jURNAL ILPEN

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 14

TRANSFORMASI PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI

RikzanMurtafi’(2121138)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

murtafirikzan@gmail.com

ABSTRACT

Education is the most important factor for the progress of a country's civilization. The industrial
era and globalization have affected the educational process, especially in Indonesia. In the
current global era, the position of values education is very central and there is an urgent need to
make sense of all important issues in order to lead the Indonesian nation towards an advanced
civilization. The purpose of this journal is to compile the concept of the importance of value
education that educators need to know in the face of global technological advances. This study
uses the concept of library research to determine the transformation of values education in the
era of globalization. The results of the conceptual arrangement show that there must be a
balance between the use of technology and value education so that the values and individuality
of the Indonesian nation are maintained. If the penetration of values in education is not
strengthened at this time, it is possible that the Indonesian people are vulnerable to the influence
of globalized foreign cultures, so that they gradually lose their identity and are unable to
maintain their national identity. From this we can conclude that technological progress needs to
be strengthened by value education as a filter. This allows students to be morally argumentative
and critical, making good and correct value choices based on fundamentals, religion, ethics,
morality and norms. It is implemented in Indonesia to achieve the national goal of forming a
professional, moral, responsible and dignified generation.

Keywords: Transformation, Values Education, Globalization

ABSTRAK

Pendidikan merupakan faktor terpenting bagi kemajuan peradaban suatu negara. Era industri dan
globalisasi mempengaruhi proses pendidikan khususnya di Indonesia. Di era global saat ini,
posisi pendidikan nilai sangat sentral dan ada kebutuhan mendesak untuk memaknai semua
persoalan penting guna mengantarkan bangsa Indonesia menuju peradaban yang maju. Tujuan
jurnal ini adalah untuk menyusun konsep pentingnya pendidikan nilai yang perlu diketahui oleh
para pendidik dalam menghadapi kondisi kemajuan teknologi secara global. Penelitian ini
menggunakan konsep library research untuk mengetahui tranformasi pendidikan nilai di era
globalisasi. Hasil penataan konseptual menunjukkan bahwa harus ada keseimbangan antara
pemanfaatan teknologi dan pendidikan nilai agar nilai dan individualitas bangsa Indonesia tetap
terjaga. Jika penetrasi nilai-nilai dalam pendidikan tidak dikuatkan saat ini, maka tidak menutup
kemungkinan masyarakat Indonesia rentan terhadap pengaruh budaya asing yang mengglobal,
sehingga lambat laun kehilangan jati diri dan tidak mampu mempertahankan jati diri bangsa. ini
dapat kita simpulkan bahwa kemajuan teknologi perlu diperkuat dengan pendidikan nilai sebagai
filter. Hal ini memungkinkan siswa menjadi argumentatif dan kritis secara moral, membuat
pilihan nilai yang baik dan benar berdasarkan fundamental, agama, etika, moralitas dan norma.
Itu diterapkan di Indonesia untuk mencapai tujuan nasional membentuk generasi yang
profesional, bermoral, bertanggung jawab dan bermartabat.

Kata Kunci : Tranformasi, Pendidikan Nilai, Globalisasi

PENDAHULUAN
Dalam konteks perubahan nilai budaya yang sangat cepat, pendidikan nilai merupakan
topik yang sangat penting, karena posisinya yang sentral dan strategis dalam pendidikan, maka
perlu direncanakan secara matang, khususnya di negara Indonesia, untuk dapat
menginterpretasikan topik tersebut. dari setiap materi yang mungkin ditarik. Untuk peradaban
yang maju. Pendidik perlu menyadari bahwa dalam kegiatan pembelajarannya perlu
memperhatikan keadaan peserta didik dengan seperangkat nilai yang berasal dari kondisi sosial
ekonomi, budaya yang berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan teman sebaya.
Pendidik harus mampu menampung dan memahami peserta didik agar dapat memberikan
pendidikan yang bermanfaat secara tepat dan demokratis.1
Era informasi dan globalisasi sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi saat ini mempengaruhi hampir semua bidang kehidupan masyarakat. Perubahan
masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada
budaya, nilai, dan agama. Nilai-nilai yang dianut masyarakat saat ini bergeser dan mulai
1
Sri Windarti , Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Kreatif Berbasis Portofolio (PTK
di SMA Negeri 3 Klaten Siswa Kelas XE Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010), (Klaten: UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA, 2010), hlm. 3.
menyerah. Di sisi lain, nilai-nilai yang mereka gantikan tidak selalu didasarkan pada keyakinan
dan keyakinan masyarakat, sehingga penyimpangan nilai selalu lebih berbuah dan berkembang.
Salah satu tantangan nasional untuk menghadapi masa depan kita bersama adalah
meningkatkan kapasitas pembangunan kita. Peningkatan tersebut terutama terletak pada
kemampuan sumber daya manusia baik sebagai objek pembangunan maupun objek
pembangunan, yang dilandasi dengan penanaman sikap yang benar terhadap kinerja
pembangunan itu sendiri.2 Konfigurasi dasar sudah benar dan terampil, mampu menghasilkan
tindakan konstruktif yang nyata yang membawa kepada kesejahteraan masyarakat luas, tidak
hanya sekedar tindakan membangun semu yang hanya mengejar target semata-mata.
Terkait dengan persoalan tersebut di atas, program-program pendidikan sebagai pencetak
pelaku pembangunan harus senantiasa berorientasi ke masa depan, mengembangkan wawasan
serta sikap yang futuristic sekaligus antisipatoris. Dengan itu pendidikan akan mampu
melahirkan generasi yang dewasa, peka serta peduli terhadap problematika yang akan muncul di
masa depan. Di sisi lain pendidikan demikian akan mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang berakselerasi dengan sangat cepat yang pada gilirannya akan dapat mengubah
cara dan gaya hidup manusia.3
Tujuan pendidikan nilai adalah untuk memperbaiki kondisi sosial. Secara komprehensif
mengatakan bahwa tujuan pendidikan nilai adalah untuk meningkatkan moral bangsa
berdasarkan muatannya. Tujuan pendidikan nilai adalah untuk mencegah kenakalan remaja,
kebobrokan moral dan lain-lain. Memang begitu Siswa mengetahui cara menentukan nilai sendiri
untuk dapat menyaring nilai negatif menjadi nilai positif yang tidak hanya menguntungkan
dirinya sendiri tetapi juga orang lain.4
Pendidikan nilai merupakan bagian penting dari proses pendidikan itu sendiri, pendidikan
nilai menjadi sebuah konsep yang terintegrasi dengan tema yang berbeda, karena pada dasarnya
semuanya hakikat belajar pasti bermuara pada “nilai atau karakter”. Pendidikan nilai menyentuh
komponen yang sudah mendarah daging yaitu memanusiakan manusia membentuk manusia yang
penuh dan sempurna . Manusia membutuhkan pengakuan dan penghormatan terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Itu berarti, seseorang dapat menunjukkan sisi kemanusiaannya ketika disentuh
2
Mochtar Buchori, Pendidikan dalam Pembangunan (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta, 1992), hlm. 13.
3
Zen Istiarsono, “TANTANGAN PENDIDIKAN DALAM ERA GLOBALISASI: KAJIAN TEORETIK”, ( Kutai
Kartanegara: Jurnal Intelegensia, Vol. 1, No. 2, September 2016), hlm. 19.
4
S. Syamsuar dan R. Reflianto, “Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis teknologi informasi di era revolusi
industri 4.0”, (Padang : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, Vol. 6, No. 2, Tahun 2019), hlm. 4.
oleh sisi afektifnya dan mencapai tujuan pendidikan. kesadaran Anak-anak dengan nilai-nilai
kemanusiaan lahir ketika mereka menemukan pengalaman mereka konkret,bukan melalui materi
konseptual atau teori.
Di era kemajuan teknologi globalisasi saat ini, peran pendidikan nilai dan karakter sangat
dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan teknologi dan perkembangan manusia. kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam revolusi industri harus dilandasi oleh revolusi pemikiran.
Sebuah revolusi di bidang teknologi tidak menjamin kecanggihan pikiran dan kecerdasan
masyarakat dalam memanfaatkan teknologi. Seperti yang banyak kita ketahui, di era teknologi
ini, media sosial masih penuh dengan konten yang tidak bermanfaat. Hal ini menunjukkan
ketidakseimbangan antara kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dengan sikap mental sosial
manusia. Nilai-nilai budaya luhur dan pembelajaran berbasis karakter untuk kehidupan perlu
dikembangkan kembali di era global ini. Semangat ini akan menjadi model untuk pengembangan
IPTEK, dan kami akan memastikan bahwa tidak ada kesenjangan antara IPTEK dan
pembangunan nilai/kepribadian.5

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode library research yang membahas transformasi pendidikan
nilai dalam kondisi dunia yang mengglobal. Sumber data yang diperoleh berasal dari teori dan
konsep yang dikembangkan dalam artikel, buku, dan pemahaman ahli pendidikan nilai. Data
yang didapatkan kemudian diolah dengan cara penyajian data, reduksi data, sampai pada tahap
penarikan kesimpulan yang berkaitan dengan topik penelitian library research ini.

PEMBAHASAN
Pendidikan Nilai
Makna pendidikan menurut pengertian Yunani berasal dari kata paedagogie, yang berarti
“pendidikan”, serta paedagogie yang berarti “pergaulan dengan anak” Konsep pendidikan
tersebut kemudian dapat dimaknai sebagai usaha yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya kearah kedewasaan.

5
Imas Kurniawaty dan Aiman Faiz, “Urgensi Pendidikan Nilai di Era Globalisasi”, (Cirebon : Jurnal Basicedu, Vol.
6, No. 3, Tahun 2022), hlm. 3.
Ada dua cara untuk melihat tempat lembaga pendidikan dalam arus perubahan sosial.
Pertama, perubahan sosial dalam pengertian pedagogis tradisional. Pedagogis tradisional
memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu struktur sosial dan budaya masyarakat.
Kedua, perubahan sosial dalam pengertian pedagogi modern (transformative pedagogy). Titik
awal pedagogi transformasional adalah individu menjadi. Artinya, partisipasi aktif individu
dalam tatanan kehidupan sosial dan budaya harus diakui.6
Pendidikan menurut Mangun Wijaya, adalah proses awal usaha manusia untuk
menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. Sementara Jean
Piaget mendefinisikan pendidikan sebagai penghubung dua sisi, yakni individu yang sedang
tumbuh, dan di sisi lain, nilai sosial, inte_lektual dan moral yang menjadi tanggung jawab
pendidikan terhadap individu. Begitu juga Ary H. Gunawan berpendapat bahwa pendidikan
sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan.7
Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan tidak hanya melahirkan orang-orang yang
cerdas secara intelektual dan tidak terdidik di sekitarnya, tetapi mereka juga mengalami
perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya serta berperan secara aktif tentang
perubahan positif dalam kehidupan sosial. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut,
pendidikan tidak hanya menekankan aspek kognitif dan keterampilan berpikir, tetapi juga
mengutamakan karakter, mengasah hati nurani, dan fokus pada kompetensi daripada
keterampilan dalam proses pendidikan. harus dapat meningkatkan kesadaran siswa .8
Sedangkan Nilai Menurut I Wayan Koyan adalah segala sesuatu yang berharga. Nilai itu
ada dua yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai yang menjadi cita-cita setiap
orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam perilaku sehari-hari. Nilai
adalah sesuatu yang berharga, sesuatu yang indah, sesuatu yang berguna, sesuatu yang
memperkaya batin, sesuatu yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.
Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku. Oleh karena itu
memiliki nilai-nilai yang luhur akhirnya seseorang bisa disebut sebagai memiliki budi pekerti
yang luhur. Nilai adalah energi yang mempunyai potensi untuk menggerakkan seseorang untuk
bersikap dan bertindak. Misalnya nilai keadilan adalah semacam "energi" keadilan yang

6
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 205-206.
7
Moh Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 15-16.
8
M.S. Abbas dan Suyanto, Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2004),
hlm. 32.
berpotensi untuk menggerakkan seseorang ke arah tindakan -tindakan yang adil, nilai kebenaran
adalah "energi" kebenaran yang berpotensi menggerakkan seseorang ke arah tindakan-tindakan
yang benar.9
Pendidikan nilai merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan. Karena pendidikan
adalah tentang membentuk sikap, karakter dan kepribadian peserta didik. Pendidikan bertujuan
tidak hanya untuk menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil, tetapi juga untuk
menghasilkan manusia yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, pendidikan harus membantu
siswa mengalami nilai-nilai dan menjadikannya bagian integral dari seluruh kehidupan mereka.

Globalisasi Dan Dampak Terhadap Nilai-Nilai Dan Moral


Globalisasi berasal dari bahasa Inggris “the globe” atau bahasa Prancis “La monde”, yang
berarti bumi atau dunia. Maka “globalisasi” atau “mondialisation” adalah proses menjadikan
semuanya satu bumi atau satu dunia. Baylis dan Smith mendefinisikan globalisasi sebagai suatu
proses meningkatnya keterkaitan antara masyarakat, sehingga peristiwa yang terjadi di wilayah
tertentu berpengaruh pada kehidupan manusia atau masyarakat di wilayah lain. Anthony Gidens
menyebut globalisasi sebagai “time space distanciation”, yaitu dunia tanpa batas; ruang dan
waktu bukanlah kendala yang berarti dalam kondisi seperti ini.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia
Sebagai proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi ruang dan waktu. Ruang makin
dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan
sebagainya. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Perkembangan teknologi informasi begitu cepat sehingga segala informasi dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi
tidak dapat dihindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi sudah pasti mempengaruhi kehidupan negara manapun, termasuk
Indonesia. Dampak ini memiliki dua aspek yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak

9
Dwi Siswoyo, Metode Pengembangan Moral Anak Pra Sekolah, (Yogyakarta: FIP UNY, 2005), hlm. 22.
globalisasi merambah ke berbagai bidang kehidupan, antara lain politik, ekonomi, dan kehidupan
sosial budaya.
Dampak positif globalisasi terhadap nilai dan moral:
1. Aspek politik, pemerintahan akan berjalan secara terbuka dan demokratis. Ketika
pemerintahan dijalankan dengan jujur, bersih, dan dinamis, publik pasti akan merespon
dengan lebih baik.
2. Aspek ekonomi, Membuka pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja, dan
meningkatkan devisa negara. Ini juga meningkatkan kehidupan ekonomi negara.
3. Aspek sosial-budaya, Pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, serta
iptek di negara maju dapat ditiru untuk meningkatkan kemajuan negara.
Dampak negatif globalisasi terhadap nilai dan moral
1. Aspek ekonomi, dengan banyaknya produk luar negeri yang membanjiri Indonesia, rasa cinta
terhadap produk lokal pun hilang. Hilangnya kecintaan terhadap produk lokal menunjukkan
tanda-tanda menurunnya sentimen nasional di masyarakat kita.
2. Banyak dari kita, terutama anak muda, yang lupa identitas kita sebagai orang Indonesia
karena memiliki gaya hidup yang meniru budaya Barat yang dianggap oleh orang-orang di
seluruh dunia sebagai kiblat.
3. Terjadinya persaingan bebas karena globalisasi ekonomi, kesenjangan antara kaya dan miskin
menjadi sebuah masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan konflik yang dapat menggoyahkan
stabilitas nasional.
4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar pelaku sesama
warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan
bangsa.10
Adanya globalisasi telah memperbudak manusia saat ini dengan teknologi, dan situasi yang
terus berkembang secara bertahap berdampak membawa perubahan dalam pemikiran, perilaku,
sosial budaya, dan pedoman nilai-nilai moral manusia. Hal tersebut bisa dilihat berdasarkan
survey pada tahun 2012 yang dilakukan Secur Envoy terhadap 1.000 mahasiswa di Inggris yang
mengalami nomophobia menyimpulkan bahwa mahasiswa saat ini menderita nomophobia.
Sebanyak 66% dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa
ponsel. Persentase ini meningkat untuk responden berusia 18-24 tahun. Hingga 77% responden
10
Hidayati, “PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI”, (Yogyakarta: jurnal Dinamika
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, September 2008), hlm. 66-67.
pada kelompok usia produktif ini menderita nomophobia.11 Berdasarkan hasil survey tersebut
menunjukan bahwa perkembangan arus teknologi era globalisasi di bidang penggunaan internet
dan media sosial di dunia saat ini sudah menjadi life style bahkan menjadi sebuah culture shock,
tak terkecuali bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia hendaknya tidak terlena begitu saja, globalisasi tidak bisa dilihat dari
sisi realistis atau superior, disisi lain kehadiran globalisasi ini mempengaruhi bagi perubahan
perilaku dan pergeseran tatanan nilai kehidupan manusia. Era globalisasi telah mengubah bagi
tatanan kehidupan manusia di negara manapun, termasuk Indonesia. Selain itu, dampak negatif
yang dibawa oleh era globalisasi atau digitalisasi internet ini, seperti ekonomi dan kebudayaan
yang dapat merubah gaya hidup (life style). Jadi, sangat besar kemungkinan seseorang
melupakan identitas kebudayaannya karena terbawa arus dan mengikuti trend yang ada sehingga
pendidikan nilai diperlukan tidak hanya untuk menjaga nilai yang berlandaskan pada asas budaya
ke-Indonesia-an, tapi juga untuk mampu merangsang kembali nilai budaya baca agar kehadiran
teknologi yang mengglobal ini tidak mempengaruhi pemikiran dan semangat belajar siswa.12
Era globalisasi telah banyak mengubah kehidupan, menyebabkan degradasi moral bahkan
sosiokultural dan cenderung pada penyimpangan pola perilaku. Ini adalah hasil dari adopsi
budaya asing yang berlebihan dan tidak teratur oleh beberapa anak muda. Tanpa mengenal nilai-
nilai budaya asing secara cerdas dan bertanggung jawab, persepsi budaya asing tertelan. Tidak
dapat disangkal kebutuhan untuk mendukung dan terlibat aktif dalam keberadaan teknologi saat
ini, karena teknologi merupakan kebutuhan modern yang tak terelakkan. Namun menyaring
penyebaran informasi dan teknologi canggih melalui media komunikasi seringkali berada di luar
kendali kita.
Pola perilaku budaya luar (pengaruh era global), seringkali dianggap simbul kemajuan.
Kemajuan teknologi dan informasi telah membawa perubahan konsep hidup dan perilaku sosial.
Kita mesti prihatin dan sekaligus menaruh perhatian lebih jika menjumpai sebagian dari remaja
kita menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat bahkan tidak berguna
sama sekali bagi masa depannya.

Faktor Penyebab Pendidikan Nilai Gagal

11
M. Ngafifi, “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya”, (Wonosobo: Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, Vol. 2, No. 1, Tahun 2012), hlm. 35.
12
H.A.R Tilaar, Pedagogik teoritis untuk Indonesia, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2016), hlm. 30-31.
Seperti disebutkan sebelumnya, globalisasi telah memberikan dampak yang luar biasa
pada banyak aspek kehidupan manusia. Sebuah fenomena kekerasan yang terjadi dalam skala
yang lebih besar dan serius, terus menerus dan dimana-mana. Ini memberikan gambaran buruk
tentang citra kita sebagai bangsa. Dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, suka bekerja sama,
suka toleransi, suka hidup damai dan harmonis, serta memiliki budaya yang tinggi. Mengapa hal
ini terjadi di negara kita, Salah satunya jawabannya adalah akibat pendidikan yang gagal
menerapkan pendidikan nilai. Nilai-nilai luhur yang diajarkan di sekolah nampaknya tidak
diwujudkan dan dikembangkan dalam diri siswa.
Tak perlu dikatakan, selama bertahun-tahun pendidikan tidak diarahkan pada humanisasi
manusia 'holistik' dan 'total', tetapi pada moral, kemanusiaan dan materialistik, ekonomi dan
teknokratis, berdasarkan nilai-nilai etis. Pendidikan mementingkan kecerdasan intelektual,
penalaran dan penalaran tanpa menyeimbangkan perkembangan intens dari pikiran, perasaan,
emosi dan spiritualitas. Mereka cenderung seperti robot manusia yang sudah kehilangan nurani
dan emosinya, mereka cenderung buas dan destruktif serta ingin menang sendiri. Hasilnya adalah
orang-orang yang oportunistik, munafik, sombong, dan tidak memiliki kecerdasan emosional dan
spiritual yang memadai.
Faktor –faktor penyebab gagalnya pendidikan nilai antara lain:
1. Pendidikan di sekolah hanyalah acara formal. Pendidikan sekolah klasikal
mengklasifikasikan pengajaran sebagai acara yang murni formal, dimana proses dan isinya
tidak dianggap penting. Kurangnya kegiatan peserta didik untuk mengembangkan pemikiran
kritis, reflektif, kreatif, sehingga proses penddikan tidak memberikan pengalaman secara
kontekstual yang menumbuhkan kesadaran hati.
2. Materi, karena banyaknya materi pelajaran yang dituntut kurikulum setiap minggunya,
pengetahuan hanya disampaikan dengan dril dan mentransfer dari buku paket, anak didik
dipaksa untuk menelan mentah-mentah materi yang sudah diprogram. Disadari atau tidak
pendidikan seperti ini sudah menanamkan sikap brutalisme, apreori, dan frustasi.
3. Proses, Dalam proses pembelajaran, siswa tidak terlibat dalam pengalaman fisik dan mental.
Pengalaman fisik berarti melibatkan siswa atau menghubungkan siswa dengan objek
pembelajaran, sedangkan pengalaman mental adalah siswa diberikan kebebasan untuk
mengkaji dan membahas nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.13

13
Hidayati, “PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI…, hlm. 67-69.
URGENSI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
Tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik menjadi "manusia yang utuh
sempurna". Tercapainya kesempurnaan ditunjukkan oleh terbentuknya "pribadi yang bermoral".
Pribadi yang bermoral adalah yang memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai
dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kemampuan seperti itu ada pada hati nurani yang telah
mencapai kedewasaan. Maka dari itu segala usaha yang bertujuan untuk membina hati nurani
mesti diarahkan agar peserta didik mempunyai kepekaan dan penghayatan atas nilai-nilai luhur.
Usaha- usaha seperti itulah yang disebut "pendidikan nilai".14
Nilai tidak hanya harus diajarkan dan diketahui, tetapi juga dialami dan dihayati, karena
tujuan pendidikan nilai adalah agar siswa mengalami dan menghayati nilai. Untuk hidup dengan
nilai-nilai, diperlukan keterampilan untuk memahami nilai-nilai melalui pengalaman nyata.
Pendidikan nilai berhasil bila peserta didik memiliki disposisi yang tepat seperti keterbukaan dan
kepercayaan dalam penerapan nilai, kejujuran, kerendahan hati, rasa tanggung jawab, itikad baik
dan kepatuhan. Nilai bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan dari luar, tetapi dengan lembut
memasuki hati kita saat hati kita terbuka.
Nilai yang perlu ditanamkan pada masyarakat luas, dan di benak siswa pada umumnya
adalah menolak anggapan bahwa apa yang keluar dari Barat itu baik, kita harus berusaha berpikir
bahwa yang datang dari luar itu belum tentu baik. bagi negara Indonesia, hal ini dimaksudkan
untuk mencegah Yang memprihatinkan fenomena konflik nilai yang terjadi saat ini adalah remaja
tertarik dengan hal-hal yang berasal dari luar dan dapat menumbangkan nilai-nilai kebangsaan
Indonesia, apalagi ketika remaja masuk melalui teknologi.15
Secara sosiologis, pentingnya peran generasi penerus bangsa dalam menghadapi konflik
nilai yang muncul ketika berusaha untuk lebih membimbing peradaban bangsa melalui teknologi.
Teknologi internet bersifat adiktif dalam situasi global ini dan telah memberikan dampak yang
luar biasa pada setiap tindakan dan perilaku manusia. Sehingga keberadaannya tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia agar manusia dapat berlimba untuk menguasai teknologi
demi kepuasan, kekuasaan, kekayaan dan prestise. Dalam masyarakat Postmodern berlaku
hukum “barang siapa yang menguasai teknologi maka ia akan menguasai dunia”. Dengan

14
Driyarkara, Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 129.
15
M. I. Musa, “ Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia”, (Banda Aceh: Jurnal Pesona
Dasar, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015), hlm. 11.
demikian, penting sekali jika kemajuan teknologi diimbangi dengan nilai dalam diri individu dan
masyarakat untuk dapat bersaing ditengah persaingan global menuju era revolusi industri 4.0
berlandaskan karakter.16
Pendidikan yang tengah berlangsung harus mampu mempersiapkan siswa minimal lima
kompetensi yang dibutuhkan di era globalisasi ini, yaitu:
1. Kompetensi Intelektual, yaitu kemampuan berpikir dan bernalar, memecahkan masalah
secara kreatif dan inovatif, serta membuat keputusan strategis.
2. kompetensi personal, yakni memiliki keluhuran jiwa dan moral yang baik, berupa kejujuran,
disiplin, kemandirian, kritis dan bertanggung jawab.
3. kompetensi komunikatif, yakni memiliki kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi
dengan orang lain.
4. kompetensi sosiokultural, yaitu kemampuan untuk hidup dan bekerja sama dengan orang
lain.
5. kompetensi kinestetik profesional, yaitu kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung kemajuan kehidupan dalam skala global.17
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukan bahwa pemanfaatan teknologi perlu
diimbangi dengan pendidikan nilai agar nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia tetap utuh
dan terjaga. Apabila penanaman nilai dalam pendidikan saat ini tidak dikuatkan maka bukan
tidak mungkin Bangsa Indonesia sedikit demi sedikit akan kehilangan jati dirinya dan tidak dapat
mempertahankan identitas Bangsanya karena mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing yang
mendunia. Kondisi tersebut sangat relevan jika melihat pernyataan Lickona yang
mengungkapkan bahwa kualitas karakter suatu bangsa tercermin dari kualitas generasi mudanya
sehingga hal tersebut mengasumsikan bahwa sebuah bangsa dapat dikatakan maju tergantung
pada nilai generasi mudanya. Di era global ini bukan persaingan antar sistem ideologi, tetapi
persaingan antar negara yang mempunyai sosial capital atau modal sosial tinggi. Negara yang
kalah dalam persaingan global adalah negara yang modal sosialnya rendah atau karakter dan
nilai sosialnya rendah. Dengan penjelasan tersebut, peran generasi muda yang memiliki karakter
yang tercermin sebagai modal sosial dalam menghadapi persaingan global akan membawa
sebuah Bangsa menuju kesuksesan.
16
M. Ngafifi, “Kemajuan Teknologi dan Pola…, hlm. 46.
17
Zen Istiarsono, 2016. “Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi: Kajian Teoritik”, (Bandung: Jurnal
Intelegensia, Vol. 1, No. 2, Tahun 2016), hlm. 3.
Mengikisnya moral bangsa seiring dengan perkembangan globalisasi dan digitalisasi,
terjadi perubahan tujuan pendidikan yang diakibatkan oleh perkembangan zaman serta
mengikisnya nilai moral bangsa Indonesia. Pentingnya membangun pendidikan nilai di setiap
satuan pendidikan melalui pembelajaran.18 Dengan demikian, Kemajuan teknologi yang sangat
mengandalkan kecerdasan rasional dapat mengikis kubu idealis humanisme yang semakin
bergerak ke arah rasionalisme, pragmatisme, dan relativisme. Pengikisan nilai-nilai kemanusiaan
akibat perkembangan teknologi merupakan masalah yang terjadi di berbagai belahan dunia dan
merasuki hampir setiap aspek kehidupan manusia. Artinya, perwujudan nilai-nilai kemanusiaan
yang luhur merupakan masalah global dan universal yang esensial bagi peradaban manusia
modern.19

SIMPULAN
Pendidikan tidak hanya melahirkan orang-orang yang cerdas secara intelektual dan tidak
terdidik di sekitarnya, tetapi mereka juga mengalami perubahan aspek kognitif, afektif dan
psikomotoriknya serta berperan secara aktif tentang perubahan positif dalam kehidupan sosial.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, sesuatu yang indah, sesuatu yang berguna, sesuatu yang
memperkaya batin, sesuatu yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.
Adanya globalisasi mempengaruhi perubahan perilaku dan perubahan nilai dalam
kehidupan manusia. Selain itu, dampak negatif yang dibawa oleh era globalisasi atau digitalisasi
internet ini, seperti kebudayaan yang dapat merubah gaya hidup seseorang. Oleh karena itu,
sangat mungkin mereka terhanyut oleh trend yang ada dan melupakan identitas budayanya,
sehingga tidak hanya dapat memperoleh nilai-nilai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip
budaya Indonesia, tetapi juga menginspirasi mereka.Pendidikan nilai sangat diperlukan. Nilai
budaya baca sehingga hadirnya globalisasi teknologi baru tidak mempengaruhi daya pikir dan
semangat belajar siswa. Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku. Oleh
karena itu memiliki nilai-nilai yang luhur akhirnya seseorang bisa disebut sebagai memiliki budi
pekerti yang luhur. Nilai adalah energi yang mempunyai potensi untuk menggerakkan seseorang
untuk bersikap dan bertindak. Oleh karena itu, pendidikan harus membantu siswa mengalami
nilai-nilai dan menjadikannya bagian integral dari seluruh kehidupan mereka.

18
Neneng Yektiana dan Mukh Sikin, “Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran dari Segi Perspektif Ki
Hajar Dewantara dan John Dewey”, (Salatiga: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Vol. 5, No. 4, April 2022), hlm. 4.
19
R. Megawangi, Menyemai benih karakter,(Depok : Indonesia Heritage Foundation, 2009), hlm 2-3.
Nilai yang perlu ditanamkan pada masyarakat luas, dan di benak siswa pada umumnya
adalah menolak anggapan bahwa apa yang keluar dari Barat itu baik, kita harus berusaha berpikir
bahwa yang datang dari luar itu belum tentu baik. bagi negara Indonesia, hal ini dimaksudkan
untuk mencegah Yang memprihatinkan fenomena konflik nilai yang terjadi saat ini adalah remaja
tertarik dengan hal-hal yang berasal dari luar dan dapat menumbangkan nilai-nilai kebangsaan
Indonesia, , peran generasi muda yang memiliki karakter yang tercermin sebagai modal sosial
dalam menghadapi persaingan global akan membawa sebuah Bangsa menuju kesuksesan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M.S. dan Suyanto. 2004. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Buchori, Mochtar. 1992. Pendidikan dalam Pembangunan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah
Jakarta.
Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Hidayati. 2008. “PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI”, (Yogyakarta:
jurnal Dinamika Pendidikan, Vol. 5, No. 2.
Istiarsono, Zen. 2016. “Tantangan Pendidikan Dalam Era Globalisasi: Kajian Teoretik”, Kutai
Kartanegara: Jurnal Intelegensia, Vol. 1, No. 2.
Kurniawaty, Imas dan Aiman Faiz. 2022. “Urgensi Pendidikan Nilai di Era Globalisasi”.
Cirebon: Jurnal Basicedu, Vol. 6, No. 3.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Megawangi, R.. 2009. Menyemai benih karakter. Depok: Indonesia Heritage Foundation.
Musa, M. I.. 2015. “ Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia”.
Banda Aceh: Jurnal Pesona Dasar, Vol. 3, No. 3.
Ngafifi, M. 2012. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial
Budaya”. Wonosobo: Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, Vol. 2, No. 1.
Siswoyo, Dwi. 2005. Metode Pengembangan Moral Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: FIP
UNY.
Syamsuar.S dan R. Reflianto. 2019. “Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis
teknologi informasi di era revolusi industri 4.0”. Padang : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan,
Vol. 6, No. 2.
Tilaar, H.A.R. 2016. Pedagogik teoritis untuk Indonesia. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Windarti, Sri. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Strategi
Kreatif Berbasis Portofolio (PTK di SMA Negeri 3 Klaten Siswa Kelas XE Semester Genap
Tahun Pelajaran 2009/2010). Klaten: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Yektiana, Neneng dan Mukh Sikin. 2022. “Integrasi Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran dari Segi Perspektif Ki Hajar Dewantara dan John Dewey”. Salatiga: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan, Vol. 5, No. 4.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy