Irigasi Dan Bangunan Air
Irigasi Dan Bangunan Air
Irigasi Dan Bangunan Air
1
Secara harfiah, Israelsen dan Hansen (1980) mentakrifkan irigasi sebagai :
Kata memenuhi lengas berarti juga untuk menambah lengas tanah yang berasal dari
alam. Di daerah tropis seperti di Indonesia ini masukan lengas alami sebagian besar
berasal dari hujan, luapan sungai, ataupun gerakan muka airtanah.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20/2006 tentang Irigasi, yang merupakan
bentuk legal untuk pengaturan tentang irigasi disebutkan bahwa irigasi ditakrifkan
sebagai berikut:
Pengertian tentang irigasi tersebut juga mencakup bahwa dalam suatu daerah irigasi
terdiri pula atas adanya fasilitas drainasi yaitu suatu proses pengatusan apabila
telah terjadi kelebihan air. Takrif lain tentang irigasi juga diberikan oleh Small dan
Svendsen (1992), dikatakan bahwa irigasi adalah:
2
Takrif tentang irigasi tersebut juga memberikan pengertian kepada kita
bahwa irigasi merupakan suatu proses untuk mengalirkan air dari suatu sumber air
ke sistem pertanaman. Beberapa pertanyaan selanjutnya akan muncul (i)
bagaimana air tersebut dapat dialirkan, (ii) berapa jumlah dan bagaimana air
tersebut akan diberikan pada tanaman, (iii) apakah jumlah air yang diberikan
tersebut sama untuk setiap pertumbuhan tanaman, dan (iv) bagaimana kalau air
tersebut berlebih sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.
Keempat pertanyaan tersebut akan saling berkaitan dan jawabannya akan
membentuk rangkaian sistem pengaliran air irigasi yang dibutuhkan tanaman
sehingga dapat memproduksi hasil sesuai dengan yang dibutuhkan oleh manusia.
Pertanyaaan pertama akan menuntun kita untuk mempelajari perancangan sistem
pengaliran air dari sumber ke petak tanaman. Pertanyaan kedua dan ketiga akan
membimbing kita untuk mempelajari kebutuhan air tanaman dan perancangan
sistem pemberian air ke petak. Jawaban pertanyaan keempat akan dipakai untuk
mempelajari perancangan sistem pengatusan atau sistem drainasi.
Rangkaian sistem irigasi sebagai suatu proses pengaliran air dari sumber ke
tanaman akan dipelajari dalam mata kuliah Azas dan Teknik Irigasi dan Drainasi.
Bahasan irigasi sebagai suatu sistem manajemen yang melibatkan manusia dan
institusi pengelola irigasi akan dibahas dalam mata kuliah Manajemen Sistem
Irigasi.
Untuk dapat mempelajari irigasi sebagai suatu proses pengaliran air untuk
tanaman tentu saja akan sangat berkaitan erat dengan pengetahuan-pengetahuan
lain yang mungkin telah dibahas dalam beberapa matakuliah. Pengetahuan-
pengetahuan tersebut adalah: hidroklimatologi, fisika tanah, hubungan tanah, air,
dan tanaman, mekanika fluida, dan hidrolika, pemetaan, dan matematika dasar serta
statistika. Apabila mahasiswa akan mengembangkan lebih lanjut pengetahuannya
untuk dapat mengembangkan model-model matematika dalam perancangan dan
analisis sistem saluran dan pemberian tanaman dengan hampiran aliran tak tunak
dan tak seragam (unsteady and non-uniform flow) maka dibutuhkan tambahan
pengetahuan matematika terapan, analisis numerik, dan penyusunan program
komputer. Pengembangan model-model matematika ini terutama akan dibahas
sebagai tugas akhir mahasiswa baik Strata-1 maupun Strata-2.
Pengetahuan dasar tentang irigasi ini melalui suatu proses pembelajaran
dalam matakuliah Azas dan Teknik Irigasi dan Drainasi sehingga diharapkan
3
mahasiswa akan dapat mengembangkan lebih lanjut pengetahuannya untuk meneliti
hubungan antara tanaman, tanah sebagai media tanam, klimat, dan pemberian air.
Beberapa masalah dalam kaitan dengan irigasi yang sedang menjadi isu dalam
percaturan masyarakat seperti efek kekeringan, masalah banjir dan drainasi
terhadap pertumbuhan tanaman, modifikasi cuaca, pengembangan rekayasa media
tanam dll. Akan dapat dipelajari dalam mata kuliah Azas dan Teknik Irigasi dan
Drainasi ini. Pengetahuan tentang efek pertumbuhan tanaman dalam beberapa
modifikasi media tatam, cuaca, dan pemberian air dapat ditirukan dalam bentuk-
bentuk model-model matematika dasar. Dengan demikian mahasiswa yang
mempelajari matakuliah Azas dan Teknik Irigasi dan drainasi akan dapat merancang
dasar-dasar rekayasa sistem pengaliran untuk tanaman.
4
Keterse Keterse Sistem Ketersed
diaan diaan jejaring iaan air
air di air di irigasi untuk
sumber intake tanaman
Gambar 0.1. Abstraksi sistem irigasi sebagai proses pengembilan dan pengaliran air.
5
pengaruh aerodinamika dan thermodinamika dalam kesetimbangan energi surya
pada proses evapotranspirasi serta penyusunan formula-formula untuk menghitung
evapotranspirasi. Dalam pokok bahawan ini juga akan didiskusikan tentang
kehilangan air di sistem saluran dan petak, penentuan efisiensi irigasi, serta
ketersediaan hujan atau hujan efektif.
Setelah membahas tentang kebutuhan air tanaman maka empat minggu
berikutnya dipelajari tentang teknik-teknik irigasi. Melalui pokok bahasan ini
dipelajari bagaimana air irigasi dipasok pada tanamanada empat metode pemberian
air yang akan dibahas yaitu teknik irigasi (i) permukaan meliputi luapan, genangan,
dan alur, (ii) tetes, (iii) curah. Pembahasan akan menitikberatkan pada azas
perancangan yang disesuaikan dengan kegunaan, sistem budidaya tanaman, lahan,
dan klimat. Bahasan juga akan dilanjutkan dengan pengenalan beberapa sistem
budaya tanam seperti (i) sistem irigasi surjan meliputi kegunaan, keuntungan dan
kerugiannya, serta dasar-dasar perancangannya, (ii) hidroponik, (iii) aeroponik, dan
(iv) sistem irigasi pompa air tanah.
Pada pertemuan setelah melakukan ujian tengah semester, maka akan
dibahas dan didiskusikan tentang masalah drainasi pertanian meliputi kerugian yang
timbul akibat adanya air berlebih pada sistem budidaya tanaman, cara-cara
penentuan kriteria lahan dengan masalah drainasi, serta formula rancangan sistem
drainasi untuk tanaman padi. Pokok bahasan tentang drainasi pertanian akan
dibahas selama dua minggu.
Pokok bahasan selanjutnya akan dilanjutkan dengan pengenalan terhadap sistem
jejaring irigasi. Akan dibahas tentang sistem saluran beserta bangunan-
bangunannya. Selama dua minggu proses pembelajaran akan mendiskusikan
sistem perancangan dasar sistem saluran beserta faktor-faktor rancangan beserta
bangunan-bangunan irigasi yang akan dibahas adalah sistem irigasi berbasis padi.
Juga akan dibahas pada minggu berikutnya pengukuran air dengan current meter,
pelampung, dan bangunan ukur ambang tajam, ambang lebar, dan flume serta pintu
Romijn.
6
BAB II
2.1 Pengantar
Keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan menunjukkan adanya pengaruh
iklim yang kompleks. Jenis tumbuh-tumbuhan di daerah tropis berbeda dengan jenis
tumbuh-tumbuhan di daerah beriklim dingin. Tetapi dengan nyata dapat diketahui
bahwa air mempunyai peranan sangat penting bagi tanaman, lagi pula tanaman
selalu membutuhkan tempat tumbuh. Dalam pembicaraan irigasi tempat tumbuh
tanaman adalah tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang
mudah dikerjakan dan bersifat produktif suatu jenis tanah yang subur memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi
air dan udara secara baik pada zone perakaran dan secara relatif memiliki
persediaan kelembaban tanah yang cukup. Tanah tersusun dari bahan-bahan
mineral dan bahan-bahan organik, apabila sebagian besar tersusun dari bahan
mineral tanah disebut tanah mineral, tetapi bila sebagian besar tersusun dari bahan
organik tanah disebut tanah organik.
Ditinjau dari asalnya tanah dapat berasal dari pelapukan kulit bumi baik secara
khemis maupun secara phisis dan selama masa pembentukannya mendapat
pengaruh dari tanaman. Kita mengenal juga tanah endapan aeolian (loess) yang
merupakan jenis tanah hasil pengendapan oleh angin. Tanah hasil pengendapan
oleh air sepanjang jalur alirannya disebut tanah alluvial. Tanah bagian - atas yang
sering mengalami usaha-usaha pengerjaan tanah misalnya pembajakan atau
pencangkulan, umum disebut topsoil atau tanah permukaan ( surface soil ) dan
tanah dibawahnya disebut subsoil.
2.2 Tanah
Komposisi tanah untuk kepentingan usaha pertanian umumnya berupa tanah
mineral dengan kandungan bahan organik atau humus relatif sedikit. Udara dan air
yang mengisi pori-pori diantara butir-butir tanah umumnya dipandang merupakan
sebagian dari tanah, jadi yang disebut tanah sebetulnya terdiri dari tiga komponen
7
yaitu butir tanah, air dan udara. Kandungan air dan udara dalam tanah jumlahnya
berubah-ubah tetapi butir-butir tanah relatif tetap. Butir-butir tanah mineral
diklasifikasikan sebagai pasir, lumpur ataupun lempung menurut besarnya ukuran
butir. Perbandingan antara bagian-bagian yang berupa butir tanah air dan udara
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan
tanaman.
Supaya penyerapan hara dapat lancar dan tanaman dapat hidup dengan baik maka
perbandingan butir, air dan udara perlu dibuat memenuhi suatu harga dalam
batas-batas tertentu dan yang umum dilakukan untuk pengaturan kadar air dan
udara dalam tanah adalah pembuatan sistim irigasi dan drainasi. Pada saat kadar
air kurang maka saluran pemberi memberikan air dan pada saat kelebihan air maka
saluran drainasi berfungsi mengalirkan air kelebihan keluar areal pertanian.
8
Gambar 0.2. Ilustrasi air di dalam tanah
9
pada segi lain terbatas oleh gaya tarik butir-butir yang memegang suatu lapis tipis
air sekeliling butir sedemikian kuat sehingga akar tidak mampu menyerap air
tersebut. Apabila ruang-ruang pori antara butir-butir tanah penuh air, tanah dikatakan
dalam keadaan jenuh dan kondisi jenuh ini selalu dijumpai pada tanah dibawah
permukaan air tanah yaitu pada zone saturasi. Keadaan jenuh ini umumnya tidak
terjadi pada zone aerasi, dan apabila terjadi umumnya hanya pada suatu daerah
tipis dibawah permukaan tanah pada saat segera sesudah pemberian air irigasi atau
sesudah hujan.
Pada areal yang mempunyai sistim drainasi baik, keadaan jenuh pada zone
perakaran bisa ditiadakan oleh perkolasi sebelum timbul gangguan yang berarti
pada tanaman. Dalam pembicarann irigasi, terdapat dua sifat penting dalam
kaitannya dengan lengas tanah, yaitu kapasitas lapang dan titik layu permanen. Air
yang tersedia untuk tanaman dipandang sebagai jumlah air diantara nilai kapasitas
lapang dan nilai titik layu permanen.
10
Kadang-kadang orang membicarakan bentuk lengas yang ke-empat yaitu
kandungan air dalam senyawa kimiawi, jadi air terpegang tanah bukan oleh gaya
phisik dan bentuk lengas ini disebut air tercampur ("combined water"). Tetapi air ini
tidak penting dalam konteks irigasi.
(a) (b)
(c)
Gambar 0 .3 secara sketsa memberi ilustrasi mengenai posisi air dalam tanah
menurut bentuknya. Pada Gambar 0 .3 (a) dapat dilihat pori-pori antara butir-butir
tanah yang dilewati air gravitasi dan daerah di atas permukaan zone kapiler disebut
zone aerasi. Permukaan zone kapiler itu sesungguhnya tidak merupakan garis lurus
dan Gambar 0 .3 (c) menunjukkan sketsa detail posisi air kapiler diatas permukaan
air tanah pada zone kapiler.
11
2.6 Konstanta lengas tanah
Dalam pembicaraan lengas tanah lebih lanjut kita akan menemui
istilah-istilah yang disebut konstanta lengas tanah. Istilah yang sering dijumpai
antara lain (1) kapasitas kejenuhan (saturation capacity), (2) kapasitas lapang, (3)
lengas ekivalen, (4) titik layu permanen, (5) titik layu akhir (ultimate wilting point), (6)
koefisien higroskopis. Harga dari konstanta - lengas pada kenyataannya tidaklah
tetap, karena tanah dalam suatu areal irigasi juga tidak berada pada kondisi tetap
dan seragam tetapi baik tekstur maupun komposisinya memang bervariasi. Dengan
maksud bisa memberikan gambaran mengenai lengas tanah maka konstanta lengas
tanah perlu diutarakan.
(1) Kapasitas kejenuhan merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi
seluruh ruang pori antara butir-butir tanah, jadi merupakan batas atas dari
kelembaban tanah yang mungkin dicapai. Untuk membuat tanah menjadi jenuh air
maka semua udara yang berada pada ruang pori harus dikeluarkan dan diganti
dengan air. Kapasitas kejenuhan ini sering dipandang sebagai kapasitas menahan
kelembaban tanah maximum. Tanah permukaan sering dikatakan dalam keadaan
jenuh air pada saat diairi atau pada saat hujan yang berlangsung lama, tetapi
sesungguhnya udara pada pori tanah tidak seluruhnya diganti oleh air dan keadaan
umum dialam menunjukkan bahwa volume pori yang tetap ditempati udara harganya
berkisar antara 5% pada tanah yang dikatakan jenuh tadi. Apabila porositas tanah
diketahui, maka kapasitas kejenuhan dapat dinyatakan sebagai kedalaman air
ekivalen dalam satuan inci untuk tiap satu foot kedalaman tanah. Misal porositas 50
% maka lengas tanah untuk tiap foot kedalaman tanah ekivalen dengan kedalaman
air 6 inci (porositas 50 %, dihitung berdasar volume). Selain dengan kedalaman air
ekivalen, kapasitas kejenuhan sering dinyatakan dalam prosentase berat terhadap
tanah kering.
(2) Kapasitas lapang merupakan harga maksimum air kapiler yang dapat ditahan
pada kondisi drainasi bebas di zone perakaran, pada satu keadaan muka air tanah
cukup dalam sehingga lengas tanah dari zone saturasi tidak bisa tertarik kedaerah
zone perakaran.
Harga kapasitas lapang ini merupakan prosentase lengas yang tetap berada pada
tanah pada saat perkolasi dari tanah permukaan yang jenuh air berhenti. Secara
praktis dapat dianggap bahwa kekuatan yang menahan air pada kapasitas lapang ini
12
adalah kelebihan tegangan kapiler terhadap kekuatan gravitasi. Kapasitas lapang
sering juga disebut kapasitas menahan kelembaban - efektif (effective water-holding
capacity). Pada keadaan kapasitas lapang, volume udara dan volume air pada
pori-pori tanah hampir sama dan untuk sebagian besar jenis tanaman pertanian
apabila perhitungan didasarkan pada volume maka dikehendaki bahwa kapasitas
lapang jangan kurang dari 1/3 tetapi jangan lebih dari 2/3 dari kapasitas kejenuhan.
(3) Lengas ekivalen merupakan konstanta lengas tanah yang penentuannya
dilakukan di laboratorium dan digunakan sebagai harga perkiraan dari kapasitas
lapang. Secara singkat merupakan prosentase lengas dari suatu contoh tanah
basah pada kedalaman 3/8 inci dan bisa tetap terpegang dalam tanah pada saat
mengalami gaya sentrifugal sebesar 1000 kali gaya gravitasi umumnya dalam
periode 30 menit.
(4)Titik layu permanen merupakan jumlah lengas pada keadaan tanaman menjadi
layu permanen pertama kali, yaitu harga lengas tanah dibawah harga itu air tidak
dapat lagi diambil cukup cepat untuk mengimbangi kebutuhan transpirasi. Tambahan
air perlu selalu diberikan sebelum titik layu ini dicapai, agar pertumbuhan tanaman
dapat terjamin.
(5) Titik layu akhir merupakan harga lengas pada saat tanaman layu seluruhnya.
Pada saat dicapai titik layu permanen tanaman mulai layu, tetapi akar tanaman
masih mampu menyerap sebagian kecil air untuk nempertahankan hidupnya
mungkin sampai diberi tambahan air irigasi tanaman masih tetap hidup. Tetapi
apabila mulai layu dan proses itu berlangsung terus tanpa mendapat tambahan air
irigasi akhirnya seluruh bagian tanaman itu layu, dan pada saat inilah tercapai titik
layu akhir. Harga antara titik layu permamen dan titik layu akhir disebut interval
kelayuan (wilting range).
(6) Koefisien higroskopis menunjukkan harga Maximum air higroskopis yang dapat
terkandung dalam tanah. Koefisien higroskopis ini memberi petunjuk akan jumlah
lumpur koloidal pada tanah, dan secara umum harga koefisien higroskopis sekitar
2/3 dari titik layu permanene. Tetapi koefisien higroskopis ini tidak terlalu penting
dalam mempertimbangkan kesesuaian tanah untuk usaha pertanian.
13
Gambar 0.4. Bentuk lengas tanah
14
2.7 Zone perakaran
Dalamnya zone perakaran dipengaruhi beberapa faktor, yaitu (1) tekstur
tanah, (2) formasi subsoil, (3) dalamnya permukaan air tanah, (4) jumlah lengas
yang tersedia.
(1) Tekstur memang berpengaruh, bisa diketahui bahwa akar tanaman lebih
mudah menembus tanah pasir dari pada menembus tanah lempung.
(2) Formasi subsoil jelas pengaruhnya, misal tanah cadas tentu saja merintangi
penembusan oleh akar tanaman.
(3) Permukaan air tanah yang terletak cukup tinggi dekat permukaan akan
menghalangi pertumbuhan akar kebawah, akar cenderung menyebar pada
lapisan tanah bagian atas diatas permukaan air tanah.
(4) Akar tidak akan dapat tumbuh baik pada tanah yang kering dan penyediaan
lengas tanah yang cukup selama masa pertumbuhan tanaman sangat
penting, penyediaan lengas tanah dapat dari saluran pemberi tetapi dapat
juga dari curah hujan.
Kedalaman efektif zone perakaran untuk beberapa jenis tanaman sebagai harga
pendekatan adalah (1) padi, 60 - 90 cm, (2) tembakau, 30 - 60 cm, (3) jagung, 130 -
190 cm, (4) tebu, 130 - 160 cm, (5) kacang tanah, 130 cm.
15
Kesuburan tanah saja belum cukup menjamin berhasilnya usaha pertanian tanpa
memperhatikan kemasaman tanah yang sesuai. Kemasaman tanah dinyatakan
dengan nilai pH dan pH tanah umumnya antara 3,50 - 8,00.
Salah satu klasifikasi berdasar nilai pH nampak pada Gambar 0 .5.
Untuk keperluan-keperluan praktis harga pH = 6,5- 7,5 dikatakan sebagai tanah
netral, lebih rendah dari 6,5 disebut masam dan lebih tinggi dari 7,5 disebut alkalis.
Harga pH dibawah 4 maupun diatas 10 jelas berpengaruh sangat buruk bagi
tanaman, mengakibatkan terjadinya kerusakan.
Selang pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah (1) padi 5,00 - 6,50 (2)
jagung 5,50 - 7,50 (3) ubi kayu dan ubi jalar 5,80 - 6,50 (4) kentang 4,80 - 6,50 (5)
pisang 6,00 - 7,50 (6) nenas 5,00 - 6,50 (7) tebu, 6,00 - 8,00 (8) tembakau, 5,50 -
7,50 (9) kelapa, 5,50 - 7,50 (10) karet 3,50 - 8,00 (11) kacang tanah 5.30 - 6,60 (12)
kedelai 6,00 - 7,50.
16
2.9 Kebutuhan air tanaman
Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang berbeda-beda menurut macam
tanaman dan usia tanaman. Ditinjau dari segi reaksinya terhadap air (response),
secara garis besar digolongkan menjadi tiga jenis (1) tanaman aquatik, (2) tanaman
semi-akuatik, misalnya padi sawah, (3) tanaman tanah kering. Kebutuhan air bagi
tanaman agak kurang pada permulaan tumbuh dan kebutuhan itu besar pada saat
berbunga dan berbuah dan menjadi kurang lagi pada saat buah masak. Pemberian
air irigasi perlu disesuaikan dengan usia tanaman, dengan perhatian khusus pada
masa-masa kritis. Untuk padi maka pada saat pertumbuhan vegetatif (sejak tumbuh
tak termasuk reproduksi), kelembaban tanah yang dipandang baik adalah 30%.
Tinggi genangan yang terlampau dalam berpengaruh kurang baik diantaranya
menghambat pertumbuhan tunas-tunas anakan, walaupun juga punya pengaruh
menekan pertumbuhan rumput pengganggu. Jadi tinggi genangan dipetak sawah
perlu diatur.
17
kedalaman tertentu akan mempengaruhi distribusi dan jumlah air yang perlu
diberikan dalam suatu periode.
18
BAB III
3.1 Pendahuluan
Dibicarakan terutama empat metoda terkenal untuk pegangan dalam
menentukan kebutuhan air bagi tanaman, yaitu perhitungan evapotranspirasi
menurut Blaney Criddle, Metoda Radiasi, Penman dan Metoda Panci Evaporasi.
Walaupun demikian beberapa metoda lain tetap disinggung sedikit sekedar untuk
mendapatkan suatu pandangan yang agak luas, mengenai masalah
evapotranspirasi.
Yang disebut evapotranspirasi adalah jumlah dari evaporasi dan transpirasi
bersama-sama. Evaporasi atau penguapan adalah berubahnya air menjadi uap dan
bergeraknya dari permukaan tanah atau permukaan air keudara, sedangkan
transpirasi merupakan penguapan melalui tanaman. Faktor-faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi antara lain suhu udara, suhu air, kecepatan angin,
kelembaban udaral tekanan udara, sinar matahari, kelembaban tanah, dan
kemungkinan menjadi layu. Karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi maka untuk menghitung laju evapotranspirasi dengan rumus-rumus
sebetulnya sangat sulit. Tetapi karena sulitnya menghitung nilai evapotranspirasi
dengan rumus-rumus, justru banyak penyelidik dalam masalah ini mengutarakan
rumus-rumus. Terasa kemudian bahwa hasil pengukuran pada suatu tempat tidak
cocok untuk digeneralisasikan bagi suatu daerah luas, demikian pula untuk
masing-masing rumus bisa digunakan, memerlukan data pokok yang berbeda-beda
akibat adanya perbedaan cara pendekatan pada masalah ini, oleh para peneliti
pembuat rumus yang bersangkutan. Jadi penentuan nilai evapotranspirasi berdasar
perhitungan menurut rumus tertentu perlu dengan kesadaran bahwa nilai itu
merupakan nilai pendekatan.
Karena mendapatkan hasil pengukuran yang teliti di lapangan sangat sulit, maka
metoda pendekatan kebutuhan air bagi tanaman itu perlu digunakan dan seringkali
dipakai pada suatu kondisi iklim dan agronomi yang berbeda dengan kondisi
ditempat rumus yang bersangkutan diformulasikan. Melakukan testing tentang
ketelitian rumus yang dipakai pada suatu kondisi baru, memakan waktu dan biaya
tidak sedikit dan terasa akan banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan baru yang
19
secara praktis sebetulnya tidak perlu. Oleh karena itu FAO memberikan
rekomendasi, hasil pertemuan di Lebanon (1971) dan Rome (1972). Berdasar
Rekomendasi itu dibicarakan suatu pedoman tentang cara melakuklan prediksi
kebutuhan air bagi tanaman, diambil dari paper FAO dalam masalah irigasi dan
drainasil no.24 hasil revisi 1977.
Kebutuhan air bagi tanaman didefinisikan sebagai tebal air yang dibutuhkan
untukmemenuhi jumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman
sehat, tumbuh pada, areal luas, pada tanah yang menjamin cukup lengas tanah,
kesuburan tanah, dan lingkungan hidup tanaman cukup baik sehingga secara
potensial tanaman akan berproduksi baik dan harga ini diberi simbol ETcrop.
Dari rumus-rumus, yang didapat bukan langsung ETcrop tetapi ETo, dan
rumus-rumus tersebut dimodifikasikan berdasar keadaan iklim rata-rata berdasar
data kli natologi dalam jangka waktu 30 hari atau 10 hari. Jadi harga
evapotranspirasi (ETo) dinyatakan dalam mm/hari dan merupakan harga rata-rata
dalam periode tersebut. Oleh sebab itu Eto akan berbeda-beda pada tahun yang
berlainan, dan harga yang dipakai tentu saja bukan harga rata-rata tetapi suatu
harga yang ditetapkan berdasar tingkat toleransi pada resiko yang mungkin diterima
pada suatu saat. Metoda yang dipilih untuk melakukan prediksi terutama didasarkan
pada ketersediaan data, dan tingkat ketelitian yang dikehendaki pada perhitungan
kebutuhan air.
Sinar
Metoda Suhu Kelembaban Angin matahar Radiasi Penguapan Lingkungan
i
Blaney
* 0 0 0 0
Criddle
Radiasi * 0 0 * (*) 0
Penman * * * * (*) 0
Panci
0 0 * *
Evaporasi
* data diukur, 0 data diperkirakan, (*) kalau ada, tak harus
20
tanah teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung lagi pula
rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air.
Evapotranspirasi tetapan ini (ETo) kadang-kadang disebut evapotranspirasi
referensi. Pengaruh dari watak tanaman pada kebutuhan air bagi tanaman
umumnya dimasukkan sebagai faktor dengan notasi kc. Selanjutnya terdapat
hubungan antara evapotranapfrasi tanaman (ETcrop) dengan evapotranspirasi
tetapan (ETo) dan diformulasikan dalam persamaan ETcrop = kc. ETo. Harga kc itu
berbeda-beda menurut jenis tanaman, umur tanaman - musim dan kondisi cuaca.
ETcrop ini dapat dinyatakan dalam mm/hari sebagai harga rata - rata selama 30 hari
atau 10 hari. Kondisi setempat yang berpengaruh pada kc antara lain elevasi
permukaan tanah, luas areal tanaman, lengas tanah yang tersedia, metoda
pemberian air dan pengerjaan tanah. Perlu disadari pula bahwa perhitungan dengan
rumus akan mempunyai kemungkinan kesalahan sekitar 10 - 20 %, dan metoda
Blaney-Criddle hanya dipakai untuk periode 1 bulan.
21
ETo = c [p ( 0,46 T + 8)] mm/hari.
Harga-harga RHMin, n/N, dan Usiang hari diperkirakan dari data pada lokasi yang
ditinjau, atau kadang-kadang terpaksa didasarkan pada harga hasil ekstrapolasi
data sekitarnya.
Dengan demikian ETo dapat dihitung, dan ETcrop = ke ETo.
Misalnya diketahui, lokasi yang ditinjau terletak pada garis lintang utara 300, dan
ketinggian 95 m dari muka air laut, diambil data bulan Juli.
Data bulanan dilihat, dihitung Tmax = Tmax/31 = 35 0 C
dihitung Tmin = Tmin/31 = 22 0 C
22
T harian rata-rata adalah 1/2 ( 35 + 22 ) = 28,50 0 C, dan dilihat pada tabel 3.3.a.,
terdapat p = O,31
Maka p ( 0,46 T + 8 ) = 0,31 ( 0,46. 28,5 + 8) = 6,6 mm/hari.
Dari data iklim terbaca, RHmin tergolong medium, n/N tergolong antara medium
sampai tinggi, dan kecepatan angin setinggi 2 meter tergolong moderat. Selanjutnya
dilihat grafik 3.3.b. yang sesuai adalah harga rata-rata dari blok V (n/N medium) dan
blok II (n/N tinggi), masing-masing dilihat pada garis 2 (kecepatan angin moderat).
Dari f = p (0,46 t + 8) = 6,6 didapat :
Pada tempat tersebut diatasi untuk data temperatur rata-rata telah diketahui pada
tiap bulan, ETo dapat dihitung.
Bulan Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Trata 14 15 17,5 21 25,5 27,5 28,5 28,5 26 24 20 15,5
O
C
23
lintang dan bulannya diketahui. Rs sebetulnya bisa diukur secara langsung, tetapi
apabila data Rs tidak tersedia maka Rs dihitung berdasar Ra yang didapat dari tabel
3.4.a itu, menurut rumus:
Keteduhan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
skala
perpuluhan
n/N 0,95 0,85 0,80 0,75 0,65 0,55 0,50 0,40 0,30 0,15 -
Misalnya suatu tempat pada lintang utara 300 , jam penyinaran rata rata = 11,5 / hari.
Dari tabel 3.4.a, Ra = 16,8 mm/hari
Dari tabel 3.4.b, N = 13,9 jam/hari
Maka Rs = ( 0,25 + 0,50 . 11,5/13,9 ) 16,8 = 11,2 mm/hari.
Kalau pada tempat tersebut diatas, data jam penyinaran tidak ada padahal tersedia
pencatatan dengan skala Oktas, misal keteduhan = 1 ( Oktas ).
Untuk keteduhan 1 Oktas, tampak dari tabel diatas harga, n/N = 0,85 .
Jadi Rs = ( 0,25 + 0,50 . 0,85 ) 16,8 = 11,3 mm/hari.
Yang perlu, diketahui lebih lanjut adalah faktor W. Dengan memiliki data ketinggian
serta temperatur, maka faktor W dapat dicari pada tabel 3.4.c.
0
Sebagai contoh diambil tempat pada ketinggian 95 m dan T rata-rata 28,5 C dan
dari tabel 3.4.c terbaca W = 0,77.
24
Sesudah didapat faktor W, perlu dicari faktor c dari tabel 3.4.d. Apabila diambil suatu
tempat pada 300 lintang utara, pada ketinggian 95 m dan menggunakan data bulan
Juli, dengan telah diketahui Rs = 11,2 mm/hari dan W = 0,77 maka W . Rs = 0,77 .
11,2 = 8,6 mm / hari. Data lain menunjukkan angin siang hari = moderat dan RH rata
-rata = medium.
Berdasar data tersebut diatas, dilihat grafik 3.4.d pada blok II dan III garis 2, maka
terbaca, dua harga ETo yaitu 8,7 dan 8 mm /hari.
ETo yang dicari merupakan harga rata-rata. = 1/2 ( 8,7 + 8 )= 8,35 mm/hari;
dianggap ETo = 8,4 mm/hari.
Dari harga yang didapat ini berarti telah dimasukkan pula faktor c, karena grafik
dibuat berdasar faktor c yang telah dimasukkan.
ETo = c [ W. Rn + ( 1- W ) f(u) ( ea - ed ) ]
Harga ea dapat dilihat pada tabel 3.5.a, sedangkan harga ed dapat dilihat dari tabel
3.5.b, maka (ea - ed) diketahui.
25
1. Diketahui, T max = 35 0C dan T min = 22 0C, RH max = 80% dan RH min =
30%
Hitungan, T rata-rata = 28,5 0C dan RH rata-rata = 55%.
Dari tabel 3.5.a., ea = 38,9 mbar, dan karena data tentang temperatur bola
basah dan bola kering tidak ada, e d tidak dibaca dari tabel 3.5.b ., tetapi
dihitung :
ed = ea (RH rata-rata/100) = 38,9 (55/100) = 21,4 mbar.
Berarti (ea - ed) = (38,9 21,4) = 17,5 mbar.
2. Diketahui, Tmax = 350C, Tmin = 220C, Tbola kering = 240C dan Tbola basah = 200C.
26
pengukuran (m)
Faktor koreksi 1,35 1,15 1,06 1,00 0,93 0,88 0,85 0,83
Besarnya f(u) dapat dilihat pada tabel 3.5.c., apabila kecepatan angin pada tinggi
pengukuran 2 m telah didapatkan.
Diketahui, data dari tinggi pengukuran 3 m kecepatan angin = 250 km/hari.
Hitungan, U = 0,93 (250) = 232 km/hari. Selanjutnya baru dilihat pada tabel 3.5.c.,
f(u) = 0,90.
Rn = (1 - ) Rs - Rnl
= angka refleksi
Rnl = radiasi gelombang panjang neto.
Misalnya suatu tempat dengan letak 300 lintang utara, pada ketinggian 95 m dan
data dari bulan Juli memberikan RH rata-rata 55 % serta n rata-rata = 11,5 jam/hari
maka perhitungan dilakukan sbb. :
27
Ra, dari tabel 3.5.f = 16,8 mm/hari, dan dari tabel 3.5.9, dapat dilihat N = 13,9
jam/hari.
Rs =(0,25 + 0,50 n/N ) Ra = ( 0,25 + 0,50 . 11,5/13,9) 16,8 = 11,2 mm/hari
Untuk tanaman pada umumnya harga diambil = 0,25
Maka (1 - ) Rs = 0,75. 11,2 = 8,4 mm/hari
Rumus untuk menghitung besarnya radiasi gelombang panjang neto terlalu
kompleks bagi keperluan praktis, maka perhitungan Rnl sangat sederhana apabila
menggunakan tabel-tabel yang telah disediakan.
Dari tabel 3.5.i., didapat f(T) = 16,4 dan dari perhitungan I didepan telah didapatkan
harga ed = 21,4 mbar. Maka dari tabel 3.5.j., didapatkan pada e d = 21,4 mbar, f (ed)
sangat mendekati 0,13
28
3.5 Metoda Panci Evaporasi.
Dari pencatatan laju evaporasi, berarti telah dimasukkan pula
pengaruh-pengaruh radiasi, angin, temperatur, maupun lengas udara. Refleksi
radiasi matahari, berbeda pada permukaan air bebas dan pada permukaan vegetasi.
Pada permukaan air bebas refleksi radiasi matahari hanya 5% - 8%, sedangkan
pada permukaan vegetasi berkisar antara 20% 25%. Selain terdapat perbedaan
refleksi radiasi matahari, terdapat juga perbedaan penyimpanan panas oleh
permukaan air dan permukaan vegetasi. Karena adanya perbedaan - perbedaan
tersebut, maka untuk merubah laju evaporasi dari permukaan air pada panel
menjadi Eto, diperlukan suatu faktor, dan disini faktor tersebut diberi simbol Kp.
ETo = Kp . Epanci.
Untuk tipe-tipe panci tertentu, dalam praktek perhitungan telah tersedia tabel yang
bersangkutan, yang memuat nilai dari faktor Kp. Walaupun tabel nilai Kp telah
tersedia, perlu diperhatikan pengaruh dari iklim dan keadaan lingkungan. Untuk
panci klas A, berikan tabel nilai Kp, pada tabel 3.6.a.
Yang disebut panci klas A, adalah panci standar dengan diameter 121 cm dan
kedalaman panci = 25,5 cm, dengan cara pemasangan yang telah ditentukan.
Metoda panel evaporasi ini hanya digunakan untuk periode yang lebih besar atau
sama dengan 10 hari. Rumus ETo sangat sederhana, yaitu :
ETo = Kp . E panci.
29
Pemilihan harga kc, didasarkan pada watak tanaman, waktu tanam, usia tanaman
dan kondisi iklim pada umumnya.
Harga. kc umumnya telah ditabelkan berdasar penyelidikan, misalnya untuk
Indonesia, bagi tanaman padi disarankan memakai tabel sbb. :
Et = evapotranspirasi, (mm/hari).
Ep = evaporasi dari panci evaporasi klas A ( mm/hari ).
a dan b suatu konstanta.
30
3.7.3 Lain-lain
Masih ada cara-cara lain lagi misalnya Metoda Hargreaves, Metoda Irri,
Lowry Johnson, Christiansen dll.
Untuk Indonesia, harga evapotranspirasi berada pada harga sekitar 4 sampai 6
mm/hari, dan sebagaimana umumnya sebagai daerah sekitar katulistiwa, maka
variasi harga evapotranspirasi dari bulan ke bulan lain tidak terlampau besar.
31
BAB IV
4.1 Pendahuluan
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam
waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat
dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian
berbagai teknik tersebut disesuaian degan karakteristik tanaman dan kondisi
setempat. Bagian ini akan membicarakan beberapa teknik pemberian air irigasi,
desain serta kinerjanya.
32
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan danau. Waduk
(reservoir) merupakan juga sumber air permukaan yang berasal dari sungai
yang dengan sengaja dibendung.
2. Airtanah (groundwater)
Airtanah merupakan air yang mengisi pori antar partikel tanah dalam suatu
akuifer (aquifer). Akuifer adalah suatu formasi yang berupa bahan permeable
yang mengandung air serta dapat menghantarkan dan menghasilkan air. Ada
dua macam akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer, phreatik aquifer)
dan aquifer terkekang (confined aquifer) (lihat Gambar 0 .6). Pada akuifer
bebas terdapat muka air (water table) yang memisahkan zone aerasi dan
zone saturasi. Di muka air tekanan air sama dengan tekanan atmosfer.
Akuifer terkekang terjadi apabila air tanah terkekang oleh lapisan kedap
(impermeable). Airtanah pada akuifer terkekang mempunyai tekanan lebih
besar daripada tekanan atmosfer sehingga air akan naik bila dibuat sumur
melalui lapisan kedap. Airtanah dalam akuifer dapat muncul ke permukaan
tanah secara alamiah dalam bentuk mata air maupun melalui saluran vertikal
dari permukaan tanah ke akuifer yang disebut sumur.
Sumur artesis
memancar
Sumur dangkal Sumur artesis
tidak memancar
Muka tanah
Piezometric surface
Muka airtanah
Akuifer bebas
Lapisan kedap
33
Jika elevasi permukaan air atau head pada sumber air cukup maka
digunakan metode gravitasi. Cara pengambilan gravitasi yang paling banyak
digunakan adalah dengan penyadapan dari sumber air pemukaan ke saluran
terbuka maupun pipa. Bangunan sadap biasanya mempunyai bagian
pengatur dan pengukur aliran ke lahan, seperti bendung, pintu, atau katub.
2. Pemompaan
Apabila head sumber air tidak cukup maka digunakan pompa untuk
menaikkan permukaan air dan/atau memberikan tekanan yang diperlukan
untuk membawa dan/atau mendistribusikan air irigasi. Suatu instalasi pompa
terdiri dari unit pompa (pump unit) dan unit sumberdaya (power unit). Unit
pompa merupakan peralatan mekanis yang memberikan energi pada air
untuk menaikkan elevasinya. Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa
yang paling cocok digunakan untuk irigasi dibandingkan jenis pompa rotari
maupun reciprokal. Unit sumberdaya yang berupa motor listrik atau motor
bakar berfungsi menghasilkan energi mekanis untuk menggerakkan pompa.
34
Menurut cara distribusinya:
1. Irigasi permukaan (surface irrigation)
Metode ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan paling banyak
digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan yang relatif
seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi
rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun
irigasi permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena
banyak kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage.
Beberapa tipe irigasi permukaan yang sering dijumpai adalah
sawah/genangan (basin), luapan (border), alur (furrow), dan surjan.
2. Irigasi curah (sprinkler irrigation)
Metode ini menggunakan tekanan antara 70-700 kPa untuk menciptakan
butiran-butiran yang menyerupai hujan. Sprinkler mempunyi efisiensi lebih
tinggi daripada irigasi permukaan karena dapat mengurangi kehilangan air
yang diakibatkan oleh perkolasi dan run off. Sprinkler memerlukan investasi
relatif besar serta memerlukan lebih sedikit tenaga kerja tetapi
ketrampilannya dituntut lebih tinggi dibandingkan irigasi permukaan. Sprinkler
dapat digunakan untuk mengaplikasikan pupuk dan pestisida sehingga dapat
digunakan untuk irigasi hidroponik.
3. Irigasi tetes (trickle irrigation)
Irigasi tetes mengaplikasikan air secara perlahan-lahan dan sering pada
permukaan tanah atau dalam tanah di daerah perakaran tanaman. Prinsip
irigasi tetes adalah memberikan air di zone perakaran tanaman dan menjaga
kandungan lengasnya mendekati optimal. Dengan demikian metode ini lebih
efisien daripada sprinkler. Namun demikian metode ini memerlukan investasi
yang besar dan perawatan yang baik karena air yangmengandung bahan
terlarut akan mudah menyumbat komponen penetes. Tekanan yang
digunakan pada irigasi tetes biasanya berkisar 15-20 kPa untuk
menghasilkan tetesan di permukaan atau dalam tanah, pengkabutan di
permukaan tanah, atau gelembung (bubble). Variasi tradisional dari irigasi ini
adalah irigasi kendi.
35
4.2 Irigasi Permukaan
4.2.1 Pendahuluan
Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal
dikembangkan. Irigasi permukaan merupakan irigasi yang terluas cakupannya di
seluruh dunia terutama di Asia.
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan
membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan
melalui saluran terbuka baik dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head
rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif
lebih kecil daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan
lahan, seperti untuk membuat teras. Jenis irigasi tetes yang akan dibahas di sini
adalah sawah/genangan (basin), luapan (border), alur (furrow), dan surjan.
do q
yo
Profil infiltrasi
36
Umumnya air dialirkan sampai kebutuhan air tanaman terpenuhi. Setelah pemberian
air dihentikan aliran air masih akan berlanjut tetapi tebalnya akan berkurang dimulai
dari hulu lahan ke hilir. Jika ketebalan air mencapai nol maka terjadi proses
pengeringan atau resesi yang prosesnya juga dimulai dari hulu lahan ke hilir. Proses
ini terjadi baik pada pemberian air irigasi genangan, luapan, maupun alur.
Gambar 0 .8 menunjukkan skema proses irigasi permukaan terhadap waktu
dan tempat yang menunjukkan fase-fase yang terjadi selama proses berlangsung.
Fase-fase tersebut adalah:
1. Fase awal (advance phase)
Air mulai masuk dan mengalir di permukaan tanah dari hulu lahan sampai
mencapai hilir lahan.
2. Fase simpanan (storage phase)
Fase ini terjadi jika air telah mencapai ujung lahan tetapi aliran air masuk
masih ada.
3. Fase deplesi (depletion phase)
Fase ini terjadi setelah pemberian air irigasi dihentikan dan tebal air (d) mulai
menurun sampai mencapai 0.
4. Fase resesi (recession phase)
Setelah tidak ada air di permukaan tanah, tanah mulai mengering.
Fase deplesi
Irigasi berakhir
Fase simpanan
Fase awal
Mulai irigasi
Jarak sepanjang
lahan
37
Hidrolika Irigasi Permukaan
Proses irigasi permukaan tersebut dapat dimodelkan dengan model
matematika. Ada beberapa jenis model matematika misalnya hydrodinamic model
dan kinematic-wave model. Pada dasarnya model matematika ini diturunkan dari
persamaan kontinyuitas dan persamaan energi pada aliran unsteady di saluran
terbuka.
Model matematis dipergunakan dalam desain irigasi permukaan misalnya
untuk memperkirakan posisi front pembasahan pada fase awal, memperkirakan
posisi pengeringan tanah pada fase resesi, menghitung efisiensi dan keseragaman,
menentukan kombinasi ebit, slope dan panjang lahan optimal, dan sebagainya.
Model matematika biasanya berupa persamaan diferensial yang harus diselesaikan
dengan bantuan komputer. Berikut ini penurunan salah satu model matematika yaitu
model hidrodinamik atau persamaan Saint Venant.
Persamaan Kontinyuitas
Gerakan air di permukaan tanah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 0 .7
dapat didekati dengan sebagai aliran fluida (air) tak tunak (unsteady). Persamaan
kontinyuitas untuk aliran unsteady dapat disusun berdasarkan konservasi massa
pada suatu ruang di antara dua buah penampang saluran seperti nampak pada
Gambar 0 .9. Pada aliran unsteady debit berubah terhadap jarak dengan laju
sebesar Q/x, dan kedalaman berubah terhadap waktu dengan laju y/t.
dx
(y/t) dt
dA
38
Perubahan debit yang melalui ruang dalam waktu dt adalah (Q/x) dx dt.
Perubahan simpanan saluran pada ruang dalam waktu yang sama adalah T dx
(y/t) = dx (A/t) dt. Karena air bersifat tak mampat (incompressible), netto
perubahan debit ditambah perubahan simpanan sama dengan nol.
Q y Q A
dx dt T dx dt dx dt dx dt 0
x t x t (1)
vA y
T 0
x t (4)
Atau
v A A
A v T 0
x x t (5)
v y y
D v T 0
x x t (6)
Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan kontinyuitas untuk aliran
unsteady pada saluran terbuka. Persamaan ini pertaman kali dikemukakan oleh
Saint Venant.
Bila persamaan digunakan pada saluran lebar dengan laju infiltrasi per satuan
panjang I maka persamaan (3) dapat dituliskan sebagai:
Q A
I 0
x t (7)
39
Persamaan Energi
Gerakan air di permukaan tanah juga mengikuti hukum kekekalan energi
seperti yang dinyatakan dengan persamaan Bernoulli. Persamaan energi diturunkan
dengan mengambil sepenggal kecil aliran yang berukuran dx. Garis energi pada
aliran unsteady di permukaan tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 0 .10.
dx
ha = (1/g)(v/t)dx
Garis percepatan
v2/2g Garis energi hf = Sf.dx
v2/2g +
y + dy
dz Dasar saluran
z
z + dz
datum
40
1 v
ha dx
g t . (8)
v 2 v 2 v 2 1 v
z y z dz y dy d dx Sf .dx
2g 2g 2g g g
(10)
Disederhanakan menjadi:
v 2 1 v
dz dy d dx Sf .dx 0
2g g t
.
(11)
Tiga elemen di pertama dari persamaan 11 merupakan perubahan tinggi energi total
sedangkan dua elemen terakhir merupakan kehilangan (losses) energi karena
percepatan dan gesekan. Persamaan 11 dibagi dengan dx dan diubah ke diferensial
parsial menjadi
z y v 2 1 v
Sf 0
x x 2 g g t .
(12)
Atau
z y v v 1 v
Sf 0
x x g t g t .
(13)
41
y v v 1 v
So Sf
x g x g t .
(14)
Keseragaman
- Keseragaman menunjukkan kemerataan distribusi air di lahan.
- Besarnya tergantung waktu infiltrasi di seluruh lahan
- Keseragaman besar bila slope besar, kekasaran hidrolik kecil, debit besar,
atau laju infiltrasi kecil.
- Di lapangan diukur dengan mengukur kedalaman infiltrasi di sepnjang lahan
tiap jarak tertentu dan dihitung dengan keseragaman Christiansen.
CU 1
d
100%
nx
(15)
n = jumlah pengamatan
x = rata-rata hasil pengamatan
d = simpangan pengamatan dari rata-rata
Efisiensi aplikasi
- Efisiensi aplikasi adalah jumlah air yang digunakan oleh tanaman dibagi total
air yang diberikan.
- Efisiensi aplikasi akan besar bila debit kecil, panjang lahan besar, kekasaran
hidrolik besar, slope kecil, atau laju infiltrasi besar.
42
- Efisiensi aplikasi dihitung dengan:
RZ
Ea 100%
(16)
Kecukupan
- Kecukupan adalah banyaknya bagian lahan yang menerima air cukup untuk
mempertahankan kuantitas dan kualitas produksi tanaman pada tingkat
menguntungkan.
- Kecukupan seringkali didekati dengan efisiensi simpanan.
S rz
Es 100%
S fc
(17)
CU rendah
Ea rendah
Es tinggi
43
CU tinggi
Ea tinggi
Es rendah
CU tinggi
Ea rendah
Es tinggi
galengan
siphon
saluran sawah
44
Gambar 0.11. Contoh irigasi genangan
45
Irigasi Alur (Furrow Irrigation)
Irigasi alur dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran
kecil yang dibuat searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam permukaan
tanah dari dasar alur dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan
tekstur medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal.
Desain irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur.
Panjang alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi. Jarak
antar alur 1-2 m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm
untuk memudahkan pengendalian dan penetrasi air.
Kelebihan dari irigasi alur ini adalah mengurangi kehilangan akibat evaporasi,
mengurangi pelumpran tanah berat, dan mempercepat pengolahan tanah setelah
pemberian air. Irigasi alur cocok untuk memberikan air pada tanaman yang mudah
rusak bila bagian tanamannya terkena air. Tenaga kerja yang diperlukan untuk
mengoperasikan sistem ini relatif lebih besar daripada irigasi kolam.
alur alur
Pola
pembasahan
46
2. Menentukan kebutuhan air irigasi
3. Menentukan waktu infiltrasi (opportunity time) yaitu waktu yang diperlukan
untuk air untuk meresap ke dalam tanah
4. Menentukan debit irigasi
- debit harus cukup besar untuk memberikan air yang seragam ke seluruh
lahan tetapi tidak terlalu besar sehingga dapat menimbulkan erosi
5. Menentukan waktu pemberian air irigasi (inflow time) yaitu waktu yang
diperlukan untuk meresapkan sejumlah air yang diperlukan ke seluruh lahan.
6. Menentukan jarak antar alur
- Jarak antar alur ditentukan dengan memperhatikan jarak alur tanaman
dan pola pembasahan yang diakibatkan infiltrasi horisontal dan vertikal
7. Menentukan bentuk dan ukuran alur
- Alur dapat berbentuk V atau U
- Ukuran penampang alur harus seragam sepanjang alur untuk mencegah
penimbunan air
- Alur dangkal harus dibuat pada lahan dengan slope seragam
- Alur dengan dasar lebar memungkinkan infiltrasi lebih besar karena
permukaan infiltrasinya lebih luas
- Alur dalam mengurangi kemungkinan water logging pada saat hujan
tetapi pada saat pemberian air irigasi memerlukan volume pemberian air
lebih banyak.
8. Menentukan jumlah alur yang diairi setiap pemberian air irigasi.
Irigasi Surjan
Teknik pemberian air surjan dikembangkan di daerah rawan banjir atau
daerah genangan. Pada daerah surjan, sebagian lahan ditinggikan (tabukan) dan
sebagian diturunkan (ledokan). Disain surjan yang meliputi lebar tabukan dan
ledokan serta panjang tabukan dan ledokan disesuaikan dengan frekuensi dan tinggi
banjir.
Ledokan
Tanaman: padi
Tabukan
Tanaman: palawija
47
Gambar 0.13. Penampang lahan surjan
Bagian tabukan ditanami padi pada musim hujan dan ditanami palawija pada musim
kemarau sedangkan bagian ledokan ditanami palawija sepanjang tahun. Fungsi
utama surjan adalah untuk memanfaatkan genangan di ledokan pada musim hujan
sekaligus sebagai upaya untuk konservasi lengas tanah. Disamping itu bagi petani
surjan juga membantu mengurangi resiko kegagalan pada satu jenis tanaman.
48
Berfungsi untuk menyadap air dari sumbernya. Contoh: bendung (weir)
2. Bangunan pembawa
Berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber ke lahan. Contoh: saluran,
gorong-gorong, siphon, talang.
3. Bangunan pengatur
Berfungsi untuk mengatur head, kecepatan, atau debit. Contoh: bangunan
bagi, bangunan sadap, terjunan, got miring
4. Bangunan pengukur
Berfungsi untuk mengukur debit air yang dialirkan. Contoh: bangunan ukur
ambang tajam (sekat Thomson, cippoletti), bangunan ukur ambang lebar,
flume (parshal flume, cut throat)
5. Bangunan lain-lain
Secara hidrolis tidak berfungsi tetapi harus ada untuk suatu keperluan.
Contoh: jembatan, tempat minum ternak, tempat cuci.
4.3.1 Pendahuluan
Irigasi curah atau siraman (sprinkler) menggunakan tekanan untuk
membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sistem ini dapat pula digunakan untuk
mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk, dan lain-lain.
Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut
mainline dan sub-mainline dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai
beberapa mata pencurah (sprinkler).
Sprinkler digunakan pada:
1. tanah porus
2. solum tanah dangkal
3. kemiringan tanah tajam
4. tanah peka erosi
5. air terbagat
6. tanah bergelombang
7. tenaga terampil terbatas
49
Keuntungan pemakaian irigasi curah:
1. mengukuran air lebih mudah
2. tidak mengganggu pekerjaan pertanian dan hemat lahan
3. efisiensi air tinggi
4. investasi dengan mempertimbangkan kebutuhan
5. jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga O&P lebih
murah
pompa mainline
sumber
lateral
sprinkler
Tipe pencurah:
1. Impact sprinkler
- Mempunyai satu atau lebih lubang (nozzle) untuk mengalirkan air ke
udara
- Mempunyai per untuk mengatur, membuka dan menutup lubang
- Constant diameter: dari kuningan atau plastik, banyak digunkan karena
debit yang melaluinya proporsional terhadap tekanan
50
- Constant discharge: didesain dengan tekanan > nilai treshold sehingga
perubahan tekanan tidak berpengaruh terhadap debit, digunakan bila
debit bervariasi
- Diffuse-jet nozzle: didesain untuk tekanan rendah
2. Gear-driven sprinkler
- Dilengkapi turbin kecil di bagian dasar sprinkler untuk memompa air
- Pancaran/curahan air lebih lembut daripada impact
3. Reaction sprinkler
- Rotasi sprinkler dipengaruhi torsi yang diakibatkan air meninggalkan
lubang
- Bila dioperasikan pada tekanan rendah kemampuannya lebihrendah
4. Fixed-head sprinkler
- Lubang permanen > 1 buah
51
3. semi permanent: pompa tetap dan mainline permanen, lainnya dapat
dipindahkan
4. permanent: lokasi pompa, mainline, submain, lateral dan sprinkler tetap
- dengan:
- Q = debit sprinkler
- n = jumlah nozzle
- K = konstanta, tergantung satuan yang digunakan
- c = koefisien, tergantung bentuk dan kekasaran bukaan nozzle
- A = luas penampang melintang bukan nozzle
- P = tekanan operasi nozzle
- x =fungsi eksponensial nozzle (0,5)
2. Jarak lemparan
- Jarak antar sprinkler yang berdekatan dipengaruhi oleh jarak lempar
sprinkler
- jarak bertambah bila kemampuan melempar sprinkler naik
- dipengaruhi teknan operasi, bentuk, serta sudut lemparan
- pabrik mengeluarkan publikasi diameter pembasahan untuk berbagai
macam tekanan, ukuran nozzle, bentuk dan sudut nozzle.
3. Pola distribusi
- Volume air yang digunakan bervariasi terhadap jarak dari sprinkler
- Pola distribusi tergantung tekanan operasi (lihat Gambar 11), nozzle
dan angin
- Bentuk nozzle dan ukuran bukaan biasanya tidak berpengaruh
terhadap pola distribusi
4. Rata-rata aplikasi
- Parameter yang penting untuk aplikasi terhadap tanah, tanaman, dan
daerahnya
52
- Bila aplikasi besar akan menyebabkan run off dan erosi
Q
Ak
- a
- Dengan: A = rata-rata aplikasi, Q = debit sprinkler, a = luas areal
pembasahan, k = konstanta satuan
- Untuk beberapa sprinkler serupa yang diletakkan dalam grid L dan S:
Q
Ak
LS
- Dengan: Q = debit sprinkler individu, L = jarak antar lateral, S = jarak
antar sprinkler dalam lateral
5. Ukuran tetesan (droplets)
- Ukuran tetesan berpengaruh terhadap daya dispersi ke tanah
- Ukuran tetesan mempengaruh pola distribusi bila ada angin karena
ukuran tetesan kecil lebih peka terhadap angin
53
Tekanan terlalu rendah
Tekanan cukup
54
- Sprinkler harus dioperasikan dengan tekanan minimal dengan
keseragamaan dan efisiensi yang tinggi guna mengurangi konsumsi
energi dan menghemat biaya operasi
- Setiap sprinkler keluaran pabrik sudah dilengkapi dengan informasi
kinerja
3. Lain-lain
- Sudut nozzle, ukuran tetesan, jarak lemparan, dan pola aplikasi harus
diketahui dan disesuaikan dengan angin, tanaman, dan sistem yang
digunakan
- Sudut nozzle tergantung kecepatan angin dan tinggi tanaman
- Ukuran tetesan kecil cocok untuk tanah terbuka, tetesan besar cocock
untuk daerah berangin.
4.6.1 Pendahuluan
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke
dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil
dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping
maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung
jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman. Cocok untuk
55
buah-buahan yang banyak mengandung air sewaktu panen (tomat, jeruk, anggur,
arbeil, dsb.). Tidak praktis dan ekonomis untuk tanaman rapat.
Beberapa metode irigasi tetes:
1. Drip irigation
Air diaplikasikan ke tanah pada satu titik dalam bentuk tetesan-tetesan
melalui emiter point.
2. Subsurface irrigation
Air diaplikasikan di bawah permukaan tanah menggunakan emiter point
maupun line source.
3. Bubbler irrigation
Air diaplikasikan ke permukaan tanah dengan aliran kecil.
4. Spray irrigation
Air diaplikasikan melalui microsprinkler untuk membuat semprotan kecil di
dekat permukan tanah.
Keuntungan trickle:
1. Efisiensi penggunaan air sangat tinggi karena evaporasi minimum, tidakada
gerakan air di udara, tidak ada pembasahan daun, tidak ada runoff, serta
pengairan dibatasi di sekitar tanaman pokok. Penghematan air 30-50%.
Efisiensi mendekati 100%.
2. Respon tanaman terhadap sistem ini lebih baik dalam hal produksi, kualitas,
dan keseragaman produksi:
a. Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara,
tekanan rendah sehingga tidak mengganggu keseimbangan kadar
lengas
b. Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur karena air
anya diberikan terbatas pada tanaman pokok
c. Penggaraman/pencucian garam lebih efektif kaena ada isolasi lokasi.
Gula tidak tumbuh tanpa air
3. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll. Serta
mengurangi run off dan meningkatkan drainasi permukaan.
4. Perencanaan dan konstruksi irigasi tetes murah bila penyumbatan tidak
terjadi dan pemeliharaan emiter minimum. O&P murah.
56
5. Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik, tidak terpengaruh angin, bisa
diterapkan di daerah bergelombang.
Problem:
1. Penyumbatan saluran dan emiter oleh pasir atau lumut menyebabkan
kapasitas aliran dan distribusi tidak baik.
2. Pengendapan garam-garaman yang tidak larut dalam air di ujung emiter.
3. Akibat pemberian terbatas, perkembangan akar dan daya tahan tanaman
terbatas
57
- debit 2-10 lt/jam pada tekanan tinggi (10 m atau 1 atm) untuk
mengantisipasi akibat beda tinggi yang disebabkan elevasi dan gesekan
dalam pipa
- harus dirancang seteliti mungkin ( = 2,00 mm) agar debit seminimum
mungkin (toleransi 10%)
- karakteristik hidrolik aliran tidak berpengaruh besar pada tekanan dan
debit.
2. memberikan penampang aliran yang besar
- untuk menurunkan tekanan dari debit rendah digunakan 0,3-1,0 mm
3. biaya rendah
- biaya 25-35% untuk emiter, selebihnya untuk pipa, sambungan, control
head, dll.
Tipe emiter:
1. berdasarkan regim aliran:
- laminar flow: emiter mempunyai alur yang panjang dan debit rendah
- partially turbulent flow: long path, multi-exit emiter, debit tinggi, orifice
type emiter
- fully turbulent flow
1. berdasarkan hilangnya tekanan: long path, gesekan, small nozzle
2. berdasarkan hubungan dengan lateral: in-line, on-line (banyak
digunakan), riser
3. berdasarkan distribusi air: single exit point, several exit point,
distribute along lateral
4. berdasarkan penampang alur: very sensitive <0,7 mm, sensitive
0,7-1,5 mm, relatively sensitive >1,5 mm
5. berdasarkan sifat pembersihan: automatic flushing, orifice,
manual
6. berdasarkan kompensasi tekanan
7. berdasarkan bahan/material:PVC, PE, ABS
58
2. Prosen luas pembasahan
3. Perubahan tekanan
4. Kantong penangkap udara
5. Kelep
6. Ekonomis
4.7.1 Pendahuluan
Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiridari kata hydro yang berarti
air dan ponos yang berarti kerja. Hidroponik diartikan sebagai pengerjaan atau
pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman dan tempat mengambil unsur hara
yang diperlukan pada budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanam.
Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik biasanya tanaman sayuran,
buah-buahan atau bunga yang bernilai ekonomis tinggi. Perkembangan teknologi
hidroponik didorong oleh peningkatan kebutuhan akan sayuran sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk serta peningkatan kesadaran akan pentingnya
sayuran bagi kesehatan.
Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibandingkan penanaman pada media
tanah antara lain: kebersihan lebih mudah dijaga, tidak ada masalah berat seperti
pengolahan tanah dan gulma, penggunaan air dan pupuk sangat efisien, tanaman
dapat diusahakan terus tanpa tergantung musim, tanaman dapat berproduksi
dengan kualitas tinggi, produktivitas tanaman lebih tinggi, tanaman mudah diseleksi
dan dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di lahan yang sempit.
Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat tumbuh dengan baik
jika daerah perakarannya memperoleh cukup udara, air, dan unsur hara. Pemberian
nutrisi atau unsur hara merupakan faktor yang menentukan dalam usaha hidroponik.
Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan harus secara tepat jumlah, komposisi ion,
maupun temperatur.
59
4.7.2 Macam-macam sistem hidroponik
Berdasarkan definisinya, prinsip dari hidroponik adalah bercocok tanam
dengan media bukan tanah. Berdasarkan jenis medianya sistem hidroponik
dibedakan menjadi:
1. Hidroponik dengan kultur air
Sistem ini mengunakan larutan nutrisi sebagai medianya. Contoh dari sistem
ini adalah Nutrient Film Technique (NFT) dan Floating Hydroponic System
(FHS).
2. Hidroponik substrat
Sistem ini menggunakan media tanam yang berupa suatu bahan porus
selain tanah. Contoh media tanam yang biasa digunakan adalah pasir,
potongan kayu, serbuk kayu, arang kayu, sabut kelapa, batang pakis, dan
arang sekam.
Larutan nutrisi merupakan faktor penting dalam bercocok tanam hidroponik. Oleh
karena itu, disamping komposisi larutannya sendiri, cara pemberian larutan nutrisi
sangat diperhatikan dalam sistem hidroponik. Berdasarkan cara pemberian larutan
nutrisinya, hidroponik dapat dibedakan menjadi:
1. sistem sirkulasi
contoh: NFT
2. sistem non-sirkulasi
contoh: FHS, hidroponik substrat
60
Pompa
Gambar 0.19. Skema sistem NFT yang dilengkapi sistem pendingin
61
1. Membutuhkan supplai listrik terus menerus karena apabila listrik mati selama
beberapa jam terutama siang hari, tanaman terancam mati total.
2. Bila terjadi infeksi penyakit terhadap salah satu tanaman, maka seluruh
tanaman akan tertular dalam waktu singkat.
3. Membutuhkan investasi awal yang besar.
Mulsa
Larutan Styrofoam
nutrisi
Lantai
kolam
Tanah
Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan melainkan tetap pada wadah yang
digunakan. Larutan nutrisi dapat didaur ulang dengan cara mengontrol kepekatan
larutan nutrisi dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu.
Karakteristik dari sistem ini adalah terisolasinya lingkungan perakaran sehingga
fluktuasi suhu larutan nutrisi akan lebih rendah. Fluktuasi suhu harian larutan nutrisi
dalam sistem ini dipengaruhi selain oleh kondisi lingkungan juga umur tanaman dan
kedalaman larutan nutrisi. Selain itu sistem ini dapat diterapkan tanpa menggunakan
energi listrik. Peralatan yang diperlukan untuk membudidayakan tanaman dengan
FHS adalah kolam hidroponik, aerator, dan styrofoam.
62
4.7.5 Hidroponik substrat
Hidroponik substrat adalah metode budidaya tanaman dimana akar tanaman
tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga
memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Media
tanam yang baik mempunyai karakteristik dapat menyerap dan menghantarkan air,
tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah lapuk. Media tanam
yang digunakan dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik.
Media tanam anorganik adalah media tanam yang sebagian besar
komponennya terdiri dari benda mati serta tidak menyediakan nutrisi bagi tanaman.
Media tanam anorganik pada umumnya memiliki pori-pori mikro dan makro yang
seimbang sehingga sirkulasi udaranya cukup baik dan daya serap airnya cukup
tinggi. Contoh media tanam anorganik: pasir, kerikil alam, kerikil sintetik, batu kali,
batu apung, pecahan bata atau genting, spons dan serabut batuan (rockwool).
Media tanam organik adalah media tanam yang sebgaian besar
komponennya terdiri dari organisme hidup seperti bagian tanaman (batang, daun,
kulit kayu). Bahan organik ini mengalami pelapukan sehingga terjadi proses
dekomposisi oleh mikroorganisme yang menghasilkan CO2, H2O, dan mineral.
Contoh media tanam organik: gambut, potongan kayu, serbuk gergaji, kertas, arang
kayu, sabut kelapa, batang pakis dan arang sekam.
Masing-masing media tanam mempunyai sifat tersendiri seperti
kemampuannya mengikat lengas yang ditentukan oleh ukuran partikel, bentuk, dan
porositasnya. Air diikat pada permukaan partikel dan permukaan pori. Semakin kecil
ukuran partikel semakin luas permukaan dan jumlah poi sehingga semakin besar
pula kemampuan menahan air. Bentuk partikel yang tidak beraturan mempunyai
luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan airnya pun lebih benar.
Pilihan jenis media ditentukan berdasarkan ketersediaan biaya, kualitas dan jenis
hidroponik yang digunakan.
Pada sistem ini larutan nutrisi diberikan pada media tanam secara langsung
melalui penetes (emitter) secara sinambung dan perlahan dekat tanaman. Setelah
keluar dari penetes, air akan menyebar ke dalam profil tanah secara vertikal dan
horisontal oleh gaya kapilaritas ditambah gaya gravitasi. Aliran dapat diatur secara
manual maupun otomatis untuk menyalurkan volume air yang diinginkan dan waktu
yang ditetapkan serta menyalurkan air apabila kelembaban air menurun sampai
jumlah tertentu. Pemberian larutan nutrisi pada sistem hidroponik substrat harus
63
tepat dari segi jumlah, komposisi ion, maupun temperatur. Selama ini sebagai dasar
pemberian larutan nutrisi hanya dipakai pengamatan cuaca saja. Oleh karena itu
sering terjadi banyak larutan nutrisi terbuang percuma atau sebaliknya terjadi
kekurangan air. Optimasi pemberian larutan nutrisi sangat diperlukan untuk menjga
tanaman memperoleh larutan nutrisi dengan tepat dan mencegah pembuangan
larutan nutrisi.
Frekuensi pemberian larutan nutrisi dan air dalam campuran larutan nutrisi
tergantung pada permukaan substrat, tahap pertumbuhan tanaman dan faktor iklim.
Substrat dengan permukaan kasar dan berbentuk teratur perlu disiram lebih sering
daripada yang berbentuk tak teratur, porus, dan berukuran kecil-kecil. Untuk
memenuhi kebutuhan tanaman secara efisien, selama proses pemberiannya, larutan
nutrisi harus melembabkan barisan tanaman secara seragam dan terdrainase
sempurna sehingga oksigen tersedia bagi akar tanaman.
Disamping dengan irigasi tetes, cara lain untuk memberikan larutan nutrisi
pada hidroponik substrat adalah dengan sistem pasang surut (ebb and flow) seperti
nampak pada Gambar 0 .21. pada sistem ini tanaman ditanam dalam pot dan
diletakkan dalam suatu bak. Bak digenangi dengan larutan nutrisi selama beberapa
saat sehingga larutan nutrisi membasahi substrat secara kapiler. Penggenangan
diikuti dengan pengeringan bak untuk memberi kesempatan larutan nutrisi
terdrainase dan oksigen mengisi pori-pori substrat. Dengan demikian komposisi
larutan nutrisi dan oksigen terjaga seimbang. Penggenangan dan pengeringan dapat
dilakukan secara manual maupun otomatis dengan pengatur waktu (timer) maupun
sensor kadar lengas pada pot-pot tanaman.
Tanaman
dalam pot
Tanki larutan
Pompa
nutrisi
64
Gambar 0.21. Sistem irigasi pasang surut pada hidroponik substrat
4.7.6 Aeroponik
Sampai saat ini masih belum jelas apakah aeroponik digolongkan dalam
hidroponik atau merupakan golongan tersendiri. Aeroponik adalah cara bercocok
tanam dimana akar tanaman tergantung di udara dan disemprot dengan larutan
nutrisi secara terus menerus. Skema aeroponik dapat dilihat pada Gambar 0 .22.
Tanaman
Plastik
penutup
Styrofoam
Lubang
Sprinkler
drainase
65
berpengaruh, pengendalian yang sering dilakukan adalah cahaya, temperatur, dan
kelembaban udara.
Untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi, dalam rumah kaca di daerah tropis,
harus dirancang ventilasi yang memadai. Apabila perlu dapat ditambahkan
pendingin pada rumah kaca. Ada dua macam pendingin rumah kaca yaitu
evaporative cooling dan zone cooling. Evaporative cooling menggunakan prinsip
mengevaporasikan air untuk menurunkan suhu. Contohnya adalah penyemprotan
uap air (misting) yang juga berfungsi untuk menaikkan kelembaban relatif udara.
Akan tetapi evaporative cooling kurang efektif diterapkan di daerah tropis karena
telah mempunyai kelembaban udara tinggi. Zone cooling dimaksudkan untuk
mendinginkan bagian tanaman tertentu. Contohnya adalah pendinginan larutan
nutrisi pada sistem NFT seperti nampak pada Gambar 0 .19.
4.7.8 Penutup
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk aspek irigasi dalam hidroponik:
1. Selain untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, pada sistem hidroponik air
juga digunakan sebagai pelarut nutrisi. Oleh karena itu, aspek efisiensi
mutlak harus diperhatikan. Hal ini berbeda dengan irigasi pada tanaman
yang tumbuh di media tanah karena penyedia nutrisi tanaman adalah tanah,
sehingga kehilangan air kurang berpengaruh terhadap nutrisi.
2. Pada pemberian larutan nutrisi secara sirkulasi, air dapat menjadi media
penularan penyakit. Oleh karena itu, kualitas air harus diperhatikan.
Penggunaan air dari sumber terbuka seperti sungai, waduk, dan danau tidak
disarankan karena dikhawatirkan air telah terkontaminasi patogen, residu
kimia, atau zat berbahaya lain. Sumur merupakan sumber air yang cukup
baik kualitasnya karena air telah tersaring lapisan tanah. Filterisasi dan
berbagai perlakuan bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas air.
3. Media tanam dalam sistem hidroponik umumnya bersifat porus sehingga
media tanam perlu disiram secara teratur. Penyiraman bukan saja
memberikan ketersediaan air, tetapi sekaligus juga kebutuhan nutrisi
tanaman. Dengan demikian kekurangan air juga berarti kekuragan nutrisi.
66
67