Jasiyah 1a Makalahfungsineuroendokrin
Jasiyah 1a Makalahfungsineuroendokrin
Jasiyah 1a Makalahfungsineuroendokrin
FUNGSI NEUROENDOKRIN
Disusun oleh :
JASIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem
endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ
endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi
langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini
disebut hormon, dari kataYunani yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin
menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis
hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan
sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fisiologi sistem endokrin
pada berbaga jenis hewa vertebrata dan invertebrata maka dibuatlah makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1. Apa itu sistem endokrin?
2. Apa fungsi sistem endokrin secara umum?
3. Apa itu hormon?
4. Bagaimana klasifikasi, fungsi dan sifat hormon?
5. Bagaimana struktur dasar kimiawi hormon?
6. Bagaimanakah mekanisme aksi hormon berlangsung?
7. Bagaimanakah sistem endokrin pada vertebrata?
8. Bagaimanakah sistem endokrin pada invertebrata?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu sistem endokrin
2. Untuk mengetahui fungsi sistem endokrin secara umum
3. Untuk mengetahui apa itu hormon
4. Untuk mengetahui klasifikasi, fungsi dan sifat hormon
5. Untuk mengetahui struktur dasar kimiawi hormon
6. Untuk mengetahui mekanisme aksi hormon berlangsung
7. Untuk mengetahui sistem endokrin pada vertebrata
8. Untuk mengetahui sistem endokrin pada invertebrata
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang
berkaitan dengan bidang kependidikan.
2. Menambah khasanah bahan pustaka baik di tingkat program, fakultas maupun universitas.
3. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan siswa tentang perlunya motivasi belajar
yang menunjang usaha demi tercapainya tujuan belajar dan cita-cita yang mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
4. Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki penulis
dalam menulis karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan program studi yang ditekuni.
BAB II
ISI
D. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah
pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Semua organisme multiselular,
termasuk tumbuhan juga memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada
permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal
tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah
aktivitas protein seluler, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau
penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau
penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru
(misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan
(misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur
produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada
hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir
semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan
langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon
(ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi
atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan
kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya.
1. Fisiologi Hormon secara umum
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok
ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus
yang banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia
yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebut hormon. Hormon
yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya
efek hormon.
2. Klasifikasi hormon
Tergantung dari pandangan seseorang hormon dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok atau kelas, yaitu dari sudut susunan atau struktur kimia alamiahnya dan yang kedua
dari segi fungsi atau kerjanya. Bila ditilik dari struktur kimianya maka hormon dapat kita
katagorikan sebagai berikut :
a. Protein. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk hormon protein yang terbesar
yang mengandung 191 asam amnio (pada manusia). Jumlah adam amino pada hormon
tumbuh bervariasi tergantung pada species. Hormon parathyroid mempunyai sekitar 80-85
asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai A dan rantai B mengandung asam
amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino pada insulin ini adalah 20-21 asam amino pada
rantai A dan sejumlah 29-31 asam amino pada rantai B.
b. Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang dihasilkan oleh
hipothalamus yaitu TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan oxytocin yang secara
struktur kimianya termasuk octapeptida. Hormon gastrin mempunyai komponen asam amino
sebanyak 17 buah. Hormon perangsang alpha-melanosit (Alpha-melanocyte-stimulating
hormone) mempunyai komponen asam amino sejumlah 13 buah, sedangkan yang beta (Beta-
melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam amino. Glucagon
mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32 buah dan ACTH 39
buah.
c. Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormon-hormon amine, yaitu yang
berasal dari asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang termasuk ke dalam
hormon amine adalah epinephrine dan norepinephrine yang merupakan hasil modifikasi dari
asam amino tyrosine. Modifikasi dari asam amino tryptophan dapat menghasilkan serotonin
dan melatonin. Hormon thyroxin (T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi
dan kondensasi dari dua molekul asam amino tyrosine.
d. Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari kolesterol
yang mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut dalam lemak dan
dihasilkan oleh kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta. Hormon-hormon itu
diantaranya adalan estrogen (C-18), androgen (C-19), corticoid (C-12) dan progesteron (C-
21).
e. Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk katagori ini.
Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan biosintesis dari dua asam
lemak yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-gamma-linolenic (arachidonic acid; di-
homo-γ-linolenic acid).
Sebagai dikemukakan di atas hormon-hormon dapat pula dibeda-bedakan berdasarkan
kerja mereka (klasifikasi secara fungsional). Berdasarkan klasifikasi ini, hormon-hormon
dapat dikelompokk sebagai berikut :
Hormon perkembangan (Development hormone). Yang dimasukkan ke dalam
kelompok ini adalah hormon-hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan
pertumbuhan serta peranannya dalam biologi reproduksi, baik ketika individu masih dalam
kandungan (intrauterine) maupun setelah berada di luar kandungan (extrauterine) sampai
mencapai usia remaja (pubertas) pada manusia atau dewasa kelamin pada hewan. Termasuk
dalam kelompok hormon ini adalah hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad.
Hormon metabolisme (Metabolic hormone). Konservasi atau proses homeostasis
gula (glukosa) dalam tubuh diatur oleh beragam hormon, diantaranya glucocorticoid,
glucagon, dan catecholamine. Sebaliknya insulin, somatomedin dan nonsuppressible
insuline-like activity (NSILA) mempunyai efek yang berlawanan dengan glucocorticoid
maupun dengan glucagon ataupun catecholamine. Hormon tumbuh (Growth Hormone) dan
thyroxin memegang peranan pula di dalam metabolisme, di samping peranan kedua macam
hormon dalam proses pertumbuhan. Hormon-hormon androgen, estrogen, dan progesteron
meskipun mempunyai peranan utama dalam perkembangan indiividu atau hewan, ketiga
macam hormon ini juga mempunyai peranan dalam proses metabolisme dan pertumbuhan.
Hormon trofik (Tropic hormone). Di dalam prose evolusi dan perkembangan
species sampai mencapai peringkat vertebrata terbentuklah suatu struktur dari organ tubuh
yang mempunyai peranan yang khusus. Di dalam pengaturan fungsi kelenjar endokrin
terbentuk suatu sistem yang menghasilkan hormon yang merangsang kelenjar endokrin agar
pada gilirannya kelenjar endokrin ini menghasilkan hormon pula. Hormon yang dihasilkan
oleh struktur yang khusus ini, yaitu hipofisa adalah hormon-hormon yang dikatagorikan
sebagai hormon trofik. Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang kelenjar thyroid
(TSH), hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel pada
ovarium dan proses spermatogenesis; hormon penguning (Luteinizing hormone;LH) yang
mengatur produksi progesteron pada hewan betina dan testosteron pada hewan jantan;
hormon adrenocortikotrofik (ACTH) yang merangsang korteks kelenjar adrenal untuk
menghasilkan hormon glucocorticoid dan hormon-hormon yang dihasilkan oleh
hipothalamus (hypothalamic releasing hormone atau hypothalamic releasing factor).
Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah chorionic
gonadotropin manusia (human chorionic gonadotropin; HCG) dan chorionic thyrotropin
manusia (human chorionic thyrotropin) yang dihasilkan oleh placenta. HCG mempunyai
fungsi atau efek yang sama dengan LH sedangan HCT mempunyai peranan yang mirip
dengan TSH dari hipofisa. Meskipun belum umum diterima, telah sejak tahun 1975
disarankan bahwa placenta juga menghasilkan hormon ACTH (human chorionic
corticotrophin; HCC).
Renin, meskipun zat ini tidak dapat dikategorikan sebagai hormon berdasarkan
batasan yang dipakai, mampu menghasilkan Angiotensin dan selanjutnya Angiotensin
berperan dalam produksi hormon mineralocorticoid yang mengatur metabolisme mineral. Di
dalam perkembangan species selanjutnya dijumpai pembentukan hormon-hormon dengan
fungsi dan peranan yang spesifik. Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang
pigmen (melanocyte stimulating hormone; MSH) dan oxytocin yang berperan pada proses
kelahiran dan ekskresi air susu.
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral. Calcitonin yang dihasilkan oleh
kelenjar thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur
metabolisme calcium dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan menyebabkan
menurunnya calsium dan fosfor dalam darah dan meningkatkan ekskresi calsium, fosfor,
natrium, kalium dan magnesium melalui ginjal. Hormon parathyroid yang dihasilkan oleh
kelenjar parathyroid mengatur homeostasi mineral terutama calcium dan fosfor. Peningkatan
produksi hormon parathyroid akan berakibat meningkatnya calcium di dalamserum dan
meningkatnya ekskresi fosfor melalui air seni. Aldosteron adalah mineralocorticoid yang
dihasilkan oleh zona glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan di dalam
pengaturan metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk
ammonium) di kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting tubules) pada
ginjal. Vasopressin dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan paraventrikuler
(supraoptic and paraventricular nuclei) yang kemudian disimpan di dalam hipofisa pars
nervosa (neurohypophysis) menunggu sampai diperlukan oleh tubuh untuk disekresikan ke
dalam aliran darah. Peranan vasopressin (ADH; antidiuretic hormone) adalah melakukan
konservasi air tubuh dengan jalan mengurangi ekskresi air seni.
Hormon pengatur sistem kardiovaskuler. Epinephrine dihasilkan oleh bagian medula
dari kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap organ tujuan
(target organ), yaitu adregenic receptor (alpha atau beta). Pada jantung yang mempunyai beta
receptor epinephrine akan mengakibatkan peningkatan konduksi dan kontraksi dari jantung.
Pada arteriol yang mempunyai reseptor beta epinephrine akan menyebabkan vasokontriksi.
Dengan jalan demikian keseimbangan hemodinamika oleh epinephrine disesuaikan. Selain
terhadap sistem kardiovaskuler, epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem
pernapasan yaitu menyebabkan dilatasi pada saluran pernapasan (bronchus) dan
menyebabkan menurunnya gerakan atau kontraksi usus. Namun demikian kerja ketiga sistem
tersebut (kardiovaskuler, pernapasan, dan usus) lebih didominasi oleh catecholamin dan
acetylkolin (catecholamine, acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf simpatis
dan parasimpatis.
3. Patofisiologi hormon secara umum
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung
pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di
dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekitar
(parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya
melaui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya melalui penurunan
faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon
tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus,
terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan
peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah
pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek
hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja
pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan
penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar
hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil
hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil
hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat
atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein
plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam
bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar
dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat
kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim,
hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ
tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi
intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan
pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang
berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon
(hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon
pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon
ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat
diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat
dengan protein.
E. Sifat Kimia Hormon Vertebrata
Terdapat banyak jenis hormon Vertebrata dengan banyak pola aksi, tetapi berdasar
struktur dan sifat kimianya, hormon-hormon Vertebrata dapat dikelompokkan menjadi 3 ,
yaitu kelompok hormon steroid, hormon peptida dan protein, dan hormon yang berasal dari
tirosin. Struktur dan sifat kimia hormon menentukan pola aksi hormon terhadap sel sasaran.
Hormon steroid berasal dari kolesterol, dengan struktur dasar 3 cincin karbon
(tersusun atas 6 atom karbon) dan satu cincin karbon yang tersusun dari 5 atom karbon.
Perbedaan struktur kimia sedikit saja akan mengakibatkan perbedaan efek fisiologi yang
besar. Sebagai contohnya adalah sedikit perbedaan struktur kimia pada estradiol dan
testosteron mengakibatkan dua jenis hormon steroid tersebut mempunyai pengaruh yang
berlawanan.
Hormon-hormon yag tergolong dalam kelompok ini adalah hormon androgen,
estrogen, progesteron, dan kortikosteroid. Hormon-hormon yang termasuk ke dalam
kelompok hormon peptida dan protein dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Klasifikasi hormon Vertebrata berdasar struktur dan sifat kimia
LARUT LEMAK
Hormon steroid
Testosteron
Estrogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D3
LARUT AIR
Hormon peptida dan protein
Peptida
Hormon-hormon hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin 3-14 asam amino
Sekretin 8 asam amino
Glukagon 14 asam amino
Kalsitonin 17 asam amino
Insulin 27 asam amino
Parathormon 29 asam amino
32 asam amino
51 asam amino
84 asam amino
Protein berberat molekul besar
Growth hormone (GH)
Prolaktin
Luteinizing hormone (LH)
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Thyrotropic Hormone
Beberapa jenis hormon hipotalamus mempengaruhi pelepasan/sekresi hormon lain
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin tertentu. Hormon hipotalamus dengan aksi memacu
pelepasan hormon lain disebut sebagai “releasing hormone”, sedangkan sebaliknya “release-
inhibiting hormone”. Hormon-hormon hipotalamus merupakan peptida dengan jumlah asam
amino penyusun sekitar 3-14 asam amino. Thyrotropin releasing hormone (TRH) tersusun
hanya dari 3 asam amino, growth hormone releasing hormone (GH-RH) tersusun atas 10
asam amino, dan growth hormone release-inhibiting hormone (GH-RIH) tersusun atas 14
asam amino.
Hormon utama yang berasal dari adenohipofisis merupakan protein yang mengandung
beberapa ratus asam amino. Growth hormone manusia, sebagai contoh mengandung 191
asam amino dan mempunyai berat molekul sekitar 22.000. Beberapa merupakan glikoprotein
yang selain mengandung rantai peptida juga mengandung komponen karbohidrat.
Sebagaimana protein, ukurannya tak terlalu besar, beberapa jenis berberat molekul sekitar
30.000, tetapi seringkali sulit mengatakan apakah komponen aktif yang diisolasi dari kelenjar
identik dengan hormon fungsional pada organisme hidup.
Hormon-hormon yang berasal dari tirosin, misalnya dua jenis katekolamin yang
dikenal yaitu noradrenalin dan adrenalin, berbeda gugus metilnya (-CH3). Adrenalin
mengandung gugus metil sedangkan noradrenalin tidak. Tirosin juga merupakan bahan baku
pembuatan hormon tiroid (T3 dan T4). Hormon tiroid bukan katekolamin, tetapi membentuk
kelompok tersendiri. Hormon tiroid dibentuk dari tirosin dengan jalan mengkondensasi 2
cincin C6. Hormon aktif setelah terjadi iodinasi.
F. Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak
Organ-organ endokrin secara konstan berinteraksi dengan sistem saraf pusat. Otak
mempengaruhi dan mengendalikan fungsi-fungsi endokrin baik secara langsung maupun tak
langsung.
Hormon-hormon berpengaruh besar terhadap funsi sistem saraf pusat. Sebagai contoh,
anjing betina yang sedang birahi menerima perilaku kawin anjing jantan meski pada saat lain
sinyal yang sama menimbulkan perilaku antagonis. Kenyataannya bahwa sinyal yang sama
yang dapat mengakibatkan perilaku berbeda tergantung pada pengaruh hormonal yang dapat
ditiru dengan menginjeksikan hormon yang sesuai.
G. Sistem Kontrol Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada dasar otak, berdekatan dengan hipofisis (kelenjar pituitari),
jadi terletak posterior chiasma optici.
Hipotalamus merupakan tempat pengatur beberapa fungsi saraf, termasuk pengaturan
temperatur tubuh dan pengaturan intake minum dan makanan. Pengendalian suhu tubuh
merupakan sistem feedback. Perannya dalam pengaturan intake makanan dapat ditunjukkan
dengan merusak bagian tertentu hipotalamus dengan stimulasi elektrik. Jika perusakan pada
lokasi yang tepat, hewan akan makan dalam jumlah yang sangat besar dan tumbuh gemuk
abnormal.
Pengaturan intake air, dapat ditunjukkan dengan cara serupa. Stimulasi elektrik atau
injeksi larutan garam pekat ke area tertentu di hipotalamus, akan menyebabkan hewan minum
berlebihan. Dengan cara tersebut, biri-biri akan minum terus secara berlebih, hanya dalam
hitungan menit, 40% berat badannya adalah air.
Hipotalamus merupakan bagian penting dalam pengendalian endokrin karena
hipotalamus mengendalikan fungsi-fungsi hipofisis yang disebut sebagai master gland dari
sistem endokrin. Pengendalian ini diperantarai oleh neurohipofisis melalui pembuluh darah
khusus yang dikenal dengan sirkulasi portal.
Neurohipofisis mengandung dua jenis hormon yaitu vasopressin (yang berperan
dalam reabsorbsi air di ginjal dan diperlukan dalam pemekatan urin ) dan oksitosin
(menyebabkan kontraksi otot polos uterus menjelang melahirkan). Anti diuretic hormon
mamalia identik dengan vasopresin (disebut sebagai vasopresin karena injeksi dalam jumlah
besar mengakibatkan peningkatan nyata pada tekanan darah akibat konstriksi arteriol).
Vasopresin dan oksitosin merupakan oktapeptida. Keduanya dibentuk dalam sel saraf
di dekat hipotalamus, dan ditranspor sepanjang akson menuju ke akhiran saraf di
neurohipofisis, dari neurohipofisis kemudian dilepaskan ke darah. Dengan demikian
neurohipofisis hanya berperan sebagai penyimpan dan pelepas hormon (organ neurohemal)
karena hormon yang disekresikannya ternyata dihasilkan oleh bagian otak yang lain.
Adenohipofisis, sebaliknya, menghasilkan hormon dan pelepasnan hormon-hormon
tersebut ke darah diatur oleh hipotalamus melalui hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Hormon tersebut dapat mencapai hipofisis melalui sirkulasi portal. saat ini diketahui ada 10
hormon pengatur yang dihasilkan oleh hipotalamus yang terlibat dalam sistem pengendalian
hipofisis. Tiga hormon adenohipofisis (GH, prolaktin/ P, dan melanocyte stimulating
hormon/MSH) dikendalikan hipotalamus secara dual, satu inhibisi dan satunya lagi stimulasi.
Dengan demikian pelepasan ketiga jenis hormon tersebut tidak diatur dengan sistem feedback
sederhana, meskipun tidak diragukan lagi bahwa sinyal feedback terlibat dalam pengaturan
tersebut.
Tabel 2. Hormon-hormon hipotalamus yang mengendalikan pelepasan/ sekresi hormon-hormon hipofisis
Hormon
Pelepasan empat hormon yang lain nampaknya tergantung pada sistem feedback
negatif. Corticotropin (ACTH), TSH, LH, dan FSH mempunyai organ target korteks adrenal,
tiroid, dan gonad. Kelenjar-kelenjar tersebut saat distimulasi melepaskan hormon yang sesuai
ke dalam darah. Keberadaan hormon di dalam darah sebaliknya menghambat, dengan
feedback negatif, sekresi hormon-hormon tropik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa inhibisi
terjjadi pada tingkat hipotalamus (kecuali tiroksin yang kemungkinan mempunyai lengkung
feedback lebih pendek melalui adenohipofisis).
Peran utama hipotalamus pada pengaturan endokrin menimbulkan pertanyaan
bagaimana organ penting tersebut dikendalikan. Hubungan hipotalamus dengan berbagai
lokasi di otak melalui saraf memungkinkan pengendalian oleh berbagai lingkungan, juga
faktor-faktor emosi, siklus terang gelap, musim, dan sebagainya. Dengan demikian jjelas
bahwa sistem endokrin secara keseluruhan ada di bawah kendali saraf, melalui peran
hipotalamus.
H. Efek “cascade”
Pengendalian fungsi-fungsi metabolik oleh sistem endokrin dapat menyebabkan
terjadinya “cascade”, atau amplifikasi tahap-demi tahap (“step by step amplification”) yang
memungkinkan pengendalian suatu proses akhir dengan hanya memerlukan sangat sedikit
hormon untuk mengawali proses.
Sebagai contoh, untuk proses akhir deposisi glikogen pada hepar, diperlukan sejumlah
kecil C-RH (0,1 ug) yang dilepaskan oleh hipotalamus. pelepasan C-RH mengakibatkan
rangkaian peristiwa dengan tahap akhir pembentukan 5.600 ug glikogen di hepar.
I. Interaksi hormon dengan sel target
Suatu hormon hanya dapat menampakkan aksinya pada sel target jika sel tersebut
mempunyai reseptor yang sesuai, dan sel lain-yang bukan merupakan sel target- harus tidak
mempunyai reseptor tersebut.
Dalam kaitannya dengan sel target, hormon dapat dikelompokkan menjadi (1)
katekolamin dan hormon peptida, yang beraksi melalui reseptor pada permukaan sel, dan (2)
steroid dan hormon tiroid, yang mampu melakukan penetrasi ke dalam sel dan menampakkan
efeknya langsung pada inti sel dan mekanisme sintesis protein selular.
Hasil pengamatan aksi adrenalin pada hepatosit menunjukkan bahwa adrenalin
menyebabkan terjadinya konversi glikogen menjjadi glukosa dengan jalan mengendalikan
pembentukan c-AMP. Proses tersebut tergantung serangkaian enzim, yang salah satunya
adalah fosforilase yang merupakan “rate limiting step” proses (gambar 21). Enzim aktif,
fosforilase a dibentuk dari prekursor, fosforilase b melalui aksi suatu fosforilase kinase dan
ATP pada fosforilase a. Proses secara keseluruhan hanya diawali dari terikatnya adrenalin
pada reseptornya pada membran sel. Ikatan adrenalin-reseptor mengakibatkan pelepasan
enzim adenilat siklase yang kemudian akan megkatalisis pembentukan cAMP dari ATP.
AMP siklik (C-AMP) disebut sevagai “second messenger’ pada proses aksi hormon,
sedangkan hormonnya disebut sebagai “first messenger” CAMP dan adenilat siklase
ditemukan pada beberapa jenis jaringan Vertebrata dan Avertebrata, dan ditemukan pula pada
sel bakteria. Peristiwa awal aksi hormon melalui c-AMP selalu melibatkan pelepasan adenilat
siklase dari tapak pengikatan hormon di membran sel.
Fungsi sel dapat juga dimodulasi oleh mekanisme aktivasi reseptor yang tidak
melibatkan c-AMP. Proses tersebut salah satunya tergantung pada pembentukan inositol
trifosfat dan mobilisasi ion kalsium dari pool kalsium intraselular. Pada sistem ini ion
kalsium dan fosfoinositol berperan sebagai “second messenger”.
Hormon steroid, termasuk hormon seks betina dan jantan, dan hormon yang
disekresikan korteks adrenal, beraksi melalui mekanisme yang berbeda. Estradiol terikat pada
reseptor di uterus, testosteron pada prostat, progesteron pada oviduct burung, dan sebagainya.
Pada permukaan sel, hormon-hormon tersebut membentuk kompleks dengan dengan proein
reseptor dan dengan cepat menuju ke nukleus, menstimulasi/ menginduksi ekspresi gen.
Hormon steroid yang disekresikan gonad tikus yang baru lahir dapat dirunut hingga
ke sel target di area tertentu di otak, Hormon berinteraksi dengan reseptor spesifik dan
menginduksi perkembangan jaringan saraf. Jaringan saraf yang diinduksi perkembangannya
tersebut, akan menjadi pengendali apakah individu dewasa menunjukkan perilaku jantan atau
betina. Diferensiasi seksual pada jaringan saraf menentukan terjadinya aktivasi pada jenis
perlaku tertentu dan supresi bagi perilaku yang lain. Selama perkembangan fungsi sistem
saraf pusat dimodulasi hormon dan seperti kita ketahui sistem saraf pusat yang kemudian
menjadi pengatur utama fungsi-fungsi endokrin tubuh.
J. Sistem endokrin pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ khusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakan sumber hormon pada
invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan antara lain pada :
1. Coelenterata
Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan senyawa
kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala
hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang disebut activator
kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk mulut dan
tentakel, dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi.
Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam
proses reproduksi.
3. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat
dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan
beberapa pada daeran korda saraf.
4. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (misalnya neris), oligoseta (misalnya lumbricus),dan
hirudinae (misalnya lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai.
Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel sekretori.
Hewan ini juga telah memiliki system sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga
kebutuhan untuk menyelenggarakan system kendali endokrin dapat terpenuhi.sistem endokrin
annelida berkaitan erat dengan aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan
reproduksi.
Contoh yang baik untuk hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta dewasa, yang
dikenal dengan istilah epitoki.epitoki ialah perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur
reproduktif.dalam proses tersebut ,beberapa ruas tubuh annelida yang mengalami perubahan
bentuk akan terlepas dari tubuh utamanya, dan berkembang menjadi organisme hidup
bebas.epitoki di kendalikan oleh system neuroendokrin.hormon yang dilepaskan bersifat
menghambat epitoki sehingga epitoki hanya akan berlansung pada saat kadar hormon
tersebut rendah.cara kerja hormone ini tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga sekresinya
diatur oleh faktor lingkungan.
5. Moluska
Moluska (terutama siput) mempunyai sejumlah besar sel neuroendokrin yang terletak pada
ganglia penyusun system saraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ endokrin klasik.
Senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam mengendalikan
osmoregulasi, pertumbuhan, serta reproduksi.
Reproduksi pada muluska sangat rumit karena hewan ini bersipat hommoprodit (gamet jantan
dan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa sepesies hewan dari kelompok ini bersipat
protandri. Pada hewan yang bersipat protandri, gamet jantan terbentuk labih dahulu dari pada
gamet betina. Pada hewan ini di temukan adanya hormone yang merangsang pelepasan telur
dari gonad dan pengeluaran telur dari tubuh. Pada Cephalopoda, hewan yang tidak bersipat
hermaprodit,proses preproduksi di kendalikan Oleh endokrin. Dalam hal ini, organ endokrin
kalalsik(terutama kelenjar optik) diduga memilki peran yang sangat penting. Kelenjar optik
diduga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan sperma dan telur.
6. Crustacea
Seperti halnya invertebrate lain, sistem endokrin pada krustasea umumnya berupa
system neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh yang
dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut jantung, komposisi
darah, pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali endokrin yang berkembang paling
baik dapat ditemukan pada Malakostra (antara lain ketam, lobster/udang besar, dan udang)
Organ neuroendokrin krustasea terdapat pada tiga daerah utama yaitu sebagi berikut: .
a. Kompleks kelenjar sinus, organ ini kadang-kadang disebut kompleks golongan kepala dan
lobus optik ad tangkai mata .
b. Organ post- komisural.organ ini juga menerima akson dari otak dan berakhir pada awal
esofogus.
c. Organ perikardial : organ ini terletak sangat dekat dengan jantung danmenerima akson dari
ganglion toraks.
Krustasea memiliki jumlah kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula.
Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah dada(toraks), tepat nya pada
luas maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari kelenjar Y diduga memengaruhi
proses molting. Kelanjar mandibula terletak di dekat organ Y dan di duga memeliki pungsi
endokrin juga.Krustasea juga mempunyai kelenjar androgenik yang diyakini berperan dalam
perkembangan testis dan produksi seperma.
Salah satu proses pada krustasea yang dikendalikan oleh system endokrin ialah
pengubahan warna kulit. Krutasea mampu menerima rangsang berupa warna latar belakang
mereka, yang mendorong meereka untuk menyesuaikan warna tubuh nya dengan warna
itu.dengan cara demikian,krustasea dapat terhindar dari perhatian musuh nya .
Kemampuan untuk mengubah warna yang di miliki suatu spesies dapat berbeda dari
sepesies lain nya.beberapa hewan hany adapat mengubah warna kulit dan terng ke
gelap,sementara hewan yang lain dapat menanggapi beraneka warna latar belakang.
Perubahan warna kulit krustasea dipengaruhi oleh penyebaran pigmen yang tedapat dalam
kromatofor (sel pembawa pigmen).
Kromatopor pada umum nya terdapat pada sel kulit luar tubuh,tetepi dapat juga terletak pada
organ yang lebih dalam. Fungsi kromatopor dapat diubah oleh sejumlah hormon, misalnya
hormon peptide yang di hasilkan oleh kompleks kelenjar sinus. Hormon ini menyebabkan
pigmen menumpul atau menyebar. Hormon yang di lepaskan oleh prikardial juga di anggap
dapat memengaruhi fungsi kromatopor.
7. Insecta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson
yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan
rangka luar (kulit luar).
Sistem endokrin invertebrata umumnya mengatur proses yang sama seperti halnya
pada vertebrata seperti pengembangan, pertumbuhan, dan reproduksi. Karena spesies
invertebrata telah mengembangkan keragaman sejarah kehidupan dengan peristiwa
karakteristik seperti pembentukan larva, sering dengan serangkaian tahapan yang berbeda dan
/ atau pupation, metamorfosis, diapause atau tahap istirahat yang tidak terjadi pada
vertebrata , jelas bahwa sistem endokrin dari invertebrata jauh lebih beragam dari yang
ditemukan pada vertebrata.
Invertebrata menggunakan steroid, terpenoid dan hormon peptida, tetapi ini adalah
yang paling umum di antara filum ini. Struktur sekretori pada invertebrata sering kali berasal
dari neuronal sehingga disebut sebagai organ atau sel neurosekretori. Steroid seperti ecdysone
dan steroid jenis vertebrata, khususnya terpenoid berbeda dari hormon peptida pada sifat fisik
dan kimia serta kelarutan dan ketahanan terhadap degradasi (Oehlmann, 2003).
Secara umum, sistem endokrin invertebrata belum didokumentasikan dalam rincian
yang sama seperti vertebrata. Meskipun terdapat keragaman endokrinologi pada invertebrata,
beberapa generalisasi dasar dapat dibuat.
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan,
antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh. Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun
cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf.
A. Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini antara lain:
1. Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur aktivitas
dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan mempengaruhi sel sasaran.
Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati atapun oleh neurosekretori. Hormon
dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid, peptida, dan turunan tirosin.
2. Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih lambat
jika dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf. Hormon
mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erat dengan adanya
reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tetentu. Reseptor hormon ada
yang terdapat di membran sel.
3. Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliknya
pada umunya berupa organ neuroendokrin. Sedangkan sistem endokrin pada vertebrata
sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata pada umumnya berupa organ
endokrin klasik terdiri atas organ endokrin pusat dan tepi.
B. Saran
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga dengan
makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami mengharapkan kritik
dan saran guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/111005681/Fungsi-Neuroendokrin#scribd
http://ratnadharma.blogspot.co.id/2013/12/makalah-cara-kerja-hipotalamus.html
https://biologiasyik.wordpress.com/2011/12/16/sistem-endokrin-hormon/
Campbell, et all. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem Endokrin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin,24 Januari 2011.
http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,24Januari 2011.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/,diakses22 Januari
2011.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/, diakses 22
Januari2011.