Makalah Mata Kuliah Manajemen Pembibitan
Makalah Mata Kuliah Manajemen Pembibitan
Makalah Mata Kuliah Manajemen Pembibitan
Disusun Oleh:
9. Muthoyibah (1525010156)
FAKULTAS PERTANIAN
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Tujuan
1.3 RumusanMasalah
2.1 Planning
2.2 Organizing
Struktur Organisasi
Pemilik Usaha :
Bagian Keuangan :
Bagian Produksi :
Bagian Pemasaran :
Bagian Administrasi
Mengatur laporan pembelian, sehingga akan tercatat secara jelas dan tidak
menimbulkan kerugian.
Mengurus surat keluar dan masuk yang diterima.
Mengurus arsip usaha pembibitan berupa surat dan laporan yang telah
dibuat.
2.3 Directing
2.4 Actuating
Actuating atau pengerahan adalah usaha seseorang untuk mengerahkan
apa yang dimilikinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Actuating adalah implementasi rencana, Actuating merupakan pedoman yang
membuat urutan rencana menjadi tindakan. Sehingga tanpa tindakan nyata,
rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Atau dengan kata lain actuating merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengerahan perencanaan dan
penorganisasian dapat terlaksana dengan baik dan kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan secara optimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Makna actuating ada 2 berdasarkan:
1. Actuating dalam Sumber Daya Alam
Actuating: pelaksanaan yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan
bagian kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Melaksanakan perencanaan
sumber daya alam dengan tanggung jawa yang telah diberikan sebelumnya.
Misalnya manajer dalam bidang pengelolaan tanaman teh melaksanakan
pekerjaannya. Dimulai dengan melihat keadaan tamanam, tanah, cara
pembibitan, pekerjan karyawan apakah sesuai dengan prosedur apa tidak dan
sebagainya.
2. Actuating dalam Sumber Daya Manusia
Actuating : melaksanakan pekerjaannya dengan tepat sesuai dengan
perancanaan, prosedur dan bidang pekerjaannya. Dimana setiap anggota
melaksanakan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan dari penanaman
hingga produksi hasil.. Haruslah mencapai target dan tujuan sasaran industri
berdasarkan kemampuan di bidang karyawan/ anggota
Adapun actuating dalam Manajemen Pembimbitan Jarum Tiram
(Pleurotus ostreatus) ini adalah sebagai berikut:
1. Produksi ( Pembuatan Bibit Jamur Tiram)
Dalam menjalankan bisnis budidaya jamur, keberadaan bibit menjadi salah
satu kebutuhan utama sebelum memulai usaha. Bahkan bisa dikatakan bibit jamur
menjadi bagian dari modal usaha yang perlu Anda persiapkan sebaik mungkin.
Sebab, dengan bermodalkan bibit jamur yang berkualitas bagus maka hasil panen
yang akan Anda dapatkan juga bisa maksimal. Namun sebaliknya, bila bibit jamur
yang Anda gunakan kualitasnya kurang bagus maka bisa dipastikan hasil panen
jamur yang didapatkan juga belum bisa maksimal.
Adapun teknik pembuatan bibit jamur tiram, antara lain:
1. Bibit jamur F1
Proses pembibitan F1 dilakukan dengan mengambil spora langsung dari
indukan jamur dewasa. Spora bisa Anda ambil di kantong spora yang terletak
pada ujung basidia. Yang dimaksud dengan basidia sendiri adalah bagian dari
tubuh jamur yang terletak pada sekat-sekat atau bilah-bilah jamur dewasa. Untuk
teknik pembibitan F1, Anda bisa menggunakan media Potatoes Dextorse Agar
(PDA) untuk menghasilkan kultur murni jamur konsumsi. Biasanya dari satu
tabung bibit F1 bisa digunakan untuk memulai usaha jamur skala menengah. Log
botol merupakan tahap adaptasi awal/peralihan miselium jamur tiram dari media
PDA (Potato Dextrose Agar) ke media produksi yang berupa serbuk kayu. salah
satu Komposisi/formula medium yang dapat digunakan diantaranya serbuk kayu :
Jagung : Beras Merah : gula Putih : NPK (tambahan) : Air secukupnya dengan
perbandingan 100 : 100 : 25 : 4 : 1.
Proses pembuatannya :
Campurkan semua bahan ke dalam panci kemudian dimasak seperti
menanak nasi.
Setelah matang kemudian dinginkan dan masukkan ke dalam botol
sebanyak ¾ volume botol.
Tutup botol dengan menggunakan plastik tahan panasSterilisasi
menggunakan autoklaf / panci presto selama 20 -30 menit.
Log botol yang telah steril selanjutnya diinokulasi dengan menggunakan
miselium jamur tiram yang terdapat pada medium PDA.
2. Bibit Jamur F2 (Bibit Tebar)
Setelah bibit F1 berhasil diproduksi, satu tabung bibit F1 yang dihasilkan
bisa diturunkan menjadi 40 botol bibit F2. Proses ini dilakukan dengan
memasukan PDA (Potatoes Dextorse Agar) ke media lain berupa biji-bijian untuk
memperbanyak miselium. Beberapa jenis biji-bijan yang bisa Anda gunakan
misalnya saja seperti gandum, sorgum, atau jagung yang kemudian dikemas
dengan menggunakan botol.
Log tebar merupakan log adaptasi miselium jamur tiram untuk skala
produksi yang lebih besar. Komposisi medium F2 pada dasarnya sama dengan log
produksi F3. Yang membedakannya hanya kapasitas/bobot medium. Log tebar
biasanya dibuat dengan bobot 0,5 kg.
Komposisi Medium yang digunakan yaitu serbuk kayu : dedak : jagung :
kapur (CaCO3) : NPK dengan perbandingan 100 : 10 : 5 : 2,5 : 1.
Proses pembuatan :
Semua bahan dicampurkan sambil ditambahkan air. Banyaknya air
disesuaikan hingga medium kompak yaitu ketika dikepal tidak terurai dan
ketika diperas tidak mengeluarkan air.
Sebanyak 0,5 kg medium selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik tahan
panas ukuran 1 kg kemudian padatkan dan ditutup dengan mengikatnya
menggunakan karet sambil menyelipkan kapas/kapuk pada bagian atas.
Sterilisasi selama tidak kurang dari 4 jam. Setelah steril, simpan log di
tempat yang bersih.
Setelah dingin inokulasikan miselium jamur tiram yang berasal dari botol
selai/saus.
3. Bibit Jamur F3 (Bibit Produksi)
Selanjutnya bibit jamur F2 diturunkan lagi menjadi bibit jamur F3. Proses
ini bertujuan untuk memperbanyak pertumbuhan miselium dari bibit F2.
Kemudian hasil dari bibit F3 biasanya digunakan untuk pembibitan pada media
tanam jamur yang biasanya menggunakan baglog berisi serbuk gergaji kayu.
2. Biaya ( price )
5. Target Pasar
Dapat dilakukan dengan membidik para pengepul maupun tengkulak
untuk memasarkan jamur tiram segar dalam jumlah yang cukup banyak,
membidik konsumen rumah tangga dengan memasarkannya melalui pasar
tradisional maupun supermarket, atau bisa juga membidik konsumen industri
seperti restoran, rumah makan ataupun hotel-hotel yang membutuhkan persediaan
jamur tiram segar.
2.5 Controlling
e. Ekonomis
Karena pengawasan itu sangat dekat dan menyangkut kepada masalah biaya,
maka pengawasan itu juga dapt menghemat suatu proses produksi usaha
pembibitan.
f. Mudah dipahami
Pengawasan itu mudah dipahami karena kegiatan pengawasan pada akhirnya
akan dilaporkan kepada atasan, sehingga mudah dituntut untuk mudah
dipahami.
g. Dapat segera diadakan perbaikan
Berkaitan dengan prinsip pengawasan no. b bahwa pengawasan harus dapat
mengetahui penyimpangan yang terjadi, sehingga dari kegiatan pengawasan
tersebut harus dapat sesegera mungkin memberikan solusi yang baik untuk
perbaikan-perbaikan penyimpangan yang telah terjadi.
Pengawasan dengan cara ini lebih terstruktur dan efektif mengingat suatu
perusahaan begitu banyak oranisasi-organisasi (lini) yang menaungi program
kerja masing-masing sehingga pengawasan lebih tersusun rapi. Pemilik usaha
akan menerima laporan dari tiap-tiap kepala bagian yang telah melakukan
pengawasan, kemudian akan memberikan keputusan terhadap hasil laporan
pengawasan tersebut. Apabila terdapat beberapa penyimpangan maka pemilik
usaha akan memberikan instruksi kepada kepala bagian untuk melakukan
perbaikan, dan jika tidak ditemui penyimpangan yang tidak diinginkan maka
proses produksi dapat berlanjut kembali.
III. KESIMPULAN
Manajemen pembibitan jamur tiram dapat dilakukan dengan baik dan benar
dengan melakukan kegiatan berupa planning, organizing, directing, actuating, dan
juga controlling. Planning atau perencanaan dilakukan dengan persiapan tempat
produksi, persiapan bahan tanam, persiapan media tanam, persiapan alat dan
bahan. Organizing dilakukan dengan pembuatan struktur organisasi dan
pembagian tugas sesuai dengan divisi masing-masing. Untuk directing atau
pengarahan dilakukan dengan orientasi, perintah, dan delegasi wewenang.
Actuating atau pelaksanaan dilakukan dengan produksi (pembuatan bibit jamur
F1, bibit jamur F2, bibit jamur F3, dan bibit jamur F4), penentuan biaya, tempat
pemasaran, promosi yang dilakukan dan target pasar. Untuk controling atau
pengawasan dilakukan dengan pengawasan terhadap produksi, keuangan, aktivitas
karyawan. Apabila kelima aspek tersebut dilakukan dengan baik dan benar
diharapkan usaha pembibitan jamur tiram dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Suharjo, Enjo. 2007. Budidaya Jamur dengan Media Kardus. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahyo Saparinto. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala
Rumah Tangga. Depok: Penebar Swadaya.