Preview
Preview
Preview
Keluargaku
Dan
Almamater tercinta
Teknik Mesin Universitas Lampung
ABSTRACT
By
Rino Indriyanto
Setting the welding current strength will affect the results of welding, for it needed a way
for bimetallic welding is more acceptable and can eventually be applied properly in
accordance with the desired. One way that might be done is setting the right amount of
welding current.
This study aims to determine the effect of welding current on tensile strength, and
microstructure. This study uses material yield of 0.1895% Carbon Steel C and Steel
Stainless steel yield 0.026% C. Materials treated with a variety of welding current 90
Ampere, 120 Ampere and 150 Ampere using DC reverse polarity welding with SMAW
electrode diameter of 3.2 mm E 309-16 DC reverse polarity of the electrode holder is
connected to the positive pole and a metal stem is connected to the negative pole. This type
of seam used is seam V at an angle of 60o.
The highest tensile strength of welded joints occurred in the specimens of 150 A that is
equal to 644 MPa this means an increase of 3.2% of the raw material of stainless steel and
an increase of 21.96% of the raw material carbon steel. The highest levels of violence
occurred in the HAZ of 644 MPa from 150 A current variation, it is seen in the micro
structure terihat softer than the other variations of the welding current. As per the research
results can be concluded that the variation of welding current structure changes because to
cooling and therefore contributes to the strength of the material that is an increase of raw
materials.
Key words : Carbon steel A 516 Grade 70, Stainless steel A 240 Type 304, Electric current,
E 309-16, and Tensile strength.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknik pengelasan dalam merancang suatu produk konstruksi. Bisa kita lihat
yang bergantung pada perubahan suhu. Apabila suhu tinggi maka struktur
kristal suatu logam akan mengembang dan besar sehingga logam menjadi
lunak, sebaliknya jika suhu didinginkan maka struktur kristal logam mengecil
sehingga logam menjadi keras. Hal ini menuntut perencanaan yang matang
yaitu besar kecilnya sumber panas yang digunakan, kecepatan pengelasan dan
bahan yang digunakan, serta dimensi dan fungsi dari benda kerja sendiri.
pertama logam lasan, yang kedua daerah pengaruh panas yang disebut Heat
Affected Zone (HAZ), dan ketiga yaitu logam induk. Logam lasan adalah bagian
dari logam pengisi las yang pada saat pengelasan mencair dan membeku
seiring turunnya suhu. HAZ adalah logam induk yang bersebelahan dengan
panas dari logam lasan yang mencair saat pengelasan kemudian menjadi dingin
merupakan daerah kritis dimana sering terjadi kerusakan maupun cacat. Logam
Perbedaan ketiga daerah logam tersebut terlihat jelas bila dilihat dengan alat
bantu mikroskop.
Dilihat dari segi ekonomisnya dapat menghemat biaya material baja tahan karat
(stainless steel) yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan material baja
Antara Baja Karbon Rendah ST 37 dan Baja Tahan Karat (Austenitic), Proses
3
A. Elektroda yang digunakan adalah E 309 dan R 990. Percobaan ini bertujuan
disebabkan oleh preheat (terlalu lama), maka dari itu Heat input dipertahankan
semakin besar medan magnet akan semakin memperkecil luas HAZ. Ini berarti
Pada suatu proses pengelasan seringkali ditemui suatu masalah, apalagi pada
pengelasan dua buah logam yang berbeda atau disebut bimetal. Proses
yang lebih tinggi dibanding dengan pengelasan dengan logam yang sejenis.
Karena logam yang tidak sejenis mempunyai karakteristik yang berbeda satu
disambung harus tepat, pemilihan elektroda yang sesuai, pengaturan heat input
(Neonda, 2008).
Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin
las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak - balik atau
Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las
yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik (AC). Mesin Las arus DC dapat digunakan
dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC
polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas
logam induk dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC
polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan
digunakan hanya DC- atau DC+. Elektroda E 309-16 hanya dapat digunakan
elektroda E 309-16 dengan diameter 3,2 mm, maka arus yang digunakan 110 –
5
130 Ampere dan tegangan 30 Volt. Dengan interval arus tersebut, pengelasan
Penyetelan kuat arus pengelasan akan mempengaruhi hasil las. Bila arus yang
Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup
untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-
rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang dalam. Sebaliknya
bila arus terlalu tinggi maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan akan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam
dari hasil pengelasan. Untuk itu dibutuhkan suatu cara agar pengelasan bimetal
lebih dapat diterima dan pada akhirnya dapat diaplikasikan dengan baik sesuai
dengan yang diinginkan. Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus, kecepatan
efisiensi pekerjaan dan bahan las. Penentuan besar arus dalam pengelasan ini
(Carbon Steel A 516 Grade 70 dan Stainless Steel A 240 Type 304) Dengan
Elektroda E 309-16’.
B. Tujuan
las Carbon Steel (A 516 Grade 70) dan Stainless Steel (A 240 Type 304)
daerah las Carbon Steel (A 516 Grade 70) dan Stainless Steel (A 240 Type
C. Batasan Masalah
1. Material yang digunakan adalah plat baja karbon rendah (A 516 Grade 70)
Welding Society).
7
dengan dimensi spesimen uji sesuai dengan standar ASTM E-8, selain itu
Laporan tugas akhir ini disusun menjadi lima Bab. Adapun sistematika
I. PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang data pengujian kekuatan tarik dan hasil foto
Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan data hasil
pengujian yang telah dilakukan, serta saran yang diberikan penulis untuk
pengembangan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN
TARIK PADA PENGELASAN BIMETAL (STAINLESS STEEL
A 240 Type 304 DAN CARBON STEEL A 516 Grade 70) DENGAN
ELEKTRODA E 309-16
Oleh
RINO INDRIYANTO
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
66
V. SIMPULAN
A. SIMPULAN
Dari hasil pengujian tarik dan pengamatan struktur mikro terhadap pengelasan
bimetal (Carbon Steel A 516 Grade 70 dan Stainless Steel A 240 Type 304),
sebesar 4,2 % dari arus terendah yaitu pada arus 90 Amper. Meskipun
dengan baik.
kandungan ferit yang dominan sehingga memiliki sifat ulet dan kekerasan
lebih halus daripada struktur pada arus 90 Amper. Struktur mikro arus 150
B. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain :
(Skripsi)
Disusun Oleh :
Rino Indriyanto
0615021108
TINJAUAN PUSTAKA
A. Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja
adalah sebagai unsur pengeras. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan
(tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
Pengaruh utama dari kandungan karbon dalam baja adalah pada kekuatan,
kekerasan, dan sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon yang besar dalam
karbon rendah sering disebut dengan baja ringan (mild steel) atau baja
perkakas. Jenis baja yang umum dan banyak digunakan adalah jenis
cold roll steel dengan kandungan karbon 0,08% – 0,30% yang biasa
dari baja karbon rendah dan mempunyai kualitas perlakuan panas yang
tinggi. Baja karbon sedang bisa dilas dengan las busur listrik elektroda
terlindung dan proses pengelasan yang lain. Untuk hasil yang terbaik
0,1895%. Baja karbon rendah memiliki sifat mampu las yang baik,
Baja tahan karat termasuk dalam baja paduan tinggi yang tahan terhadap
maka baja ini banyak digunakan dalam pembuatan turbin, mesin jet,
Secara garis besar baja tahan karat dapat dikelompokkan dalam tiga
jenis, yaitu : jenis austenite, ferit, dan martensit seperti yang ditunjukkan
Baja Tahan
baik baik
Karat ≤ 16 ≤7 ≤ 0,25 baik
sekali sekali
austenite
(Wiryosumarto, 2004).
Stainless Steel 304, 304L, 316, 316L termasuk ke dalam tipe ini.
yang lebih baik. Didalam kelompok ini yang paling umum dipakai
arsitektural.
13
Dalam peneiltian ini jenis material yang digunakan adalah (A 240 Type
0,026%. Baja tahan karat austenit memiliki sifat mampu las yang baik,
tahan terhadap korosi, dan tahan dalam keadaan suhu tinggi dan suhu
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan (A 240 Type 304) menurut
Society) mempergunakan nomor atau angka dan huruf. Baja karbon yang
digunakan adalah baja A 516 Grade 70, baja ini merupakan baja karbon
rendah dengan kadar karbon 0,1895% dan baja tahan karat A 240 Type
304, baja ini merupakan baja tahan karat (austenitic) dengan kadar karbon
juga kekuatan dari baja yang dibentuk. Jumlah persentase dari unsur-unsur
paduan ini disesuaikan dengan kegunaan dan manfaat dari baja yang akan
digunakan.
B. Pengelasan
yaitu mekanik, listrik dan kimia, sedangkan dari cara pengelasan dibedakan
(Base Metal Electrode). Elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol
diubah menjadi oksida dan nitrida yang berakibat sambungan menjadi rapuh
listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam