CJR Riset Pemasaran Fretty (7173143016)
CJR Riset Pemasaran Fretty (7173143016)
CJR Riset Pemasaran Fretty (7173143016)
RISET PEMASARAN
Dan
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS EKONOMI
2020
Jurnal 1
Judul Riset Pasar Konsumen Terhadap Makanan Tradisional Kota Pontianak
Penulis
Nurul Hidayah
Tahun --
Vol --
ISSN --
Tujuan penelitian penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar tingkat selera pasar
konsumen terhadap makanan tradisional Kota Pontianak dan juga melihat
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap selera pasar konsumen terhadap
makanan tradisional Kota Pontianak serta pangsa pasar mana sajakah yang
dominan terhadap makanan tradisional Kota Pontianak.
Reviewer Fretty Sihite
Tanggal 28 November 2020
Makanan tradisional merupakan salah satu ciri keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.
Makanan tradisional juga berfungsi sebagai identitas setiap daerah karena memiliki cita rasa yang
berbeda sesuai dengan lingkungan, kebiasaan, simbol, peraturan, serta pola konsumsi yang sudah
menjadi tradisi turun-temurun pada setiap daerah, tidak terkecuali Kota Pontianak.
Hasil dari Pengamatan sosial dari Universitas Tanjungpura Pontianak oleh, M. Sabran Achyar,
menyampaikan saat ini ketertarikan terhadap makanan tradisional dapat dikatakan kurang
dikalangan muda. M. Sabran Achyar, mengkhawatirkan kuliner tradisional pada masa mendatang
kalah dominan dengan kuliner dari luar. Kue tradisional ini seakan-akan yang kenal hanya
kalangan tua yang berusia 50 tahun ke atas. Generasi muda terkadang tidak mengetahuinya
(Mundzirin, Achmad dkk. 2015. “Yang Masih Bertaji di Bawah Kuliner Cepat Saji”. Rakyat
Kalbar, 17 Mei 2015).
Beragam jenis kue tradisional memiliki cita rasa tersendiri yang menjadi identitas daerah masing-
masing. Akan tetapi di Kalbar, Khususnya Pontianak, keberadaan sajian kue tradisional kini
semakin jarang ditemukan. Dapat dilihat dari berita tersebut bahwa pada saat ini konsumsi
masyarakat lebih cendrung mengarah ke makanan barat dibanding makanan tradisional dan
ditambah dengan keberadaan makanan tradisional yang semakin jarang ditemukan membuat
makanan tradisional kurang dikenal terutama para remaja dan usia dibawah 50 tahun kebawah
(Yudha, Dharma dkk. 2017. “Mengenal Kue Tradisional Resep Keraton Pontianak, Enak tapi
Semakin Langka”. Jawa Pos, 19 Februari 2017).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar
tingkat selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional Kota Pontianak dan juga melihat
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional
Kota Pontianak serta pangsa pasar mana sajakah yang dominan terhadap makanan tradisional Kota
Pontianak. Berdasarkan keadaan diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “Riset Pasar
Konsumen Terhadap Makanan Tradisional Kota Pontianak”.
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan Tradisional Makanan tradisional merupakan budaya kuliner yang mengarah pada
kekayaan varietas berupa makanan tradisional, makanan – makanan
biasa, makanan kecil atau snack, dan berbagai minuman yang
mengarah pada pada identitas regional dan kelompok etnik tertentu
(Koentjaraningrat, 1996 : 103).
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
ini (Engel dkk, 2002 : 3). Menurut Mowen dan Minor (2002:322)
perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen untuk
memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau jasa.
Selera Konsumen Menurut (Suantara, 2014:3) selera merupakan kegiatan seseorang
untuk membeli suatu barang atau jasa. Meningkatkan selera konsumen
dapat menyebabkan permintaan suatu barang tinggi dan sebaliknya jika
permintaan barang turun maka permintaan konsumen akan berkurang.
Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan
jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran
perorangan dan organisasi (Kotler, 1988 : 14).
Minat Beli Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:201) minat beli merupakan salah
satu aspek psikologis yang memliki pengaruh cukup besar terhadap
sikap dan perilaku. Sedangkan menurut Simamora (2002:131) minat
adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu
yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau
dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati
atau mendapatkan objek tersebut.
Penentuan Jumlah Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.
Sampel Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama
dengan jumlah anggota populasi itu sendiri (Sugiyono, 2016:126).
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel
yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka
akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai
sumber data (Sugiyono, 2016 : 126).
METODE
----
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Karakter Karakteristik Responden pada pengumpulan data dapat diperoleh dari
Responden penyebaran kuesioner pada responden atau konsumen makanan
tradisonal kota Pontianak. Karakteristik responden dapat dilihat dari
umur, jenis kelamin, pendapatan, dan pendidikan Berdasarkan tabel
rekapitulasi usia diatas dapat dilihat bahwa responden dengan jumlah
nilai terbanyak terdapat pada rentang usia 40 tahun keatas.
Sedangkan responden dengan jumlah nilai terkecil terdapat pada
rentang usia 31 – 35 tahun.
Berdasarkan tabel rekapitulasi berdasarkan jenis kelamin diatas dapat
dilihat bahwa jumlah responden terbanyak yaitu jenis kelamin
perempuan jumlah nilai respondennya = 73 orang dengan persentase
73,74 % dan untuk jenis kelamin laki – laki jumlah respondennya =
26 orang dengan persentase 26,26 %.
Uji Validitas Awal Uji validitas awal digunakan untuk menguji pertanyaan pertama yang
ditujukan kepada 30 orang responden atau konsumen makanan
tradisional kota Pontianak. Dari sini akan dilihat mana pertanyaan
yang tidak valid, lalu diputuskan apakah pertanyaan tersebut akan
diganti atau dibuang. Perhitungan uji validitas menggunakan
instrument masing-masing variabel pada penelitian ini menggunakan
SPSS 20.
Uji Validitas Akhir Uji validitas akhir sama halnya dengan uji validitas awal, hanya saja
uji validitas akhir dilakukan pada 99 sampel setelah menghapus item
pertanyaan yang tidak valid. Uji validitas akhir dilakukan dengan
pembagian ulang kuesioner penelitian kepada 99 orang responden
atau konsumen makanan tradisional kota Pontianak. Cara perhitungan
ini sama dengan menghitung uji validitas awal yaitu membandingkan
nilai R tabel untuk N=99 dicari disitribusi nilai r table signifikasi 5%
maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,1975. Kesimpulannya jika nilai
di kolom tabel Corrected Item-Total Correlation > 0,1975 maka
pertanyaan yang ada di kuesioner dapat dinyatakan valid atau benar.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menggunakan program SPSS 20 dengan metode scale,
dengan tabel reability statistic dengan nilai cronbech’s Alpha = 835.
Diketahui bahwa nilai alpha sebesar 0,835 kemudian nilai ini kita
bandingkan dengan r tabel untuk N=99 dicari pada distribusi nilai r
tabel signifikasi 5% maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0.1975.
Kesimpulannya alpha = 0.835 > r tabel = 0.1975 artinya item-item di
kuesioner dapat dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian
Analisis Tingkat Selera Analisis tingkat selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional
Pasar Konsumen kota Pontianak dilakukan dengan melihat langsung di lapangan
Terhadap Makanan dengan melakukan observasi atau pengamatan serta wawancara
Tradisional Kota terhadap penjual makanan tradisional yang ada dimasing – masing
Pontianak pasar. Adapun pasar – pasar yang dilakukan pengamatan dan
penyebaran kuesioner adalah Pasar Dahlia, Pasar Teratai, Pasar
Kemuning, dan Pasar Flamboyan. Pada masing – masing pasar
setelah dilakukan pengamatan tingkat selera konsumen terbilang
baik, hal ini terbukti dari hasil wawancara kepada penjual kue
makanan tradisional yang terdapat pada pasar teratai di Kota
Pontianak.
Berdasarkan hasil wawancara pada penjual kue tradisional di pasar
Teratai, rata – rata pembeli perharinya yaitu 200 – 300 pembeli. Hasil
ini berdasarkan wawancara pada penjual kue, dengan melihat hasil
penjualan kue perharinya di toko yang terdapat pada pasar teratai
Kota Pontianak.
Analisis Klsifikasi Pengaruh utama yang mendasari perilaku konsumen yaitu pengaruh
Konsumen Terhadap lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri dari beberapa pengaruh
Makanan Tradisional antara lain pengaruh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga,
Kota Pontianak dan situasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi selera pasar
konsumen dibawah ini adalah pengaruh pribadi.
Analisis Klasifikasi Analisis faktor berdasarkan usia dilakukan agar dapat mengetahui
Berdasarkan Usia seberapa banyak atau seberapa kecil responden dalam rentang usia
tertentu yang tertarik pada makanan tradisional kota Pontianak.
Berdasarkan data dari (Tabel 3.1 Rekapitulasi Responden
Berdasarkan Usia), usia responden yang mempengaruhi selera pasar
konsumen didominasi oleh usia 40 tahun keatas. Walaupun begitu
setiap rentang usia responden yang telah ditentukan yaitu 15 – 39
tahun masih mempengaruhi selera pasar konsumen. Maka faktor usia
yang mendominasi dan sangat mempengaruhi selera pasar konsumen
makanan tradisional kota Pontianak adalah 40 tahun keatas. Karena
hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi data dengan jumlah responden
41 orang dan persentase yaitu 41.41%.
Analisis Klasifikasi Analisis faktor berdasarkan jenis kelamin dilakukan agar dapat
Berdasarkan Jenis mengetahui peminat atau pembeli dari makanan tradisional kota
Kelamin Pontianak lebih di dominasi oleh laki – laki atau perempuan.
Berdasarkan (Tabel 3.2 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin) menunjukan bahwa 73.74% dari responden atau pembeli
makanan tradisional kota Pontianak adalah perempuan. Akan tetapi
bukan berarti laki – laki tidak menyukai makanan tradisional,
buktinya berdasarkan (Tabel 3.2 Rekapitulasi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin) 26.26% responden laki – laki masih
dijumpai, artinya faktor berdasarkan jenis kelamin masih
mempengaruhi baik laki – laki maupun perempuan, walau yang
mendominasi adalah perempuan. Jadi responden yang mempengaruhi
selera pasar konsumen terbanyak didominasi oleh perempuan.
Analisis Klasifikasi Analisis faktor berdasarkan pendapatan bertujuan untuk mengetahui
Berdasarkan seberapa kecil atau seberapa besar penghasilan dari peminat makanan
Pendapatan tradisional kota Pontianak.Berdasarkan (Tabel 3.3 Rekapitulasi
Responden Berdasarkan Pendapatan) responden dengan pendapatan
dibawah 1 juta Rupiah merupakan responden dengan jumlah
terbanyak.
Analisis Klasifikasi Analisis berdasarkan pendidikan diketahui bahwa responden dengan
Berdasarkan Pendidikan pendidikan terbanyak adalah SMA. Hal ini didasarkan pada (Tabel
3.4 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Pendidikan) pada tabel
tersebut 54.55%responden didominasi pendidikan SMA, ini
dikarenakan responden terbanyak merupakan ibu- ibu rumah tangga.
Maka faktor selera pasar konseumen terbanyak dipengaruhi oleh
responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMA.
Analisis Klasifikasi Analisis faktor berdasarkan pekerjaan dilakukan dengan tujuan untuk
Berdasarkan Pekerjaan mendapatkan pekerjaan manakah yang memiliki responden
terbanyak. Berdasarkan (Tabel 3.5 Rekapitulasi Responden
Berdasarkan Pekerjaan), ini terbukti dari jumlah persentase data yaitu
49.50% dengan 49 responden, pekerjaan terbanyak terdapat pada
pekerjaan IRT (ibu rumah tangga), hal ini dikarenakan ibu – ibu
rumah tangga harus membeli keperluan pokok pada saat pagi hari.
Dengan demikian faktor selera pasar berdasarkan pekerjaan
terbanyak didominasi oleh pekerja ibu rumah tangga atau IRT.
Analisis Klasifikasi Analisis faktor berdasarkan asal daerah dilakukan dengan tujuan agar
Berdasarkan Asal dapat mengetahui seberapa banyak responden dari berbagai daerah
Daerah yang ada di kota Pontianak. Berdasarkan (Tabel 3.6 Rekapitulasi
Responden Berdasarkan Asal Daerah) responden terbanyak terdapat
pada asal daerah kota Pontianak sendiri yaitu dengan jumlah 65,66%.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi selera pasar konsumen
berdasarkan daerah terdapat pada daerah kota Pontianak sendiri.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisis dari tingkat selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional kota Pontianak,
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat selera pada pasar terbilang baik. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara kepenjual atau pemilik toko yang menyampaikan bahwa rata – rata perharinya terdapat
200 – 300 orang pembeli. Hasil ini didapatkan dari hasil wawancara kepenjual kue dengan melihat hasil
penjualan perharinya.
2. Berdasarkan analisis klasifikasi konsumen terhadap makanan tradisonal kota Pontianak, pengaruh utama
yang mendasari perilaku konsumen yaitu pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri dari beberapa
pengaruh antara lain pengaruh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. Salah satu
pengaruhi selera pasar konsumen dibawah ini adalah pengaruh pribadi. Terdapat 6 pengaruh pribadi yang
mempengaruhi selera konsumen. Adapun pengaruhnya sebagai berikut:
a) Klasifikasi berdasarkan usia, analisis Klasifikasi berdasarkan usia dilakukan agar dapat mengetahui
seberapa banyak atau seberapa kecil responden dalam rentang usia tertentu yang tertarik pada makanan
tradisional kota Pontianak. Berdasarkan data dari (Tabel 4.1 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Usia),
usia responden yang mempengaruhi selera pasar konsumen didominasi oleh usia 40 tahun keatas. Karena
hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi data dengan jumlah responden 41 orang dan persentase yaitu 41.41%.
b) Klasifikasi berdasarkan jenis kelamin, Analisis Klasifikasi berdasarkan jenis kelamin dilakukan agar
dapat mengetahui peminat atau pembeli dari makanan tradisional kota Pontianak lebih di dominasi oleh laki
– laki atau perempuan. Berdasarkan (Tabel 4.2 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin)
menunjukan bahwa 73.74% dari responden atau pembeli makanan tradisional kota Pontianak adalah
perempuan. Sedangkan laki – laki dengan 26.26% dapat dilihat pada (Tabel 4.2 Rekapitulasi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin) artinya Klasifikasi berdasarkan jenis kelamin masih mempengaruhi baik
terhadap laki – laki maupun perempuan, walau yang mendominasi adalah perempuan.
c) Klasifikasi berdasarkan pendapatan, Analisis Klasifikasi berdasarkan pendapatan bertujuan untuk
mengetahui seberapa kecil atau seberapa besar penghasilan dari peminat makanan tradisional kota
Pontianak. Berdasarkan (Tabel 4.3 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Pendapatan) responden dengan
pendapatan dibawah 1 juta Rupiah merupakan responden dengan jumlah terbanyak. Responden dengan
pendapatan dibawah 1 juta Rupiah merupakan responden dengan pendidikan SD, SMP, SMA dan latar
belakang pekerjaannya swasta, IRT, mahasiswa, tukang parker, buruh dan nelayan. Responden dengan
pendapatan 1- 5 juta rupiah berasal dari responden dengan latar belakang pekerjaan swasta, PNS, dan
wiraswasta dengan latar pendidikan SMA sampai dengan S1. Sedangkan responden dengan jumlah terkecil
adalah pendapatan diatas 5 juta Rupiah yang didominasi oleh latar belakang pekerjaan swasta dan
wiraswasta dengan pendidikan S1. Adapun yang memilki latar pendidikan SMP dan SMA responden
tersebut memiliki latar belakang pekerjaan swasta. Dari analisis yang telah dilakukan responden dengan
pendapatan terbanyak yang mempengaruhi selera pasar konsumen terdapat pada responden dengan
pendapatan dibawah 1 juta Rupiah dan didominasi latar pendidikan SMA serta pekerjaan swasta dan IRT.
d) Klasifikasi berdasarkan pendidikan, Analisis berdasarkan pendidikan diketahui bahwa responden dengan
pendidikan terbanyak adalah SMA. Hal ini didasarkan pada (Tabel 4.4 Rekapitulasi Responden
Berdasarkan Pendidikan) pada tabel tersebut 54.55% responden didominasi pendidikan SMA, ini
dikarenakan responden terbanyak merupakan ibu- ibu rumah tangga. Maka Klasifikasi selera pasar
konseumen terbanyak dipengaruhi oleh responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMA.
e) Klasifikasi berdasarkan pekerjaan, Analisis Klasifikasi berdasarkan pekerjaan dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan pekerjaan manakah yang memiliki responden terbanyak. Berdasarkan (Tabel 4.5
Rekapitulasi Responden Berdasarkan Pekerjaan), ini terbukti dari jumlah persentase data yaitu 49.50%
dengan 49 responden, pekerjaan terbanyak terdapat pada pekerjaan IRT (ibu rumah tangga), hal ini
dikarenakan ibu – ibu rumah tangga harus membeli keperluan pokok pada saat pagi hari. Dengan demikian
Klasifikasi selera pasar berdasarkan pekerjaan terbanyak didominasi oleh pekerja ibu rumah tangga atau
IRT.
f) Klasifikasi berdasarkan asal daerah, Analisis Klasifikasi berdasarkan asal daerah dilakukan dengan tujuan
agar dapat mengetahui seberapa banyak responden dari berbagai daerah yang ada di kota Pontianak.
Berdasarkan (Tabel 4.6 Rekapitulasi Responden Berdasarkan Asal Daerah) responden terbanyak terdapat
pada asal daerah kota Pontianak sendiri yaitu dengan jumlah 65.66%. Dengan demikian Klasifikasi yang
mempengaruhi selera pasar konsumen berdasarkan daerah terdapat pada daerah Kota Pontianak sendiri.
3. Berdasarkan analisis faktor utama yang menentukan selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional
Kota Pontianak, Berdasarkan pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban Hasil Kuesioner, maka dapat diketahui
faktor yang menentukan selera pasar konsumen terhadap makanan tradisional kota Pontianak. Adapun
faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mengonsumsi makanan tradisional Pontianak karena rasa lapar, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban
Hasil Kuesioner, 21 responden menjawab sangat setuju, 38 responden menjawab setuju, 14 responden
menjawab ragu – ragu, 17 responden menjawab tidak setuju, dan
9 responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan jawaban dari kuesioner tersebut maka dapat
diketahui bahwa faktor yang menentukan selera konsumen adalah karena rasa lapar.
b) Mengonsumsi makanan tradisional karena rasa yang khas dan lezat, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi
Jawaban Hasil Kuesioner, 35 responden menjawab sangat setuju, 54 responden menjawab setuju, 6
responden menjawab ragu – ragu, 4 responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden menjawab sangat
tidak setuju. Berdasarkan hasil jawaban tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan
selera pasar konsumen adalah karena rasa pada makanan tradisonal yang khas dan lezat.
c) Presentasi atau tampilan makanan tradisional menarik, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban Hasil
Kuesioner, 30 responden menjawab sangat setuju, 58 responden menjawab setuju, 7 responden menjawab
ragu – ragu, 4 responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil jawaban tersebut maka dapat diketatahui bahwa faktor yang menentukan selera pasar
konsumen adalah karena tampilan dari makanan tradisional yang menarik.
d) Harga makanan tradisional terjangkau, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban Hasil Kuesioner, 50
responden menjawab sangat setuju, 40 responden menjawab setuju, 5 responden menjawab ragu – ragu, 4
responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan selera pasar konsumen adalah harga dari
makanan tradisional yang terjangkau.
e) Kebersihan makanan tradisional yang terjamin, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban Hasil Kuesioner,
12 responden menjawab sangat setuju, 44 responden menjawab setuju, 32 responden menjawab ragu – ragu,
10 responden menjawab tidak setuju, dan 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan selera pasar konsumen adalah kebersihan
makanan yang terjamin.
f) Makanan tradisional sehat dan bergizi, pada Tabel 4.10 Rekapitulasi Jawaban Hasil Kuesioner, 28
responden menjawab sangat setuju, 46 responden menjawab setuju, 21 responden menjawab ragu – ragu, 4
responden menjawab tidak setuju, dan 0 responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor yang menentukan selera pasar konsumen adalah karena
makanan tradisional yang sehat dan bergizi.
Kelebihan Kekurangan
1. Judul artikel jurnal ini sudah sesuai. 1. Tidak mempunyai ISSN
2. Penulis telah objektif pada 2. Tidak disertai dengan saran di akhir
pembahasan hasil. jurnal
3. Ada beberapa bagian artikel yang 3. Pembahasan tidak disertai dengan
dapat dipaparkan lagi. penggambaran peta konsep yang
4. Ide yang diangkat penting. memperjelas pembahasan
5. Pembahasan terhadap hasil penelitian 4. Tidak disertai metode penelitian
relevan, 5. Tidak disertai saran
6. Kesimpulan dipaparkan dengan jelas.
7. Memiliki isi abstrak yang lengkap,
mulai dari tujuan penelitian, objek
penelitian, hasil penelitian, dan kata
kunci.
8. Struktur kalimat yang sederhana dan
mudah dipahami.
9. Jurnal tersebut menggunakan dua
bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris pada bagian abstrak
Jurnal 2
Judul
RISET PASAR PRODUK KERIPIK TEMPE SAGU
Penulis
Yacob Aditama
Tahun --
Vol --
ISSN --
Tujuan penelitian 1. Mendapatkan hasil analisis dan interpretasi data riset pasar mengenai
potensi dan minat pasar terhadap produk keripik tempe sagu sebagai oleh-
oleh khas daerah istimewa yogyakarta.
2. Mendapatkan strategi peningkatan daya saing usaha keripik tempe sagu
yang tepat
Reviewer Fretty Sihite
Tanggal 28 November 2020
ABSTRAK Keripik tempe sagu Satefa merupakan produk yang dihasilkan oleh Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terletak di Dusun Tulung,
Srihardono, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti halnya
permasalahan UMKM pada umumnya, unit usaha ini juga mengalami kesulitan
dalam meningkatkan daya saing pemasaran produk mereka. Kapasitas produksi
sebesar 4 kg per hari belum mencerminkan keberhasilan pemasaran produk ini
mengingat keripik tempe sagu mulai dikenal sebagai oleh-oleh khas
Yogyakarta.
Penelitian ini difokuskan pada kebutuhan riset pasar untuk UMKM keripik
tempe sagu Satefa, sehingga potensi pemasaran produk dapat diidentifikasi
dengan jelas. Riset pasar dilakukan dengan menggunakan Lembar Kerja untuk
mengidentifikasi target customer, dilanjutkan dengan menetapkan hipotesis uji
dengan mempertimbangkan data sekunder yang terkait dengan tingkat
kompetisi dan potensi industri makanan lokal. Pertanyaan yang dibangun ke
dalam sebuah kuesioner akan menangkap minat pasar dan alternatif strategi
pemasaran yang dibutuhkan UMKM keripik tempe sagu Satefa. Metode
analisis dilakukan melalui analisis tren, similiaritas, kontradiksi, dan odd
groupings terhadap data primer yang telah didapatkan melalui penyebaran
kuesioner.
Hasil riset pasar melalui analisis tren menyatakan bahwa saat ini keripik tempe
sagu hanya diketahui oleh sebagian besar wisatawan yang berasal dari kota
Yogyakarta. Melalui analisis similaritas dinyatakan bahwa wisatawan DIY,
Jakarta, Solo, maupun kota lainnya setuju jika keripik tempe sagu menjadi
oleh-oleh khas Yogyakarta. Baik laki-laki (60,94%) maupun perempuan
(54,65%) lebih menyukai keripik tempe sagu satefa dibandingkan dengan merk
lain. Melalui analisis odd groupings terdapat kelompok responden yang tertarik
membeli keripik tempe sagu untuk dijual kembali. Sedangkan strategi
peningkatan daya saing usaha keripik tempe sagu yang tepat adalah dengan
menjual keripik tempe sagu di pusat penjualan oleh-oleh khas Yogyakarta
dengan kisaran harga Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00, menggunakan desain
kemasan 1 (kardus) dengan isi kemasan 250 gram disertai gambar Tugu
Yogyakarta sebagai ikon, dan membuat varian rasa pedas.
PENDAHULUAN
Sebutan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi
provinsi ini sangat besar dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta sering pula disebut sebagai
daerah tujuan wisata di Indonesia terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata
dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya. Kawasan
wisata yang menjadi obyek wisata di Yogyakarta antara lain adalah Malioboro, Pasar Beringharjo,
Pantai Parangtritis, dan Candi Prambanan. Banyaknya destinasi pariwisata di Yogyakarta turut
memicu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data dari Dinas
Perindustrian DIY tercatat bahwa kelompok UMKM meliputi lima kelompok besar, yaitu
kelompok kerajinan (22%), kelompok kimia (5%), kelompok logam (9%), kelompok pengelolaan
pangan (45%), dan kelompok sandang (19%) dengan total 2082 UMKM. Besarnya persentase
UMKM kelompok pengelolaan pangan menuntut para pengusaha kecil dan menengah untuk
semakin kreatif dalam meningkatkan daya saing terhadap para kompetitornya. Beberapa
diantaranya adalah dengan melakukan pengembangan produk yang dipasarkan serta melakukan
pemasaran yang tepat agar menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut. Namun
untuk mengetahui minat pasar terhadap produk dan cara pemasaran yang tepat, diperlukan suatu
penelitian terhadap pasar, baik pasar saat ini maupun pasar potensial.
Malhotra (2005) menyebutkan bahwa riset pasar adalah proses identifikasi, pengumpulan, analisis,
diseminasi, serta penggunaan informasi secara sistematik dan obyektif untuk membantu
manajemen membuat keputusan yang berhubungan dengan identifikasi dan penyelesaian masalah
dalam bidang pemasaran. Taan (2010) menyebutkan riset pemasaran adalah fungsi yang
menghubungkan konsumen, pelanggan, dan publik dengan pemasar melalui informasi-informasi
yang digunakan untuk mengindentifikasi dan mendefinisikan peluang, membantu kinerja
pemasaran dan memperbaiki pengertian pemasaran sebagai suatu proses. Riset pasar perlu
dilakukan sebelum memulai usaha baru, memperkenalkan produk baru, maupun mempertahankan
usaha yang sudah ada.
Satefa merupakan keripik tempe sagu yang dihasilkan oleh salah satu UMKM bernama Anugerah
yang terletak di Dusun Tulung, Srihardono, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berbeda dari keripik tempe biasanya yang hanya memanfaatkan pembusukan kacang kedelai
hingga menjadi tempe, keripik tempe sagu dibuat dengan terlebih dahulu mencapur kacang kedelai
dan tepung sagu. Biasanya keripik tempe sagu disantap sebagai camilan maupun sebagai pengganti
kerupuk. Bapak Mursalim sendiri sebagai pemilik usaha keripik tempe sagu Satefa sudah memiliki
beberapa konsumen tetap. Dari beberapa konsumen tetap tersebut ada yang membeli keripik tempe
sagu untuk dikonsumsi sendiri ataupun dipasarkan kembali ke warung-warung di sekitar
rumahnya. Namun biasanya keripik tempe sagu Satefa dipasarkan dengan sistem titip jual di
warung- warung daerah Bantul.
Kapasitas produksi sebesar 4 kg per hari belum mencerminkan keberhasilan pemasaran produk ini,
mengingat keripik tempe sagu mulai banyak dipasarkan di wilayah Yogyakarta. Keadaan tersebut
mendorong pemilik usaha rumah tangga Anugerah untuk meningkatkan
daya saing produknya. Untuk tetap mempertahankan usaha yang telah dirintis di tengah-tengah
persaingan yang ketat, dibutuhkan sebuah keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk
sejenis lainnya.
Produk keripik tempe sagu pada umumnya hanya memiliki satu jenis rasa dan dikemas dengan
sangat sederhana menggunakan plastik bening. Dari hasil brainstorming dengan pemilik usaha,
dibutuhkan suatu pengembangan produk yang meliputi varian rasa yang berbeda, kemasan yang
lebih menarik, serta harga dan tempat menjual yang tepat guna menghadapi persaingan tersebut.
Namun untuk merealisasikan ide tersebut dibutuhkan biaya yang cukup besar, khususnya dalam
hal kemasan yang baru dan menarik. Membuat suatu kemasan yang baru memiliki resiko yang
cukup tinggi, mengingat minimum pesanan berjumlah 1000 pcs. Seperti yang diungkapkan Doman
(1997), riset pasar perlu dilakukan pada saat akan memulai usaha baru, memperkenalkan produk
baru, dan untuk mempertahankan usaha yang sudah ada. Oleh sebab itu riset pasar berperan
penting pada situasi ini untuk menilai potensi dan minat pasar terhadap ide pengembangan produk
yang akan dilakukan, agar dapat mengurangi segala resiko yang mungkin terjadi. Riset pasar pada
penelitian ini juga berguna untuk memperoleh strategi peningkatan daya saing yang tepat sehingga
usaha yang telah dirintis dapat terus bertahan dan berkembang.
Rumusan Masalah
Melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana melakukan riset pasar bagi usaha keripik tempe sagu untuk menilai potensi dan minat
pasar terhadap produk keripik tempe sagu sebagai oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan hasil analisis dan interpretasi data riset pasar mengenai potensi dan minat pasar
terhadap produk keripik tempe sagu sebagai oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Mendapatkan strategi peningkatan daya saing usaha keripik tempe sagu yang tepat.
Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Obyek penelitian berfokus pada usaha rumah tangga Anugerah milik Bapak Mursalim yang
terletak di Dusun Tulung Srihardono, Desa Pundong, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY.
2. Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingat usaha
rumah tangga Anugerah terletak pada wilayah tersebut.
3. Analisis riset pasar akan difokuskan pada analisis tren, similiaritas, kontradiksi, dan odd
grouping untuk menilai tanggapan pasar terhadap keripik tempe sagu.
TINJAUAN PUSTAKA
----
METODE
Banyaknya destinasi pariwisata di Yogyakarta turut memicu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian DIY tercatat bahwa kelompok
UMKM meliputi lima kelompok besar, yaitu kelompok kerajinan (22%), kelompok kimia (5%),
kelompok logam (9%), kelompok pengelolaan pangan (45%), dan kelompok sandang (19%)
dengan total 2082 UMKM. Besarnya persentase UMKM kelompok pengelolaan pangan menuntut
para pengusaha kecil dan menengah untuk semakin kreatif dalam meningkatkan daya saing
terhadap para kompetitornya. Beberapa diantaranya adalah dengan melakukan pengembangan
produk yang dipasarkan serta melakukan pemasaran yang tepat agar menarik minat konsumen
untuk membeli produk tersebut. Namun untuk mengetahui minat pasar terhadap produk dan cara
pemasaran yang tepat, diperlukan suatu penelitian terhadap pasar, baik pasar saat ini maupun pasar
potensial.
Malhotra (2005) menyebutkan bahwa riset pasar adalah proses identifikasi, pengumpulan, analisis,
diseminasi, serta penggunaan informasi secara sistematik dan obyektif untuk membantu
manajemen membuat keputusan yang berhubungan dengan identifikasi dan penyelesaian masalah
dalam bidang pemasaran. Taan (2010) menyebutkan riset pemasaran adalah fungsi yang
menghubungkan konsumen, pelanggan, dan publik dengan pemasar melalui informasi-informasi
yang digunakan untuk mengindentifikasi dan mendefinisikan peluang, membantu kinerja
pemasaran dan memperbaiki pengertian pemasaran sebagai suatu proses. Riset pasar perlu
dilakukan sebelum memulai usaha baru, memperkenalkan produk baru, maupun mempertahankan
usaha yang sudah ada.
Satefa merupakan keripik tempe sagu yang dihasilkan oleh salah satu UMKM bernama Anugerah
yang terletak di Dusun Tulung, Srihardono, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berbeda dari keripik tempe biasanya yang hanya memanfaatkan pembusukan kacang kedelai
hingga menjadi tempe, keripik tempe sagu dibuat dengan terlebih dahulu mencapur kacang kedelai
dan tepung sagu. Biasanya keripik tempe sagu disantap sebagai camilan maupun sebagai pengganti
kerupuk. Bapak Mursalim sendiri sebagai pemilik usaha keripik tempe sagu Satefa sudah memiliki
beberapa konsumen tetap. Dari beberapa konsumen tetap tersebut ada yang membeli keripik tempe
sagu untuk dikonsumsi sendiri ataupun dipasarkan kembali ke warung-warung di sekitar
rumahnya. Namun biasanya keripik tempe sagu Satefa dipasarkan dengan sistem titip jual di
warung- warung daerah Bantul.
Kapasitas produksi sebesar 4 kg per hari belum mencerminkan keberhasilan pemasaran produk ini,
mengingat keripik tempe sagu mulai banyak dipasarkan di wilayah Yogyakarta. Keadaan tersebut
mendorong pemilik usaha rumah tangga Anugerah untuk meningkatkan
daya saing produknya. Untuk tetap mempertahankan usaha yang telah dirintis di tengah-tengah
persaingan yang ketat, dibutuhkan sebuah keunggulan kompetitif dibandingkan dengan produk
sejenis lainnya.
Produk keripik tempe sagu pada umumnya hanya memiliki satu jenis rasa dan dikemas dengan
sangat sederhana menggunakan plastik bening. Dari hasil brainstorming dengan pemilik usaha,
dibutuhkan suatu pengembangan produk yang meliputi varian rasa yang berbeda, kemasan yang
lebih menarik, serta harga dan tempat menjual yang tepat guna menghadapi persaingan tersebut.
Namun untuk merealisasikan ide tersebut dibutuhkan biaya yang cukup besar, khususnya dalam
hal kemasan yang baru dan menarik. Membuat suatu kemasan yang baru memiliki resiko yang
cukup tinggi, mengingat minimum pesanan berjumlah 1000 pcs. Seperti yang diungkapkan Doman
(1997), riset pasar perlu dilakukan pada saat akan memulai usaha baru, memperkenalkan produk
baru, dan untuk mempertahankan usaha yang sudah ada. Oleh sebab itu riset pasar berperan
penting pada situasi ini untuk menilai potensi dan minat pasar terhadap ide pengembangan produk
yang akan dilakukan, agar dapat mengurangi segala resiko yang mungkin terjadi. Riset pasar pada
penelitian ini juga berguna untuk memperoleh strategi peningkatan daya saing yang tepat sehingga
usaha yang telah dirintis dapat terus bertahan dan berkembang.
Rumusan Masalah
Melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana melakukan riset pasar bagi usaha keripik tempe sagu untuk menilai potensi dan minat
pasar terhadap produk keripik tempe sagu sebagai oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan hasil analisis dan interpretasi data riset pasar mengenai potensi dan minat pasar
terhadap produk keripik tempe sagu sebagai oleh-oleh khas Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Mendapatkan strategi peningkatan daya saing usaha keripik tempe sagu yang tepat.
Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Obyek penelitian berfokus pada usaha rumah tangga Anugerah milik Bapak Mursalim yang
terletak di Dusun Tulung Srihardono, Desa Pundong, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY.
2. Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingat usaha
rumah tangga Anugerah terletak pada wilayah tersebut.
3. Analisis riset pasar akan difokuskan pada analisis tren, similiaritas, kontradiksi, dan odd
grouping untuk menilai tanggapan pasar terhadap keripik tempe sagu.
rumah (32,00%), bekal saat perjalanan (41,18%), serta lauk pendamping makan (40,00%).
b. Hasil analisis similaritas
1) Baik wisatawan DIY, Jakarta, Solo, maupun kota lainnya setuju jika keripik tempe sagu
menjadi oleh-oleh khas Yogyakarta
2) Baik laki-laki (60,94%) maupun perempuan (54,65%) lebih menyukai keripik tempe sagu satefa
dibandingkan dengan merk lain.
3) Baik wisatawan yang berasal dari Yogyakarta maupun yang berasal dari kota lainnya, menyukai
gambar Tugu Yogyakarta sebagai ciri khas pada kemasan keripik tempe sagu.
c. Hasil analisis kontradiksi
Tidak ditemukan data maupun pola jawaban responden terhadap pertanyaan dalam kuesioer yang
kontradiktif pada penelitian ini.
d. Hasil analisis odd groupings adalah sebagai berikut
1) Sebanyak 148 responden tertarik untuk membeli keripik tempe sagu untuk dikonsumsi sendiri
maupun sebagai oleh-oleh namun terdapat 2 responden yang tertarik membeli untuk dipasarkan
kembali atau sebagai distributor.
2) Terdapat kelompok responden yang memilih Candi Borobudur sebagai ikon khas Yogyakarta
sebanyak 62,5% dari total responden yang memilih gambar lain.
2. Strategi peningkatan daya saing usaha keripik tempe sagu yang tepat adalah sebagai berikut:
a. Menjual keripik tempe sagu di pusat penjualan oleh-oleh khas Yogyakarta
b. Keripik tempe sagu harus dijual dengan kisaran harga Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00.
c. Keripik tempe sagu dikemas dengan isi 250 gram dengan desain kemasan 1 (kardus) dan disertai
gambar Tugu Yogyakarta sebagai ciri khasnya.
d. Selain rasa original, perlu dibuat rasa keripik tempe sagu yang pedas.
Saran
Mengingat kebutuhan mendesak UMKM, penelitian ini lebih difokuskan pada upaya menggali
potensi pasar dan strategi pemasaran melalui riset pasar deskriptif yang diarahkan pada responden
di wilayah Yogyakarta. Di samping ruang lingkup survei yang dapat diperluas, pendekatan riset
pasar lainnya seperti riset pasar kausalitatif dapat digunakan pada penelitian selanjutnya. Melalui
riset pasar kausalitatif yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat akan diketahui
seberapa besar pengaruh
suatu variable bebas terhadap variabel terikat. Contoh kasus yang dapat diangkat menggunakan
metode riset pasar kausalitatif berdasarkan penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kemasan
terhadap minat konsumen dalam membeli keripik tempe sagu.
Kelebihan Kekurangan
1. Judul artikel jurnal ini sudah 1. Tidak mempunyai ISSN
sesuai. 2. Tidak dilengkapi dengan kajian teori
2. Penulis telah objektif pada yang mendukung pendahuluan
pembahasan hasil. 3. Pembahasan tidak disertai dengan
3. Ada beberapa bagian artikel yang penggambaran peta konsep yang
dapat dipaparkan lagi. memperjelas pembahasan
4. Ide yang diangkat penting.
5. Pembahasan terhadap hasil
penelitian relevan,
6. Kesimpulan dipaparkan dengan
jelas.
7. Memiliki isi abstrak yang
lengkap, mulai dari tujuan
penelitian, objek penelitian, hasil
penelitian, dan kata kunci.
8. Struktur kalimat yang sederhana
dan mudah dipahami.
9. Jurnal tersebut menggunakan dua
bahasa, yaitu Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris pada bagian
abstrak