Seedless Vascular Plants: Pteridophyta (Lycophyta and Monilophyta)
Seedless Vascular Plants: Pteridophyta (Lycophyta and Monilophyta)
Seedless Vascular Plants: Pteridophyta (Lycophyta and Monilophyta)
Klasifikasi Equisetales
Psilotales
Equisetaceae
Psilotaceae
Equisetum
Psilottum
Pteridophyta
Marattiales Marattiaceae Angiopteridoideae Angiopteris
Marattioideae Marattia
Osmundales Osmundaceae Osmunda
(sumber: Walkowiak, 2017) Gleicheniales Gleicheniaceae Gleichenia
Dipteridaceae Dipteris
Schizaeales Lygodiiaceae Lygodiium
Cyatheales Cyatheaceae Cyathea
Marsiliales Marsileaceae Marsilea
Salviniales Salviniaceae Salvinia
Azollaceae Azolla
Pteridales Adiantaceae Adiantoideae Adiantum
Pteridaceae Pteridoideae Pteris
Blechnales Blechnaceae Blechnoiideae Blechnum
Aspleniaceae Aspleniium
Dryopteridaceae Dryopteris
Davalliales Davalliaceae Davallioideae Davallia
Olleandraceae Nephrolepidoideae Nephrolepis
Polypodiales Polypodiaceae Platycerioideae Platycerium
Polypodioideae Polypodium
Klasifikasi Pteridophyta (sumber: Simpson, 2019)
Divisi Lycopodiophyta
• Kelas : Isoetopsida
• Bangsa : Isoetales
• Suku : 1. Isoetaceae (Quillwort)
Kelas Isoetopsida
• Dibedakan dari lycopodiales karena adanya daun berligula dan spora yang
heterospory
• Ligula adalah organ kecil terletak pangkal daun bagian atas yang berfungsi
menyediakan suplai air ubtuk likofil yang baru berkembang
• Spora heterospory adalah menghasilkan dua jenis spora yakni mikrospora
dan megaspora.
• Pada Sellaginella terdapat strobilus dengan sporofil khusus yang mendukung
sporangia di ujung batang
• Pada Isoetes, sporofil mempunyai mikrosporangia dan megasprotangia yang
membesar di pangkal daun atas.
• Megaspora akan berkembang menjadi megagametofi yang mengandung
akegonium, mikrospora akan berkembang mejadi mikrogametofi yang
mengandung anteridium. Gametofit ini bersifat endospore.
Apomorfi Isoetopsida (Simpson, 2019)
Suku Selaginellaceae (Spike-Moss; Paku Rane)
Monilophyta Lignophyta
Ophioglosales Psilotales
Divisi Monilophyta
(Fern/Paku sejati)
• Ada empat kelas
– Equisetopsida (horsetails),
– Marattiopsida (marattioid ferns),
– Psilotopsida (whisk ferns and
ophioglossoid ferns), and
– Polypodiopsida or Leptosporangiatae
(leptosporangiate ferns).
• Aphomorfi Monilofita
– Siphonostele
– Protoxylem mesarch
Kelas Equisetopsida
(Horsetail/Paku ekor kuda)
• Herba perennial telah ada sejak jaman
Karbon (300 juta tahun yang lalu)
• Habitat di tempat lembab
• Memiliki rhizome, batang diatas tanah
bulat kaku berbuku, dengan lobang
saluran di tengah (hollow)
• Daun tereduksi, dalam lingkaran dan
bersatu di tepi
• Sporangiofor mendukung sporangia yang
memecah longitudinal, tersusun di dalam
strobilus (kerucut/cone)
• Spora homosfor dengan elaters
• Ada dua marga Equisetum dan
Hippochaete
Klasifikasi Equisetopsida
• Divisi : Monilophyta
• Kelas : Equisetopsida
• Bangsa : Equisetales
• Suku : Equisetaceae
• Marga : Equisetum
• Jenis : Equisetum arvense L.
Equisetum debile Roxb. ex Vaucher
Botrychium sp.
Bangsa Psilotales (Whisk Fern), suku Psilotaceae
• Tda satu suku Psilotaceae, dengan 2 marga (Psilotum, 2–3 spp., tersebar di
belahan dunia tropis dan hangat dan Tmesipteris, ca. 15 spp., Asia to
Australasia)
• Bangsa Psilotales tidak mempunyai akar sejati yang menjadi apomorfi bangsa
ini; hanya ada rizoid absorptif yang muncul dr rhizoma
• Daun sangat terduksi
• The leaves of psilotophytes are very reduced and seperti pasak, kadang
kehilangan berkas pembuluh dan disebut enasi (enations)
• Sporangia terdiri dari dua tiga lobus disebut synangium, merupakan gabungan
dua atau tiga sporangia)
• Psilotaceae terdistribusi di daerah tropis atau temperate yang hangat
• Ditanam sebagai tanaman hias (khususnya Psilotum nudum).
Psilotum nudum.
A. Whole plant showing dichotomous branching. B. Close-up of dichotomous aerial shoots. C. Vegetative stem close
up, showingreduced leaves or enations. D. Close-up of synangium, subtended by bifid appendage.
Life cycle of
Psilotum
Kelas Marattiopsida
• Satu bangsa Marattiales dan satu suku Marattiaceae, terdiri atas enam
marga: Angiopteris, Christensenia, Danaea, Eupodium, Marattia, and Ptisana
• having large pinnate or bipinnate leaves, with circinate vernation, sporangia
located on the abaxial surface of leaflet blades, and a photosynthetic
gametophyte the sporangia are eusporangiate
• In some taxa the sporangia are fused into a common structure, a synangium
• Apomorphy is the occurrence of a “polycyclic siphonostele, which appears as
concentric rings of siphonosteles in cross section
• The Maraiaceae have a worldwide distribution in tropical and warm
regions.
• Economic importance includes cultivated ornamentals and food (from edible
stems), perfume oil, and an alcoholic drink (from stem starch).
A–E.Angiopteris sp. A. Plant from stout, erect trunk
with bipinnately compound leaves. B. Base of leaves
showing swollen (pulvinal) petiole bases and
persistent stipules. C. Rhizome cross section with
polycyclic siphonostele. D. Sori, each consisting of an
ellipse of eusporangia. E. Sori cross section, showing
unfused eusporangia. F,G. Danaea sp. F. Pinnately
compound leaf with lower, fertile pinnae having
numerous synangia on abaxial surface. G. Synangium
containing several eusporangia. H–K. Marattia spp. H.
Whole plant with large, bipinnately compound leaves.
I. Close-up of leaflets. J. Leaflet, abaxial view, showing
intramarginal synangia. K. Synangia dehiscing in a
bivalvate manner, each valve containing several
eusporangia.
Marattiales/Marattiaceae
Angopteris sp.
Kelas Polypodiopsida – leptosporangiate ferns –
Paku Sejati
• Keanekaragaman tinggi sekitar 8,800 sampai 12,000 jenis
• Sporofit umumnya berupa herba perenial atau pohon, atau annual pada
paku air (Salvaniales)
• Batang berupa risoma horizontal, dapat tumbuh dibawah atau diatas
tanah (teresterial), celahan batu (epipetrik), di air (akuatik), atau
ditumbuhan lain (epifit),
• Beberapa hidup di hutan, dengan batang tinggi seperti pohon mencapai
20 meter (pada Cyathea). Sedikit yang hidup sebagai liana, dengan
batang lemah atau memanjang, diatas tanah maupun diatas tumbuhan
lain.
• Anatomi batangnya berupa siphonostele, dictyostele, atau protostele
Karakter Paku Sejati
A. Open, simple venation (Blechnum [Lomarea] procera, Blechnaceae). B. Open, forked venation (Dicranopteris
linearis, Gleicheniaceae). C. Reticulate venation (Onoclea sensibilis, Onocleaceae). D. Example of fern scale. E.
Clathrate scale (from surface rhizome) with thick adjacent (anticlinal) walls (Asplenium nidus, Aspleniaceae). F. Non-
clathrate scale without thickened anticlinal walls (Dryopteris arguta, Dryopteridaceae).
• Leptosporangia typically
have a proximal stalk
and distal sporangial
body.
• Part of the wall of the
sporangial body
develops into a single
row of specialized cells,
collectively known as an
annulus, in which the
cell walls are
differentially thickened
on the inner cell face and
on the faces between
adjacent annular cells.
Spora Leptosporangia
Leptosporangia
• Leptosporangia terkumpul membentuk sori (sorus),
melekat pada reseptakel.
• Struktur memanjang seperti rambut yang tumbuh
dari reseptakel dan bergabung dengan
leptosporangia disebut parafisis.
• Sori dilindungi oleh satu lapis jaringan yang muncul
dr permukaan daun disebut indusium, yang
berfungsi melindungi leptosporangia muda atau
mengontrol pemencaran spora.
• Keberadaan dan bentuk indusium menjadi karakter
penting dalam taksonomi paku (Aspleniaceae
mempunyai indusium (indusiate), Polypodiaceae
tidak mempunyai indusium (exindusiate).
• Jika leptosporangia tidak terkumpul menjadi sori,
dan tampak tersebar di permukaan daun, disebut
akrostikoid (acrostichoid) (mengikuti nama
margaAcrostichum yagn seperti ini).
• Beberapa taksa tidak ada indusium, tapi
menampakkan pemanjangan tepi daun yang disebut
indusium palsu (false indusium), yang tumpeng
tindih dengan sorus
Siklus Hidup Paku Leptosporangia
Siklus hidup paku Davalia denticulate dan Nephrolepis biserata (Akbar,
2017)
Siklus hidup paku Davalia denticulate dan Nephrolepis biserata (Akbar,
2017)
Economic important
• The economic importance of leptosporangiate ferns is
primarily as cultivated ornamentals in the horticultural
trade.
• However, some ferns (usually the croziers) are edible, and
many have local uses as medicines, fibers and matting, or
flavoring.
Klasifikasi Polipodiophyta
• Terbagi menjadi 7 Bangsa dan 31 Suku (Smith dkk., 2006)
1. Bangsa Osmundales
2. Bangsa Hymenophyllales
3. Bangsa Gleicheniales
4. Bangsa Schiziales
5. Bangsa Salviniales
6. Bangsa Cyathales
7. Bangsa Polypodiales
Bangsa Osmundales,
Suku Osmundaceae
• Hanya ada 1 Suku Osmundaceae
• Habitat terrestrial.
• Batang tegak dengan ectophloic
siphonostele
• Daun dengan 1-2-pinnatus atau pinnatifidus,
berstipula, with stipula pada pangkal
petiola, dimorphic dengan daun atau anak
daun fertil dan steril
• Tidak ada Sori and indusia, sporangia
terdapat pada permukaan abaxial daun atau
anak daun.
• Sporangia mempunyai badan yang besar dan
tangkai pendek, memecah dengan celah
apical, anulus lateral.
Bangsa Osmundales,
Suku Osmundaceae
• Spora berwarna hijau, subglobosa dan trilet,
128–512 per sporangium.
• Gametofit relatif besar dan berwarna hijau,
cordatus, dan tebal.
• Chromosome number: x = 22.
• Tersebar di daerah tropis dan temperata.
• Kepentingan economis ditanam sebagai
tanaman hias (Osmunda spp., Todea
barbara) dan untuk serat dan makanan.
Osmunda regalis digunakan untuk
menyeduh bir Celtic (Irlandia)
Bangsa Gleiheniales,
Suku Gleiheniaceae
• Bangsa Gleicheniales terdiri atas 170 jenis dari
3 suku. Salah satu suku yang paling banyak
dibahas adalah Gleicheniaceae
• Gleicheniaceae adalah tumbuhan terestrial,
sering tumbuh di semak-semak yang lebat dan
terbuka.
• Batangnya berupa rimpang merambat,
bercabang dikotom
• Daun dengan pertumbuhan tidak terbatas
dengan rachis bercabang pseudodikotom, 1-2-
pinnatus, urat daun bebas.
• Sori membulat, abaksial, tidak marginal,
exindusiate.
• Sporangia bulat hingga seperti bentuk pir, 5–
15 sporangia per sorus, berkembang simultan,
dan annulus transverse-oblique.
• Spora globose-tetrahedral or
bilateral, trilete or monolete, 128–
800 per sporangium.
• Gametophytes besar, hijau, tebal,
dengan rambut bentuk hati,
terdapat endotrophic mycorrhizae.
• Chromosome numbers: x = 22, 34,
39, 43, 56.
• The Gleicheniaceae have a largely
pantropical distribution.
• Economic importance includes the
use of Dicranopteris linearis stems
as a fiber plant (for cordage, mats,
fish traps, etc.), and use of some taxa
as cultivated ornamentals.
Bangsa SCHIZAEALES (
SCHIZAEOID FERNS)
• Daun dimorfik, Daunnya
kebanyakan tak tentu dengan
bentuk memanjang,melilit dan
memanjat rachis
• Pada lobus ruas daun utama,
berbentuk seperti bunga indusium
menutupi sporangium. ,
• Terdapat 1 sporangia per sorus
• Sporangia memiliki garis melintang,
subapikal,anulus kontinyu
• Terdiri dari tiga famili –
Anemiaceae, Lygodiaceae, dan
Schizaeaceae –
A. Sebuah tanaman memanjat dengan
daun rachises tak tentu dan
memanjang.
B. Tampilan jarak dekat dari “fertile leaf
segment” dengan sori di ujung lobus
daun utama.
C. Daun tunggal, ‘rachies’ melilit di sekitar
tanaman lain dan menimbulkan pinnae
alternatif.
D. Ruas “fertile leaf segment”(di kanan),
mengandung sporangia abaksial
cluster.
E. “fertile leaf segment” tampak abaksial,
bantalan baris sori.
F. Tampilan jarak dekat dari sori, masing-
masing terdiri dari sebuah flensa mirip
indusium yang menyuburkan
leptosporangium tunggal.
Bangsa Salviniales
Anabaena azollae
BANGSA CYATHEALES
C,D.Cyathea cunninghamii.
C. Fern, from below; note trunk covered with remains of leaf bases.
D. Pinna, showing dark sori.
G-K.Cyathea australis.
G. Close-up of pinna, abaxial surface, showing sori.
H. Cut petiole base, showing discontinuous pneumathodes.
I. Sorus close-up, prior to sporangial dehiscence.
J. Sorus after sporangial dehiscence. Note complex trichomes.
K. Single leptosporangium after dehiscence.
Cyathea cunninghamii Cyathea medullaris Cyathea smithii
Cytheales/Cycantheaceae
Bangsa Polypodiales
• Tda 26 suku dan 8.700 jenis
• Anggota bangsa ini indusiate (melekat lateral or central) atau
exindusiate.
• Sporangia mempunyai tangkai Panjang tipis (1-3-sel), stomium
lateral , and annulus yang berorientasi vertikal
• Gametofit hijau, cordatus, dan tebal.
• Banyak anggota suku ini merupakan tanaman hias, seperti
Nephrolepidaceae (Nephrolepis, sword fern, boston fern) dan
Blechnaceae (Blechnum and Woodwardia). Diplazzium
esculentum umum dikonsumsi di Indonesia.
Suku Aspleniaceae
• Suku Aspleniaceae merupakan paku perennial berhabitat terrestrial,
epipetric, or epiphytic.
• Batang berupa rhizome menjalar, memanjat, menaik, sedikit tegak,
membawa rambut-rambut klatrat pada ujung tajuk dan pangkal ptiolus
• Daun monomorfik, tunggal hingga multipinnatus, sering dengan
rambut-rambut kecil, dua helai vaskular berbentuk C yang saling
membelakangi di dasar tangkai daun yang menyatu secara distal
menjadi bentuk-X, venasi menyirip atau bercabang, biasanya bebas,
jarang retikulat dan tanpa venasi (urat daun).
• Sori and indusia memanjang lurus di sepanjang venasi (urat daun).
• Sporangia bercampur, tangkai sporangial dalam 1 baris,
panjang. Spora berbentuk reniform dan monolete, dengan
perine bersayap. Chromosome numbers: x= 36, rarely 38, 39.
• Sebaran Aspleniaceae adalah subkosmopolitan, paling banyak di
daerah tropis. Kepentingan ekonomi mencakup beberapa
tanaman obat lokal dan banyak kultivar penting, seperti
Asplenium bulbiferum, dengan planlet pinggir pada daun; A.
nidus, pakis sarang burung; A. rhizophyllum, pakis berjalan,
berakar pd ujung daun, membentuk planlet baru; dan A.
trichomanes, limpa rambut gadis.
Aspleniadaceae
A-G.Asplenium nidus, bird’s nest fern.
A. Epiphytic plant on high branch of
tree (Australia). B. Shoot apical region,
the “bird’s nest,” C,D. Cross sections
of petiole base. C.Midrib. D. Vascular
transition. E. Close-up of abaxial blade
surface, showing linear sori and
indusia. F,G.Asplenium bulbiferum,
mother fern. F. Plantlet (“bulbil”), a
vegetative propagule growing from
leaf. G. Leaf, abaxial surface, showing
linear sori/indusia. H,I.Asplenium
oblongifolium, a species with pinnate
leaves. J.Asplenium rhizophyllum,
showing plantlet formed by leaf tip
after.
Asplenium nidus
Aspleniaceae
Dryopteridaceae
A,B.Dryopteris arguta, wood fern. A. Whole
plant with bipinnatifid leaves arising from
underground rhizomes. B. Close-up of
pinnules, abaxial surface, showing sori with
reniform indusia. C,E.Cyrtomiumfalcatum,
holly fern. C. Pinnately compound leaf. E.
Pinule (leaflet), showing abaxial, circular,
indusiate sori. E. Sorus close-up, showing
peltate indusium. F–G.Polystichum
imbricans, sword fern. F. Pinnately
compound leaves, from underground
rhizomes. G. Close-up of pinnules (leaflets),
abaxial surface, showing subrows of
sporangia near the margin.
Dryopteris filix-mas
Dyropteridaceae
Polystichum acrostichoides
Polypodiaceae
A,B.Polypodium californicum, California
Polypody. A. Leaf, abaxial surface, showing
circular, exindusiate sori. B. Close-up of
sorus. C,D.Polypodium scouleri. C. Whole
leaf. D. Close-up of leaf pinna, abaxial
surface, showing exindusiate sori. E–
G.Platycerium grande, staghorn fern. E.
Epiphytic plant. F. Close-up of plant base
showing dimorphic leaves, basal leaves
clasping and turning brown at maturity and
forming a shield that collects plant debris,
apical leaves erect, photosynthetic. G.
Close-up of erect leaf, abaxial surface,
showing acrosticoid leptosporangia.
`
Polydiales/Polypodiaceae
Polypodium vulgare
Pyrrosia longifolia
Pteridaceae
A.Adiantum aleuticum, showing pedate leaf.
B.Adiantum sp., showing false indusium. C.Adiantum
jordanii, pinnule, abaxial surface, showing false
indusium. D.Adiantum capillis-veneris. Close-up of
pinnule, abaxial surface, showing false indusia.
E,F.Pellaea rotundifolia. E. Whole plant, with pinnately
compound leaves. F. Close-up of pinnules, abaxial
surface, showing intramarginal leptosporangia. G–
I.Pteris vittata. G. Leaf, pinnately compound, abaxial
view. H. Close-up of pinnule abaxial surface, showing
intramarginal leptosporangia. I. Leptosporangia,
close-up.
Pteris fauriei Adiantum raddianum Adiantum raddianum Pteris vittata
Pteridales
Pteris vittata
Variasi pada daun Pteris sp.
a. Davallia denticulate (rabbit foot fern)
Beberapa jenis b. Diplazzium esculentum (pakis sayur)
Polypodiopsida c. Nephrolepis exaltata (boston fern)
d. Dicranopteris linearis (paku resam)
lainnya
Manfaat Tumbuhan Paku
• Tanaman hias dan Dekorasi: Platycerium,
Asplenium, Adiantum, Selaginella
• Bahan Obat: Selaginella, Lycopodium clavatum
• Sayuran: Marsilea crenata, Diplazzium
esculentum
• Bahan bangunan dan Kerajinan; Cyathea,
• Serat (untuk kopiah bangka): Dicranopteris
linearis
• Pembersih penggosok karena mengandung
silikodioksida (Equisetum)
• Bahan bakar batubara : fosil Lycopodium
• Menghilangkan logam berat (arsenic) : Pteris
vittata
• Kontrol nyamuk diperairan, makanan hewan,
dan pupuk dengan simbiosisnya dgn
Rhizobium (Azolla pinnata)
• Kadang jadi gulma perairan (Salvinia)
Terima kasih