Kajian Kondisi Terumbu Karang Dan Strate

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

KAJIAN KONDISI TERUMBU KARANG DAN STRATEGI

PENGELOLAANNYA DI SUAKA PESISIR BATANG GASAN,


KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT
STUDY THE CONDITION OF CORAL REEF AND ITS
MANAGEMENT STRATEGIES IN COASTAL RESERVE OF
BATANG GASAN, PADANG PARIAMAN DISTRICT, WEST
SUMATERA
Tjahjo Winanto1 dan Suparno 2
1
Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Email: tjahjowinanto@unsoed.ac.id; tjwinanto@yahoo.com
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang. Email:
suparnopranoto@yahoo.com

Abstract
Coral reefs are shallow water ecosystems are often found along the coastline of the
small islands and burnts in the district of Padang Pariaman. Damage to coral reefs could
reduce the catch of fishermen. The purpose of this study is to assess the condition of coral
reefs and develop recommendations coral reef management strategy in the Coastal Reserve
Batang Gasan. The method used is a survey method to collect primary and secondary data.
The result of research show that coral reef condition is fair with an average percent live coral
cover 63.53-74.48%. and suitable for coastal asylum. Based on the SWOT analysis results
obtained priority coral reef ecosystem management is the effort to improve the local
economy, monitoring the potential of coastal resources in the waters of Trunk Gasan
continuously, improving the quality and quantity of community resources, monitoring and
evaluation of the condition of coral reef ecosystems integrated and sustainable, to develop
alternative livelihoods, the legitimation and regulations for the management of coral reef
ecosystems, socializing and community development of coral reef ecosystems, coral reefs
and increased surveillance in collaboration with other relevant parties.

Keywords : Batang Gasan, coral reef, management strategies

Pendahuluan pemanfaat dan pengguna sumberdaya


Kerusakan ekosistem terumbu tersebut dalam memenuhi kebutuhan
karang tidak hanya menyebabkan hidupnya. Pelestarian dan pengelolaan
turunnya kualitas dan kuantitas terumbu sumberdaya yang ada perlu dilakukan
karang tetapi juga menurunkan untuk mencegah kerusakan yang lebih
kelimpahan biota lainnya yang besar. Salah satu upaya yang dilakukan
berinteraksi terhadap terumbu karang adalah penetapan kawasan konservasi
seperti ikan dan hewan bentik lainnya. melalui pembentukan daerah konservasi
Secara luas juga berpengaruh terhadap laut.
terhadap kehidupan nelayan sebagai

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 17


Upaya yang dilakukan untuk kerusakan terumbu karang yang
mempertahankan keberadaan potensi diakibatkan oleh cara penangkapan ikan
terumbu karang adalah melalui yang merusak seperti pengunaan potas.
konservasi, dengan tujuan untuk Faktor lainnya adalah rendahnya
memberikan perlindungan, pengawetan pengetahuan masyarakat tentang
serta pemanfaatan sumberdaya alam yang pelestarian terumbu karang, minimnya
ada secara lestari (Agardy, 2007; Norse pengawasan, dan koordinasi antara
and Crowder, 2005). Salah satu tipe masyarakat dengan pihak terkait lainnya,
kawasan konservasi pesisir dan pulau- mengakibatkan kerusakan terus terjadi
pulau kecil adalah suaka pesisir. sampai saat ini. Untuk melestarikan
Berdasarkan peraturan menteri peraturan kawasan perairan Batang Gasan dari
Menteri Kelautan dan Perikanan No 17 faktor- faktor kerusakan diatas,
tahun 2008 Suaka Pesisir merupakan dibentuknya Suaka Pesisir Batang Gasan
wilayah pesisir yang menjadi tempat dengan SK Bupati Padang Pariaman No
hidup dan berkembangbiaknya (habitat) 02 KEP/BPP-2010 tahun 2010.
suatu jenis atau sumberdaya alam hayati Berdasarkan konsep tentang
yang khas, unik, langka dan dikhawatirkan pembentukan dan adanya Suaka Pesisir
akan punah, dan/atau merupakan tempat Batang Gasan tersebut, maka penelitian ini
kehidupan bagi jenis-jenis biota migrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji
tertentu yang keberadaannya memerlukan kondisi terumbu karang dan menyusun
upaya perlindungan, dan/atau pelestarian rekomendasi strategi pengelolaan terumbu
(KKP, 2010). karang di Suaka Pesisir Batang Gasan.
Kabupaten Padang Pariaman berada
pada posisi 0 011 ‘- 0 0 49 ‘ Lintang Bahan dan Metode
Selatan dan 98036‘-100028‘ Bujur Timur
dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 Km2. Penelitian ini dilakukan di
Luas kawasan Pesisir Padang Pariaman Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten
adalah 409,45 Km2 dan panjang garis Pariaman antara bulan Agustus-September
pantai adalah 60,5 km. Wilayahnya 2010.
membentang hingga wilayah pegunungan Penentuan sebaran terumbu karang
Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 0- pada lokasi penelitian diperoleh dari hasil
1000 meter dari permukaan laut. Dilihat pemetaan citra satelit. Pengambilan
dari topografi wilayah, Kabupaten Padang titik/stasiun didasarkan pada luas sebaran
Pariaman terdiri dari wilayah daratan pada terumbu, aksebilitas masyarakat lokal
daratan Pulau Sumatera dan 2 pulau-pulau serta spesifik lingkungan yang khas.
kecil yaitu Pulau Pieh dan Pulau Bando, Peletakan dan pemasangan transek
dengan 40 % daratan rendah yaitu pada dilakukan setelah ditemukan posisi
bagian barat yang mengarah ke pantai. (koordinat) stasiun. Sebelum meteran
Daerah dataran rendah terdapat disebelah tansek dipasang, dilakukan survei secara
barat yang terhampar sepanjang pantai visual dengan melakukan snorkling
dengan ketinggian antara 0 -10 meter di disepanjang terumbu yang dijadikan
atas permukaan laut, serta 60% daerah stasiun. Snorkling dilakukan hanya untuk
bagian timur yang merupakan daerah memastikan tempat pemasangan transek.
bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Kemudian dilakukan pemasangan meteran
Permasalah utama di perairan transek 50 meter sebanyak 5 transek
Kabupaten Padang Pariaman adalah mengikuti garis pantai (English et al,

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 18


1994). Pencatatan data dilakukan Sampel diambil dengan metode
sepanjang transek meliputi pengukuran core sampling (Schlieper, 1972; Lalli and
life form masing-masing koloni karang Parsons, 2006), selanjutnya sampel
serta faktor abiotis (fisik dan kimia air). dibawa ke laboratorium untuk di analisis.
Hasil pencatatan direkam dalam Tekstur sedimen dapat diketahui melalui
lembaran data lifeform yang telah klasifikasi berdasarkan pada Segitiga
disediakan. Selain itu dilakukan juga Shepard (1954) dan mengikuti petunjuk
pencatatan terhadap kondisi umum Gray and Elliott (2009). Penggunaan
terumbu, dan kondisi umum pesisir/pantai skema klasifikasi sedimen (Δ Shepard)
di lokasi penelitian. Data life form diolah digunakan untuk mendiskripsikan
dalam soft ware data base yang telah perbedaan textur sedimen yang
disediakan. berdasarkan pada proporsi lumpur, liat dan
pasir.

Analisis Data
1. Persentase tutupan terumbu karang
Total panjang intersep per spesies
Persentase Tutupan = x 100 %
Total panjang transek

Identifikasi dan klasifikasi karang dilakukan pembobotan dengan kisaran


dilakukan mengikuti petunjuk AKKII nilai 0-1. Untuk unsur peluang dan
(2003), Gomez and Yap (1988), Veron ancaman nilai ranking 1-4, sedangkan
(1986; 2000) berdasarkan persentase pada unsur kekutan dan kelemahan nilai
tutupan karang hidup, yaitu kondisi rusak ranking 4 hingga 1. Analisis ini
(0−24,9%), cukup (25−49,9%), baik didasarkan asumsi bahwa strategi yang
(50−74,9%) dan sangat baik (75−100%). efektif adalah memaksimalkan kekuatan
dan kesempatan yang dimiliki serta
2. Strategi Pengelolaan meminimalkan kelemahan dan ancaman
Untuk menentukan strategi yang dihadapi.
pengelolaan terumbu karang dilakukan
analisis SWOT. Analisis SWOT Hasil dan Pembahasan
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
adalah identifikasi bebagai faktor secara Kawasan Konservasi Suaka Pesisir
sistematik untuk merumuskan strategi Batang Gasan
(Rangkuti, 2001). Melalui analisis Kawasan Konservasi Suaka Pesisir
SWOTH dilakukan identifikasi berbagai Batang Gasan adalah jenis suaka pesisir,
factor internal dan eksternal secara yang meliputi wilayah daratan dan lautan
sistematik dan kemudian merumuskannya. seluas ± 684 Ha. Wilayah darat mencakup
Selanjutnya membandingkan antara faktor laguna Batang Gasan dan sempadan pantai
eksternal yaitu peluang (opportunity) dan seluas ± 49,39 Ha, dan luas perairan laut
ancaman (threats) dengan faktor internal seluas ± 634,61 Ha. Sebagai batas
yaitu kekuatan (strength) dan kelemahan kawasan digunakan batas alami yakni
(weakness). Dengan pendekatan matriks wilayah antara muara Batang Gasan dan
antara factor eksternal dan internal muara Batang Sariak sejauh ± 2.889 m

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 19


dengan batas ke laut sejauh ± 2.250 m. Gasan mempunyai prospek baik untuk
Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan ini dikembangkan.
dibatasi oleh koordinat sebagai berikut : Kawasan perairan Kecamatan
sebelah barat 99o57'28.44" BT; Batang Gasan memiliki potensi terumbu
o
00 27'32.40" LS, sebelah timur karang yang cukup luas dengan persen
99o59'29.76" BT; 00o27'43.20" LS, tutupan rata-rata cukup bagus (rata-rata di
sebelah utara 99o58'24.24" BT; atas 50 %), sehingga sangat baik untuk
o
00 26'37.68"LS dan sebelah selatan pada olah raga diving. Di wilayah pantai
koordinat 99o58'36.84" BT; 00o28'39.00" terdapat kawasan estuaria dan laguna yang
LS. cukup luas dan ditumbuhi mangrove
Pada lokasi Suaka Pesisir Batang dengan kerapatan yang relatif tinggi.
Gasan ini terdapat zona inti yang Demikan juga pada kawasan pantainya,
merupakan wilayah terdapatnya terumbu terdapat hamparan pasir yang cukup luas
karang di gosong kariang. Zona inti dan ditumbuhi cemara laut, sehingga
mencakup areal perairan seluas ± 100 Ha menambah nilai estetika untuk
dengan batas koordinat geografis: sebelah pengembangan wisata pantai.
barat 99o58'09.12" BT; 00o27'46.08" LS, Di sepanjang pantai Kecamatan
sebelah timur 99o58'54.48" BT; Batang Gasan, pada musim tertentu sering
o
00 27'52.92" LS, sebelah utara ditemui penyu bertelur dengan jumlah
99o58'30.00" BT, 00o27'26.64" LS dan sekitar 100 butir, jenis penyu yang sering
sebelah selatan pada koordinat ditemui adalah Penyu Hijau (Chelonia
99o58'32.88" BT; 00o28'13.08" LS. mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys
Masyarakat sangat menyadari imbricate), kadang-kadang juga dapat
pentingnya keberadaan terumbu karang, ditemui jenis Penyu Belimbing
karena dengan ekosistem terumbu karang (Dermochelys coriacea). Adanya rencana
yang baik akan berdampak positif pengembangan Kawasan konservasi ini
terhadap hasil tangkapan nelayan. ternyata mendapat respon positif dari
Sehingga untuk mendapatkan jumlah hasil masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan
tangkapan yang memadahi dan kesediaan mentaati aturan tentang
berkesinambungan utamanya dalam pengambilan jumlah telur penyu yang
pemanfaatan sumberdaya ikan, nelayan dituangkan dalam Peraturan Nagari atau
selalu menjaga kelestarian terumbu karang Peraturan Daerah. Masyarakat juga sangat
tersebut. Masyarakat juga berharap mendukung kegiatan penangkaran penyu,
melalui rencana pengembangan kawasan dengan alasan disamping sebagai upaya
konservasi ini, akan memberikan dampak pelestarian satwa penyu, juga merupakan
positif khususnya terhadap tambahan pengembangan kegiatan wisata pantai,
pendapatan mereka, yakni melalui misalnya wisata edukasi dengan melihat
kegiatan pariwisata bahari. Kegiatan perilaku penyu bertelur dan pelepasan
pariwisata bahari di Kecamatan Batang anak penyu (tukik) ke laut.

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 20


Gambar 1. Suaka Pesisir Batang Gasan (DKP Padang Pariaman, 2009).

Kondisi Terumbu Karang karang semakin berkurang, khususnya


Secara umum tipe terumbu karang pada kedalaman lebih dari 15 meter. Tipe
pada semua lokasi penelitian adalah substrat yang diamati pada kedalaman
terumbu karang tepi (fringing reef). Pola lebih dari 15 meter adalah jenis pasir
penyebaran serta arah perkembangan berlumpur. Diduga, terbatasnya sebaran
terumbu tersebar mulai pada sisi gosong terumbu karang secara vertikal ini sangat
bagian timur, barat, utara dan selatan dipengaruhi oleh tipe substrat dasar dan
hampir merata persen penutupannya. Hasil sinar matahari, dimana pada kedalaman
analisis menunjukkan bahwa di kawasan lebih dari 15 meter ini tidak ditemukan
pesisir Kabupaten Padang Pariaman, dasar yang keras bagi pertumbuhan
ternyata Gosong Batang Gasan memiliki karang. Menurut Suharsono (2004),
terumbu karang terbaik. Munasik (2009) dan Veron (1986)
Sebaran vertikal terumbu karang pertumbuhan dan penyebaran karang
pada lokasi penetian umumnya tidak sangat dipengaruhi oleh faktor
terlalu dalam. Hasil pengamatan lingkungan, seperti intensitas cahaya
menunjukkan bahwa semakin bertambah matahari, kedalaman dan substrat, serta
kedalam, maka keberadaan terumbu beberapa faktor fisika dan kimia air.
Tabel 1. Persentase Perbandingan Bentic Life Form Antar Lokasi Penelitian
Persentase Bentic Life Form (%)
Lokasi
Gosong HC DC ALGA OT ABIOTIC
Barat 74.48 6.98 7.12 6.02 4.41
Timur 63.53 10.01 23.31 1.87 1.06
Utara 70.68 7.91 6.53 3.87 10.87
Selatan 64.2 9.79 15.09 4.08 6.96
Keterangan: HC= Hard Coral (karang hidup); DC = Dead Coral (karang mati); ALGA = Alga
(rumput laut); OT = Other (biota lain)

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 21


Tabel 2. Persen Penutupan Karang Hidup antar Lokasi Penelitian

% Penutupan Karang
Transek Ke- Rata-Rata
No. Lokasi Gosong
% Penutupan
I II III
1 Barat 74.25 76.95 72.25 74.48
2 Timur 57.75 67.1 65.75 63.53
3 Utara 70.35 71.75 69.98 70.68
4 Selatan 64.21 63.29 65.11 64.21

Persentase rata-rata tutupan karang Hasil analisis SWOt pada penelitian


hidup pada 4 lokasi penelitian ini menetapkan aspek kondisi terumbu
menunjukkan kondisi dalam kriteria baik karang sebagai faktor internal dan aspek
(63.53-74.48%). Persentase tutupan sosial ekonomi dijadikan faktor eksternal.
karang tertinggi (74.48 %) ditemukan di Faktor internal dan eksternal yang
bagian Barat Gosong Batang Gasan, berpengaruh dalam pengelolaan terumbu
diduga posisi lokasi yang baik untuk karang disusun berdasarkan informasi
pertumbuhan karang, mengingat lokasi yang diperoleh dari survey lapangan
menghadap ke Samudera Hindia sehingga berdasarkan diskusi dan wawancara
lebih banyak mendapatkan nutrien dan mendalam dengan staf dan pejabat Dinas
kualitas air lebih baik (sedimentasi Kelautan dan Perikanan, Bapeda dan
rendah) karena adanya pengaruh langsung tokoh masyarakat di Kabupaten Padang
dari arus dan gelombang. Pertumbuhan Pariaman. Dari berbagai faktor
karang secara umum didominasi oleh diidentifikasi kemudian digolongkan
karang yang bentuk hidupnya merayap dalam unsur-unsur strategi pengelolaan
(encrusting), bercabang (branching) dan sebagai kekuatan (Strength), kelemahan
lembaran (foliose) terutama dari famili (Weakness), peluang (Opportunity) dan
Acroporidae, Pocilloporidae, Poritidae dan ancaman (Treat). Hasil identifikasi
Faviidae karena memang secara ekologi seluruh faktor-faktor yang ada, diharapkan
ke empat famili ini merupakan famili yang dapat menjabarkan kondisi obyektif di
dominant penyusun terumbu karang di lapangan yang selanjutnya dapat menjadi
wilayah ini. Dari Tabel di atas unsur-unsur strategi pengelolaan.
menunjukkan bahwa persentase tutupan
karang di wilayah Gosong Batang Gasan Unsur kekuatan (Strength) adalah:
termasuk dalam kriteria baik, menurut S1. Perairan Batang Gasan memiliki
Gomez and Yap (1988) dengan persen hamparan terumbu karang yang
penutupan karang hidup berkisar 50- masih baik.
74.9% termasuk kategori baik sehingga S2. Memiliki biota lain bernilai ekonomis
wilayah ini sangat cocok dijadikan penting seperti ikan karang, lobster,
kawasan suaka pesisir di Kabupaten kerang dan lain-lain
Padang Pariaman. S3. Perairan Batang Gasan dijadikan
daerah suaka pesisir
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 22


S4. SK Bupati Padang Pariaman tentang T1. Adanya degradasi terumbu karang
penetapan Suaka Pesisir Batang oleh sedimentasi dari muara sungai
Gasan dan penebangan hutan pesisir
S5 Adanya dukungan dan kebijakan T2. Adanya penangkapan ikan yang
pemerintah Daerah wilayah Batang merusak lingkungan
Gasan sebagai daerah suaka pesisir. T3. Adanya konflik kepentingan dalam
pemanfaatan terumbu karang
Unsur kelemahan (Weakness) adalah: T4. Eksploitasi terumbu karang untuk
W1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tujuan komersial
mengenai manfaat terumbu karang. T5. Kurangnya kesadaran untuk
W2. Tingkat pendidikan masyarakat mengelola dan menjaga kelestarian
masih rendah. terumbu karang secara bersama-
W3. Rendahnya pengawasan dan sama.
penegakan hukum Berdasarkan unsur-unsur yang
W4. Terbatasnya sarana dan prasarana menjadi strategi pengelolaan yang akan
pengawasan terumbu karang dilakukan, ditentukan nilai masing-masing
W5. Tingkat pendapatan dan unsur dengan membandingkan antara
kesejahteraan masyarakat yang unsur-unsur secara horizontal dan vertikal.
rendah Unsur-unsur Strength (S) dibandingkan
dengn unsur-unsur strenght (S) sendiri dan
Unsur Peluang (Opportunity) adalah: dibandingkan dengan unsur weakness (W)
O1. Adanya pedoman dan dukungan secara horizontal di dalam matriks Faktor
pemerintah pusat untuk Strategi Internal (FSI). Kemudian unsur-
pembentukan kawasan konservasi unsur weakness (W) dibandingkan dengan
perairan. unsur-unsur strength (S) dan dibandingkan
O2. Adanya program pembinaan dari dengn unsur-unsur weakness (W) sendiri
Pemerintah Daerah, Batang gasan secara horizontal di dalam matriks FSI.
sebagai daerah Suaka Pesisir Batang Untuk matriks Faktor Strategi Eksternal
Gasan (FSE) dilakukan penilaian dengan
O3. Adanya perhatian tokoh adat dan membandingkan antara unsur-unsur
pemuda dalam upaya pengelolaan opportunity (O) dengan unsur-unsur
terumbu karang di perairan Batang opportunity (O) sendiri dan dibandingkan
Gasan dengan unsur-unsur threats (T). Kemudian
O4. Adanya peranan Perguruan Tinggi unsur-unsur threats (T) dibandingkan
dan turut berpartisipasi dalam dengan unsur-unsur opportunity (O) dan
pengelolaan terumbu karang dibandingkan dengan unsur-unsur threat
O5. Daerah suaka pesisir sebagai bank (T) sendiri secara horizontal di dalam
benih ikan (stock) untuk matriks FSE. Masing-masing
meningkatkan hasil tangkapan ikan. perbandingan, diberikan nilai antara 1−4.
Hasil penilaian setiap unsur-unsur dalam
Unsur Ancaman (Threat) adalah: matriks FSI dan FSE disajikan pada Tabel
3 dan Tabel 4.

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 23


Tabel 3. Bobot unsur internal pengelolaan ekosistem terumbu karang (faktor strategi
internal/IFS)

Strategi S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W5 Total Bobot


Internal
S1 - 2 2 3 3 2 3 3 3 3 24 0,13
S2 2 - 3 3 2 1 3 3 3 3 23 0,12
S3 1 1 - 2 2 1 1 3 2 2 15 0,08
S4 1 1 2 - 2 1 2 2 2 1 14 0,07
S5 2 2 2 2 - 1 1 2 3 3 18 0,10
W1 2 3 3 3 3 - 2 3 3 3 25 0,13
W2 2 2 2 3 3 2 - 3 3 3 23 0,12
W3 1 1 2 3 2 1 3 - 2 2 17 0,09
W4 1 1 1 2 2 1 1 2 - 3 14 0,07
W5 2 2 1 2 1 1 1 2 2 - 14 0,07
Total 14 15 18 23 20 11 17 23 23 23 187 1,00

Tabel 4. Bobot unsur eksternal pengelolaan ekosistem terumbu karang (faktor strategi
eksternal/EFS)
Strategi O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 T5 Total Bobot
eksternal
O1 - 3 3 2 1 2 3 3 2 1 20 0,11
O2 2 - 3 1 1 2 3 3 1 1 17 0,09
O3 1 1 - 2 3 1 2 2 1 2 15 0,08
O4 2 3 3 - 2 1 2 2 2 2 19 0,10
O5 1 2 2 1 - 1 2 2 1 1 13 0,07
T1 2 3 3 1 3 - 2 3 2 3 22 0,12
T2 1 3 3 2 3 2 - 3 2 3 22 0,12
T3 1 2 2 1 3 1 1 - 1 2 14 0,08
T4 1 3 3 2 3 2 1 3 - 3 21 0,11
T5 2 3 3 2 3 2 1 3 2 - 21 0,11
Total 13 23 25 14 22 14 17 24 14 18 184 1,00

Selain penilaian unsur-unsur


strategi pengelolaan karang, juga Perengkingan IFE dan EFE
dilakukan penentuan rating (peringkat). Hasil pembobotan kemudian
Rating di peroleh melalui kuisioner dikalikan dengan rating untuk
analisis terhadap unsur-unsur pengelolaan mendapatkan skoring unsur strategi
ekosistem terumbu karang dan kawasan analisis SWOT yang dilakukan pada
Suaka Pesisir Batang Gasan. (Tabel 5 dan 6).

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 24


Tabel 5. Bobot,rating dan skoring unsur internal pngelolaan ekositem terumbu karang dan
Suaka Pesisir Batang Gasan (faktor strategi internal/IFS).

Kode Unsur Internal Bobot Rating Skor


S Kekuatan (Strength)
1 Perairan Batang gasan memiliki hamparan 0.13 4 0.52
Terumbu karang yang masih baik
2 Memiliki biota lain bernilai ekonomis 0.12 3 0.36
Penting seperti ikan karang, lobster, kerang
Dan lain-lain
3 Perairan Batang gasan dijadikan 0.08 3 0.24
Daerah Suaka Pesisir
4 SK Bupati Padang Pariaman tentang penetapan Suaka 0.07 3 0.21
Pesisir Batang Gasan
5 Adanya dukungan dan Kebijakan Pemerintah 0.10 4 0.40
Wilayah Batang gasan sebagai daerah
Suaka pesisir
W Kelemahan (Weakness)
1 Rendahnya pengetahuan masyarakat 0.13 4 0.52
Mengenai manfaat terumbu karang
2 Tingkat pedidikan masyarakat masih rendah 0.12 3 0.36
3 Rendahnya pengawasan dan penegakan 0.09 2 0.18
Hukum
4 Terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan terumbu 0.07 2 0.14
karang
5 Tingkat pendapatan dan kesejahteraan 0.07 3 0.21
masyarakat sangat rendah
Jumlah 1.00 3.14

Tabel 6. Bobot,rating dan skoring unsur eksternal pngelolaan ekositem terumbu karang dan
Suaka Pesisir Batang Gasan (faktor strategi eksternal/EFS)

Kode Unsur Internal Bobot Rating Skor


O Peluang (Opportunity)
1 Adanya pedoman dan dukungan pemerintah 0.11 3 0.33
Pusat untuk pembentukan kawasan konservasi laut
2 Adanya program pembinaan dari pemerintah daerah, 0.09 3 0.27
Batang Gasan sebagai daerah suaka pesisir Batang
Gasan
3 Adanya perhatian tokoh adat dan pemuda 0.08 3 0.24
Dalam upaya pengelolaan terumbu karang di
Perairan Batang Gasan
4 Adanya peranan perguruan tinggi dan turut 0.10 3 0.30
Berpatisipasi dalam pengelolaan terumbu
Karang

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 25


5 Daerah perlindungan laut sebagai bank benih ikan 0.07 3 0.21
(stock) untuk meningkatkan hasil tangkapan
T Ancaman (Threats)
1 Adnya Degradasi terumbu karang oleh sedimentasi dari 0.12 3 0.36
muara sungai dan penebangan hutan pesisir
2 Adanya kegiatan penangkapan ikan yang 0.12 2 0.24
Merusak lingkungan
3 Adanya konflik kepentingan dalam 0.08 3 0.24
Pemanfaatan terumbu karang
4 Eksploitasi terumbu karang untuk tujuan 0.11 3 0.33
Komersial
5 Kurangnya kesadaran untuk mengelola dan 0.11 3 0.33
menjaga kelestarian terumbu karang secara
bersama-sama
Jumlah 1.00 2.85

Penyusunan Strategi
Setelah masing-masing unsur untuk memperoleh strategi pengelolaan
SWOT diberi bobot atau nilai, unsur-unsur seperti yang disampaikan pada Tabel 7.
tersebut dihubungkan keterkaitannya

Tabel 7 Matriks formulasi arahan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang

Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)


1. Perairan Batang Gasan 1. Rendahnya pengetahuan
memiliki hamparan masyarakat mengenai
terumbu karang yang manfaat terumbu
masih baik. karang.
2. Memiliki biota lain bernilai 2. Tingkat pendidikan
ekonomis penting seperti masyarakat masih
IFE ikan karang, lobster, rendah.
kerang dan lain-lain 3. Rendahnya pengawasan
3. Perairan Batang Gasan dan penegakan hukum
EFE dijadikan daerah suaka 4. Terbatasnya sarana dan
pesisir prasarana pengawasan
4. SK Bupati Padang Pariaman terumbu karang
tentang penetapan Suaka 5. Tingkat pendapatan dan
Pesisir Batang Gasan kesejahteraan
5. Adanya dukungan dan masyarakat yang rendah
kebijakan pemerintah
Daerah wilayah Batang
Gasan sebagai daerah
suaka pesisir.

Peluang (Opportunity)
1. Adanya pedoman dan Melakukan pemantauan terha- Melakukan sosialisasi dan
dukungan pemerintah dap potensi sumberdaya pesisir pembinaan masyarakat
pusat untuk di Batang Gasan secara tentang ekosistem terumbu
pembentukan kawasan kontinyu dan terpadu oleh karang, melalui pembentukan

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 26


konservasi perairan. masyarakat dan stakholder kelompok masyarakat
2. Adanya program pembinaan (S1,S2,O1,O2,O3) (W1,W2,O3,O4)
dari Pemerintah Daerah, Adanya legimitasi dan peratu- Peningkatan kualitas dan
Batang gasan sebagai ran serta undang-undang kuantitas SDM Aparatur dan
daerah Suaka Pesisir pengelolaan ekosistem terumbu Stakholder lainnya dalam
Batang Gasan karang melalui suaka pesisir pengelolaan sumberdaya
3. Adanya perhatian tokoh adat (S3,S4S5,O1,O2) ekosistem terumbu karang
dan pemuda dalam upaya Peningkatan Pengelolaan Sum- (W1,W2,O2,O3,O4)
pengelolaan terumbu berdaya terumbu karang mela- Peningkatan pengawasan
karang di perairan lui LPSTK dan masyarakat terumbu karang bekerjasama
Batang Gasan lokal melalui community based dengan pihak-pihak terkait
4. Adanya peranan Perguruan management (S4,S5,O4,O5) lainnya (W3,O1,O2,O3,O4)
Tinggi dan turut Peningkatan usaha dan Peningkatan sarana dan
berpartisipasi dalam produksi perikanan dalam prasarana dalam upaya
pengelolaan terumbu upaya peningkatan ekonomi pengelolaan ekosistem
karang masyarakat melalui kegiatan terumbu karang
5. Daerah suaka pesisir sebagai perikanan berwawasan (W4,O2,O4,O5)
bank benih ikan (stock) pelestarian sumberdaya yang Meningkatkan peran serta
untuk meningkatkan ada untuk masa yang akan masyarakat lokal dalam
hasil tangkapan ikan. datang (S5,O2,O4,O5) pengelolaan ekosistem
terumbu karang (W5,O4,O5)
Ancaman (Treats)
T. Adanya degradasi terumbu Mensosialisasikan zonasi Melakukan monitoring dan
karang oleh sedimentasi pesisir pesisir kepada stake evaluasi terhadap kondisi eko
dari muara sungai dan holder untuk menghindari kon sistem terumbu karang seca
penebangan hutan pesisir flik dan meningkatkan partisi ra terpadu dan berkesinam-
T. Adanya penangkapan ikan pasi masyarakat (S3,S5,T1,T3) bungan (W1,W4,T1,T2,T5)
yang merusak Melakukan penegakan hukum Adanya upaya peningkatan
lingkungan termasuk hukum adat untuk ekonomi masyarakat dalam
T. Adanya konflik kepentingan pencegahan terjadinya perusa- rangka menunjang peningka
dalam pemanfaatan kan ekosistem terumbu karang tan ekonomi masyarakat
terumbu karang akibat penangkapan ikan yang dalam rangka menunjang pe-
T. Eksploitasi terumbu karang tidak ramah lingkungan ningkatan mutu pendidikan
untuk tujuan komersial (S4,S5,T2,T4) masyarakat untuk dapat men
T. Kurangnya kesadaran untuk Melakukan pembinaan terha- ciptakan kesadaran dan
mengelola dan menjaga dap masyarakat lokal untuk pe pengetahuan akan pentingnya
kelestarian terumbu ngelolaan ekosistem terumbu pelestarian dan pengelolaan
karang secara bersama- karang dan pengembangan ekosistem terumbu karang me
sama. mata pencaharian alternatif lalui program desa binaan
(S1,S4,S5,T5) (W1,W2,W5,T3,T4,T5)

Perengkingan Strategi unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam


Untuk menentukan prioritas strategi suatu alternatif pengelolaan. Secara rinci
pengelolaan, maka dilakukan penjumlahan penentuan ranking prioritas disajikan pada
bobot yang berasal dari keterkaitan antar Tabel 8.

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 27


Tabel 8. Ranking prioritas strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang
No Unsur Keterkaitan Skor Ranking
Melakukan pemantauan terhadap potensi sumberdaya (S1,S2,O1,
1 pesisir di Batang Gasan secara kontiniu dan terpadu O2,O3) 1.72 2
oleh masyarakat dan stakeholder
Adanya legimitasi dan peraturan serta undang-undang (S3,S4,S5,
2 pengelola ekosistem terumbu karang melalui Suaka O1,O2) 1.45 6
Peisisr di Perairan Batang Gasan
Peningkatan pengelola Sumberdaya terumbu karang (S4,S5,O4,
3 melalui LPSTK dan masyarakat lokal melalui O5) 1.12 12
community based management
Peningkatan usaha dan produksi perikanan dalam upaya (S5,O2,O4,
peningkatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan O5) 1.18 10
4 perikanan berwawasan pelestarian sumberdaya yang ada
untuk masa yang akan datang
Mensosialisasikan peratuan tentang zonasi pesisir (S3,S5,T1,T3)
5 kepada setiap stakeholder untuk menghindari konflik 1.24 9
dan meningkatkan partisipasi masyarakat
Melakukan penegakan supremasi hukum termasuk (S4,S5,T2,T4)
hukum adat untuk mencegah terjadinya perusakan
6 ekosistem terumbu karang akibat penangkapan ikan 1.18 11
yang tidak ramah lingkungan
Melakukan pembinaan kepada masyarakat lokal untuk (S1,S4,S5,T5)
7 pengelolaan ekosistem terumbu karang dan 1.46 5
pengembangan mata pencaharian alternatif
Melakukan sosialisasi dan pembinaan masyarakat (W1,W2,O3,
8 terhadap ekosistem terumbu karang, melalui O4) 1.42 7
pembentukan kelompok masyarakat
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM aparatur dan (W1,W2,O2,
9 stakholder lainnya dalam pengelolaan sumberdaya O3,O4) 1.69 3
ekosistem terumbu karang
Peningkatan pengawasan terumbu karang bekerjasama (W3,O1,O2,O
10 dengan pihak-pihak terkait lainnya 3O4) 1.32 8
11 Peningkatan sarana dan prasarana dalam upaya (W4,O2,O4,
pengelolaan ekosistem terumbu karang O5) 0.92 13
12 Meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam (W5,O4,O5)
pengelolaan ekosistem terumbu karang 0.72 14
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi (W1,W4,T1,T
13 ekosistem terumbu karang secara terpadu dan 2,T5) 1.59 4
berkesinambungan
Adanya upaya peningkatan ekonomi masyarakat dalam (W1,W2,W5,
rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan T3,T4,T5)
masyarakat untuk dapat menciptakan kesadaran dan 1.99 1
14 pengetahuan akan pentingnya pelestarian dan
pengelolaan ekosistem terumbu karang melalui program
desa binaan
Berdasarkan ranking prioritas dihasilkan 8 strategi. Kemudian
strategi pengelolaan ekosistem terumbu ditentukan 8 prioritas untuk
karang Suaka Pesisir Batang Gasan, maka pengelolaannya sebagai berikut:

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 28


1. Adanya upaya peningkatan ekonomi 1. Kondisi terumbu karang masih dalam
masyarakat dalam rangka menunjang keadaan baik dan wilayah ini cocok
peningkatan mutu pendidikan dijadikan sebagai zona inti.
masyarakat untuk dapat menciptakan 2. Masyarakat Batang Gasan menyadari
kesadaran dan pengetahuan akan akan pentingnya pengelolaan terumbu
pentingnya pelestarian dan pengelolaan karang. Peran masyarakat dan
ekosistem terumbu karang melalui partisipasi masyarakat dalam menjaga,
program desa binaan mengawasi, serta mengelola ekosistem
2. Melakukan pemantauan terhadap terumbu karang di Batang Gasan
potensi sumberdaya pesisir di perairan Gasan belum terlihat dengan jelas.
Batang Gasan secara kontiniu dan Sebagian masyarakat masih
terpadu oleh masyarakat dan mementingkan pemanfaatan
stakeholder. sumberdaya yang ada dibandingkan
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas dengan upaya pelestariannya.
sumber daya masyarakat (SDM) 3. Memberikan pembinaan untuk
aparatur dan stakeholder lainnya dalam melakukan mata pencaharain alternatif,
pengelolaan sumberdaya ekosistem agar ketergantungan masyarakat
terumbu karang. terhadap sumberdaya terumbu karang
4. Malakukan monitoring dan evaluasi yang ada tidak semakin membesar dan
terhadap kondisi ekosistem terumbu konflik kepentingan untuk
karang secara terpadu dan pemanfaatan dapat diminimalisasi.
bekesinambungan.
5. Melakukan pembinaan terhadap Saran
masyarakat lokal untuk pengelolaan
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang
ekosistem terumbu karang dan
tingkat partisipasi masyarakat serta
pengembangan mata pencaharian
faktor-faktor yang mempengaruhi
alternatif.
dalam pengelolaan terumbu karang di
6. Adanya legimitasi dan peraturan serta
perairan Batang Gasan.
undang-undang pengelolaan ekosistem
2. Perlu pengelolaan dan pengawasan
terumbu karang melalui Suaka Pesisir
yang berbasis masyarakat, serta
di Perairan Batang Gasan.
koordinasi yang baik dengan
7. Melakukan sosialisasi dan pembinaan
stakeholder untuk penegakan hukum.
masyarakat terhadap ekosistem
terumbu karang, melalui pembentukan
Daftar Pustaka
kelompok masyarakat pengawas.
8. Peningkatan pengawasan terumbu Agardy, T. 2007. Introduction to Marine
karang bekerja sama dengan pihak- Conservation Biology. Synthesis.
pihak terkait lainnya. American Museum of Natural
History, Lessons in Conservation.
Kesimpulan Available at
http://ncep.amnh.org/linc.
Hasil penelitian ekosistem terumbu AKKII, 2003. Panduan Pengenalan Jenis-
karang di perairan Suaka Pesisir Batang Jenis Karang Hias Yang
Gasan diketahui bahwa : Diperdagangkan. Terjemahan dari
Veron, J.E.N and M.S. Smith. Coral
ID (An Electric Key To The
Zooxanthellate Scleractinian Corals

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 29


of The World).Asosiasi Korak, Larry B. Crowder (Eds). Island
Kerang dan Karang Hias Indonesia. Press Washington. 1: 28-45.
English, S., Wilkinson, C., Baker, V.
1994. Survey Manual for Tropical Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT:
Marine Resources. Asean-Australia Teknik membedah Kasus Bisnis
Marine Science. Project: Living Reorientasi Konsep Perencanaan
Coastal Resources, Australian Strategis untuk Menghadapi Abad
Institut of Marine Science. 21. Cetakan ke-10. Jakarta.
Gomez, E.D and Yap, H.T. 1988. Gramedia.
Monitoring Reef Condition in Schlieper, C. 1972. Research Methods In
Kenchinton RA. Coral reef Marine Biology. Sidgwick and
Management Handbook 2 th Edition. Jackson. London. 355p.
Unesco. Jakarta. Suharsono, 2004. Konservasi dan
Gray, J.S and Elliott, M. 2009. Ecology Pengelolaan Terumbu Karang.
Of Marine Sediments. From Petunjuk Teknis. Kerjasama P3O
Science To Managemant. 2Eds. LIPI, DOE-Project dan Unila.
Oxford University Press. 241p. Veron, J.E.N. 1986. Corals Of Australia
Lalli, C.M and Parsons, T.R. 2006. and Indo-Pacific. Australian
Biologycal Oceanography. An Institute Of Marine Science and
Introduction. 2Eds. Elsevier. 337p. CRR Qld Pty Ltd. Townsville
Munasik. 2009. Konservasi Terumbu Australia.
Karang. Badan Penerbit Universitas Veron, J.E.N. and M.S. Smith. 2000.
Diponegoro. Semarang. Corals ID : An Electric Key To The
Norse, E.A and Larry, B.C. 2005. Why Zooxanthellate Scleractinian Corals
Marine Conservation Biology. In: Of The World. Australian Institute
Marine conservation biology : the Of Marine Science and CRR Qld
science of maintaining the sea’s Pty Ltd. Townsville Australia.
biodiversity. Elliot A. Norse and

Winanto, T. dan Suparno, Sains Akuatik 13 (2): 17 – 30 30

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy