163-Article Text-1330-1-10-20220226
163-Article Text-1330-1-10-20220226
163-Article Text-1330-1-10-20220226
Abstract
Received: 14-01-2021 The word ta'lim assembly is familiar to our ears,
Accepted: 12-03-2021 because the ta'lim assembly is very easy to find in this
Published: 15-03-2021 country, and also the ta'lim assembly is a non-formal
institution whose establishment is not difficult. In
Keywords: ta'lim assembly; almost every area, we can easily find ta'lim assemblies,
educational from small ones to ta'lim assemblies which have
development; hundreds of thousands of members. However, do we
public already know what is the purpose of the function and
role of this ta'lim assembly in society, and also how this
ta'lim assembly contributes in the midst of people's
lives. Therefore, the researcher feels that research on the
ta'lim assembly is very important because as the largest
Muslim community in the world, namely the Indonesian
people, we will also live in the midst of a society that
will also come into contact either directly or indirectly
with the ta'lim assembly. this lim.
This study aims to determine the role of the ta'lim
azimatul aulad assembly in building community-based
education in Sirnabaya village, Gunungjati sub-district,
Cirebon district. That is the extent of the role of the
ta'lim assembly and what are its impacts on the lives of
the people in Sirnabaya Village.
The method used in this study is a qualitative method,
while the data collection tools include: in-depth
interviews, observation, and documentation. This
research was conducted in Sirnabaya Village,
Gunungjati District, Cirebon Regency.
Informants in this study were obtained from the
congregations of the Azimatul Aulad Ta'lim Council, the
surrounding community, and the caregivers of the
Azimatul Aulad Ta'lim Council who have been selected
and interviewed in depth to obtain the information
needed in this study which the researchers then
analyzed to determine get the results of the research.
From the results of the research conducted by the
researcher on the Azimatul Aulad Ta'lim Council, it can
be seen that the Ta'lim Council as a non-formal
institution that exists in the midst of society has
contributed significantly to the development of religious
understanding in the Sirnabaya village community. In
terms of worship, we can know from the congregation's
narrative that the members of the Azimatul Aulad
Ta'lim Assembly congregation make their
congregations more diligent and obedient in worship,
Doi: 23
Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat
PENDAHULUAN
Berbicara tentang manusia sepertinya berbicara tentang segala sesuatu.Bukankah
manusia mampu dengan kekuatannya sendiri memenuhi semua kebutuhan dan mampu pula
mengembangkan dirinya sendiri, pemenuhan dan pengembangan diri manusia itu
tampaknya memang dapat dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia itu sendiri.
Pernyataan bahwa “manusia dengan segenap perkembangan budayanya adalah dari
manusia, untuk manusia, dan oleh manusia”, mengimplikasikan bahwa manusia memang
hebat, bisa berbuat dan membuat apa saja untuk kehidupan kemanusiaannya, sesuai dengan
kebutuhan dan kemauannya (Prayitno, 2009).
Manusia adalah makhluk badani, dan sebagai makhluk badani dia harus
menjalankan hidupnya di dunia ini. Dia harus bersikap, bertindak, bergerak dan bekerja
(mengolah dunianya) (Driyarkara, 2009). Manusia dalam ekosistem relatif mempunyai
peran yang sangat kecil karena banyak sekali perubahan yang terjadi di dalam ekosistem
tersebut justru berada di luar campur tangan manusia. Akan tetapi manusia akan menjadi
sumber masalah karena manusia selalu menginginkan yang terbaik bagi dirinya sendiri dan
dalam jangka panjang akan merugikan sesama manusia dan lingkungannya (Laurens,
2004).
Ketika masih bayi, manusia sepenuhnya bergantung kepada orang lain. Mulai dari
minum, makan, berpakaian, belajar berjalan, mengenal benda, dan belajar membuat
sesuatu, semuanya membutuhkan orang lain. Sampai ketika dewasapun manusia tetap
membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia hidup berkelompok, dan melakukan
tukar-menukar untuk memenuhi kebutuhannya. Agar kehidupan berkelompok berjalan
dengan tertib dan teratur, dibuatlah aturan atau norma yang mengatur apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan (Kardiman et al., 2006). Manusia
membutuhkan arah dan tujuan kemana harus melangkah. Karena arah inilah yang membuat
kita selalu konsisten menuju tujuan kita. Arah inilah yang selalu menjaga kita agar tidak
keluar dari koridor tujuan hidup kita sendiri (Amrih, 2008).
Masa remaja adalah fase tertentu dalam kehidupan, perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidup seseorang, dalam beberapa hal sangat mungkin mengubah hidupnya.
Masa remaja dalam kondisi normal sekalipun, menyebabkan guncangan-guncangan yang
cukup besar pada kepribadian para remaja. Dan mungkin guncangan-guncangan ini
membuat kesal orang-orang dewasa yang berhubungan langsung dengan remaja dan untuk
mencapai kesempurnaan kepribadiannyapun banyak disertai kesalahan-kesalahan (Samadi,
2004).
Pada zaman sekarang sering kali kita melihat berita-berita di televisi dan surat kabar
tentang kenakalan remaja. Walaupun berakibat hukum tetapi pada kenyataannya remaja
zaman sekarang masih berbuat menyimpang, dan kenakalan remaja Indonesia semakin
meningkat. Remaja tersebut berbuat kenakalan remaja tanpa memikirkan akibatnya,
kenakalannya pun semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa kenakalan-
kenakalan yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan
tetapi merupakan tanggung jawab orang-orang di sekitar mereka.
Masalah kenakalan remaja makin hari semakin meresahkan masyarakat dan telah
menjurus pada tindakan yang bersifat kriminal.Adanya kenakalan remaja bukan berarti
tanpa sebab, kenakalan-kenakalan tersebut timbul karena adanya faktor-faktor yang
mendasarinya. Penyebab kenakalan remaja sendiri dapat dikelompokan menjadi tiga faktor,
yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor biologis. Ketiga faktor ini saling
beinteraksi satu dengan lainnya sehingga mendorong terjadinya delinkuensi (Gunarsa,
2004).
Majelis ta’lim merupakan organisasi keagamaan. Dewasa ini, majelis ta’lim menjadi
sarana dakwah yang semakin banyak peminatnya, majelis ta’lim memiliki arti tempat
berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu agama) yang bersifat
nonformal jika kita melihat pendidikan yang ada di Indonesia ini (Anwar, 2015).
Keberadaan majelis ta’lim sangatlah penting, mengingat sumbangsihnya yang sangat
besar dalam menanamkan akidah dan akhlak yang luhur, meningkatkan kemajuan ilmu
pengetahuan islam agar bisa memberantas kebodohan, dan agar dapat meningkatkan
pengalaman agama serta memperoleh kebahagiaan dan ridho Allah SWT. Bila dilihat dari
tujuannya, majelis ta’lim merupakan lembaga atau sarana dakwah islamiyah yang dapat
mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam bentuk pembinaan, pendidikan,
pengarahan dan bimbingan. Majelis ta’lim juga termasuk majlisu adz-dzikri, dan juga dapat
dikatakan bahwa dzikrullah itu adalah tiap ketaatan kepada Allah (Hadzami, 2010).
Berdasarkan sejarah kelahirannya, majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan
tertua dalam Islam, sebab telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw, meskipun
pada waktu itu tidak di sebut majelis ta’lim. Namun pengajian-pengajian Nabi Muhammad
Saw yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam Ibnu Abu Al-Arqam
(Andi, 2017). Dapat dianggap sebagai majelis ta’lim dalam konteks pengertian sekarang.
Kemudian setelah adanya perintah Allah Swt untuk menyiarkan agama Islam secara terang-
terangan maka kemudian pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain
yang di selenggarakan terbuka dan tidak lagi dilaksanakan secara diam-diam.
Di Indonesia kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama Islam datang. Ketika
itupun dilaksanakan dari rumah ke rumah, masjid ke masjid. Para wali dan penyiar ajaran
agama Islam ketika itu telah menjadikan pengajian untuk menyebarkan ajaran agama Islam
dalam masyarakat. Kegiatan semacam inilah yang pada gilirannya pula telah menjadi cikal
bakal berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nahdhatul Ulama,
Muhammadiyah, Persis, dll.
Keberadaan majelis ta’lim saat ini dilindungi oleh Undang-undang dan pemerintah
RI pasal 26 ayat (1) pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2)
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional (Departemen Agama, 2003).
Suatu perkembangan yang baik sehingga saat ini banyak sekali bermunculan majelis
ta’lim, mulai dari majelis ta’lim anak-anak, remaja, dan juga ibu-ibu. Hal ini berkaitan
dengan timbulnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat, dengan demikian seseorang
tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai
agama. Dalam hal ini majelis ta’lim mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh
lapisan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu peneliti merasa perlu mendalami lebih jauh penyebab majelis ta’lim
Azimatul Aulad bisa berkembang sementara majelis ta’lim lainnya pasang surut bahkan ada
yang bubar. Selain itu, peneliti juga memandang penting untuk melakukan penelitian
mengenai peran majelis ta’lim Azimatul Aulad terhadap peningkatan kualitas pendidikan
berbasis masyarakat.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam
Bani Basyar. Majelis ta’lim Azimatul Aulad bergerak di bidang keagamaan, sosial budaya dan
pendidikan. Bidang keagamaan di majelis ta’lim Azimatul Aulad yaitu mengaji iqra’,
juz’ammah, dan Al’qur’an. Dalam bidang sosial budaya, majelis ta’lim Azimatul Aulad ini
berupaya untuk meluruskan adat dan budaya yang tidak sesuai dengan norma-norma ajaran
islam yang berkembang di masyarakat. Adapun dalam bidang pendidikan, majelis ta’lim ini
mengadakan pembelajaran kitab-kitab salaf seperti kitab aqidatul awwam, sulamul munajat,
safinatus sholah, sulamut taufiq, dan akhlakul lilbanat,dll.
Pada umumnya, majelis ta’lim itu musiman, apalagi dengan majelis ta’lim anak-anak
atau remaja, namun majelis ta’lim Azimatul Aulad berbeda dengan majelis ta’lim lainnya.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad ini stabil baik dari jumlah pesertanya maupun aktivitasnya.
Peneliti beramsumsi bahwa majelis ta’lim Azimatul Aulad memiliki kekhasan dan program
pembinaan yang baik sehingga mampu mengikat jamaahnya.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas penulis terdorong untuk melakukan
penelitian yang dirumuskan dalam judul “Peran Majelis Ta’lim Dalam Pengembangan
Pendidikan Berbasis Masyarakat”.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif
kualitatif. Dengan teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Metode penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorisasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang di anggap berasal
dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-
upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumpulkan data yang spesifik dari data pastisipan, menganalisis data secara induktif
mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell,
2010).
Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan pengamatan ke
tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan
penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang
sebenarnya, sekaligus mendokumentasikan kegiatan majelis ta’lim.
Penelitian dilaksanakan di Majleis Ta’lim Azimatul Aulad Jalan Ki Gede Mayung
RT/RW 04/01 Desa Sirnabaya Blok Budiraja Kecamatan Gunung jati Kabupaten Cirebon.
Adapun yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini penulis tidak mungkin meneliti
keseluruhan dari populasi. Agar penelitian sesuai dengan keinginan, maka penulis perlu
menarik sampel. Adapun teknik pengumpulan sampel, peneliti menggunakan Porposive
Sample yang dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan adanya tujuan
tertentu (Arikunto, 2002). Maka sampel penelitian ini mengambil dari beberapa jama’ah
majelis ta’lim yang aktif, pengasuh, dan masyarakat sekitar majelis ta’lim azimatul aulad.
Beliaupun dalam membentuk majelis ta’lim azimatul aulad ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman keagamaan bagi masyarakat, maka perlu adanya suatu wadah
yang bisa menuntun mereka untuk tetap berada dijalan agama, dengan demikian majelis
ta’lim mempunyai peranan penting untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa,
agar kelak dikemudian hari bisa mendapatkan ketenangan hidup, kebahagian, kedamaian,
dan ketentraman jiwa.Pada saat sebelum berdirinya majelis ta’lim azimatul aulad ini,
kegiatan pengajian hanya dilakukan beberapa orang saja di tempat-tempat tertentu.
Kemudian setelah terbentuknya lembaga majelis ta’lim azimatul aulad ini barulah banyak
pengikutnya dan barulah kegiatan semakin rutin di lakukan. Tetapi walaupun telah ada
sebelumnya dan baru terbentuk sejak 7 tahun yang lalu, namun majelis ta’lim ini baru
mendapat piagam dan di akui oleh kementerian agama kantor kabupaten Cirebon pada
tahun 2017. Pada awal berdirinya majelis ta’lim azimatul aulad hanya diikuti 20 jamaah
itupun dari masyarakat sekitar majelis ta’lim saja karena pada saat itu peminatnya hanya
sedikit dan kurang aktif dan kreatif dalam membuat kegiatan-kegiatan didalam majelis
ta’lim. Seiring berjalannya waktu dengan menggunakan metose-metode yang menarik, aktif,
serta kreatif menjadikan majelis ta’lim azimatul aulad mulai bertambah jamaahnya. Majelis
ta’lim ini jama’ahnya dari berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut
usia(lansia) baik itu laki-laki maupun perempuan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
majelis ta’lim tidak hanya sekedar pengajian saja tetapi mengkaji kitab, seni musik hadroh,
marhabanan, dll.
1) Pembelajaran rutin setiap hari kecuali hari jum’at dimulai dari pukul 13.30 sampai
17.30, dan istirahat pada waktu sholat ashar.
2) Kajian kitab fiqih dilaksanakan pada hari senin sampai kamis.
3) Kajian kitab tajwid dilaksanakan pada hari sabtu.Metode belajar membaca al-quran
dengan qira’ dilaksanakan pada hari minggu.
4) Pengajian rutin ibu-ibu dilaksanakan pada hari minggu pukul 10.30 sampai dzuhur.
5) Kegiatan marhabanan dengan menggunakan hadroh pada malam jum’at.
akhirnya kita akaan kembali kepada Allah SWT, lebih mengingat kehidupan di akhirat
nanti, dan syahwat terhadap perbuatan maksiat kepada lawan jenis teutama para
remaja yang sekarang ini mereka terlibat dalam pergaulan bebas yang dipengaruhi oleh
budaya barat sehingga syahwat dapat dikendalikan dengan dasar iman dengan
pemahaman ajaran islam yang benar.
d. Membina ketenangan dan kebahagian hidup. Ketenangan dan kebahagiaan hidup akan
didapat oleh semua orang jika kita selalu mengingat dan beribadah kepada Allah SWT
yang semua itu akan membawa ketenangan disetiap manusia karena usaha
pendekatannya dengan Allah SWT, serta berdampak akan selalu bersyukur atas segala
nikmat yang telah Allah berikan.
B. Pembahasan
1. Kiprah Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
Alquran merupakan sumber petunjuk umat manusia mengajarkan kepada kita bahwa
menyendiri bagi suatu makhluk tidak ada tempatnya dalam ajaran agama Islam. Hidup
sendiri dan mandiri dan tidak ketergantungan dengan siapapun adalah meupakan sifat
Allah semata. Dari titik tolak keimanan yang demikian ini, manusia disadarkan untuk bisa
mengenal kehidupan dan lingkungan hidup di sekitarnya. Manusia sebagai makhluk sosial,
tidak dapat hidup tanpa kehadiran orang lain karena setiap manusia pasti membutuhkan
kehadiran manusia lainnya di dalam kehidupannya.
Majelis ta’lim sangatlah berperan dalam meningkatkan perilaku keagamaan bagi para
jamaahnya, perilaku keagamaan disini seperti ketaatan dalam beribadah shalat lima waktu,
puasa di bulan ramadhan, bersedekah, silaturahmi, dan lain sebagainya.
Para jamaah setelah mengikuti pengajian-pengajian di majelis ta’lim mereka merasa
lebih paham dan mengerti tentang agama karena mereka sadar bahwa ilmu agama
sangatlah penting untuk bekal kehidupan di dunia dan akhirat. Agama merupakan
pendidikan yang memperbaiki sikap dan perilaku manusia. Membina budi pekerti luhur
seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan menghidupkan hati
nurani yang baik dalam keadaan sendiri maupun bersama oranglain.
b. Faktor Penghambat
1) Masyarakat desa sirnabaya merupakan masyarakat yang beraneka ragam profesi
sehingga menyebabkan masyarakat memiliki kesibukan masing-masing. Hal tersebut
membuat masing-masing masyarakat kesulitan untuk bertemu.
2) Untuk jamaah yang usia remaja kadang merasa lelah ketika harus sepulang sekolah
lalu berangkat untuk ke majelis ta’lim.
Hal ini merupakan suatu hambatan bagi majelis ta’lim azimatul aulad dalam
mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat desa sirnabaya kecamatan gunungjati
kabupaten cirebon. Tetapi majelis ta’lim azimatul aulad menganggap suatu hambatan itu
bukanlah suatu masalah yang dapat menjadi suatu halangan bagi majelis ta’lim azimatul
aulad untuk mrwujudkan tujuannya, tetapi semua itu merupakan suatu ujian bagi majelis
ta’lim untuk tetap berusaha memperbaiki dan mencari jalan keluar dari suatu permasalahan
yang dihadapi.
memimpin do’a atau tahlil, kegiatan kebudayaan lainnya seperti memperingati hari lahirnya
NU, dan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.
Alat pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Alat
pendidikan agama islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan dari pendidik
kepada peserta didik. Pesan yang disampaikan adalah berupa materi pendidikan agama
Islam, yang mempunyai tujuan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik.
4. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan mempunyai peranan dalam pendidikan karena dapat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Apabila seseorang yang berada dalam
lingkungan masyarakat yang baik, ia akan tumbuh menjadi individu yang baik. Adapun
apabila seseorang yang tumbuh di lingkungan yang buruk maka ia akan mudah
terpengaruh pada keburukan. Jadi lingkungan dapat mempengaruhi positif atau negatif
pada sikap keagamaan dan budi pekerti. (Istikhori, 2008)
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan dan uraian yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan merumuskan suatu kesimpulan sebagai
berikut:
Majelis Ta’lim Azimatul Aulad menjadi penting keberadaannya di masyarakat Desa
Sirnabaya. Peranan majelis ta’lim ini berfungsi untuk memantapkan kehidupan beragama
menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat yang agamis. Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
berusaha untuk meningkatkan masyarakat yang paham akan ilmu syariat islma dengan
beberapa metode dakwah yang diberdayakan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan
ilmu syariat islam bagi masyarakat Desa Sirnabaya seperti metode dakwah dengan ceramah
guna menjaring audiens yang lebih banyak dan simple.
Terlihat saat ini masing-masing masyarakat memiliki satu kondisi atau perasaan yang
sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Dimana mereka merasakan
betapa merosotnya tingkah laku anak jaman sekarang yang meresahkan masyarakat yang
biasa kita kenal sebagai kenakalan remaja dan lebih memprihatinkannya lagi banyak sekali
masyarakat sekarang yang minim pengetahua ilmu agamanya serta banyak yang belum bisa
baca tulis Al-qur’an. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini sesuai dengan teori bab II
tentang peran majelis ta’lim dalam pendidikan berbasis masyarakat.
Keutamaan menuntut ilmu tidak hanya didapatkan di dunia saja namun juga di
akhirat. Hal inilah menjadi salah satu motivasi bagi warga masyarakat sirnabaya agar selalu
semangat dalam menuntut ilmu terutama ilmu-ilmu agama.
Perubahan yang juga signifikan ialah pemahaman keagamaan masyarakat yang jauh
lebih baik setelah adanya majelis ta’lim Azimatul Aulad, masyarakat Desa Sirnabaya kini
tidak lagi buta huruf Al-qur’an,pemahaman tentang ilmu-ilmu fiqih juga sudah bisa
diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, akhlak dan perilakunyapun sudah lebih
memiliki sopan santun.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad tidak hanya bervisi bahwa majelis ta’lim hanya tempat
sebagai pengajian dan penyampaian ajaran agama islam saja, namun majelis ta’lim sebagai
sarana dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik lagi.
Waktu kegiatan majelis ta’lim dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum’at libur,
dilakukannya setiap hari seperti halnya sarana pendidikan lainnya agar membentuk
keteguhan jama’ahnya bahwasannya ilmu agam itu sangatlah penting dan harus kita miliki
agar kehidupan kita terarah yang sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.
Pada prosesnya Majelis Ta’lim Azimatul Aulad berfungsi sebagai tempat pengajian
ilmu agama islam di masyarakat, Sebagai tempat pengajian ilmu agama islam, majelis ta’lim
terbuka terhadap fenomena yang ada di Desa Sirnabaya yaitu banyaknya masalah tentang
kenakalan remaja dan minimnya ilmu pengetahuan agama islam pada masyarakat. Majelis
ta’lim Azimatul Aulad pun merupakan benteng umat islam dalam bidang pendalaman dan
pemahaman agama di dalam kehidupan masyarakat serta berfungsi sebagai sumber
penjelasan ajaran agama islam melalui pengajian yang di selenggarakan.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2002). Prosedur suatu penelitian: pendekatan praktek. Edisi Revisi Kelima.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Google Scholar
Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: bunga rampai psikologi anak. BPK
Gunung Mulia. Google Scholar
Kardiman, Mulyadi, E., & Kusriadi, A. (2006). Ekonomi. Yudhistira Ghalia Indonesia.
Google Scholar
Samadi, F. (2004). Bersahabat dengan Putri Anda: Panduan Islami dalam Memahami
Remaja Putri Masa Kini. Zahra Publishing House. Google Scholar