Analisis Penerapan PSAK No.16 Dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Perusahaan
Analisis Penerapan PSAK No.16 Dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Perusahaan
Analisis Penerapan PSAK No.16 Dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Perusahaan
195
Anisa Putri Mayangsari dan Yayuk Nurjanah
Submitted:
Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan OKTOBER 2018
Bogor, Indonesia
E-Mail : anisaptrm@gmail.com Accepted:
DESEMBER 2018
ABSTRACT
Increased growth and development are the company's top priorities. However, maintaining and
developing the company is not easy. Many important factors must be considered to run the
company well, including organizational factors, personnel, and others. The survival and success of
the company will be determined by the speed of reaction and the accuracy of the strategies taken by
the company leaders as well as the support of all members of the organization. In a company, there
are always fixed assets to carry out its operations. Assets still have an important position in the
company because they require large amounts of funds and are embedded in a long period of time.
The purpose of this research is to find out how the recognition, measurement and disclosure of fixed
assets at CV Bangun Perkasa Furniture (BPF). To find out how to recognize, measure and disclose
fixed assets in accordance with PSAK No. 16 on CV Bangun Perkasa Furniture (BPF). The results
of the Analysis of Accounting for Intangible Fixed Asset (PSAK No.16) (Case study on CV.
Bangun Perkasa Furniture) there are some results that the recognition of Bangun Perkasa
Furniture is not appropriate not in accordance with PSAK 16 because the acquisition value only
recognizes the principal value of the asset and in its disclosure the company does not apply the basic
basis in accordance with PSAK 16. This is very different from that stated in PSAK 16. In
measuring the fixed assets that are in CV. Bangun Perkasa Furniture in accordance with PSAK
16.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan yang meningkat adalah prioritas utama
perusahaan. Namun, mempertahankan dan mengembangkan perusahaan tidaklah
mudah. Banyak faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjalankan perusahaan
dengan baik, antara lain faktor organisasi, personalia, dan lain-lain. Setiap perusahaan
juga mempunyai tujuan yang ingin di capai. Di dalam mencapai tujuan perusahaan
selalu menghadapi masalah baik itu dari dalam maupun dari luar perusahaan, untuk itu
diperlukan adanya pengendalian intern yang dapat membantu memperlancar kegiatan
dalam perusahaan dan memperkecil resiko terjadinya penyimpangan atau kesalahan
dalam setiap aktivitas perusahaan. Kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan
akan ditentukan oleh kecepatan reaksi dan ketepatan strategi yang diambil oleh para
pimpinan perusahaan serta dukungan dari segenap anggota organisasi. Dalam suatu
perusahaan, selalu terdapat aset tetap untuk menjalankan operasinya. Aset tetap
mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan karena memerlukan dana JIAKES
dalam jumlah yang besar dan tertanam dalam jangka waktu yang lama. Secara teoritis Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan
permasalahan akuntansi yang berkaitan dengan aset tetap meliputi penentuan harga Vol. 6 No. 3, 2018
perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, pg. 195-204
STIE Kesatuan
ISSN 2337 – 7852
Financial pelepasan aset tetap dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan. Suatu
Statement and perencanaan yang matang pada saat pengadaan aset tetap sangat diperlukan karena
Fixed Assets berdampak jangka panjang dan berakibat pada kinerja perusahaan. Apabila
perencanaan aset benar-benar direncanakan dengan baik maka aset tersebut menjadi
harapan bagi perusahaan yang dapat membantu dalam kegiatan operasional perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan keuntungan perusahaan. Aset
196______ tetap dinilai terlalu besar akan mempengaruhi nilai penyusutan aset tersebut, dimana
nilai penyusutannya menjadi terlalu besar, sehingga laba perusahaan menjadi terlalu
kecil. Begitu pula sebaliknya, jika aset tetap dinilai atau dicatat terlalu kecil, maka
penyusutan yang dilakukan akan terlalu kecil pula, sehingga laba perusahaan menjadi
terlalu besar. Hal seperti inilah yang akan membawa pengaruh dalam penyajian laporan
keuangan. Untuk memperoleh laporan keuangan yang wajar, mengakibatkan
munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara nasional. Ikatan
Akuntan Publik Indonesia menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan No.16 atas Aset
Tetap.
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 tentang Aset Tetap. PSAK
16 paragraf 06 mendefinisikan aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan (b) diperkirakan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode. Pengakuan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya
jika: (a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan
dari aset tersebut dan (b) biaya perolehannya dapat diukur secara andal. Pengukuran
saat pengakuan aset tetap memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur pada
biaya perolehan yang meliputi (a) harga perolehannya (b) biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi (c) estimasi awal biaya
pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. Pengukuran
setelah pengakuan entitas dapat memilih antar model biaya adalah model yang selama
ini kita kenal, yaitu setelah pengakuan awal, aset tetap dicatat pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, atau dengan
metode revaluasi setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah
tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Setelah itu harus adanya pengeluaran-pengeluaran untuk aset tetap yang terjadi
selama masa penggunaannya dapat dibedakan menjadi pengeluaran modal (capital
expenditures) yaitu pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset atau biaya
yang dikorbankan oleh perusahaan mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Oleh karena itu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aset
tetap yang bersangkutan. Kemudian pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) yaitu
biaya yang dikorbankan perusahaan hanya bermanfaat selama kurang dari satu periode
akuntansi dan dinyatakan sebagai biaya operasi perusahaan pada periode terjadinya
pengeluaran. Setiap aset tetap akan memberikan manfaat bagi perusahaan sesuai
dengan umur aset tetap tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh penggunaan atau
pemakaian, ketidak seimbangan kapasitas yang tersedia dan ketinggalan teknologi. Oleh
karena itu setiap aset tetap yang sudah digunakan perlu dilakukan penyusutan terhadap
harga perolehannya. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis
sepanjang umur manfaatnya, dengan berbagai metode penyusutan dapat digunakan
selama umur manfaatnya antara lain metode garis lurus, metode saldo menurun, dan
metode unit produksi. Penghentian pengakuan aset tetap dalam jumlah tercatat aset
tetap dihentikan pengakuannya : (a) pada saat pelepasan atau (b) ketika tidak terdapat
lagi manfaat ekonomik masa depan yang bisa diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya. Pengungkapan aset tetap didalam laporan keuangan seperti laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi, untuk setiap kelas aset tetap dasar pengukuran
yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan yang Financial
digunakan, umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, jumlah tercatat bruto Statement and
dan akumulasi penyusutan dan rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir Fixed Assets
periode.
Bangun Perkasa Furniture (BPF) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam pembuatan furniture, diantaranya adalah Sofa, Meja Makan, Meja Hias, Rak
Piring, Lemari Pakaian, Lemarai Hias dan Kasur Busa. Dalam menjalankan operasinya
______197
perusahaan ini menggunakan aset tetap. Aset tetap yang dimiliki perusahaan ini adalah
aset tetap berwujud antara lain tanah, bangunan, kendaraan, peralatan kantor, mesin,
bahan baku dan stock. Mengingat aset tetap yang memiliki peranan penting, maka
perlakuan akuntansi atas aset tetap tersebut seharusnya disesuaikan dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku. Penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengakuan, pengukuran serta pengungkapan aset tetap pada CV
Bangun Perkasa Furniture (BPF)?
2. Bagaimana pengakuan, pengukuran serta pengungkapan aset tetap yang sesuai
dengan PSAK No.16 pada CV Bangun Perkasa Furniture (BPF)?
TINJAUAN PUSTAKA
Aset Tetap
Menurut Warren, C.S., dkk (2016, 494) aset tetap (fixed asset) adalah aset yang
bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen dan merupakan
kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dibeli bukan untuk dijual, yang digunakan
untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan dan dapat digunakan lebih dari
satu periode akuntansi seperti peralatan, mesin, gedung dan tanah. Kieso, D.E.,
Weygandt, J.J. dan Warfield, T.D. (2011, 512) mendefinisikan aset tetap sebagai
berikut:
Property, plant, and equipment is defined as tangible assets that are held for use in
production or supply of goods and services, for rentals to others, or for adminstrative
purposes; they are expected to be used during more than one period.
Rudianto (2012, 256) Aktiva tetap merupakan barang berwujud milik perusahaan
yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan,
bukan untuk diperjual belikan. Menurut Bambang Riyanto (2011, 115) menyatakan
bahwa “aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur
habis turut serta dalam proses produksi dan ditinjau dari lama perputaran aset tetap
ialah aset yang mengalami proses perputaran dalam jangka waktu panjang”.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) telah mengesahkan penyesuaian atas
PSAK 16 tentang Aset Tetap, pengertian aset tetap menurut PSAK No.16 paragraf 06
aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan (b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Berikut adalah
klasifikasi aset tetap : Tanah, Gedung dan Bangunan, Mesin dan alat– alat, Kendaraan,
Peralatan
Pengakuan Aset Tetap
Pengakuan aset tetap berdasarkan PSAK 16 Paragraf 07 dijesalaskan bahwa aset
tetap dapat diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) kemungkinan besar entitas akan
memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut dan (b) biaya
perolehannya dapat diukur secara andal. Penjelasan lainnya dikemukakan oleh Kieso,
D.E., Weygandt, J.J. dan Warfield, T.D. (2011, 512) dalam buku Intermediate
Accounting“Companies recognize property, plant, and equipment when the cost of the asset can be
measured reliably and it is probable that the company will obtain future economic benefits”.
Dalam PSAK 16 paragraf 11-14 dijelaskan biaya perolehan awal dan biaya selanjutnya
antara lain sebagai berikut :
Financial 1. Biaya Perolehan Awal. Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau
Statement and lingkungan. Perolehan aset tetap tersebut, meskipun tidak secara langsung meningkat
Fixed Assets manfaat ekonomik masa depan dari aset tetap tertentu yang ada, mungkin
diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
lain.
198______ 2. Biaya Selanjutnya. Sesuai dengan prinsip pengakuan di paragraf 07, entitas tidak
mengakui biaya perawatan sehari- hari aset tetap sebagai bagian dari aset tetap
tersebut. Sebaliknya, biaya tersebut diakui dalam laba rugi pada saat terjadinya.
Biaya perawatan sehari- hari terutama terdiri dari biaya tenaga kerja dan bahan habis
pakai termasuk suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran ini sering dideskripsikan
sebagai “perbaikan dan pemeliharan” aset tetap.
Pengukuran Saat Pengakuan Aset Tetap
Komponen biaya perolehan menurut PSAK Nomor 16 paragraf 16 meliputi:
a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.
b) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen.
Pengukuran Setelah Pengakuan Aset Tetap
Setelah perolehan PSAK 16 pragraf 30-31 mengakui adanya 2 metode dalam
perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode ini adalah :
1. Metode Biaya. Model biaya adalah model yang selama ini kita kenal, yaitu setelah
pengakuan awal, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
2. Metode Revaluasi. Setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai setelah tanggal revaluasi.
PSAK 16 paragraf 55 menyebutkan bahwa penyusutan suatu aset dimulai ketika aset
siap untuk digunakan, yaitu ketika aset berada pada lokasi dan kondisi yang diperlukan
supaya aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Penyusutan Aset Tetap
Salah satu isu utama dalam aset tetap adalah penyusutan. Penyusutan adalah alokasi
sistematis nilai aset tetap menjadi beban. Beban penyusutan adalah beban yang tidak
menimbulkan pengeluaran kas. Penyusutan tidak juga menimbulkan penerimaan kas.
Disinilah perlunya kembali diingat tentang konsep beban. Jurnal penyesuaian untuk
mencatat penyusutan mendebit beban penyusutan dan mengkredit akun kontra aset
bernama Akumulasi Penyusutan atau penyisihan untuk penyusutan.
PSAK 16 paragraf 55 menyebutkan bahwa penyusutan suatu aset dimulai ketika aset
siap untuk digunakan, yaitu ketika aset berada pada lokasi dan kondisi yang diperlukan
supaya aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Tiga metode yang paling sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode Garis Lurus (straight line method) menghasilkan jumlah beban penyusutan
yang sama untuk setiap tahun selama umur manfaat aset.
Biaya- Nilai residu
Penyusutan
Tahunan =
Umur manfaat
2. Metode Unit Produksi (units-of-production method) menghasilkan jumlah beban
penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas
yang digunakan oleh aset. Tergantung dengan asetnya, metode unit produksi dapat
dinyatakan dalam jam, mil, atau jumlah kuantitas produksi. Sebagai contoh, unit
produksi truk normalnya dinyatakan dalam mil. Untuk aset manufaktur, metode unit
produksi sering dinyatakan dalam jumlah produk. Metode unit produksi
diaplikasikan dalam dua tahap.
Tahap 1 Menentukan penyusutan per unit : Financial
Biaya – Nilai residu Statement and
Penyusutan Fixed Assets
perUnit =
Total Unit Produksi
Tahap 2 Menghitung beban Penyusutan :
______199
Beban Penyusutan = Penyusutan per Unit x Total Unit
Produksi yang digunakan
Kendaraan 17.500.000
Kas 17.500.000
______201
Dalam menentukan masuk tidaknya biaya renovasi atau penambahan bangunan
pada Bangun Perkasa Furniture, perusahaan mengukur dari masa manfaat penambahan
banguan tersebut, dimana penambahan bangunan yang dilakukan bisa dimanfaatkan
kembali sesuai dengan fungsinya.
Penyusutan
Dalam penyusutan aset tetap yang terdapat di Bangun Perkasa Furniture ada
beberapa pertimbangan yang dilakukan terutama dalam penyusutan, berapa lama aset
tetap tersebut akan disusutkan, mulai dari besaran nilai perolehan serta berapa lama
manfaat aset tetap tersebut bisa digunakan. Karena penyusutan merupakan alokasi
sistematis nilai aset tetap menjadi beban. Metode penyusutan yang dianut oleh Bangun
Perkasa Furniture dalam proses pengakuan aset tetap yang dimiliki, yaitu:
Metode penyusutan yang digunakan oleh Bangun Perkasa Furniture adalah metode
garis lurus, yaitu nilai penyusutan dari awal sampai akhir menggunakan nilai yang sama
Penghentian
Penyusutan aset tetap yang dilakukan oleh Bangun Perkasa Furniture bertujuan agar
pada saat aset tetap yang dimilikinya itu dikeluarkan dari laporan keuangannya, tidak
akan terlalu membebani laba rugi perusahaan. Karena Bangun Perkasa Furniture dalam
mengeluarkan atau penghentian pengakuan aset tetap pada laporan keuangannya
mengacu pada 2 hal yaitu ;
1. Pengeluaran atau pengehentian pada saat aset itu dijual
2. Pengeluaran atau penghentian pada saat aset dihancurkan (Write Off)
Pengungkapan Aset Tetap Pada Bangun Perkasa Furniture
Dalam laporan keuangan Bangun Perkasa Furniture, penyajian aset tetap akan
terlihat dalam laporan posisi keuangan. Laporan posisi keuangan merupakan suatu
daftar yang menggambarkan komposisi harta, kewajiban, dan modal pada suatu periode
tertentu. Aset tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tersebut dikurangi
dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aset tetap seperti tanah, bangunan,
inventaris kantor, dan lain sebagainya dinyatakan dalam posisi laporan keuangan secara
terpisah atau terinci. Dalam laporan keuangan, aset tetap dirinci menurut jenisnya
seperti, bangunan, kendaraan dan lain-lain. Akumulasi penyusutan disajikan sebagai
pengurangan terhadap aset tetap baik secara tersendiri menurut jenisnya atau
keseluruhan, dan pada Bangun Perkasa Furniture dibuatkan rincian harga perolehan
masing-masing penyusutan. Bangun Perkasa Furniture hanya menggunakan laporan
keuangan sebagi dasar pengungkapan aset tetap yang dimilikinya,karena aset tetap yang
dimiliki oleh Bangun Perkasa Furniture tidak terdapat aset yang bisa direvaluasi
dikarenakan nilai aset yang dimiliki tidak memungkinkan adanya kenaikan nilai aset
dipasaran. Yaitu pada Bangun Perkasa Furniture dasar pengukuran dilihat dari nilai
porelahan dan masa manfaat aset tetapnya, metode penyusutan menggunkan metode
garis lurus, dimana nilai penyusutan aset tetap yang dimilikinya akan tetap sampai total
akumulasinya habis
DAFTAR PUSTAKA
Prihadi, Toto. 2012. Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS& PSAK. Jakarta:
PPM Manajemen.
Warren, C.S., Reeve, J.M., Duchac, J.E., Suhardianto, N., Sulistyo, D.K. Abadi, A.J.,
dan Djakman, C.D. 2016. Pengantar Akuntansi. Edisi 25.Jakarta: Salemba Empat.
Juan, N.E., dan Wahyuni, E.T. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan
Edisi2. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, D., Veronica, S., Wardhani, R., Farahmita, A., dan Tanujaya. E. 2012.
Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat.
Kartikahadi, H., Sinaga, R.U., Syamsul, M., dan Siregar, S.V. 2012. Akuntansi Keuangan
Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, D.E., Weygandt, J.J., Warfield, T.D. 2010. Intermediate Accounting volume 2.
Wiley.
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standart Akuntansi Keuangan, Revisi 2015. PSAK 16 Aset
Tetap. Dewan Standart Akuntansi Keuangan.
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi4. Yogyakarta:
BPFEUGM.
Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Cetakan kedua. Jakarta: Salemba
Empat.
Financial Dunia, Firdaus. 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta:
Statement and Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Fixed Assets Nordiawan. 2007. Akuntansi Pemerintahan. cetakankedua. Jakarta: SalembaEmpat.
Harahap, S., 2013. Akuntansi Aktiva Tetap. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Melisa, S. 2011. Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penerapan Metode Depresiasi Pada
204______ PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Kisaran.
Ilminingtyas, L. 2011. Analisis Atas Perlakuan Aktiva Tetap Pada Pelaporan Akuntansi
Keuangan (Studi Kasus Pada PTPNX (Persero )) Pabrik Gula Tjoekir Jombang. Jombang.
Megawati, E. 2012. Perlakuan Akuntansi Atas Aktiva Tetap Berwujud Dan Penyajiannya
Pada Laporan Keuangan (Studi pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Pabrik Gula
Meritjan Kediri. Kediri.
Budiman, E. 2014. Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Hasjrat Multifinance
Manado. Manado.
Efendi, R. 2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada
CV. Sekonjing Ogan Ilir. Palembang.