Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui STEM Dalam Pembelajaran IPA Increasing Student Creativity Through STEM in Science Learning
Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui STEM Dalam Pembelajaran IPA Increasing Student Creativity Through STEM in Science Learning
Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui STEM Dalam Pembelajaran IPA Increasing Student Creativity Through STEM in Science Learning
1
Program Studi pendidikan Biologi, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang,
Jl Achmad Yani No. 50-52 Kupang, Indonesia,
2
Program Studi pendidikan Fisika, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang,
Jl Achmad Yani No. 50-52 Kupang, Indonesia,
*e-mail : rikardusherak@unwira.ac.id
Abstract
This study aims to improve students' creativity through STEM in Science Learning in Class VIII SMP
Negeri 11Kupang. The STEM approach is associated with the environment, so that a learning is
realized that presents the real world experienced by students in everyday life. This means that through
the STEM approach students are not just memorizing concepts, but rather how students understand
and understand scientific concepts and their relationships in everyday life. The problem in this study is
the low creativity of students in science learning. The subjects of this study were class VIII J students
totaling 25 people. This type of research is classroom action research (CAR). This research model is
in the form of a cycle consisting of four stages, namely: planning, action, observation and reflection.
Data collection techniques in the form of observation sheets and questionnaires. The analysis
technique uses descriptive analysis. The results of the study show that science learning with the STEM
approach can train students 'creative abilities in linking the four fields of the exact science so that they
have deep insights and can enhance students' creativity
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai salah satu mampu mendukung pembangunan di masa
bentuk perwujudan kebudayaan manusia mendatang adalah pendidikan yang mampu
yang dinamis dan sarat perkembangan. mengembangkan potensi siswa, sehingga
Perubahan atau perkembangan pendidikan yang bersangkutan mampu menghadapi dan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi memecahkan problema kehidupan yang
sejalan dengan perubahan budaya dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh
kehidupan. potensi nurani maupun potensi kompetensi
Perubahan dalam arti perbaikan siswa.
pendidikan pada semua tingkat perlu terus- Konsep pendidikan tersebut terasa
menerus dilakukan sebagai antisipasi semakin penting ketika seseorang harus
kepentingan masa depan. Pendidikan yang memasuki kehidupan di masyarakat dan
89
Rikardus Herak, et al Jurnal EduMatSains, Juli 2019|Vol.4|No.1
dunia kerja, karena yang bersangkutan berbagai bidang untuk pemecahan suatu
harus mampu menerapkan apa yang masalah.
dipelajari di sekolah, untuk menghadapi Suharnan (dalam Ghufron dan
problema yang dihadapi dalam kehidupan Risnawati S, 2012) mengatakan bahwa
sehari-hari saat ini maupun kehidupan terdapat aspek-aspek pokok dalam
yang akan datang. Salah satu proses kreatifitas yaitu; aktifitas berpikir,
pembelajaran yang harus dikembangkan menemukan atau menciptakan sesuatu yang
oleh guru di sekolah saat ini adalah baru, sifat baru atau orisional, produk yang
pembelajaran yang menekankan pada upaya berguna atau bernilai. Ciri- ciri orang yang
mengembangkan kreatifitas siswa secara kreatif menurut Guilford (dalam Munandar,
optimal. 2010) dibedakan dari dua segi, yaitu
Kreatifitas merupakan kemampuan aptitude dan non- aptitude. Aptitude yaitu
seseorang dalam menuangkan ide atau aspek yang berhubungan dengan kognisi
gagasan melalui proses berpikir kreatif atau proses berpikir seperti: kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang menuntut berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes,
pemusatan, perhatian, kemauan, kerja keras orisinil dalam berpikir sedangkan non
dan ketekunan. Kreatifitas merupakan aptitude yaitu yang berkaitan dengan sikap
tuntutan pendidikan agar siswa bisa dan perasaan seperti: kepercayaan diri,
mengenali potensi dan kemampuannya keuletan, apresiasi estetik, kemandirian.
sendiri. Faktor-faktor yang dapat
Clark Monstakis (dalam Kurniati, mempengaruhi kreatifitas adalah: a) faktor
dan Yeni 2010) mengatakan bahwa internal individu seperti; keterbukaan
kreatifitas merupakan pengalaman dalam terhadap pengalaman dan rangsangan dari
mengekspresikan dan mengaktualiasikan luar atau dalam individu, evaluasi internal,
identitas individu dalam bentuk terpadu dan kemampuan untuk bermaian dan
antara hubungan diri sendiri, alam dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-
orang lain. Kreatifitas merupakan aktifitas unsur, bentuk-bentuk, konsep atau
kognitif diri individu yang melahirkan membentuk kombinasi baru dari hal-hal
gagasan, proses, metode ataupun produk yang sudah ada sebelumnya; b) faktor
baru yang efektif yang bersifat imajinatif, eksternal (lingkungan) yang dapat
dan integrasi yang berdaya guna dalam mempengaruhi kreatifitas individu adalah
90
Meningkatkan Kreatifitas Siswa melalui STEM
91
Rikardus Herak, et al Jurnal EduMatSains, Juli 2019|Vol.4|No.1
diprediksi 2020 akan ada 50% kekurangan bertujuan untuk mempersiapkan manusia
tenaga kerja untuk mengisi lowongan Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
jabatan di struktur lapangan kerja. Namun, sebagai pribadi dan warga negara yang
jalan untuk mengatasi persoalan ini beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
bukanlah perkara mudah, sebab tanpa upaya afektif serta mampu berkontribusi pada
mengembangkan kemampuan dasar, soft kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
skills (kolaborasi, komunikasi, kreatifitas, bernegara, dan peradaban dunia.
pemecahan masalah) pada jenjang Dinyatakan pula dalam dokumen tersebut
pendidikan dasar dan menengah, sukar bahwa salah satu pola pikir baru yang
untuk mengharapkan generasi muda yang digunakan sebagai dasar pengembangan
bermotivasi dan siap menekuni bidang- Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran
bidang STEM. ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
Kurikulum 2013 diluncurkan tidak menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
akan dapat mengatasi permasalahan kualitas jamak (multidiscipline). Rumusan tujuan
dan kuantitas sumberdaya manusia dan pola pikir dalam pengembangan
Indonesia yang berdaya siang global, jika Kurikulum 2013 yang dikemukakan
tidak secara sistematik menyiapkan mereka tersebut mengisyaratkan bahwa Kurikulum
mengembangkan pengetahuan, 2013 memberikan ruang bagi
keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan pengembangan dan implementasi
dunia kerja Abad ke-21, sebagaimana pendekatan STEM dalam konteks
diwujudkan dalam pendekatan STEM. implementasi Kurikulum 2013, yang
Untuk mengatasi hal tersebut pendidikan mengutamakan integrasi S, T, E dan M
dengan pendekatan STEM bisa menjadi secara multi dan trans disiplin serta
kunci bagi menciptakan generasi penerus pengembangan pemikiran kritis, kreatifitas,
bangsa yang mampu bersaing di kancah inovasi, dan kemampuan memecahkan
global. Oleh sebab itu, pendekatan STEM masalah.
perlu menjadi kerangka-rujukan bagi proses
pendidikan di Indonesia ke depan. METODE PENELITIAN
Sebagaimana dinyatakan dalam Jenis penelitian ini adalah penelitian
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum tindakan kelas dengan menggunakan model
2013 Jenjang Sekolah Menengah Pertama Kemmis & McTaggart yang terdiri dari
(Kemdikbud, 2013), bahwa kurikulum 2013 empat tindakan, yaitu (1) perencanaan atau
92
Meningkatkan Kreatifitas Siswa melalui STEM
93
Rikardus Herak, et al Jurnal EduMatSains, Juli 2019|Vol.4|No.1
94
Meningkatkan Kreatifitas Siswa melalui STEM
Pernyataan Persentase
Siklus I Siklus
II
Siswa yang dapat mengajukan beberapa pertanyaan 9, 2 21,5
Siswa yang dapat menyampaikann ide atau gagasan 5,5 9,5
Siswa yang mencoba untuk menemukan konsep 10,5 18,3
Siswa yang mampu mengkolaborasi konsep yang satu dengan 2,5 15,2
konsep yang lainnya
Siswa yang dapat mengaplikasikan konsep dalam contoh 26,2 38,6
pemecahan masalah
Siswa yang dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan 21,1 32,4
banyak cara
Siswa yang mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari- 18,3 47,2
hari
Siswa yang berani mengerjakan soal dan tidak takut kalau 38,7 54,2
jawabannya salah
Siswa banyak membaca banyak buku IPA sebagai referensi 16,5 28,6
selain buku yang digunakan oleh guru
Siswa yang berani mengerjakan soal selain yang diberikan oleh 18,2 32,4
guru
Siswa yang berani bertanya kepada guru/teman jika belum ada 66,2 77,2
materi yang belum dipahami
Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas 32,4 43,2
Siswa yang mampu memahami materi dengan menggunakan 31,3 45,2
media
Siswa mampu mengoreksi pekerjaan siswa lain 58,4 80,2
Siswa yang menghargai pendapat siswa lain 88,5 94,5
95
Rikardus Herak, et al Jurnal EduMatSains, Juli 2019|Vol.4|No.1
Dari tabel di atas dapat di lihat berjumlah 16,5%, pada siklus II jumlahnya
peningkatan hasil kreatifitas siswa dari 28,6%, 10) Siswa yang berani mengerjakan
siklus I ke siklus II sebagai berikut : 1) soal selain yang diberikan oleh guru pada
Siswa yang dapat mengajukan beberapa siklus I jumlahnya 18,2%, pada siklus II
pertanyaan pada siklus I sejumlah 9,2%, jumlahnya menjadi 32,4%, 11) Siswa yang
pada siklus II meningkat menjadi 21,5%, 2) berani bertanya kepada guru/teman jika
Siswa yang dapat menyampaikann ide atau belum ada materi yang belum dipahami
gagasan pada siklus I jumlahnya 5,5%, pada pada siklus I jumlahnya 66,2%, pada siklus
siklus II meningkat menjadi 9,5%, 3) II sejumlah 77,2%, 12) Siswa berani
Siswa yang mencoba untuk menemukan mengerjakan soal di depan kelas pada siklus
konsep pada siklus I jumlahnya 10,5% , I berjumlah 32,4%, pada siklus II sebanyak
pada siklus II menjadi 18,3%, 4) Siswa 43,2%, 13) Siswa yang mampu memahami
yang mampu mengkolaborasi konsep yang materi dengan menggunakan media pada
satu dengan konsep yang lainnya pada siklus I berjumlah 31,3%, pada siklus II
siklus I 2,5, pada siklus II jumlahnya 15,2%, 45,2%, 14) Siswa mampu mengoreksi
5) Siswa yang dapat mengaplikasikan pekerjaan siswa lain pada sisklus I
konsep dalam contoh pemecahan masalah sebanyak 58,4%, pada siklus II jumlahnya
pada siklus I jumlahnya 26,2 %, pada siklus 80,2%, dan 15) Siswa yang menghargai
II meningkat menjadi 38,6%, 6) Siswa pendapat siswa lain pada siklus I berjumlah
yang dapat menyelesaikan masalah dengan 88,5%, pada siklus II berjumlah 94,5%.
menggunakan banyak cara pada siklus I Berdasarkan data diatas (hasil observasi,
terdapat 21,1%, dan pada siklus II pengisian angket) dapat terlihat bahwa
jumlahnya 32,4%, 7) Siswa yang mampu dengan menerapkan pendekatan STEM
mengaitkan materi dengan kehidupan terdapat peningkatan kreatifitas siswa.
sehari-hari pada siklus I jumlahnya 18,3%,
pada siklus II jumlahnya 47,2%, 8) Siswa Berdasarkan hasil penelitian dan
yang berani mengerjakan soal dan tidak Pembahasan maka, di simpulkan bahwa, 1)
takut kalau jawabannya salah pada siklus I Pendekatan STEM dikaitkan dengan
jumlahnya 38,7% pada siklus II jumlahnya lingkungan, sehingga terwujud sebuah
54,2%, 9) Siswa banyak membaca banyak pembelajaran yang menghadirkan dunia
buku IPA sebagai referensi selain buku nyata yang dialami siswa dalam kehidupan
yang digunakan oleh guru pada siklus I sehari-hari. Hal ini berarti melalui
96
Meningkatkan Kreatifitas Siswa melalui STEM
97
Rikardus Herak, et al Jurnal EduMatSains, Juli 2019|Vol.4|No.1
Kemmis & Mc. Taggart. 2010. The Action Rahmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. 2010.
Research Planner. Geelong: Strategi Pengembangan Kreatifitas
DeakenUnivercity Press. Pada Anak Usia Taman Kanak -
kanak. Jakarta: Kencana.
Kemdikbud 2013. Lampiran Peraturan
Subramaniam, M. M., Ahn, J., Fleischmann,
menteri pendidikan dan kebudayaan
K. R., & Druin, A. 2012.
Nomor 68 tahun 2013 tentang
Reimagining the role of school
Kerangka dasar dan struktur
libraries in STEM education:
kurikulum sekolah menengah
Creating hybrid spaces for
pertama/madrasah tsanawiyah.
exploration. The Library Quarterly,
Jakarta: Kemdikbud.
82 (2), 161-182
Munandar, Utami. 2001. Mengembangakan
Yunianto, B. & Sari. 2009. Kajian
Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah.
problema pertambangan timah di
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Provinsi Kepulauan Bangka
Munandar, M. 2010. Budgeting
Belitung sebagai masukan kebijakan
Perencanaan Kerja
pertimahan nasional. Jurnal
Pengkoordinasian Kerja
Teknologi Mineral dan Batubara
Pengawasan Kerja. Yogyakarta :
5(3): 97-113.
BPFE
98