118-Article Text-630-1-10-20210818

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

PEMBENTUKAN NILAI KARAKTER INTEGRITAS MELALUI GERAKAN


LITERASI SEKOLAH PADA ANAK MI/SD
1)
Vita Fitriatul Ulya, IAI Al Hikmah Tuban, email: vitaf3@gmail.com
2)
Zulfatun Anisah, IAI Al Hikmah Tuban, email: zulfatun.anisah.alhikmahtuban@gmail.com

ABSTRACT
The character of integrity is one of the main character values in the Movement for
Strengthening Character Education launched by the Ministry of Education and Culture in 2016.
The character values in question include religious, nationalist, mutual cooperation,
independence and integrity. These character values need to be instilled from childhood.
Likewise, the character of integrity can be formed through formal education in elementary
schools, one of which is through literacy programs. Elementary school level children have the
characteristics of high curiosity and understand concrete things better than abstract. So that the
literacy program that is applied must be interesting and fun. The literacy program has developed
dynamically, which was initially only defined as the ability to read and write, then developed
with the ability to think critically and speak spoken language. One form of literacy in schools is
through the School Literacy Movement. One form of literacy at school is through the habit of
reading books other than textbooks for 15 minutes before the lesson begins. Books that contain
exemplary stories can shape children's morals. In addition, the provision of training from the
teacher can train children's honesty. Giving assignments also trains children's responsibilities. It
is hoped that through the literacy program, children's integrity character is formed, including
honesty, love for the truth, loyalty, moral commitment, anti-corruption, justice, responsibility,
example, respecting individual differences.
Keywords : Formation, integrity character values, and school literacy movement

Pendahuluan
Gerakan Nasional Pendidikan Karakter secara intensif sudah dimulai sejak tahun 2010.
Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan Rencana Aksi Nasional
(RAN) Pendidikan Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh
Indonesia dengan 18 nilai karakter. Nilai karakter tersebut antara lain religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan
tanggung jawab.1 Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang dimulai pada tahun 2010 ini
sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu melaksanakan pembentukan karakter
secara kontekstual sesuai dengan potensi lingkungan setempat.

1
Said Hamid Hasan, dkk., Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: Puskur Balitbang
Kemendiknas, 2010), 8

43
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

Selanjutnya pada tahun 2016, dilaksanakan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter


(PPK) dengan mengindahkan asas keberlanjutan dan kesinambungan. Gerakan PPK berupaya
mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program
dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan. Dalam hal ini, pengintegrasian dapat
berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas);
pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak
warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan
dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengebangan karakter siswa,
penambahan dan pemajangan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa
di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok
guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan
PPK. Dalam Gerakan PPK terdapat nilai karakter utama yaitu religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong dan integritas.2
Karakter integritas merupakan salah satu nilai karakter utama yang ada pada Gerakan
PPK. Integritas merupakan hal yang penting karena mencerminkan kualitas kejujuran seseorang
dan prinsip moral, yang dilakukan secara konsisten dalam penyelenggaraan kehidupannya.
Seseorang dikatakan berintegritas apabila memiliki konsistensi antara apa yang dikatakan dan
yang diperbuat, dan perbuatannya itu sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Terkait hal di atas, banyak pihak yang berpendapat bahwa sekolah dasar merupakan
wadah utama pembentukan karakter. Pembelajaran di sekolah dasar merupakan fondasi
pendidikan yang efektif dalam pembentukan watak dan kepribadian, sehingga dalam
pembelajaran di sekolah dasar tersebut cocok ditanamkan nilai integritas. Salah satu strategi
dalam penanaman integritas adalah melalui gerakan literasi sekolah. Gerakan literasi di sekolah
tidak hanya sekedar kegiatan membaca dan menulis saja, akan tetapi juga mencakup ketrampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dalam bentuk cetak, visual, digital
maupun auditori. Kemampuan tersebut termasuk dalam literasi informasi. Menurut Ferguson
ada 5 macam literasi informasi, yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi
tekonologi dan literasi visual.3

2
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter, 7-8
3
Ferguson B., Information Literacy. A Primer for Teachers, Librarians, and Other Informed People
(www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf, diakses pada 28 Desember 2019).

44
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

Meskipun dikatakan sebagai wadah utama pembentukan karakter, jenjang pendidikan


sekolah dasar merupakan masa transisi dari masa bermain di pendidikan anak usia dini
(taman kanak-kanak akhir) memasuki lingkungan sekolah formal. Peran lembaga pendidikan
bukan hanya sekedar transfer of knowledge antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung
dalam suasana edukatif, tetapi ada kemampuan yang harus dikembangkan dalam setiap proses
pembelajaran peserta didik di sekolah.4 Jadi sebisa mungkin metode yang diterapkan guru dalam
membentuk karakter anak harus menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam hal ini, karakter
integritas yang dibentuk melalui program literasi bisa dilakukan dengan cara misalnya siswa
diajak membaca buku cerita bergambar yang di dalamnya bisa dipetik pelajaran moralnya.
Contoh lain misalnya guru mengadakan tanya jawab melalui metode enjoyfull learning dan
siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan yang ada. Ini bertujuan untuk melatih sportivitas
siswa dan kejujuran siswa dalam menjawab setiap soal. Dan masih banyak lagi metode-metode
pembentukan karakter integritas siswa tingkat sekolah dasar yang dilakukan melalui program
literasi.

Metodologi
Penulisan artikel ilmiah harus dilakukan penyusunan yang sistematis untuk memudahkan
pemahaman pembaca. Salah satunya menggunakan penelitian studi pustaka. Artikel ini
menggunakan teknik studi literatur atau kajian pustaka. Berbagai buku, jurnal, dan laporan
penelitian yang berkaitan dengan kajian “pembentukan nilai karakter integritas melalui gerakan
literasi sekolah pada anak MI/SD”. Teknik ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-
teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Informasi-informasi penting yang ditemukan dalam sumber, dicatat
dan diolah guna manjawab topik pembahasan, sehingga menghasilkan tulisan yang utuh dan
sistematis.

Pemilihan sumber referensi menjadi langkah awal, supaya tendensi yang dipakai dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (bersifat ilmiah). Analisis yang tajam dan kritis dapat
membantu penyajian data yang komprehensif. Langkah selanjutnya yakni mengolah informasi

4
Akhmad Aji Pradana, & Jazilatul Ummah. (2020). PENGARUH MEDIA SEMPOA TERHADAP KEMAMPUAN
OPERASI HITUNG PENGURANGAN SISWA KELAS II MI . PREMIERE : Journal of Islamic Elementary
Education, 2(1), 94-102. https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.89

45
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

menjadi kalimat-kalimat yang penempatanya sesuai fokus bahasan. Kalimat diuraikan secara
detail dan terperinci agar diperoleh tulisan yang utuh dan lengkap.

Hasil
Nilai-nilai Karakter menurut Gerakan PPK
Seperti yang telah disebutkan di atas, pada tahun 2010 telah dirumuskan nilai-nilai
karakter sebagai grand design untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Nilai-
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa didasarkan kepada
empat dasar yang menjadi landasannya, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan
nasional.5 Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk
pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut.6
Tabel 2.2
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menurut Dinas
Pendidikan

Nilai Deskripsi

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan


ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
Religius
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
Jujur
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
Toleransi agama, suku, pendapat, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
Disiplin
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
Kerja keras
belajar dan tugas, dan menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
Kreatif menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.

5
Kementrian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), 8.
6
Ibid., 9-10. Lihat. Said Hamid Hasan, dkk., Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta:
Puskur Balitbang Kemendiknas, 2010), 8.

46
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

Sikap yang tidak mudah tergantung pada orang lain


Mandiri
dalam meyelesaikan tugas-tugasnya.
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
Demokratis
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Rasa Ingin Sikap yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
Tahu mendalam dari sesuatu yang dipelajarinya.
Semangat Cara bertindak yang menempatkan kepentingan
Kebangsaan negara diatas kepentingan diri dan kelompok.
Cara bersikap yang menunjukkan kesetiaan,
Cinta Tanah
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
Air
bahasa, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Menghargai
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
Prestasi
masyarakat, dan mengakui keberhasilan orang lain.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
Cinta Damai orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membeca
Gemar
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
Membaca
dirinya.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
Peduli
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang
Sosial
membutuhkan.
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
Tanggung
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
Jawab
lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan
Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai karakter di atas adalah yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan Nasional pada
tahun 2010 untuk mengembangkan pendidikan nasional. Selanjutnya pada tahun 2016
dikembangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) oleh Kemendikbud. Dalam
hubungan ini Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan
yang membudayakan dan memberadabkan. Untuk itu, ada 5 nilai utama karakter yang saling
berkaitan membentuk jejaring nilai karakter yang perlu dikembangkan. Kelima nilai utama
karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut.7

7
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan
Karakter, 7-8.

47
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

1) Nilai karakter religius


Nilai karakter ini mencerminkan keberimanan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai
karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan).
Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga
keutuhan ciptaan. Nilai religius yang dimaksud meliputi cinta damai, toleransi, menghargai
perbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama lintas agama, anti kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.
2) Nilai karakter nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,
taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku dan agama.
3) Nilai karakter mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita.
Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4) Nilai karakter gotong royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja
sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan pada mereka yang
miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain
menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,

48
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap


kerelawanan.
5) Nilai karakter integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan
yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, menghargai
martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Konsep Nilai Karakter Integritas


Kata “integritas” berasal dari Bahasa Latin, yaitu “integer” yang mengandung arti:
1. Keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip yang menjadi landasan hidup dan
melekat pada diri seseorang sebagai nilai-nilai moral.
2. Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.8
Integritas merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Hal ini
karena integritas mencakup konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, prinsip-prinsip
dan berbagai hal lain yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berintegritas
mengatakan kebenaran dan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa integritas adalah jati diri
seseorang dan merupakan lawan langsung dari kemunafikan. Secara umum, arti
integritas adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral di dalam diri seseorang yang dilakukan
secara konsisten dalam kehidupannya secara menyeluruh. Pengertian integritas adalah suatu
kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam perkataan
maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik. Seseorang dianggap berintegritas
ketika ia memiliki kepribadian dan karakter berikut:

8
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-integritas-adalah.html. Lihat juga pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) online http://kbbi.web.id/integritas.html. Diakses pada 29 Desember 2019.

49
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

1. Jujur dan dapat dipercaya


2. Memiliki komitmen
3. Bertanggung jawab
4. Menepati ucapannya
5. Setia
6. Menghargai waktu
7. Memiliki prinsip dan nilai-nilai hidup9

Dalam gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dirumuskan Kemendikbud,


integrasi sendiri meliputi sikap kejujuran, yakni dapat dipercaya dalam perkataan dan
perbuatan, sikap tanggung jawab sebagai warga negara dan adanya komitmen dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas.10
Proses pendidikan yang profesional dapat membentuk karakter peserta didik.
Karakter dapat dimiliki apabila kita memiliki integritas. Menurut McCain, integritas adalah
kesetiaan pada nurani dan kejujuran pada diri sendiri sehingga akan membentuk
11
karakter. Karena itu, inti dari integritas adalah kejujuran pada diri sendiri maupun kepada
orang lain. Masih menurut McCain bahwa prinsip tersebut merupakan harta milik yang
terpenting. Bukan penampilan, kemampuan, bakat, kenyamanan atau kenikmatan, pekerjaan,
rumah, mobil, mainan, berapa banyak teman yang mereka miliki, atau berapa banyak uang
yang mereka hasilkan, namun kejujuran merupakan harta yang tidak ternilai dapat
memberikan ketenangan hidup. Oleh karena itu, McCain dalam bukunya “Karakter-Karakter
yang Menggugah Dunia” mengisahkan individu yang memiliki karakter istimewa yang
membawa hidup dan dunia mereka lebih baik. Karakter tersebut membawa keteguhan
dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan, penuh semangat yang tinggi dan tidak
mengenal lelah untuk mencapai cita-cita.

9
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-integritas-adalah.html. Diakses pada 29 Desember 2019.
10
Kementrian Pendidikan, Kajian dan Pedoman..., 8
11
McCain, John & Mark Salter, Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia, Terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2009), 50-53

50
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

Gerakan Literasi Sekolah


Kata literasi merupakan bentuk serapan dari bahasa Inggris letter yang berarti aksara
atau tulisan. Menurut JP. Chaplin literasi adalah kemampuan dalam membaca dan menulis,
serta memiliki kemampuan banyak dalam bidang tertentu.12
Makna literasi berkembang secara dinamis. Yang awalnya hanya diartikan sebagai
kemampuan membaca dan menulis, kemudian berkembang disertai kemampuan dalam
berpikir kritis dan berbahasa lisan. Literasi juga tidak hanya dilakukan di rumah saja, akan
tetapi juga di sekolah dan lingkungan masyarakat.13 Adapun salah satu bentuk literasi di
sekolah adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah atau yang biasa disingkat dengan GLS.
Gerakan literasi sekolah (GLS) adalah salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam mencapai salah satu dari sembilan agenda prioritas (Nawacita) yaitu
melakukan revolusi karakter bangsa. Gerakan literasi khususnya di Sekolah Dasar memiliki
tujuan dalam menciptakan lingkungan pendidikan di sekolah dasar yang literat yaitu
menyenangkan dan ramah peserta didik sehingga menumbuhkan semangat belajar,
menunjukkan empati, peduli dan menghargai sesama, menumbuhkan semangat ingin tahu dan
cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan
sosialnya, dan mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal
sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Kegiatan literasi selama ini hanya identik
dengan aktivitas membaca dan menulis saja, padahal pengertian literasi sekolah dalam
konteks Gerakan Literasi Sekolah meliputi kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha
atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru,
kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali

12
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1993), 279.
13
Suyono, Pengembangan Perilaku Berliterasi Siswa Berbasis Kegiatan Ilmiah: Hasil-hasil Penelitian dan
Implementasinya di Sekolah, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 3, Nomor 2, Juni 2006, 81-90

51
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat, dan pemangku
kepentingan.14
Kegiatan gerakan literasi sekolah merupakan upaya menumbuhkan kecintaan membaca
kepada peserta didik dan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang
imajinasi. Dalam aplikasi Gerakan Literasi Sekolah, para pemangku kepentingan perlu
dilibatkan secara terprogram dengan tujuan agar peserta didik, terutama di tingkat pendidikan
dasar, menjadi insan berbudaya literasi.
Melalui penguatan kompetensi literasi, terutama literasi dasar, diharapkan seluruh
peserta didik dapat memanfaatkan akses lebih luas pada pengetahuan, sehingga tinggi
rendahnya peringkat kompetensi dapat diketahui dan dilakukan perbaikan pada peringkat
kompetensi yang rendah. Dengan demikian, dengan bekal kompetensi literasi peserta didik
memiliki tingkat pengetahuan yang luas sekaligus memiliki konsistensi terhadap perilakunya.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat integritas seseorang dapat diwujudkan melalui program
literasi di sekolah.

Implementasi Nilai Karakter Integritas melalui Gerakan Literasi Anak SD/MI


Gerakan literasi adalah kegiatan mengasah kemampuan dalam memahami, mengolah,
dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas melalui kegiatan membaca, menulis,
menyimak dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh,
kuat, dan baik.
Kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata
pelajaran yang ada di struktur kurikulum. Dalam kegiatan mengajar, guru dapat mengajak
siswanya untuk membaca, menulis, menyimak, dan bahkan berbicara (seperti pidato dan
presentasi) dengan cermat dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai
sumber baik buku, surat kabar, media sosial dan sumber-sumber yang lain.
Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah,
antara lain buku, surat kabar, dan jejaring internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan
pojok buku, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet demikian penting. Di samping itu,
sangat penting kreativitas guru dalam menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis,

14
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016), 7-8.

52
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

menyimak, dan berbicara secara cerdas supaya peserta didik dapat melakukan pembatinan dan
pembiasaan diri. Salah satu gerakan literasi yang bisa dikembangkan adalah Gerakan
Membaca 15 Menit sebelum pelajaran dimulai.15
Penanaman nilai karakter integritas melalui literasi ini sudah selayaknya ditanamkan
sejak pendidikan dasar, lalu dilanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, agar
peserta didik dapat meningkatkan kemampuan untuk mengakses informasi dan pengetahuan.
Selain itu, peserta didik mampu membedakan informasi yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat. Hal itu karena literasi mengarahkan seseorang pada kemampuan memahami
pesan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk teks (lisan, tulis, visual).
Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
sekolah di seluruh Indonesia. Pembiasaan untuk mengembangkan GLS adalah pembiasaan
kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membacakan buku dengan nyaring(read aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam
hati (sustained silent reading). Lingkungan sekolah menyediakan perpustakaan sekolah, sudut
baca, area baca yang nyaman, sarana yang lain, dan penyediaan koleksi teks cetak, visual,
digital yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan ini dikemas dalam suasana
yang menyenangkan tanpa tagihan. Kalau kegiatan ini sudah berjalan dengan baik, baru
dilanjutkan tahap kedua, pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi
yang berupa pengembangan dengan tagihan sederhana untuk penilaian nonakademik. Tahap
ketiga adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi yang berupa pembelajaran dengan
adanya tagihan akademik. Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi di atas bertujuan
mengembangkan kemampuan memahami teks dan kaitannya dengan pengalaman pribadi,
berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan
menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.16
Untuk mengembangkan pembelajaran berbasis literasi, kurikulum 2013 membuat
sejenis tagihan akademik, yakni pada tataran sekolah dasar peserta didik diminta membaca
nonteks pelajaran minimal 6 buku, tataran SMP minimal 12 buku, dan tataran SMA/SMK

15
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter-2016, 29.
16
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016), 22.

53
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

minimal 18 buku.17 Kegiatan membaca ini bertujuan untuk melatih siswa agar memiliki
konsistensi dalam membaca buku, yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan dan
kegemaran.
Program literasi di Sekolah Dasar harus didukung dengan penataan ruang perpustakaan
yang nyaman dan menyenangkan. Perpustakaan harus dikelola dengan baik agar mampu
meningkatkan minat baca anak SD/MI dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat.
Perpustakaan SD memiliki peran dalam mengoordinasi pengelolaan sudut baca kelas, area
baca dan prasarana literasi lain di SD. Lingkungan sekolah yang mendukung dapat
memotivasi siswa untuk giat mengikuti kegiatan sekolah.18
Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanin (2019) tentang Pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah dalam Pembentukan karakter Siswa di SDN Madyopuro 2 Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Gerakan literasi sekolah dalam
pembentukan karakter siswa memberikan nilai yang positif, diantaranya terbentuknya
karakter siswa integritas, religious, disiplin, gemar membaca, dan bertanggung jawab. 19
Diperkuat lagi penelitian yang dilakukan oleh Erna (2019) yang berjudul “Membangun
Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Gerakan Literasi Sekolah”. Hasil penelitian
menyatakan bahwa implementasi Gerakan literasi di sekolah dilakukan melalui tahap
pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Gerakan literasi dilalukan untuk membangun,
memperbaiki karakter, dan memberikan dampak positif terhadap generasi bangsa. Melalui
pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan diharapkan degradasi
karakter atau moral anak bangsa di masa yang akan datang tidak akan terjadi dan akan terlahir
generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti dan karakter.20

Kesimpulan
Anak usia SD/MI merupakan masa transisi dari masa bermain di taman kanak-kanak
memasuki lingkungan sekolah formal. Pada masa Sekolah Dasar aspek intelektualitas sudah

17
Dirjen Dikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2016), 29-30.
18
Isnawati Nur Afifah Latif, Optimalisasi Lingkungan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19, (Premiere, 2020),
5
19
Nida Helwa Hanin, Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Madyopuro 2 Malang,
(Skripsi, UIN Malang, 2019), 16.
20
Erna Labudasari, “Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Gerakan Literasi Sekolah”, (UnMuh
Cirebon, 2019), 3.

54
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

mulai ditekankan. Karakteristik yang dimiliki pada umumnya baru dapat menerima informasi
yang sifatnya konkret ketimbang yang abstrak. Sehingga metode dalam pembelajaran kelas dan
metode pembentukan karakter harus dilakukan dengan cara yang menarik dan menyenangkan
menyesuaikan karakteristiknya. Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran maupun pembentukan karakternya.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang sifatnya partisipatif
yang melibatkan seluruh warga sekolah. Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk
menumbuhkan minat baca tulis anak. Meskipun sebenarnya literasi tidak dapat diartikan sempit
sebatas kegiatan baca tulis, akan tetapi juga berpikir secara mendalam. Bisa berupa kemampuan
dalam menganalisis suatu masalah dan menyampaikan pemikirannya dengan bahasa yang logis,
analitis dan sistematis.
Selain bertujuan untuk meningkatkan minat baca tulis anak, program literasi juga
membentuk kepribadian anak yang berintegritas sesuai dengan ilmu yang mereka miliki.
Membaca buku cerita yang sarat akan nasehat dapat menciptakan kesadaran untuk berbuat baik.
Mengerjakan tugas yang diberikan guru juga melatih anak bertanggung jawab atas tugasnya dan
menguji tingkat sportivitasnya, apakah mereka jujur saat mengerjakan latihan atau sebaliknya.
Dan masih banyak hal strategi dalam gerakan literasi yang dapat merangsang karakter integritas
pada anak usia SD/MI

Daftar Referensi
Chaplin , James P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Grafindo Persada. 1993.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016.

Dirjen Dikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. 2016.

Ferguson B., Information Literacy. A Primer for Teachers, Librarians, and Other Informed
People (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf.

Hanin, Nida Helwa. Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Madyopuro 2 Malang. Skripsi: UIN Malang. 2019.

55
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education Vol 3 No 1 | Tahun 2021

Hasan, Said Hamid, dkk., Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Puskur Balitbang Kemendiknas, 2010.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kajian dan Pedoman Penguatan
Pendidikan Karakter.

Kementrian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran


Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.

Labudasari, Erna. Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Gerakan Literasi
Sekolah”. UnMuh Cirebon. 2019.

Latif, Isnawati Nur Afifah, Optimalisasi Lingkungan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19,
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education, 2(1), 43-62, DOI:
https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.86, 2020.

McCain, John & Mark Salter, Karakter-Karakter yang Menggugah Dunia, Terj. T. Hermaya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Pradana, Akhmad Aji & Jazilatul Ummah, PENGARUH MEDIA SEMPOA TERHADAP
KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENGURANGAN SISWA KELAS II MI .
PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education, 2(1), 94-102.
https://doi.org/10.51675/jp.v2i1.89, 2020

Prawiro, M., “Arti Integritas Diri: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Urgensinya”,
www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-integritas-adalah.html, dikases 1 Juni 2021.

Prawiro, M, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,


www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-integritas-adalah.html. Lihat juga pada
http://kbbi.web.id/integritas.html, dikases 1 Juni 2021.

Suyono, Pengembangan Perilaku Berliterasi Siswa Berbasis Kegiatan Ilmiah: Hasil-hasil


Penelitian dan Implementasinya di Sekolah, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 3, Nomor 2, Juni
2006

56

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy