Makalah Kelompok 2 Opt
Makalah Kelompok 2 Opt
Makalah Kelompok 2 Opt
SUB OPTIMAL
DOSEN PENGASUH :
Ir. Yetti Elfina S, M.P
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ir. Yetti Elfina S.MP,
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengaharapkan masukan yang bersifat
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6
II. PEMBAHASAN...........................................................................................8
III. PENUTUP...................................................................................................54
3.1 Kesimpulan..............................................................................................54
3.2 Saran........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
DAFTAR GAMBAR
gambar 7: Musang..................................................................................................16
gambar 8: Landak...................................................................................................17
Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah
zat racun, walaupun tidak begitu membahayakan bagi kehidupan kita. Banyak
tumbuhan liar lainnya yang sampai saat ini merupakan sumber daya hayati
(Kuncoro, 2006).
kepada gangguan alami yang bersifat biotik maupun abiotik. Oleh karena itu,
seperti benih induk semula maka masyarakat harus mampu mencegah atau
gulma. Tanaman terserang OPT apabila tanaman tersebut menjadi tempat hidup
dengan kepadatan populasi OPT atau intensitas kerusakan tanaman tersebut telah
serangan OPT yang sama atau lebih besar dari batas toleransi tersebut perlu
dikendalikan.
Tanaman?
optimal?
I.3 Tujuan
sub optimal
II. PEMBAHASAN
menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme Pengganggu Tanaman
tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di
negara yang ditujunya. Masih banyak permasalahan OPT yang belum tuntas
penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya
dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan
virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT
pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan
menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam
perdagangan internasional.
adalah semua jenis organisme yang menjadi penyebab atas penurunan hasil
pertanian. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dalam arti luas adalah semua
tanaman ini meliputi hama, patogen, dan gulma. Hama Tanaman adalah semua
hewan, yang karena aktifitas hidupnya, merusak tanaman atau hasilnya, sehingga
menimbulkan kerugian secara ekonomi. Hewan yang dapat menjadi hama antara
lain serangga, tungau, tikus, burung, dan mamalia besar. Patogen Tanaman adalah
tanaman sakit dan menimbulkan kerugian secara ekonomi. Patogen yang dapat
bakteri, molikut (bakteri tanpa dinding sel), nematoda, protozoa, virus dan viroid
(partikel yang menyerupai virus), serta tumbuhan berbiji tingkat tinggi yang
bersifat sebagai parasit. Gulma Tanaman adalah semua bentuk tanaman yang
II.2.1 Hama
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.
Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam
suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan
yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus,
burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi
hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006).
uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar
1. Filum Nematoda
Nematoda berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga
ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah,
sp.
Heterodera sp.
(bawang).
virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap
cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan
terhambat.
2. Filum Mollusca
yang banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda
ada yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki
sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan
anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit
dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya
yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra, 1997).
3. Filum Chordata
berperan sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai
hama adalah Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan kelas Aves (burung). Dari
kelas mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling
merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus
argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti
gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat berperan sebagai hama yang
merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama misalnya
berikut:
a. Tikus (Rattus-rattus spp.)
tanaman padi pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen.
Disamping itu tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai,
kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981). Pada
malam hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang
dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan
yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan jagung muda. Pada
(Rukmana dan Saputra, 1997). Tiga jenis tikus yang sering merusak tanaman
ciri sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 270
mm – 370 mm, berat badan rata-rata ± 130 gram, panjang ekor ± 95 persen
panjang badan (dari kepala sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai
12 puting susu, yaitu terdiri atas tiga pasang di bagian dada dan tiga
pasang di bagian perut, warna badan kelabu gelap, sedang bagian dada dan
sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220 mm –
370 mm, panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang
badan (hidung sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai puting susu
10 buah, yaitu terdiri dari dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di
bagian perut, warna bulu badan bagian atas dan bagian bawah cokelat tua
kelabu, makanan tikus rumah diperoleh dari sisa makanan manusia, atau
makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil pertanaman yang disimpan di
berikut: ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung sampai
pangkal ekor), jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri atas dua
pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan
hampir seluruhnya putih dan tikus ini sering menyerang buah kelapa,
yang sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan segala
gambar 7: Musang
lubang atau gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar
tanaman umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan
tebu (Kalshoven, 1981). Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain:
gajah (Elephas maximus L.), babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos sondaicus),
gambar 8: Landak
tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik.
Anggota bagian depan pada burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang.
Meskipun demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang, misalnya
kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan Saputra, 1997). Menurut Harahap dan
Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama adalah
sebagai berikut:
leher putih dan secara bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke
pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang
padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor
Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa
warna pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah
coklat, lehernya hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor
– 10 cm. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa. Burung menyukai
makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah menjadi hama
leher merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir
pohon aren. Pada satu pohon terdapat lebih dari satu sarang. Sarang
4. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi
menjadi 2 atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas
dan berpasangan dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara
sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta (serangga) (Ananda, 1983).
a. Kelas Arachnida
sebagai hama tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama
tanaman. Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman
ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator
adalah laba-laba. Ciri khas Arachnida adalah: kaki empat pasang yang
terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia,
metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan
Anggota kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya
sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983).
Adalah: tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada
(thorax) dan perut (abdomen), mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas
6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur, tibia, metatarsus dan tarsus, sayap
satu pasang atau dua pasang dan adapula yang tidak bersayap dan
mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau
a) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya
sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu
sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa
pada habitat yang sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak
b) Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang
dalam habitat yang sama. Stadium serangga yang merusak tanaman adalah
nimfa dan imago. Jenis serangga yang termasuk ordo Hemiptera, antara
lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii),
Kepik buah lada (Dasynus piperis), Kepik hijau (Nezara viridula), Walang
c) Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini
bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun
Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila
d) Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo
atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada
yang termasuk ordo Lepidoptera, antara lain: Ulat daun kubis (Plutella
e) Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.
Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami
modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau
sayap belakang strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua
sayap depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang
serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak bentuknya. Sifat
fasciatipennis Wat.)
f) Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang
mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera
disebut tempayak atau belatung atau set. Larva tidak mempunyai kaki, dan
tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon),
exigua).
g) Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo
merusak daun, bunga, dan buah tanaman. Daun yang terserang menjadi
keriting atau salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi salah bentuk
atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera yang sering merusak
striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae Will)
tidak memberikan efek serius apabila imunitas tanaman dapat ditingkatkan atau
varietas tersebut toleran terhadap penyakit yang menyerangnya. Namun terdapat
pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan
dan cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat
a. Virus
Virus adalah suatu nucleoprotein yang sangat kecil dan tembus cahaya
sehingga sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Virus hanya berbiak di dalam
jenis virus mungkin dapat meyerang beberapa spesies tanaman, dan satu
spesies tanaman dapat diserang oleh banyak jenis virus. Deteksi virus antara
menggunakan vector dan cara serologi. Virus tanaman ditularkan dari satu
menyebabkan terjadinya infeksi dini dan penyebaran yang cepat. Vector virus
tanaman yang terpenting adalah serangga dari ordo Homoptera yang meliputi
b. Bakteri
3 μm dan lebar 1 μm. Bila satu sel bakteri ditumbuhkan pada medium yang
sesuai maka ia akan membelah diri dan membentuk satu koloni. Ukuran,
warna dan bentuk koloni bakteri dapat beragam tergantung antara lain pada
spesies dan mediumnya. Sel bakteri mempunyai dinding sel yang tipis dan
agak kaku. Bakteri ada yang mempunyai benang-benang yang halus (flagela)
darah hewan berdarah panas seperti kelinci dan kuda. Antibody ini bereaksi
spesifik terhadap antigennya, dan fenomena ini dapat digunakan sebagai dasar
deteksi dan identifikasi bakteri dengan uji serologi. Bakteri patogen tanaman
dapat masuk kedalam jaringan tanaman hanya melalui luka atau lubang alami
c. Cendawan
sel yang mengandung selulosa atau khitin atau keduanya. Pada umumnya,
dari bagian somatik dan menunjukkan bentuk yang berlainan yang dapat
digunakan untuk klasifikasi. Tiap pita cendawan disebut hifa. Massa hifa
yang hidup sebagai parasit tumbuh diatas atau dalam inangnya. Pembiakan
ada, sedangkan yang seksual hanya terjadi dalam semusim. Pembiakan secara
II.2.3 Gulma
utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat
bahwa gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Gulma
hasil akibat gulma pada tanaman kedelai dapat mencapai 18% - 76% (Manurung
mengakibatkan adanya kompetisi dalam hal pengambilan air, unsur hara, ruang
samping itu gulma dapat mengeluarkan senyawa allelopathy serta dapat menjadi
inang bagi hama dan patogen tanaman budidaya. Kerugian yang diakibatkan oleh
gulma ini akan menurunkan hasil panen pada tanaman budidaya (Aldrich, RJ
1984).
(sedges) dan gulma golongan berdaun lebar (broad leaves). Semakin lama gulma
lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman gulma pada tiap lokasi
tanaman, serta jarak tanam atau kerapatan tanaman yang digunakan berbeda serta
umur tanaman jeruk tersebut. Spesies gulma juga dipengaruhi oleh kerapatan
tanaman, kesuburan tanah, pola budidaya dan pengolahan tanah. Sebaran gulma
antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan faktor yang
mempengaruhinya.
Beberapa jenis gulma yang menjadi inang hama dan penyakit sebagai
berikut: harendong gede (Melastoma sp.) menjadi inang hama teh Helopeltis
antonii. Gulma jajagoan (E. crus-galli) menjadi inang penggerek padi (Tryphoriza
pita, batang tanaman beruasruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, hidup
Gulma jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki
sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh
meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki ciriciri
bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Berbagai
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap
tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk
dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama
nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan
maupun kuantitas
Dengan serangan yang dilakukan oleh OPT pada tanaman maka tanaman
pembatasan pertumbuhan akibat OPT yang berada pada tanaman budidaya. Hal
ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan
batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak
produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis. Hama yang
menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis akan
menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian buah mupun
daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang diseranga oleh
hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva hama.
Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh
tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian
ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman
telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan
Indonesia.
fungsikan lahan pertanian yagn subur ke bidang usaha lain yang lebih
iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negeri. Selain itu
juga dapat terjadi degradasi agroekosistem. Degradasi ekosistem terjadi karena
adanya usaha yng dilakukan oleh para petani dalam penaggulangan serangan
konservasi tanah dan air diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanah pada
lahan suboptimal.
Lahan kering masam adalah lahan kering yang mempunyai reaksi tanah
masam dengan pH < 5. Dalam klasifikasi tanah skala 1:1.000.000, lahan kering
masam ini dijumpai pada ordo tanah yang telah mengalami perkembangan tanah
lanjut atau tanah muda atau baru berkembang atau tanah dari bahan induk
sedimen dan volkan tua, dan atau tanah lainnya dengan kejenuhan basa rendah <
50% (dystrik) dan regim kelembaban tanah udik atau curah hujan > 2.000 mm per
tahun. Curah hujan berkorelasi dengan kemasaman tanah, makin tinggi curah
hujan makin tinggi tingkat pelapukan tanah. Tanah yang terbentuk di daerah iklim
tropika basah (humid), proses hancuran iklim (pelapukan) dan pencucian hara
kering yang beriklim basah umumnya termasuk pada tanah Podsolik Merah
Kuning atau termasuk pada Ultisols, Oxsisols, dan Inceptisols. Secara umum
lahan kering masam ini mempunyai tingkat kesuburan dan produktivitas lahan
tinggi.
Gulma merupakan salah satu OPT yang mampu beradaptasi, tumbuh, dan
berkembang pada semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim yang telah
tanaman budidaya. Hal ini terjadi karena gulma yang tumbuh pada lahan pertanian
budidaya dalam proses penyerapan unsur- unsur hara, penangkapan cahaya dan
penyerapan air, gulma juga dapat menjadi tempat persembunyian hama (Kastanja,
2015). Selain itu gulma merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari spesies liar
berdaun lebar. Gulma berdaun lebar merupakan berbagai jenis gulma dari ordo
Dicotyleneae. Gulma ini tumbuh dengan habitus yang besar, sehingga kompetisi
yang terjadi dengan tanaman terutama dalam hal mendapatkan cahaya (Harsono,
2011). Jumlah jenis terbanyak dari gulma berdaun lebar adalah famili Asteraceae,
yaitu sebanyak 5 jenis. Famili Asteraceae termasuk golongan gulma berdaun lebar
dan semusim yang menyukai tanah sedikit lembab serta mampu menghasilkan biji
lingkungan serta berbunga sepanjang tahun. Selain itu, famili Asteraceae dapat
tahunan yang banyak tersebar dan termasuk ke dalam gulma ganas karena
lundi, lalat bibit dan walang sangit adalah hama serangga yang umum menyerang
tanaman pangan. Di antara penyakit, "blast" adalah penyakit padi yang berbahaya
dan dapat menggagalkan panen. Hingga saat ini untuk memperoleh varietas
tanaman pangan yang tahan terhadap hama dan penyakit tersebut diatas cukup
panjang dalam setahun, selalu jenuh air atau tergenang (Subagyo 2006).
Sedangkan lahan rawa pasang surut adalah lahan rawa yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, terletak dekat pantai, sebagian besar berupa tanah mineral
dan sebagian lagi berupa gambut. Dari klasifikasi tanah, lahan rawa pasang surut
dicirikan dengan adanya kondisi aquik (jenuh air) dan mempunyai bahan sulfidik
(besi sulfida) yang lebih dikenal dengan pirit, umumnya bereaksi masam ekstrim
(pH < 4) sehingga sering disebut tanah sulfat masam (Subagyo 2006).
Sedangkan wilayah yang dekat dengan laut dipengaruhi oleh garam (salinitas)
atau dikenal dengan payau sehingga pH tanah netral atau agak alkalis (pH 6,5-
masam dan genangan, tahan salinitas tinggi, dan diperlukan drainase dan tata air
mikro.
Di lahan rawa pasang surut terdapat beberapa jenis predator pemakan
pertanaman padi merupakan syarat utama, karena predator ini mampu memangsa
2-3 serangga per hari dan dalam waktu yang relatif singkat dapat menghasilkan
turunan yang banyak sehingga dapat mengimbangi populasi hama serangga. Laba-
3-5 bulan, Oxyopes javanus dan Oxyopes linea menghasilkan 200-350 keturunan
dalam masa 3-5 bulan sedangkan Tetragnatha mandibulata dapat bertelur 100-
200 butir selama 1-3 bulan. Predator lainnya adalah Agrionemis femina, Ischnura
segegalensis dan Orthetrum sabina sabina yang termasuk dalam ordo Odonata
(capung). Predator ini populasinya cukup tinggi di lahan pasang surut, namun data
belum banyak diketahui. Parasitoid penggerek batang padi di lahan pasang surut
telur penggerek batang padi adalah 31,40 telur dengan kepadatan inang 87,6 telur
(59,6%). Daur hidup T. rowani berkisar antara 10-12 hari. Kemampuan bertelur-
rata-rata 64,47 butir. Keperidian T. rowani adalah 49 ekor, sedang kemampuan
memparasit telur penggerek batang padi adalah 30,4 telur dengan kepadatan inang
181,2 telur (59,5%). Nurbaeti et al. (1992) melaporkan bahwa daur hidup T.
Pada awalnya lahan rawa pasang surut merupakan kawasan hutan, yang
dibuka sebagian lahan menjadi hutan sekunder yang mengalami suksesi karena
tidak diusahakan. Umumnya lahan tersebut ditumbuhi oleh gelam (Melaleuca sp)
dan gulma yang didominasi oleh purun tikus (Eleocharis dulcis), kelakai
lahan sulfat masam bagian bawah dan perupuk (Phragmites karka) pada lahan
bagian atas.
Di lahan pasang surut terdapat lima jenis gulma yang disenangi oleh
adalah purun tikus, perupuk, kelakai, bundung dan purun kudung. Kelompok telur
penggerek batang paling banyak ditemukan terdapat pada purun tikus . Kelompok
telur tersebut dapat menetas menjadi larva, kemudian imago atau ngengat, dan
kembali bertelur. Dengan demikian gulma purun tikus berperan sebagai attraktan
atau tanaman perangkap bagi hama tersebut. Intensitas kerusakan padi akibat
hama penggerek batang pada areal yang berdekatan dengan areal purun tikus (1,5-
2,5%) lebih rendah dibandingkan dengan areal yang tidak ada purun tikus (25,0-
55,0%).Rendahnya intensitas kerusakan padi pada areal yang berdekatan dengan
purun tikus disebabkan penggerek batang padi putih lebih tertarik meletakkan
kerusakan padi sangat rendah. Diduga bahwa tumbuhan purun tikus memiliki
kandungan kimia yang berperan sebagai penarik bagi penggerek batang padi
putih. Tumbuhan purun tikus mengandung komponen kimia antara lain steroid,
Lahan rawa lebak adalah lahan rawa yang tidak terpengaruh oleh pasang
surut (rawa non pasang surut), tetapi dipengaruhi oleh sungai yang sangat
dominan, yaitu berupa banjir besar yang secara periodik minimal 3 bulan
terletak pada kiri kanan sungai dan berada lebih ke dalam dari dataran pantai ke
arah hulu sungai. Selama musim hujan, rawa lebak selalu digenangi air kemudian
secara berangsur-angsur air akan surut sejalan dengan perubahan musim hujan ke
dan lama genangan menjadi lebak dangkal (tinggi genangan < 50 cm, lama
genangan < 3 bulan), lebak tengahan (50-100 cm, 3-6 bulan), dan lebak dalam (>
100 cm, > 3-6 bulan) (Subagyo 2006). Jenis komoditas dan indeks pertanaman di
lahan rawa lebak ini sangat tergantung dari jenis lebak, dengan tingkat kesuburan
Hama penyakit utama yang yang dijumpai pada umumnya tikus, ulat
grayak, wereng cokelat, hama putih palsu, penggerek batang, keong mas, orong
1. Tikus
Hama tikus banyak menyarang padi sejak dari pesemaian sampai dengan
hampir panen. Serangan tikus umumnya lebih berat pada musim kemarau
dibandingkan musim hujan. Pada pola tanam 2 kali setahun sawit dupa (padi-
lokal - padi unggul) serangan umumnya lebih banyak pada saat tanam ke II -
padi unggul. Aspek pengendalian hama ini dapat secara fisik mekanis, musuh
alami, fumigasi, dan penggunaan umpan dan perbaikan aspek budidaya antara
lain waktu tanam yang tepat dan serempak, perbaikan sanitasi lingkungan
pertanaman.
2. Wereng Cokelat
tidak termasuk hama kronis di lahan rawa lebak. Pada tahun 2007 ini hampir
berat akibat serangan wereng cokelat ini yang sbelumnya hampir belum
pernah ada.
3. Hama putih palsu
lebak tergolong kecil. Serangan ini muncul karena tanam terlalu awal dari
jadual umumnya atau akibat pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi (> 200 kg
N per hektar).
juga dengan sundap atau beluk ini harus diamati intensif sejak dari persemaian
Hama Keong mas ini menyerang dengan memakan daun padi yang baru
mas pada areal baru. Kalau keong mencapai sawah maka akan berkembang,
pada lahan yang selalu tergenang akan berkembang dan sukar dikendalikan.
pengendalian harus tetap dilaksanakan, hal itu untuk mencegah serangan pada
6. Hama Orong-orong
permukaan tanah yang lembab atau basah. Serangan hama ini sangat poitensial
di lahan gambut. Hama ini membuat lorong dalam tanah sampai mendapat dan
memakan humus, fauna tanah dan juga bagian dari tanaman sehingga
menjadi layu kemudian mati. Pada padi yang diserang yaitu persemaian dan
7. Penyakit Blas
dan lokasi sehingga antara musim baik pada lokasi yang sama maupun lokasi
Umumnya padi yang terserang menjadi puso. Penyakit ini dapat dibedakan
antara blas daun dan blas leher. Blas leher lebih merugikan daripada blas daun
8. Bakanae
beberapa tahun lalu merupakan penyakit penting padi di lahan rawa lebak.
Gejala pada tanaman padi tampak pertumbuhan memanjang yang tidak normal
lebih tinggi, tetapi warna daun lebih pucat, malai tumbuh lebih awal, dan bulir
sebelum ditanam. Penyakit ini dikhawatirkan dapat menular melalui bibit, air,
Gulma yang dominan di lahan rawa lebak yang tergenang adalah jenis
mulsa pada tanaman budidaya di lahan rawa lebak. Pada musim kemarau gulma
digunakan sebagai rnulsa dalam budidaya semangka dan ubi jalar (ubi nagara).
Umumnya petani menanam jenis gulma ini menjelang musim hujan, kemudian
tanaman semangka atau digulung (dibuat gundukan) untuk tanaman ubi nagara.
Gulma tersebut berfungsi sebagai alas bagi buah semangka atau ubi nagara
Lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari bahan tanah organik
dengan kandungan C-organik > 12% berat jika kandungan liat 0% atau >18%
berat jika kandungan liat 60% atau lebih, dengan kedalaman > 60 cm. Menurut
organik berkisar antara 18-60%, berat isi 0,03-0,3 g cm-3, sebaran karbon di
seluruh penampang sampai dasar tanah mineral, bersifat mudah terbakar dan tidak
lapisan sangat masam (pH rata-rata 4), kahat hara, sehingga produktivitas rendah
dan perlu pengaturan drainase dan tata air mikro apabila akan dimanfaatkan untuk
pertanian. Oleh karena itu, seluruh lahan gambut dengan kematangan saprik,
hemik dan fibrik, serta berbagai kedalaman dimasukkan menjadi lahan sub
optimal. (Mulyani,2013)
gambar 23: Lahan gambut
mencapai 100%. Dalam jangka waktu yang lama, gulma ini menghasilkan
biomassa yang sangat banyak dan membentuk lapisan bahan organik yang sangat
tebal atau disebut gumbab (Bahasa Banjar). Lapisan gumbab (bahan organik yang
Pengendalian hama yang utama di lahan gambut antara lain hama tikus, babi,
pengisap), sedang penyakit utama antara lain blas, tungro, dan jamur.
hal yang berkaitan langsung dengan proses budidaya tanaman maupun faktor
lingkungan yang mendukung. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
daun-daun tegak, tahan rebah dan responsif terhadap pupuk. Masalah hama yang
beberapa petani yang berusaha menanam suatu varietas tanaman secara terus
menerus sepanjang tahun tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan
demikian dalam hamparan lahan yang luas hanya terdapat satu varietas tanaman
dengan semua tingkatan umur dari semaian sampai tanaman siap panen.
tersediaanya makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus sehingga OPT
dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik hingga mencapai jumlah
pestisida yang ebrlebihan dan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan
tanaman yang diusahakan pada suatu areal agroekosistem dan pada waktu yang
sama. Dalam agroekosistem yang beragam, spesies monophage mengalami
OPT terhadap tanaman inang tertentu, kecepatan memilih tanaman inang, adanya
musuh alami juga sangat berpengaruh. Populasi spesies predator dan parasitoid
monokultur. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan nektar, mangsa bagi predator
dan inang bagi parasitoid serta habitat mikro pada pertanaman polikultur.
ketahanan genetic yang sempit atau ditentukan oleh gen tunggal, sehingga daya
tahan varietas tersebut terhadap hama tertentu menjadi rentan. Tekanan seleksinya
menyeleksi dirinya dan berkembang menjadi rasa tau biotipe baru dan dapat
merontokkan daya tahan tanaman inang hasil pemuliaan tadi. Dengan demikian
dikendalikan.
Mengacu pada definisi Smith (1978) tentang PHT, maka dapat diartikan
bahwa Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman Secara Terpadu (POPTT)
adalah pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi
OPT dengan memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara
kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Sistem pengelolaan
tersebut berupa pemilihan, perpaduan, dan penerapan berbagai metode
pengendalian OPT yang didasarkan pada perhitungan dan penaksiran konsekuensi
ekologi, ekonomi, dan sosiologi agar dapat memperoleh hasil yang terbaik yaitu
stabilitas produksi dan kerugian seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan
(Untung, 2001).
Macam pengendalian organisme pengganggu tanaman berapa teknik
pengendaliannya antara lain:
II.6.1 Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif,
dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang
kendalinya. Menurut Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik
pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran
yang akan dicapai, yaitu 1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu
kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT
menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman. Beberapa
contoh dari pengendalian OPT secara kultur teknis:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas
domestik adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap
lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut
bukan merupakan inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada
musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim
berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya
dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk
mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan
kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan hama
maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian instar hama yang berada dalam tanah. Misal:
1) Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang
kembara (Locusta migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.
2) Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan
pupa di dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa
dan memutus siklus perkembangannya.
e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari dapat
mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya.
Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama.
Misalnya:
1) Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang
lain pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari
petak hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian
pertanaman yang lebih muda dan belum dipanen.
2) Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak
relatif dapat menekan populasi hama penting tanaman kentang
(Setiawati, 2005).
f. Pemangkasan dan Penjarangan: kegiatan pemangkasan terkait dengan
kebersihan tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam
optimum suatu tanaman.
1) Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena
infeksi sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.
2) Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam
dapat pula mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang
terlalu dekat menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng
coklat.
g. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan
OPT. beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:
1) Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena
pemupukan N yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan
mudah terserang OPT.
2) Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan OPT.
II.6.2 Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)
Merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau
mengendalikan populasi hama. Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan
patogen dikenal sebagai fator pengatur dan pengendali populasi serangga yang
efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan populasi inang atau
mangsa. Peningkatan populasi inang akan ditanggapi secara numerik (respon
numerik) dengan meningkatkan jumlah predator dan secara fungsional (respon
fungsional) dengan meningkatkan daya makan per musuh alami. Beberapa
tindakan antara lain:
a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
c. perlindungan dan dorongan musuh alami.
II.6.3 Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan
hama, Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-
pestisida, mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi
kurang sesuai bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:
a. Penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya
hama dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang
dikumpulkan dan dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan
larva. Atau dapat pula mengumpulkan bagian tanaman yang terserang hama.
b. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah
masuknya atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada
tanaman.
c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan
jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap.
d. Perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran,
frekuenditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama.
Setiap perubahan faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan
tersebut.
e. Penggunaan lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga
terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian
serangga yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan
dengan ditangkap.
f. Suara. Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode
pengendalian menggunakan suara. Penggunaan intensitas suara yangs angat
tinggi sehingga dapat merusak serangga, penggunaan suara lemah guna
mengusir serangga, dan merekam dan memperdengarkan suara yang
diproduksikan serangga guna mengganggu parilaku serangga sasaran.
II.6.4 Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya
dilakukan sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan
bahan kimia sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan
bahan kimia untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan
opt dengan membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan
pemberantasan hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunhaan pestisida
mampu menekan kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan penyakit
yang memungkinkan peningkatan produksi pertanian dapat dicapai.
II.6.5 Pengendalian Secara Genetik
Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik
untuk menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun
dengan memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang
biak. Beberapa tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab ini adalah:
a. Penggunaan varietas tahan. Merupakan pengendalian paling efektif, murah
dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui
serangkaian penelitian dengan memecahkan kelemahan dari hama tertentu.
Teknik pengembangan tanaman tahan hama sengaja memanfaatkan proses
pembentukan sifat ketahanan dan perlawanan tanaman terhadap serangan
serangga herbivora yang terjadi secara koevolusioner di alam. Beberapa
contoh pengendalian ini adalah:
1) penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu
mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.
2) Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-
2H-1,4-benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk
memperoleh ketahanan terhadap penggerek batang jagung Ostrinia
(Untung, 2006).
b. Pengendalian Dengan Serangga Mandul. Disebut juga teknik otosidal
merupakan teknik pengendalian hama dengan pemab\ndulan serangga
jantan, serangga betina atau keduanya. Serangga mandul sudah mulai
banyak diupayakan katrena efektifitasnya mengurangi populasi serangga
tersebut. Misalnya dengan melepas jantan atau betina mandul, maka ketika
terjadi perkawinan, tidak lah terbentuk keturunan dan dalam jangka waktu
tertentu akan sangat mengurangi populasi hama tersebut. Beberapa contoh
pengendalian dengan pemandulan hama:
1) Teknik pelepasan jantan mandul secara besar-besaran pernah dilakukan
di Florida, Puerto Rico dan Amerika Selatan untuk pengendalian
“screwworm” Cochliomyia hominivorax yaitu lalat ayang menyerang
ternak.
2) Dapat pula dipadukan dengan teknik pengendalian hayati, yaitu
pelepasan telur Habrobracon hebetor lebih efektif mengendalikan hama
Ephestia cautella bila jenis jantan dimandulkan terlebih dahulu.
II.6.6 Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.
Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan
peraturan yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang
telah dibuat pada dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke
daeerah lain maupun mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat
menimbulkan adanya serangan OPT. Beberapa tindkan pengendalian
menggubnakan regulasi diantaranya:
a. Karantina Tanaman Dan Binatang. Dengan adanya tata aturan mengenai
karantina yaitu suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini
adalah tanaman dan binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu
wilayah, maka penyebaran OPT yang adpat disebabkan dari luar adaerah
dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan karantina adalah UU No 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Beberapa
contoh pengaruh karantina terhadap pencegahan penyebaran adalah:
1) Pemberian kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) seprti OPTK golongan 1 kategori A1 yaitu Corynebacterium
flaccumfaciens, bakteri yang menyerang benih kedelai yang masih
beredar di USA.
2) Klasifikasi OPTP (Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting) misalnya
pada kasus OPTP penting adalah penyakit rebah kecambah (Phytium
sp.),penyakit Tilletia caries pada gandung yang sering terbawa oleh
benih.
b. Program Pemberantasan dan Penekanan. Bebrapa tindakan pemberantasan
dan penekanan terhadap perkembangan OPT telah dilakukan antara lain:
1) Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi
mudah terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.
2) Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur
OPT maupun bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
maupun perkebunan. Komponen dari OPT yaitu hama, vector penyakit, dan
gulma. Hama adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang
Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah
masalah dalam usaha pertanian. Penyebab timbulnya OPT yaitu varietas unggul
yang rentan, pola tanam yang kurang tepat, dampak dari penggunaan pestisida,
tanaman secara optimal. Lahan sub optimal terdiri dari lahan kering masam, lahan
III.2 Saran
penyebab OPT tersebut. Contohnya dengan menerapkan pola tanam yang tepat,
ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
96-108.
UGM, Yogyakarta.
Arjasa, W.S., dan P. Bangun. 1985. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kedelai.
https://media.neliti.com/media/publications/68518-ID-none.pdf. (Diakses
Dadang. 2006. Pengenalan Pestisida dan Teknik Aplikasi. Workshop Hama dan
13-31.
Translated By P.A. Van der laan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Kastanja,A.Y. 2015. Analisis Komposisi Gulma Pada Lahan Tanaman Sayuran.
Jakarta.
Mulyani, Anny, dan Muhrizal Sarwani. 2003. Karakteristik dan Potensi Lahan
Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra., 1997, Penyakit tanaman dan Teknik
Subagyo, Joko. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Rineka Cipta. 135 hlm
Potensial
Press, Yogyakarta.