1
yaitu, 1649 cm . Muyonga et al. (2004b)
17
Analisis Fenilalanin
Gugus 1,85 Fourier
Fungsi dengan menyatakan bahwa amida I terdiri dari
Transform Infrared (FTIR) empat komponen struktur sekunder protein,
Analisis FTIR yang dilakukan pada yaitu α-heliks, β-sheet, β-turn, dan random
penelitian ini bertujuan memastikan coil. Kong & Yu (2007) mengungkapkan
senyawa yang dihasilkan merupakan bahwa setiap kom-ponen dari struktur
kolagen berdasarkan gugus-gugus sekunder protein memiliki wilayah serapan
fungsi
yang berbeda. Komponen α-heliks amida II, yaitu pada kisaran 1480 cm –
-1
ditunjukkan pada wilayah serapan bilangan -1
1575 cm . Adanya gugus Amida II
-1
gelombang 1654 dan 1658 cm ; β-sheet menunjukkan adanya gugus CN stretching
-1
pada 1624 dan 1642 cm ; β-turn pada 1666, dan NH bending. Kong & Yu (2007)
-1
1672, 1680, 1688 cm ; dan random coil menyatakan Amida III memiliki wilayah
-1
pada 1648±2 cm . Berdasarkan hasil -1 -1
serapan 1229 cm – 1301 cm . Wilayah
bilangan gelombang amida I pada kolagen serapan kolagen pada bilangan gelombang
kulit ikan patin menunjukkan bahwa -1
1239,46 cm mengindikasikan adanya gugus
kolagen fungsi amida III yang menunjukkan CH
yang dihasilkan memiliki struktur β-sheet. stretching dan NH bending . Nilai ini serupa
Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa dengan hasil yang diperoleh oleh Singh et
molekul yang dihasilkan dari proses al. (2011), ASC kulit ikan stripped catfish
0
ekstraksi dengan air pada suhu 40 C memiliki gugus amida III dengan bilangan
merupakan kolagen dan belum terdegradasi -1
gelombang 1242 cm dan nilai bilangan
menjadi bentuk gelatin. Gomez-Guillén et gelombang pada PSC kulit ikan stripped
al. (2011) menyatakan bahwa denaturasi catfish lebih tinggi, yaitu 1244 cm .
-1
kolagen akibat proses pemanasan, Muyonga et al. (2004b) menyatakan bahwa
menyebabkan rantai triple heliks kolagen intensitas amida III berkaitan dengan adanya
secara sempurna bertransformasi menjadi struktur triple heliks. Hal ini berarti bahwa
rantai tunggal α-heliks (gelatin). ekstraksi kolagen kulit ikan patin dengan air
Amida II yang merupakan gugus 0
pada suhu 40 C belum mengubah kolagen
fungsi khas kolagen yang terdeteksi pada
-1 menjadi gelatin yang ditandai dengan masih
bilangan gelombang 1550,28 cm . Kong & adanya struktur triple heliks.
Yu (2007) menyatakan wilayah serapan

I
II
B
III
A

Gambar 3. Spektrum Infrared Kolagen


Tabel 7. Karakteristik Gugus Fungsi Kolagen Hasil Analisis FTIR
Bilangan Wilayah
No Amida gelombang serapan Keterangan Referensi
-1 -1
(cm ) (cm )
3300- Muyonga, Cole, &
1 Amida A 3407,37 3500 Vibrasi stretching NH
Duodu, (2004a)
2915- Asimetrimetrikal
2 Amida B 2933,24 Coates (2000)
2935 stretching CH 2
3 Amida I 1640,89 1600- Vibrasi stretching Kong dan Yu
1690 C=O (2007)
4 Amida II 1550,28 1480- CH stretching, NH Kong dan Yu
1575 bending (2007)
5 Amida III 1239,46 1229- CH stretching, NH Kong dan Yu
1301 bending (2007)

Gambar 4. Kurva Hasil Analisis Termal Kolagen dari Kulit Ikan patin
Analisis Termal 0
pada 154,47 C, sedangkan suhu awal dan
Analisis termal digunakan untuk akhir pelelehan adalah pada suhu 153,00 C
0
memahami sifat termodinamis 0
material, dan 161,46 C. Hasil penelitian analisis
sehingga dapat diketahui sifat material di termal ini sedikit lebih rendah, yaitu 154,47
0
bawah pengaruh pemanasan atau C dibandingkan dengan hasil penelitian
pendinginan, di bawah atmosfer reduksi atau Nur’aenah (2013) yang menunjukkan suhu
oksidasi dan di bawah tekanan gas. puncak pelelehan kolagen kulit ikan pari
0
Analisis terjadi pada suhu 165,88 C. Perbedaan
termal dengan metode Differential Scanning stabilitas termal dari kolagen ini dapat
Calorimetry (DSC) dilakukan dengan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
mengukur perbedaan aliran panas pada komposisi dan susunan asam imino sebagai
sampel dan standar. Teknik ini biasa pembentuk struktur tersier kolagen (Ahmad
digunakan untuk mengukur fase-fase dan Benjakul, 2010), musim penangkapan
transisi, yaitu transisi gelas (Tg), titik leleh dan tingginya komposisi ikatan 1α pada
(Tm) dan suhu dekomposisi (Td) pada struktur kolagen (Duan et al., 2012), asal
polimer. bahan baku (Karim dan Bhat, 2009), serta
Kurva hasil analisis termal dari keberadaan garam-garam mineral (Komsa-
kolagen kulit ikan patin dapat dilihat pada Penkova, Koynova, Kostov & Tenchov,
Gambar 4. Berdasarkan kurva tersebut, 1996).
kolagen memiliki transisi gelasi pada suhu
0
74,49 C dan suhu puncak pelelehan terjadi
pH dan komposisi asam amino yang
Hasil pengukuran pH kolagen kulit dominan terdapat pada kolagen adalah
ikan patin bersifat asam, yaitu 5,34 pada glisin, prolin, alanin, arginin dan
suhu ruang. Hasil tersebut lebih rendah glutamat. Karakteristik fisik kolagen
dibandingkan dengan syarat mutu kolagen yang dihasilkan adalah analisis FTIR
SNI 8076:2014 yaitu 6,5 – 8, namun sedikit menunjukkan adanya gugus amida A,
lebih tinggi dari pH kolagen beberapa merk amida B, amida I, amida II dan amida III,
kolagen untuk kosmetik yang dilaporkan struktur triple heliks pada amida I dan
Peng, Glattauer, Werkmeister & amida III mengindikasikan bahwa
Ramshaw (2004) yaitu berkisar antara 3,8 – senyawa yang dihasilkan adalah kolagen;
4,7, dan hampir mendekati bila analisis warna yang menunjukkan derajat
dibandingkan dengan pH kolagen dari putih kolagen kulit ikan patin adalah
sisik ikan yaitu berkisar antar 5,5 – 6,6 66,39 %; analisis termal yang
(Hartati dan Kurniasari, menunjukkan suhu puncak pelelehan
2010). 0
adalah 154,47 C dan nilai pH kolagen
Selain itu, perbedaan nilai pH yaitu 5,34.
kolagen tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan jenis dan konsentrasi larutan
yang digunakan, baik asam atau basa dan DAFTAR PUSTAKA
proses penetralan. Kombinasi proses asam
dan basa cenderung menghasilkan pH Ahmad, M., & Benjakul, S. (2010).
mendekati netral (Zhou dan Regenstein, Extraction and characterisation of
2005). Proses penetralan yang dilakukan pepsinsolubilised collagen from the
akan berpengaruh pada pH akhir kolagen, skin of unicorn leatherjacket (Aluterus
karena selain dapat mengurangi sisa-sisa monocerous). Food Chem, 120, 817-
larutan asam atau basa akibat perendaman, 824.
juga kemungkinan dapat ditimbulkan dari
air yang digunakan untuk menetralkan Association of Official Analytical Chemist.
kolagen tersebut. Air yang digunakan (1995). Official methods of analysis.
bersifat kurang mendekati netral, sehingga Washington, DC: The Association of
mengakibatkan nilai pH akhir kolagen yang Official Analytical Chemist. Inc.
dihasilkan kurang mendekati pH netral.
Association of Official Analytical Chemist.
KESIMPULAN (2005). Official methods of analysis
(18 Edn). Mayland. USA: Association
Berdasarkan penelitian yang sudah of Official Analytical Chemist Inc.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan terbaik pada proses Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari,
pretreatment dalam larutan NaOH adalah N.L., Yasni, S., & Budiyanto, S.
konsentrasi terkecil 0,05 M dengan rasio (1989). Analisis pangan. Bogor: IPB
1:10 (b/v) selama 10 jam. Press.
2. Perlakuan terbaik pada proses hidrolisis .
dalam larutan asam asetat adalah Ariesta, C. (2014). Ekstraksi dan
konsentrasi terkecil 0,05 M dengan rasio karakterisasi kolagen dari kulit ikan
1:10 (b/v) selama 2 jam, dan ekstraksi cobia (Rachycentron canadum)
0
dengan air pada suhu 40 C dengan rasio (skripsi). Bogor: Departemen
1:1 (b/v) selama 2 jam. Rendemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
kolagen yang dihasilkan dari Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
perlakuan
terbaik tersebut adalah 12,15 %. Chai, H.J., Li, J.H., Huang, H.N., Li, T.L.,
3. Karakteristik kimia kolagen dari kulit Chan, Y.L., Shiau, C.Y., & Wu1, C.J.
ikan patin meliputi analisis proksimat (2010). Effects of sizes and
dan komposisi asam amino. Proksimat conformations of fish-scale collagen
kolagen mengandung air 6,55%, abu
1,80%, protein 64,74% dan lemak 8,85%;
peptides on facial skin qualities and ikan secara ekstrasi enzimatis.
transdermal penetration efficiency. J Momentum, 6 (1), 33-35.
Biomed Biotechnol, 2010, 1-9.
doi:10.1155/2010/757301. Jamilah, B., Hartina, M.U., Hashim, D.M.,
& Sazili, A.Q. (2013). Properties of
Coates, J. (2000). Interpretation of infrared collagen from barramundi (Lates
spectra, a practical approach. Di calcarifer) skin. International Food
dalam: Meyers RA, editor. Research Journal 20 (2), 835-842.
Encyclopedia of Analytical
Chemistry. Chichester: John Wiley & Jaswir, I., Monsur, H.A., & Salleh, H.M.
Sons Ltd. (2011). Nano-structural analysis of
fish collagen extracts for new process
Duan, R., Zhang, J., Li, J., Zhong, X., development. Afr J Biotechnol, 10
Konno, K., & Wen, H. (2012). The (81), 18847- 18854.
effect of the subunit composition on
the thermostability of collagens from Karim, A.A., & Bhat, R. (2009). Fish
the scales of freshwater fish. Food gelatin: properties, challenges, and
Chem, 135, 127-132. prospects as an alternative to
mammalian gelatins. Food
Friess, W. (1998). Collagen – biomaterial Hydrocolloid, 23, 563-576.
for drug delivery. Eur J Pharm
Biopharm, 45, 113-136. Komsa-Penkova, R., Koynova, R., Kostov,
G., & Tenchov, B.G. (1996). Thermal
Gaurav, S. (2003). Digital color imaging stability of calf skin collagen type I in
handbook. CRC Press. ISBN salt solutions. Biochimica et
084930900X. Biophysica Acta, 1297, 171-181.

Gime´nez, B., Turnay, J., Lizarbe, M.A., Kong, J., & Yu, S. (2007). Fourier transform
Montero, P., & Go´mez-Guillen,M.C. infrared spectroscopic analysis of
(2005). Use of lactic acid for protein secondary structures. Acta
extraction of fish skin gelatin. Food bioch bioph sin, 39 (8), 549-559.
Hydrocolloid, 19, 941-950
Lee, C.H., Singla, A., & Lee, Y. (2001).
Gómez-Guillén, M.C., Turnay, J., Biomedical applications of collagen.
ern nde - a , M.D., Ulmo, N., Int J Pharm, 221, 1-22.
Lizarbe, M.A., & Montero, P. (2002).
Structural and physical properties of Mahardika, S. (2013). Isolasi dan
gelatin extracted from different karakterisasi kolagen nanopartikel
marine species: a comparative study. dari kulit ikan cucut bambu
Food Hydrocolloid, 16, 25-34. (Chiloscyllium punctatum) (skripsi).
Bogor: Program Studi Teknologi
Haris, M.A. (2008). Pemanfaatan limbah Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
tulang ikan nila (Oreochromis dan Ilmu kelautan, IPB.
niloticus) sebagai gelatin dan
pengaruh lama penyimpanan pada Martianingsih, N., & Atmaja, L. (2009).
suhu ruang (skripsi). Bogor: Analisis sifat kimia, fisik, dan termal
Departemen Teknologi Hasil Perairan, gelatin dari ekstraksi kulit Ikan pari
Fakultas Perikanan dan Ilmu (himantura gerrardi) melalui variasi
Kelautan, IPB. jenis larutan asam. Prosiding KIMIA
FMIPA – ITS.
Hartati I., & Kurniasari, L. (2010). Kajian
produksi kolagen dari limbah sisik Muyonga, J.H., Cole, C.G.B., & Duodu,
K.G. (2004a). Characterisation of
acids soluble collagen from skins of International Food Reseacrh Journal,
young and adulti Nile perch (Lates 17, 809-816.
niloticus). Food Chemistry 85(1), 81-
89. Shon, J., Ji-Hyun, E., Hwang, S.J., & Jong-
Bang, E. (2011). Effect of processing
Muyonga, J.H., Cole, C.G.B., & Duodu, conditions on functional properties of
K.G. (2004b). Fourier transform collagen powder from Skate (Raja
infrared (FTIR) spectroscopic study of kenojei) skins. Food Sci Biotechnol,
acid soluble collagen and gelatin from 20 (1), 99-106.
skins and bones of young and adult
Nile perch (Lates niloticus). Food Sistem Informasi Diseminasi Data Statistik
Chem, 86, 325-332. Kelautan dan Perikanan. (2013). KKP
targetkan produksi patin 11 juta ton.
Nagarajan, M., Benjakul, S., Prodpran, T., Diperoleh dari www.antaranews.com.
Songtipya, P., & Kishimura, H.
(2012). Characteristics and functional Singh, P., Benjakul, S., Maqsood, S., &
properties of gelatin from splendid Kishimura, H. (2011). Isolation and
squid (Loligo formosana) skin as characterisation of collagen extracted
affected by extraction temperatures. from the skin of striped catfish
Food Hydrocolloids, 29, 389-397. (Pangasianodon hypophthalmus).
Food Chem, 124, 97-105.
Nalinanon, S., Benjakul, S.,, Kishimura, H.,
& Osako, K. (2011). Type I collagen Standar Nasional Indonesia 01-2891-1992.
from the skin of ornate threadfin (1992). Cara uji makanan dan
bream (Nemipterus hexodon): minuman. Jakarta: Badan Standarisasi
Characteristics and effect of pepsin Nasional.
hydrolysis. Food Chem, 125, 500-507.
Standar Nasional Indonesia 01-4866.-1998.
Nur’aenah, N. (2013). Ekstraksi dan (1998). Cara uji cemaran arsen
karakterisasi kolagen dan dalam makanan. Jakarta: Badan
nanopartikel kolagen dari kulit ikan Standarisasi Nasional.
pari (Pastinachus solocirostris)
sebagai bahan baku kosmetik (tesis). Standar Nasional Indonesia 01-2354.6-2006.
Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB. (2006a). Cara uji kimia Bagian 6:
Penentuan kadar logam berat merkuri
Peng, Y., Glattauer, V., Werkmeister, J.A., (Hg) pada produk perikanan. Jakarta:
& Ramshaw, J.A.M. (2004). Badan Standarisasi Nasional.
Evaluation for collagen products for
cosmetic application. J Cosmestic Standar Nasional Indonesia 01-2354.7-2006.
Sci, (2006b). Cara uji kimia Bagian 7:
55, 327-341. Penentuan kadar logam berat timbal
(Pb) pada produk perikanan. Jakarta:
Potaros, T., Raksakulthai, N., Badan Standarisasi Nasional.
Runglerdkreangkrai, J., &
Worawattanamateekul, W. (2009). Standar Nasional Indonesia 7387-2009.
Characteristics of collagen from nile (2009). Batas maksimum cemaran
tilapia (Oreochromis niloticus) skin logam berat dalam pangan. Jakarta:
isolated by two different methods. Badan Standarisasi Nasional.
Kasetsart Journal, 43, 584-593.
Standar Nasional Indonesia 8076:2014.
See, S.F., Hong, P.K.L., Wan, A.W.M., & (2014). Kolagen Kasar dari Sisik Ikan
Babji, A.S. (2010). Physicochemical – Syarat Mutu dan Pengolahan.
of gelatins extracted from skin of Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
different freshwater fish species.
composition of the farmed giant
Songchotikunpan, P., Tattiyakul, J., & catfish’s skin. J of Microsc soc Thai,
Supaphol, P. (2008). Extraction and 4(2), 89-93.
electrospinning of gelatin from fish
skin. Int J Biol Macromol, 42, 247- Yoshimura, K., Terashima, M., Hozan, D.,
255. & Shirai, K. (2000). Preparation and
dynamic viscoelasticity
Steel, R.G.D., & Torrie, J.H. (1993). Prinsip characterization of alkali-solubilized
dan Prosedur Statistika, Suatu collagen from shark skin. J Agric
Pendekatan Biometrik. Sumantri B, Food Chem, 48, 685-690.
penerjemah. Terjemahan dari :
Principles and Procedures of Zhou, P., & Regenstein, J.M. (2005). Effects
Statistics. Jakarta: Gramedia Pustaka of alkaline and acid pretreatments on
Utama. alaska pollock skin gelatin extraction.
J Food Sci, 70 (6), C392-C396.
Thitipramote, N., & Rawkdkuen,S. (2011).
Histological structure and chemical

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy