AeriniDewanti 2010222007 LaporanAkhirDDPT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

OLEH :

NAMA : AERINI DEWANTI


NOMOR BP : 2010222007
KELAS : DDPT P

DOSEN PENJAB : 1. Dr. JUMSU TRISNO, SP.,M.Si


2. SISKA EFENDI, SP., MP

ASISTEN : 1. ZUHELMI (1810242028)


2. NAJMI HAYATI (1910251005)

PRODI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kepada Allaah subhanahu wa ta’ala, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Akhir
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini dapat terselesaikan dengan
baik walaupun dalam proses penyusunannya sering mengalami berbagai
hambatan. namun berkat kesabaran dan motivasi penulis laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini. Tentunya, penulis juga
sangat berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman, asisten praktikum, teman-teman DDPT kelas P, dan rekan
kerja praktikum yakni kelompok tiga. Penulisan laporan ini diharapkan
memberikan manfaat dan pengetahuan mendalam mengenai tentang penyakit dan
hama yang mengganggu tanaman.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi tulisan, penyampaian, isi, dan banyak hal lainnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak, semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
meridhai segala usaha kita.

Bengkulu, April 2021

Aerini Dewanti
NIM. 2010222007

i2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 4

1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Gejala Nekrotis oleh Jamur……………………………………………... 7

2.2 Gejala Nekrotis oleh Bakteri…………………………………………..... 8

2.3 Gejala Nekrotis oleh Virus dan Nematoda…………………………….... 9

2.4 Gejala Abiotik/Fisiologis dan Gulma………………………………….... 11

2.5 Morfologi Serangga dan Non Serangga…………………………….…... 12

2.6 Gejala Serangan Serangga………………………………………………. 14

2.7 Ordo Penting Serangga………………………………………………….. 16

2.8 Perkembangbiakan Serangga……………………………………………. 18

2.9 Pengendalian OPT………………………………………………………. 19

BAB III BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………… 21

3.2 Alat dan Bahan………………………………………………………….. 21

3.3 Cara Kerja……………………………………………………………….. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil……………………………………………………………………... 23

4.2 Pembahasan……………………………………………………………… 28

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 36

B. Saran…………………………………………………………………….. 37

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 38
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 40

iii
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh


manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah
untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan
berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
bagi yang membudidayakan. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu
yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau
lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak,
merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal
Perlindungan tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam
menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Dengan
demikian, perlindungan tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari
ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu
proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam.
Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu
atau organisme penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan
tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Gangguan yang
disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini
merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi
akibat budidaya tanaman.
Hama dan penyakit, keduanya merupakan penyebab terjadinya
kerusakan. Tetapi bila dilihat dari penyebab dan hasil kerjanya, maka antara
hama dan penyakit memiliki perbedaan. Penyakit pada tumbuhan adalah
gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri, fungi
(jamur), protozoa (hewan bersel satu), dan cacing nematoda. Mikrorganisme
hidup pada organ tumbuhan dan meracuni juga menyerang berbagai organ
tumbuhan, baik bagian akar, batang, daun, dan buah. Sehingga tumbuhan
terhambat pertumbuhannya dan mati.

4
Penyakit tanaman yang harus diperhatikan tidak per individu, tetapi
dalam populasi. Pada umumnya petani/petugas memeriksakan tanamannya
kalau menunjukkan gejala yang khas. Namun perlu dibiasakan pemeriksaan
dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh, apakah terjadi kehilangan hasil.
Dengan demikian perlu dilakukan observasi yang mendalam, tidak hanya
terhadap gejala pada tanaman, tetapi juga pada cuaca, media tanah dan hara,
air dan bahan kimia yang dipakai, serta cara budidaya.
Penyebaran penyakit pada tumbuhan bisa lewat angin, air, dan
serangga. Serangga dapat menular virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berasal dari satu tumbuhan tertentu. Akan tetapi, penyakit yang menyerang
tumbuhan tidak hanya diserang oleh mikroorganisme saja, melainkan juga
dikarenakan kekurangan unsur hara atau unsur tanah lainnya.
Hama merupakan organisme yang menyerang tanaman sehingga
pertumbuhan terganggu, akibat serangan hama produktivitas tanaman
menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang
terjadi kegagalan panen. Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya
molusca sawah, wereng, tikus, ulat, tungau, ganjur dan belalang. Hama
tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas serangga
(insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-
jenis serangga hama pengganggu tanaman.
Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung.
Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya
gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak
langsung melalui penyakit yang dibawa hama tersebut. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dari benih, pembibitan hingga pemanenan tidak luput
dari gangguan hama. Golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga
(insecta). Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh
alami bagi serangga lain yang bersifat hama.
Dengan munculnya berbagai macam dan jenis penyakit dan hama yang
menyerang tanaman budidaya yang berdampak terhadap produksi nilai
ekonomisnya, muncullah pemikiran dan inisiatif untuk mengendalikan
serangan tersebut.

5
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :


1. Mengenal dan mengetahui gejala serangan yang diakibatkan oleh
jamur
2. Mengenal dan mengetahui gejala serangan yang diakibatkan oleh
bakteri
3. Mengenal dan mengetahui gejala serangan yang diakibatkan oleh
virus dan nematode
4. Mengenal dan mengetahui gejala penyakit tanaman yang disebabkan
faktor abiotis dan gulma
5. Mengenal dan megetahui cara perkembangbiakan serangga
6. Mengenal dan membedakan morfologi serangga dan non serangga,
serta untuk mengetahui fungsi-fungsi organ luar serangga dan
posisinya.
7. Mengetahui gejala, kerusakan, dan tanda yang diakibatkan oleh
serangan hama serta mengenal tipe-tipe mulut serangga dan gejala
kerusakan yang ditimbulkan.
8. Mengenal dan mengetahui ciri khas masing-masing ordo penting
serangga
9. Mengenal informasi penting tentang pestisida, cara penggunaan
pestisida, dan teknik pencegahan apabila keracunan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gejala Nekrotis oleh Jamur

Secara kolektif, jamur menyebabkan penyakit tanaman lebih banyak


dari kelompok hama tanaman lainnya, yaitu lebih dari 8.000 spesies terbukti
menyebabkan penyakit. Peran penting jamur dalam kehidupan manusia
sebagai penyebab penyakit pada tanaman dan manusia, bahan baku produk
industry dan farmakologi, dan dekomposer. Dampak negative jamur terhadap
kesehatan tanaman, persediaan makanan, dan gizi manusia sangat besar.
Serangan jamur patogen tanaman dapat mengakibatkan penurunan hasil
panen secara global. Pada umumnya serangan pathogen terhadap tanaman
dapat dicegah dengan sanitasi yang ketat. Selain itu pencegahan jamur
patogen dapat dilakukan dengan menggunakan agen pengendali hayati
(Elliset al., 2008).
Jamur (fungi) merupakan suatu bagain dari Thallophyta, yang
karakteristiknya berhubungan dengan tidak adanya klorofil sama sekali,
sehingga tak bisa untuk melakukan asimilasi. Bagian tubuhnya yang bersifat
vegetatif terdiri atas benang-benang yang halus dan dinamakan hifa. Hifa-hifa
ini merupakan miselium dimana ada yang berserabut ada yang tidak. Semua
tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis jamur parasit
dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan. Beberapa jenis jamur
dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap berhubungan
dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demkian dikenal
dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis lain membutuhkan tumbuhan inang
untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap dapat menyelesaikan daurnya pada
bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian
disebut parasit non-obligat (Triharso, 2004).
Jamur menyebabkan gejala lokal atau gejala sistemik pada inangnya,
dangan gejala tersebut mungkin terjadi secara terpisah pada inang-inang yang
berbeda, secara bersamaan pada inang yang sama atau yang satu mengikuti
yang lain pada inang yang sama. Hampir semua gejala di atas mungkin dapat

7
menyebabkan tumbuhan yang terinfeksi menjadi sangat kerdil. Di samping
itu, gejala yang lain seperti karat daun, embun (mildew), layu dan bahkan
penyakit tertentu menyebabkan hiperplasia pada beberapa organ tumbuhan,
seperti akar pekuk (clubroot) mungkin menyebabkan kekerdilan tumbuhan
(Parjimo, 2007).
Untuk keperluan praktis dalam diagnose penyebab penyakit, jamur
dibedakan berdasarkan ada tidaknya sekat pada hifa dan cara
perkembangbiakannya, sehingga jamur dibedakan menjadi empat kelompok
kelas, antara lain Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes. Adapun penjelasan keempat kelompok kelas tersebut yakni
sebagai berikut:
1. Phycomycetes, dikenal juga dengan jamur ganggang, berbentuk tabung
berisi protoplasma dengan banyak inti. Hifa tidak bersekat
2. Ascomycetes, dikenal juga dengan jamur kantong, dengan spora seksual
disebut askospora. Hifa bersekat dan berpori (poralseptum)
3. Basidiomycetes, dikenal juga dengan nama jamur ganda. Memiliki spora
seksual yang disebut basidiospora atau sporidia. Hifa berseket dan
berinti.
4. Deuteromycetes, dikenal juga dengan sebutan jamur imperfect karena
setiap jamur yang belum diketahui perkembangbiakannya secara seksual,
kan dimasukkan ke dalam kelas ini. Hifa bersekat dan memiliki
inti. (Triharso, 2004).

2.2 Gejala Nekrotis oleh Bakteri

Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang tidak memiliki


membran inti sel, mikroorganisme ini termasuk ke dalam domain prokariot
dan berukuran sangat kecil, serta memiliki peran dalam kehidupan dibumi,
beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan
penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang
pangan, pengobatan, dan industri (Jawetz, 2005).
Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri, serta mengambil
bahan makanan secara parasitis dengan cara menghisapnya melalui dinding

8
sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk, diantaranya berbentuk batang
(baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan spiral (spirilum). (Triharso,
2004). Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli) dan
spiral (spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang
disebut flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus).
Golongan yang mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada
bagian ujung sel bakteri dan disebut monotrichus, ada yang mempunyai
seberkas flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh disebut pritrishus,
sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella dikedua ujungnya disebut
amfitrichus. (Triharso, 2004).
Adapun pengendalian dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu
bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang
steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri
perusak (Semangun, 2001).

2.3 Gejala Nekrotis oleh Virus dan Nematoda

Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat kecil,


lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop
elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga virus
disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak
dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor
lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang
membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit
tanaman non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa
penyakit tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang
sehat, sedangkan tanaman non-patogenik tidak dapat ditularkan. Ada
perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang sangat
membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada
dasarnya virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical
atau berbentuk bulat yang sering pula disebut polyhedral atau isometri,

9
memanjang atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament) (Prajnanta,
2007).
Virus kompleks pada tanaman ini dapat menyebabkan gejala mosaik
ringan sampai berat, daun berkerut, berbentuk seperti tali sepatu atau tanaman
menjadi kerdil. Beberapa virus dapat menyebabkan nekrosis sistemik dan
dapat mematikan tanaman, tergantung pada genotip inang dan
lingkungannya. Virus terutama menyerang bagian vegetatif tanaman, oleh
karena itu serangan virus pada perkembangan awal tanaman dapat
menyebabkan kerugian hingga 100% (Nurhayati, 2012). Virus masuk ke
tanaman melalui luka secara mekanis, serangga vektor atau melalui tepung
sari terinfeksi. Infeksi tanaman oleh virus terjadi jika virus mampu pindah
dari sel yang satu ke sel yang lain dan memperbanyak diri dalam sel di mana
virus tersebut berpindah. Pergerakan virus dari sel yang satu ke sel yang lain
terjadi melalui plasmodesmata. Bila virus telah mencapai floem,
pergerakannya menjadi lebih cepat menuju meristem apical atau sel-sel
penyimpan makanan sehingga virus dapat berada pada semua jaringan
tanaman sehingga infeksi virus disebut infeksi sistemik (Ratulangi, 2007).
Nematoda adalah suatu organisme mikroskopis yang sebagian besar
mengganggu tanaman pertanian atau komoditas tanaman yang di
budidayakan karena nematoda dapat bersifat parasit dan saprofit yang
menyebabkan tanaman dapat terganggu dan rusak karena serangan yang
disebabkannya (Prajnanta.F. 2007). Nematoda dapat hidup di darat, air tawar,
air laut, jaringan tanaman dan jaringan pada hewan yang disebut saprofit pada
hewan. Bentuk paling umum nematoda yaitu silindris panjang yang
meyerupai benang, dan seperti belut serta tidak memiliki segmen (Yu, Qing.
2017).
Nematoda parasit merupakan nematoda yang mengganggu tanaman
inang. Karena nematode parasit memerlukan tanaman iang untuk bertahan
hidup untuk menghisap cairan pada organ tanaman. Berdasakan tipe serangan
nematoda parasit pada tubuh inang dibedakan menjadi 3 yaitu, eksoparasit,
endoparasit dan ekso endo parasit. Pada umumnya serangan nematoda
terletak pada akar karena letak nematoda yang berada di dalam tanah namun

10
pada beberapa nematoda dapat menyerang bagian tanaman lain seperti
batang, daun bahkan biji (Padilla, W. P. 2016).
Gejala serangan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu serangan di
dalam tanah dan serangan di atas permukaan tanah. Pada nematode yang
menyerang di bawah tanah tidak dapat langsung terlihat gejala serangannya
pada tanaman namun dalam jangka waktu berangsur-angsur serangan
nematoda akan dapat terlihat. Serangan nematoda dapat berlangsung pada
akar yang dapat menyebabkan klorosis, cepat layu dan pertumbuha terhambat
serta tanaman menjadi kerdil. Serangan nematoda juga akan menyebabkan
luka pada akar sehingga alar membusuk, pendek, mengering dan
menyebabkan puru pada akar. Pada batang nematode menyerang pada bagian
dalam maupun lingkaran batang bagian luar (Sagita, L .2014).

2.4 Gejala Abiotik / Fisiologis dan Gulma

Penyakit abiotik adalah faktor tak hidup (mati) seperti suhu, kadar air
tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah.
Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon mengalami tekanan
hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih berat
dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen. Faktor
lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon
menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula
mempengaruhi perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh pathogen.
Penyakit abiotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
penyebab penyakit noninfeksius atau tidak dapat ditularkan dari satu tanaman
ke tanaman lain, sehingga penyakit abiotik juga disebut penyakit noninfeksius
(Annies, 2005).
Tanaman mempunyai tanggapan (respon) yang berlainan terhadap
keasaman tanah. Tanah yang bersifat asam dapat meracuni beberapa jenis
tanaman tertentu. Tanaman yang mengalami keracunan akan menunjukan
gejala yang bervariasi dari perubahan warna (klorosis), layu, bercak,
penebalan daun, kerdil sampai mati. Defisiensi mineral pada jenis tanaman
yang berlainan kemungkinan akan menunjukan gejala yang sama, akan tetapi

11
sulit untuk menentukan secara tepat mineral apa yang mengalami defisiensi.
Ada 13 elemen unsur mineral penting yang diperlukan tanaman, dan
kekurangan salah satu atau lebih unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan
penyakit tanaman. Unsur-unsur tersebut yaitu : C, H, OS, K, P, N, B, Mn,
Mg, Na, Si, Cl (Ristiyanto, 2006)
Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas
tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman budidaya. Sifat-sifat dari
gulma tersebut antara lain :
1. Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda
2. Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai
daerah yang lembab
3. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau
perkembangbiakan gulma yang hidupnya menahun
4. Gulma dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, inilah
yang memungkinkan gulma cepat berkembangbiak (Johnny, 2006 dalam
Sinaga 2014).
Cara klasifikasi pada gulma ada dua sistem yaitu buatan (artificial) dan alami
(natural). Pengelompokan tumbuhan pada klasifikasi sistem buatan hanya
berdasarkan pada salah satu sifat yang paling umum. Kelemahan sistem
klasifikasi buatan adalah gulma yang mempunyai hubungan erat
dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah. Sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan ternyata dikelompokkan
dalam satu kelompok. Sementara itu klasifikasi sistem alami didasarkan pada
kombinasi dari beberapa sifat morfologis (Lubis dan Widanarko, 2011).

2.5 Morfologi Serangga dan Non Serangga

Serangga adalah binatang terbanyak di dunia. Serangga mempuyai


nama lain insekta dan hexapoda. Kata insekta atau insect berasal dari kata
insecare. Kata tersebut mengandung dua arti, yaitu in berarti “menjadi” dan
secare berarti “memotong” atau “membagi”. Jadi, insekta berarti binatang
yang mempunyai tubuh terbagi-bagi atau bersegmen-segmen. Sedangkan
hexapoda terdiri dari dua kata hexa dan poda. Hexa mempunyai arti “enam”

12
dan poda mempunyai arti “kaki” sehingga hexapoda berarti binatang berkaki
enam. Golongan binatang secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila,
satu phyila terdiri atas beberapa klas, demikian seterusnya yang berarti
jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/
jenis terdiri atas sekitar satu juta nama (Rahmawati, 2012).
Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu,
kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Sesungguhnya serangga
terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. Enam Ruas terkonsolidasi
membentuk kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas membentuk
abdomen serangga dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena
adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiap segmen thoraks) (Hadi, 2009).
a. Kepala (caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada
kepala terdapat alat mulut, antenna, mata majemuk, dan mata tunggal
(osellus). Permukaan belalang kepala serangga sebagian besar berupa
lubang (foramen magnum atau foramen oksipilate).Melalui lubang ini
berjalan urat-daging, dan kadang-kadang saluran darah dorsal (Jumar,
2000). Kepala serangga terdiri dari 3 sampai 7 ruas, yang memiliki fungsi
sebagai alat untuk pengumpulan makanan, penerima rangsangan dan
memproses informasi di otak. Kepala serangga keras karena mengalami
sklerotisasi (Suheriyanto, 2008).
b. Dada (toraks)
Bagian ini terdiri dari tiga segmen, yaitu segmen toraks depan
(protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks) dan segmen toraks
belakang (metatoraks). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada segmen
meso dan mesotoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut juga
sebagai pterotoraks. Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau
serviks (Hadi 2009).
c. Perut (abdomen)
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap
segmen dorsal yang disebut tergumdan skleritnya disebut tergit. Sklerit
ventralatau sternum adalah sternitdan sklerit pada daerah lateral atau

13
pleuron disebut pleurit.Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan
terletak di pleuron. Alat kelamin serangga terletak pada segmen-segmen
ini dan mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan
telur. Alat kopulasi pada serangga jantan dipergunakan untuk menyalurkan
spermatozoa dari testes ke spermateka serangga betina. Bagian ini disebut
aedeagus. Pada serangga betina, bagian yang menerima spermatozoa
disebut spermateka. Di tempat ini sperma dapat hidup sampai lama dan
dikeluarkan sewaktu-waktu untuk pembuahan (Hadi, 2009).

2.6 Gejala Serangan Hama

Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan


kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan
hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa
jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang
bersifat hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal
dari klas serangga (insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang
membagi jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman.
Hama gudang merupakan hama yang sering menyerang bahan-bahan
makanan manusia yang sudah dalam penyimpanan dan gejala yang
ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang mempunyai sifat yang khusus
yang berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya
memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.Walaupun hama gudang
(produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas,
karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing
memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang
produk dalam gudang (Rahmawati, 2012).
Kerusakan oleh serangga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung.Kerusakan langsung terdiri
dari konsumsi bahan yang disimpan oleh serangga, kontaminasi oleh
serangga dewasa, pupa, larva, telur, kulit telur, dan bagian tubuhnya, serta
kerusakan wadah bahan yang disimpan. Kerusakan tidak langsung antara lain
adalah timbulnya panas akibat metabolisme serta berkembangnya kapang dan

14
mikroba-mikroba lainnya (Cotton dan Wilbur, 1974). Adapun tipe-tipe mulut
serangga menurut Elzinga (2004) dalam Suheriyanto (2008) sebagai berikut :
1. Tipe Pengunyah (Chewing), yaitu Tipe pengunyah merupakan tipe mulut
yang banyak dijumpai pada serangga dewasa dan serangga muda.
Mandibula serangga tipe ini mengalami sklerotisasi, bergerak secara
transversal sehingga dapat digunakan untuk memotong seperti pisau.
Serangga biasanya mampu untuk menggigit dan mengunyah
makanannya.
2. Tipe Pemotong-penyerap (Cutting-sponging), yaitu tipe pemotong-
penyerap dapat ditemukan pada lalat hitam dan lalat kuda. Serangga tipe
ini mempunyai mandibular dan maksila yang memanjang dan berfungsi
sebagai stilet untuk menusuk kulit.
3. Tipe Spon (Sponging), yaitu pada lalat rumah dewasa tipe mulutnya
termodifikasi seperti spon.
4. Tipe Sifon (Siphoning), yaitu serangga mengisap cairan melalui
proboscis. Probosis pada lalat dewasa biasanya panjang dan melingkar,
terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan ada diantara kedua
galea tersebut.
5. Tipe Penusuk-penghisap (Piercing-sucking), yaitu tipe mulut penusuk-
penghisap termodifikasi untuk mempenetrasi penghalang luar dari inang
dan cairan dikeluarkan dari tubuh untuk mempermudah proses
penyerapan makanan. Serangga yang mempunyai tipe mulut ini biasanya
berperan sebagai vector penyakit, seperti serangga herbivor (cicada),
parasit (kutu dan nyamuk) dan karnivor (kutu pembunuh). Ada tiga tipe
mulut penusuk-penghisap, yaitu tipe yang sangat umum dijumpai pada
nyamuk (terdiri dari stilet yang panjang dan bergerigi), tipe yang hanya
ditemukan pada thrips (tipe ini merupakan peralihan antara pengunyah
dan penusuk penghisap) dan tipe yang ditemukan pada kutu penghisap
(tersusun oleh tiga stilet yang tersimpan dalam tubuh ketika tidak
digunakan).
6. Tipe Pengunyah-peminum (Chewing-lapping), yaitu pada lebah madu
dewasa mempunyai tipe mulut yang termodifikasi menjadi bentuk lain

15
yang dapat digunakan untuk makanan cair, seperti nectar dan madu.
Mandibula dapat digunakan untuk memotong, pertahanan, dan
membentuk sarang

2.7 Ordo Penting Serangga

Serangga dalam keanekaragaman hayati dan ekosistem merupakan


komponen yang memiliki peranan penting sebagai herbivore, karnivor, atau
detritivor. Peranan serangga tersebut mempengaruhi kelangsungan hidup
makhluk hidup lain yang ada disekitarnya.
1. Ordo Orthoptera
Ordo Orthoptera berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan
pteron artinya “sayap”. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga
nigricornis) (Rioardi, 2009). Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada
caput antara lain dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antena, serta
tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki
terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu
membran alat pendengar yang disebut Tympanum. Spiralukum yang
merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen
maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung
abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota
ordo Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang
sembah/mantis (Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis)
(Hansamunahito, 2006).
2. Ordo Hemiptera
Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”.
Ordo Hemiptera sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan
tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang
bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo
ini umumnya memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung
membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya
mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).

16
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta
sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal
menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput
tipis. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran
tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang
terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan
pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut muncul pada
bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua
saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).
3. Ordo Coleoptera
Ordo Coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti
“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras  dan tebal
seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian
tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola), alat mulut bertipe
penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan
baik (Rioardi, 2009). Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama
namun ada pula yang bertindak sebagai predator bagi serangga lain
termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal serta tidak memiliki
vena  (Hartati, 2009).
4. Ordo Lepidoptera
Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah
tetapipada imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola), larva bertipe polipoda, sedang pupanya bertipe
obtekta. Tipe alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya
memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung
yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Rioardi, 2009).
5. Ordo Homoptera
Ordo Homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”
serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen.

17
Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga
bersayap dan tidak bersayap. Tipe metamorfose sederhana
(paurometabola), baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak
sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan
rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Rioardi, 2009).
Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara
morfologi mirip dengan anggota ordo hemiptera namun yang
membedakannya yaitu pada bagian sayap depan dan tempat pemuncuan
rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki tekstur yang homogeny biasa
keras semua atau membranus semua, sedangkan sayap belakang bersifat
membranus (Rioardi, 2009).
6. Ordo Diptera
Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki
satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga
dijumpai adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna
(holometabola), larva tidak berkaki, pupa bertipe coartacta. Beberapa
contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada
Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat
parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).

2.8 Perkembangbiakan Serangga

Setelah telur menetas, serangga pradewasa mengalami serangkaian


perubahan sampai mencapai bentuk serangga dewasa (imago). Keseluruhan
rangkaian perubahan bentuk dan ukuran dinamakan metamorfosis.
Metamorfosis serangga dapat di bedakan menjadi empat tipe yaitu: tanpa
metamorfosis (Ametabola), metamorfosis bertahap (paurometabola),
metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola), dan metamorfosis sempurna
(holometabola) (Jumar, 2000).
Metamorfosis merupakan salah satu aktifitas serangga dimana proses
terjadi perubahan bentuk dan ukuran dari serangga sejak berupa telur hingga

18
menjadi serangga dewasa. Tipe Ametabola merupakan tipe metamorfosis
serangga yang tidak bersayap, tipe hemimetabola merupakan tipe
metamorfosis serangga yang tidak sempurna dengan kata lain melewati fase
nimfa, dan tipe holometabola merupakan tipe metamorfosis pada serangga
yang nantinya akan terjadi pembentukan sayap (Loweet al, 2017).
Menurut Jumar (2000), pada tipe ametabola serangga pradewasa
memiliki bentuk luar serupa dengan serangga dewasa kecuali ukuran dan
kematangan alat kelaminnya, tipe serangga ini terdapat pada serangga
serangga primitif yaitu dari anggota sub kelas Apterygota, yakni dari ordo
protura, diplura, colembolla dan thysanura. Pada tipe paurometabola bentuk
umum serangga pradewasa menyerupai serangga dewasa, tetapi terjadi
perubahan bentuk secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap dan
embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua serta pertambahan ukuran,
tipe serangga ini adalah dari golongan ordo orthoptera, isoptera, thysanoptera,
hemiptera, homoptera, anoplura, neuroptera, dermaptera. Pada hemimetabola,
ialah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna

2.9 Pengendalian OPT

Pengendalian hama dan organisme pengganggu tanaman (OPT)


merupakan sebuah pendekatan dalam proses pengendalian hama dan penyakit
tanaman dengan mempertimbangkan aspek dalam mempertahankan
keserangan ekosistem hama dan penyakit dibawah ambang ekonomi
atau  batas kerugian ekonomis. Aspek pengelolaannya diantaranya yaitu:
sistem budidaya, lingkungan fisik, biologi, perilaku pengelola dan bahan
kimia. Karena dengan menggunakan teknik atau konsep PHPT, penggunaan
dan efek samping yang ditimbulkan dari pestisida akan menjadi lebih
minimal dan keuntungan ekonomis dipertahankan (Triharso, 2004).
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama
bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif
(target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat
menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap
organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa

19
pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian bagi manusia. (Triharso, 2004).
Pestisida sintetik merupakan bahan beracun yang digunakan untuk
mengendali-kan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga,
gulma, patogen dan jasad pengganggu lainnya. (Triharso, 2004).
Pemanfaatan agens pengendali hayati untuk mengendalikan hama
merupakan pilihan yang tepat untuk menekan penggunaan bahan kimia di
sektor pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan ragam
hayati, yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman (OPT) (Subagiya, 2013).
Konsep pengendalian hama berdasarkan prinsip pengelolaan
lingkungan mendorong penggunaan musuh alami sebagai komponen utama
dalam budidaya tanaman. Salah satu predator WBC yang berperan besar
dalam pengendalian WBC adalah laba-laba. Laba-laba dapat memangsa
WBC hingga 15-20 imagoWBC per hari (Gunawan, 2015).
Pandangan PHT salah satu upayapengendalian adalah dengan
penanamansecara tumpang sari. Penentuan jenistanaman pendamping yang
akanditumpangsari dan waktu penanamandisesuaikan dengan ketersediaan air
yangada selama pertumbuhan (Mudjiono, 2012).

20
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dimulai
pada bulan Februari 2021 dan berakhir pada tanggal April 2021. Prakitkum
dilaksanakan setiap hari Kamis pada pukul 13.30 – 14.00 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan secara online dengan memanfaatkan media zoom sebagai
pengganti tatap muka secara offline dan juga WhataApp grup untuk
berdiskusi lebih lanjut.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan diantaranya :
 Buku gambar A4 dengan sampul warna hitam
 Pensil biasa
 Pensil warna
 Penggaris
 Penghapus
 Alat tulis lain
 1 balok plastisin
 Peniti / jarum
 Alkohol 70%
 Sampel pratikum

3.3 Cara Kerja


Untuk materi penyakit tanaman, cara kerja yang dilakukan pada
kegiatan praktikum ini sebagai berikut:
 Mengamati tanaman yang akan menjadi sampel pratikum sesuai
dengan pembagian materi
 Mengenali penyebab penyakit pada sampel pratikum tersebut
 Setelah menemukan sampel yang sesuai, foto sampel pratikum
tersebut

21
 Pindahkan hasil foto pratikum ke dalam word
 Kemudian deskripsikan tanaman tersebut dan diberi keterangan
seperti gejala, diagnosa penyakit, dan penyebab penyakit.
Untuk materi hama pada tanaman, cara kerja yang dilakukan pada
praktikum ini diantaranya sebagai berikut:
 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum
 Meletakan sampel pratikum diatas platisin
 Kemudian tusuk sempel pratikum dengan menggunakan peniti / jarum
dan pastikan posisi sempel pratikum sesuai
 Setelah itu foto bagian tersebut dan digambar pada buku gambar a4
 Beri keterangan yang lengkap pada gambar yang telah dibuat
 Foto hasil akhir gambar dan keterangannya untuk dilaporkan
Untuk materi pengendalian OPT, cara kerja yang dilakukan sebagai
berikut :
 Mencari informasi mengenai sampel yang akan digunakan untuk
pratikum
 Setelah mendapatkan sampel, catat informasi penting yang ada
dibrosur dan di label tentang merk dagang peptisida, bahan aktif
peptisida, jenis peptisida dan cara penggunaan serta organisme
sasarannya
 Kemudian foto sampel tersebut dan dipindahkan ke word
 Beri keterangan pada hasil foto yang didapatkan sesuai dengan
informasi yang ditemukan

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Gambar Keterangan


1 Gejala nekrotis oleh jamur :

Gambar 1

Tanaman Cabai

Gambar 2

Gambar 3
2 Gejala nekrotis oleh bakteri : Tanaman Kedelai

23
Gambar 1

Gambar 2
3 Gejala nekrotis oleh virus :

Gambar 1

Tanaman Tomat

Gambar 2

Gambar 3
4 Gejala abiotik :
Gambar 1 : Tanaman
Strawbery

Gambar 2 : Tanaman
Alpokat

Gambar 3 : Tanaman
Srikaya

24
Gambar 1

Gambar 2

Gambar 4 : Tanaman
Durian
Gambar 3
Gambar 5 : Tanaman
Gambas

Gambar 4

Gambar 5
5 Morfologi Serangga: Lipan / Kelabang

25
6 Gejala serangan serangga

Gambar 1

Tanaman Hias

Gambar 1 : Daun
Mawar
Gambar 2
Gambar 2 : Kembang
Sepatu

Gambar 3 : Bunga
Kertas
Gambar 3
Gambar 4 : Begonia

Gambar 4
7 Ordo Penting Serangga Kupu-kupu

26
8 Perkembangbiakan Serangga

Kumbang Bemo

9 Pengendalian OPT Nematisida

Gambar 1

27
Gambar 2

Gambar 3

4.2 Pembahasan

1. Gejala nekrotis oleh jamur pada tanaman cabai

a. Gambar 1
 Nama penyakit : Antraknosa (Patek)
 Penyebab : Jamur Colletotrichum capsici dan Colletotrichum
gloeosporioides
 Penyakit Patek berasal dari sisa tanaman sakit atau dari benih
yang sudah terinfeksi.  Penyebaran terjadi melalui tangan para
pekerja, percikan air, hujan dan angin serta tangan pemetik buah.
Serangan dapat terjadi mulai pada fase pembibitan yang
menyebabkan kecambah layu saat disemai dan mati. Pada fase
dewasa serangan menyebabkan pucuk batang mengering, busuk
kering pada batang dan buah, serta busuk buah menjadi buah
seperti busuk terbakar.
b. Gambar 2
 Nama penyakit : Bercak Daun (Frog Eyes)

28
 Penyebab : Jamur Cescospora Capsici
 Serangan jamur ini berkembang pesat pada saat musim hujan,
sehingga perlu adanya pengaturan jarak tanam yang lebih lebar
untuk mengatur kelembabannya. Gejala yang timbul jika tanaman
cabai terserang oleh jamur ini adalah munculnya bercak kecil
berbentuk bulat pada daun, dengan warna coklat muda pada
intinya dan warna coklat tua pada bagian luar lingkarannya.
Bercak yang semula kecil ini akan berkembang merata hingga ada
semula kecil ini akan berkembang merata hingga daun menjadi
kering dan rontok.
c. Gambar 3
 Nama penyakit : Layu Fusarium
 Penyebab : Jamur pathogen Fusariumoxysporum
 Pada musim hujan jamur Fusariumoxysporum mudah
berkembangbiak dan mudah menyebar dari satu tanaman
ketanaman lainnya. Tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat
berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur ini, terlebih lagi
jika terjadi genangan air hujan dilahan dan pH tanah yang rendah.

2. Gejala nekrotis oleh bakteri pada tanaman kedelai

a. Gambar 1
 Nama penyakit : Penyakit pustul atau bisul
 Penyebab : Xanthomonas axonopodis pv. glycines 
 Ciri khas bercak pustul adalah di bagian tengahnya terdapat noda
berwarna kecoklatan dengan bagian tepi bercak berwarna pucat
sampai kekuningan, bentuknya tidak teratur, dan jaringan selnya
mati (nekrosis).
b. Gambar 2
 Nama penyakit : Penyakit Hawar
 Penyebab : Pseudomonas savastanoi pv. Glycinea
 Secara sepintas gejala serangan bakteri hawar (blight) mirip
dengan bakteri pustul. Perbedaan yang mencolok adalah daun

29
yang terserang bakteri hawar menimbulkan kerusakan di
permukaan atas daun tembus hingga bawah daun, bercak
bentuknya agak menyudut.

3. Gejala nekrotis oleh virus pada tanaman tomat


a. Gambar 1
 Nama penyakit : TMV (Tobacco Mosaic Virus)
 Penyebab : Virus mosaik
 Gejala dengan daun berwarna pucat kekuningan dan menyebar
dengan bentuk seperti percikan-percikan
b. Gambar 2
 Nama penyakit : Layu Fusairum
 Penyebab : Fusarium oxysporum
 Gejala awal ditandai dengan adanya tanaman yang tiba-tiba layu
dan akan segar kembali pada sore hari dan pagi hari dan akhirnya
mati
c. Gambar 3
 Nama penyakit : Layu Berbintik (spotted wilt) 
 Penyebab : Tomato spotted wilt virus (TSWV)
 Gagal tumbuh (kerdil) adalah gejala umum dari infeksi TSWV,
dan umumnya lebih parah saat tanaman muda terinfeksi. Sesuai
dengan namanya infeksi menyebabkan bercak-bercak dan
tumbuhan menjadi layu, dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian.

4. Gejala abiotik

a. Gambar 1
 Penyebab : Kekurangan air dan kelebihan cahaya matahari
 Tanaman mengalami gangguan karena kekurangan air dan
kelebihan cahaya mataharia. Ditandai dengan warna daun yang
mulai menguning dan akhirnya menjadi coklat
b. Gambar 2

30
 Penyebab : Kekurangan air
 Tanaman alpokat yang kekurangan air mula-mula akan Nampak
gosong pada tepi daun dan tengah daun. Setalah itu, daun
tanaman akan mati dan gugur di tanah
c. Gambar 3
 Penyebab : Kekurangan air
 Mula- mula daun tanaman akan terdapat warna bintik-bintik
kuning disekitar daun. Kemudian bagian tepi daun akan gosong.
Lalu daun akan gugur di tanah
d. Gambar 4
 Penyebab : Kekurangan kelembapan tanah
 Daun akan mengalami gejala berwarna kuning pada seluruh
bagian daun tanaman. Lama kelamaan daun akan layu dan gugur
di tanah
e. Gambar 5
 Penyebab : Kekurangan air
 Gejala diawali dengan adanya bintik-bintik kunung disekitar
daun. Lalu, bintik-bintik kuning tersebut akan membuat daun
tanaman menjadi gosong. Kemudian daun akan mati

5. Morfologi Lipan atau Kelabang (Chilopoda)


Lipan atau kelabang (Chilopoda) merupakan binatang berbisa
bertubuh pipih, bersegmen, berkaki banyak, bersendi, bagian depannya
beracun. Bentuk tubuhnya pipih, jumlah segmen bisa mencapai 177,
setiap segmen mempunyai sepasang kaki, kecuali pada satu segmen di
belakang kepala dan dua segmen terakhir. Pada bagian kepala terdapat
sepasang mata. Masing-masing mata mengalami modifikasi menjadi
cakar beracun. Kaki pada segmen pertama di belakang kepala
termodifikasi menjadi cakar beracun disebut maksiliped, untuk
melumpuhkan mangsanya. Pada kepala terdapat sepasang antena panjang
yang terdiri atas 12 segmen. Chilopoda hidup di darat dan bernapas

31
dengan trakea yang bercabang-cabang ke seluruh jaringan tubuhnya.
Lubang trakea atau spirakel terdapat pada setiap segmen.

6. Gejala Serangan Serangga


a. Gambar 1
 Tipe mulut serangga : Penggigit dan pengunyah
 Bagian daun yang terserang tersebut disebebkan oleh Ulat/larva
(Lepidoptera). Mula-mula terdapat tanda sobekan bolong-bolong
disekitar daun mawar. Kemudian menyebabkan kerusakan pada
jaringan daun mawar. Setelah itu, daun tanaman akan mengalami
kekuningan dan daun akan menggulung serta mengalami
kelayuan.
b. Gambar 2
 Tipe mulut serangga : Penggigit dan pengunyah
 Bagian daun yang terserang tersebut disebebkan oleh Ulat/larva
(Lepidoptera). Ulat mengorok daun, selanjutnya memakan
jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan
atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan
sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta
membentuk lubang.
c. Gambar 3
 Tipe mulut serangga : Penggigit dan pengunyah
 Bagian daun yang terserang tersebut disebebkan oleh Ulat/larva
(Lepidoptera). Ulat mengorok daun, selanjutnya memakan
jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan
atas daun dan meninggalkan lapisan tipis / transparan
sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta
membentuk lubang.
d. Gambar 4
 Tipe mulut serangga : Penggigit dan pengunyah
 Bagian daun yang terserang tersebut disebebkan oleh Ulat/larva
(Lepidoptera). Mula-mula terdapat tanda sobekan bolong-bolong

32
disekitar daun kemudian menyebabkan kerusakan pada jaringan
daun. Setelah itu, daun tanaman akan mengalami kekuningan dan
daun akan menggulung serta mengalami kelayuan.

7. Ordo Penting Serangga


Serangga merupakan organisme yang banyak ditemukan di alam.
Serangga dapat di bedakan menjadi beberapa ordo yang di kelompokkan
menurut sifat dan ciri-ciri dari tubuh serangga. Serangga memiliki
peranan yang menguntungkan dan yang merugikan. Serangga yang
mengutungkan sebagai contohnya yaitu serangga polinator yang berperan
dalam membantu proses penyerbukan. Selaian itu, terdapat serangga
yang merugikan yang disebut dengan hama.
Pada praktikum kali ini serangga yang digunakan yaitu, kupu-kupu,
lalat, cocopet, kepik hijau, belalang sembah, kumbang tanduk, dan
capung. Kupu-kupu termasuk ordo lepidoptera dengan tipe mulutnya
yaitu menghisap. Lalat merupakan serangga yang termasuk ordo Diptera,
memiliki sepasang sayap, dengan tipe mulut menjilat-menghisap.
Cocopet termasuk ordo dermaptera dengan tipe mulut mengunyah dan
metamorfosisnya sederhana. Kepik hijau termasuk ordo hemiptera
dengan tipe mulutnya menusuk menghisap dan bentuk sayap setengah.
Belalang termasuk ordo Orthoptera mempunyai tipe mulut yang
menggigit-mengunyah, memiliki 2 pasang sayap, sayap depan
memanjang dan memiliki jejari, memiliki tungkai kaki sebanyak 3
pasang tungkai tipe nya soltorial. Kumbang tanduk termasuk ordo
coleoptera dengan tipe mulutnya menggigit mengunyah dan bentuk
sayapnya bersayap seludang pada sayap bagian depannya, sayap
belakang seperti selaput. Capung merupakan serangga yang termasuk ke
dalam ordo Odonata.

8. Perkembangbiakan Serangga
Perkembangbiakan serangga teridiri atas dua jenis yaitu embrionik
dan pasca embrionik. Embrionik (di dalam telur) terjadi dengan cara
seksual dan partenogenesis (bertelur tanpa dibuahi). Jenis

33
perkembangbiakan embrionik ini juga dibagi atas 3 jenis yakni ovipar,
ovovivipar, dan vivipar. Ovipar adalah perkembanganbiakan dengan cara
bertelur. embrio hewan ini berkembang didalam telur dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang ada di dalam telur, sedangkan
telur berada di luar tubuh induknya. agar menetas, telur biasanya dierami.
Ovovivipar adalah perkembanganbiakan hewan dengan cara bertelur
beranak. Embrio hewan ini berkembang di dalam telur yang masih
berada di dalam tubuh induknya. setelah cukup umur, anak hewan
menetas dan keluar dari tubuh induknya sehingga tampak seperti
melahirkan. Vivipar adalah perkembanganbiakan dengan cara
melahirkan. Embrio ini berkembang di dalam tubuh iduknya dan
mendapatkan makanan dari tubuh induknya melalui plasenta. Setelah
embrio atau anak hewan ini cukup umur akan dikeluarkan dari tubuh
induknya atau dilahirkan. Pada pasca embrionik, terjadi proses
metamofosis. Metamorfosis ada empat jenis, yaitu:
 Ametabola (tanpa metamorfosis). Bentuk luar serangga pradewasa
(gaead) serupa dengan imagonya, kecuali ukuran dan kematangan
alat kelamin. Gaead dan imago biasanya hidup pada habitat sama.
Contoh: ordo Thysanura (kutu buku)
 Paurometabola. Bentuk umum serangga pradewasa menyerupai
serangga dewasa tetapi terjadi perubahan bentuk dan ukuran pada
serangga dewasa seperti terbentuknya sayap dan alat kelamin.
Contoh: ordo Hemiptera
 Hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna). Serangga pradewasa
disebut naiad. Naiad dan imago hidup pada habitat uang berbeda.
Naiad memiliki modifikasi tungkai untuk melekat, memanjat,
menggali. Tubuh untuk berenang dan alat mulut untuk mencari
makan dalam air. Contoh: ordo Odonata (capung), ordo
Ephemeroptera, dan Plecoptera.
 Holometabola (metamorfosis sempurna). Terdiri atas tahapan
lengkap, mulai dari telur, larva, pupa, dan imago. Contoh: ordo

34
Diptera (lalat), ordo Lepidoptera (kupu-kupu), ordo Coleoptera
(kumbang), ordo Hymenoptera (semut, lebah).

9. Pengendalian OPT
Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk
membunuh hama, baik yang berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan
lain di lingkungan. Berdasarkan jenis hama yang akan diberantas,
pestisida digolongkan menjadi 9 jenis, yaitu:
 Insektisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan serangga.
 Rodentisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan tikus.
 Akarisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan tungau.
 Mollusida, merupakan pestisida untuk mengendalikan siput/bekicot.
 Bakterisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan bakteri.
 Fungisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan jamur.
 Virusida, merupakan pestisida untuk mengendalikan virus.
 Nematisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan nematoda.
a. Gambar 1
 Merek dagang : Furanda
 Bahan aktif pestisida : Karbofuran 3%
 Formulasi : 3 GR
 Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman padi dan
jagung
 Dosis : Padi = Penaburan pada tanah (17 – 34 kg/ha), Jagung =
Penaburan (5 g/tanaman)
b. Gambar 2
 Merek dagang : Marshal
 Bahan aktif pestisida : Karbosulfan 5%
 Formulasi : 5 GR
 Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman kelapa
sawit, kentang, lada, padi, pisang, dan tebu

35
 Dosis : Kelapa sawit = 3-6 g/tanaman, Kentang = 20-40 kg/ha,
Lada = 20-40 kg/ha, Padi = 12-24 kg/ha, Pisang = 10-20
gr/rumpun, Tebu : 40 kg/ha
c. Gambar 3
 Merek dagang : Pertofur
 Bahan aktif pestisida : Karbonfuran 3%
 Formulasi : 3 GR
 Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman padi
gogo, padi sawah, kentang, kedelai, tebu, dan pisang
 Dosis : Padi gogo = 17-34 kg/ha, Padi sawah = 17-34 kg/ha,
Kedelai = 8,5-17 kg/ha, Kentang = 100-200 kg/ha, Tebu = 25-35
kg/ha, Pisang = 100-200 kg/ha

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan dan diperoleh hasil, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa :
 Penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotis dan faktor
abiotis. Faktor biotis berupa OPT yang berasal dari golongan jamur,
bakteri, virus, ataupun nematdoa. Sedangkan faktor abiotis dapat berupa
faktor unsur hara, air, suhu, cahaya matahari, media tanam, dan lain
sebagainya. Faktor biotis dapat menularkan penyakit ke tanaman lain,
sedangkan faktor abiotis tidak dapat menularkan penyakit ke tanaman
lain dan hanya menyerang satu atau beberapa tanaman saja. Untuk
menangani dan mencegah penyakit pada tanaman dapat dilakukan
dengan pengendalian OPT. Pengendalian OPT banyak jenisnya, mulai

36
dari pengendalian fisik, kimiawi, biologi, dan teknik penanaman yang
baik.
 Serangga atau insecta memiliki morfologi yang berbeda dengan
oragnisme non serangga, dimana serangga memiliki caput (kepala),
toraks (dada), dan abdomen (perut). Kerusakan yang terjadi pada
tanaman atau tumbuhan yang disebabkan oleh serangga dapat diketahui
dengan memperhatikan bentuk dari tipe mulut serangga yang menyerang.
Tipe mulut serangga terdiri dari menggigit mengunyah, menusuk
menghisap, menjilat, mengkait menghisap dan menghisap. Hama
mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara
ekonomis, golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta).
Pada umumnya kelompok serangga yang atas 8 ordo yaitu ordo
Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera,
Hymenoptera, dan Odonata. Perkembangan pada serangga dapat terjadi
secara embrionik dan pasca embrinonik. Jenis embrionik terbagi menjadi
ovipar, vivipar, dan ovovivipar. Sedangkan pasca embrionik terdiri atas
metamorfosis ametabola, paurometabola, hemimetabola, dan
holometabola.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terhadap praktikum berikutnya


adalah penjelasan mengenai alat dan bahan yang akan digunakan lebih detail
lagi, serta metode praktikum dibuat lebih menarik lagi. Selain itu, perlu lebih
teliti dan fokus dalam mendata hasil praktikum sehingga didapatkan
keterangan yang jelas dan lebih akurat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta: Gramedia

Hadi, M; Tarwotjo, U dan Rahadian, R. 2009. Biologi Insekta ENTOMOLOGI.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Hansamunahito, 2006. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi Arachnidadan Myriapoda. Jakarta:


Bumi Aksara.

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih,
N.M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

38
Lubis, R.E. dan Agus Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi,
Nofiandi;Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Lugito, 2013. Pengenalan Spesimen Hama. Gadjah Mada University


Press.Yogyakarta.

Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRI.

Padilla, W. P., Anonio, A. Y., Carolina, dkk. 2016. Molecular characterization


and distribution of the needle nematode Longidorus laevicapitatus
Williams, 1959 (Nematoda: Longidoridae) in Costa Rica. Eur J Plant
Pathol. 10(4) : 61 – 70. Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan.

Parjimo & Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia
Rahmawati. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Ratulangi, M., G. S. J. Manengkey; D. T. Sembel. 2007. Identifikasi Penyakit-


penyakit Virus pada Tanaman Cabe Rawit dan Tomat. The World
Vegetable Center Sylvia Green Virologist Go Yi-ming Liao Shanhua,
Tainan, taiwan. Kerjasama Unsrat dan Clemson University.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sagita, L., Bambang. S., Kurniatun. H. 2014. Studi Keragaman dan Kerapatan
Nematoda pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Sub Das Konto.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(1) : 51 – 60.

Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada


University Press. Yogyakarta.

Sinaga, H. N. 2014. Kajian Biaya Pengendalian Gulma Pada Tanaman


Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq) Secara

39
Manual Dan Khemis Di Kebun Sei Intan PT. Perkebunan
Nusantara V. Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan. Medan

Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Press.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Untung, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University


Press.Yoyakarta.

LAMPIRAN

Tugas Pratikum DDPT P


a. Tugas 1 (Tanaman Cabai)
GAMBAR NAMA PENYEBAB KETERANGAN
PENYAKIT

Antraknosa Jamur Colletotrichum Penyakit Patek berasal dari


(Patek) capsici dan Colletotrich sisa tanaman sakit atau dari
um gloeosporioides benih yang sudah terinfeksi. 
Penyebaran terjadi melalui
tangan para pekerja, percikan
air, hujan dan angin serta
tangan pemetik buah.
Serangan dapat terjadi mulai
pada fase pembibitan yang
Sumber : menyebabkan kecambah layu
https://nuansatani.com/penyakit saat disemai dan mati. Pada
-antraknosa-patek-pada-cabai/ fase dewasa serangan
menyebabkan pucuk batang
mengering, busuk kering
pada batang dan buah, serta
busuk buah menjadi buah

40
seperti busuk terbakar. 

Sumber :
http://
saungsumberjambe.blogspot.co
m/2013/12/penyakit-patek-
antraknosa-pada-cabe-dan.html

Bercak Daun Jamur Cescospora Disebabkan oleh serangan


(Frog Eyes) Capsici jamur Cescospora capsici.
Serangan jamur ini
berkembang pesat pada saat
musim hujan, sehingga perlu
adanya pengaturan jarak
tanam yang lebih lebar untuk
mengatur kelembabannya.
Gejala yang timbul jika
tanaman cabai terserang oleh
Sumber: Agrios, G. N. 1997. Ilmu
jamur ini adalah munculnya
Penyakit Tumbuhan.
(Terjemahan) Edisi Ketiga.
bercak kecil berbentuk bulat
UGM-Press, Yogyakarta. pada daun, dengan warna
coklat muda pada intinya dan
warna coklat tua pada bagian
luar lingkarannya. Bercak
yang semula kecil ini akan
berkembang merata hingga
ada semula kecil ini akan
berkembang merata hingga
daun menjadi kering dan
rontok.

Layu Jamur pathogen Layu fusarium bisa


Fusarium Fusariumoxysporum menyerang tanaman cabai
kapan saja, terutama pada
musim hujan seperti sekarang
ini. Pada musim hujan jamur
Fusariumoxysporum mudah
berkembangbiak dan mudah
menyebar dari satu tanaman
ketanaman lainnya. Tingkat
kelembaban udara yang tinggi
sangat berpengaruh terhadap
perkembangbiakan jamur ini,
terlebih lagi jika terjadi
genangan air hujan dilahan

41
dan pH tanah yang rendah

b. Tugas 2 (Tanaman Kedelai)


GAMBAR NAMA PENYAKIT PENYEBAB KETERANGAN
Penyakit pustul atau Xanthomonas Ciri khas bercak pustul adalah
bisul axonopodis pv. di bagian tengahnya terdapat
glycines  noda berwarna kecoklatan
dengan bagian tepi bercak
berwarna pucat sampai
Sumber: kekuningan, bentuknya tidak
https://tse4.mm.bing.net/th? teratur, dan jaringan selnya
id=OIP._3bEdkHfMUxyk7-
LG1pDjwAAAA&pid=Api&P= mati (nekrosis).
0&w=229&h=145
Penyakit Hawar Pseudomonas Secara sepintas gejala serangan
savastanoi pv. bakteri hawar (blight) mirip
glycinea dengan bakteri pustul.
Perbedaan yang mencolok
adalah daun yang terserang
bakteri hawar menimbulkan
Sumber : Sumber: Howard,
www.aganytime.com/Corn/Pag kerusakan di permukaan atas
es/Article.aspx? daun tembus hingga bawah
name=Understanding-Corn- daun, bercak bentuknya agak
Test-
Weight&fields=article&article= menyudut.
1002

c. Tugas 3 (Tanaman Tomat)


GAMBAR NAMA PENYAKIT PENYEBAB KETERANGAN
TMV (Tobacco Virus mosaik Gejala pada tanaman
Mosaic Virus) tomat, yaitu daun berwarna
pucat kekuningan dan
menyebar dengan bentuk
seperti percikan-percikan

Sumber: kelompok 3
Layu Fusairum Fusarium Gejala layu fusarium pada

42
oxysporum awal serangan dapat
ditandai dengan adanya
tanaman yang tiba-tiba
layu dan akan segar
kembali pada sore hari dan
pagi hari dan akhirnya mati

Sumber : Kelompok 3
Layu Berbintik Tomato spotted Gejala TSW berbeda antar
(spotted wilt)  wilt spesies inang dan dapat
virus (TSWV) bervariasi di dalam satu
spesies inang. Gagal
tumbuh (kerdil) adalah
gejala umum dari infeksi
Sumber :
http://ag.umass.edu/sites/ag.umass.
TSWV, dan umumnya
edu/files/fact-sheets/images/tomato lebih parah saat tanaman
_tswv.jpg
muda terinfeksi. Sesuai
dengan namanya infeksi
menyebabkan bercak-
bercak dan tumbuhan
menjadi layu, dan akhirnya
dapat menyebabkan
kematian.
d. Tugas 4
Gambar Nama / bagian Penyebab keterangan
Tanaman

Tanaman Kekurangan air


Tanaman mengalami gangguan
Strawbery / Daun dan kelebihan
cahaya matahari karena kekurangan air dan
kelebihan cahaya mataharia.
Ditandai dengan warna daun yang

Sumber : Kelompok 3
mulai menguning dan akhirnya
(Aerini)
menjadi coklat.

Tanaman Kekurangan air Tanaman alpokat yang kekurangan

43
Alpokat/ Daun air mula-mula akan Nampak
gosong pada tepi daun dan tengah
daun. Setalah itu, daun tanaman
akan mati dan gugur di tanah.
Sumber : Kelompok 3
(Happis)

Tanaman Srikaya/ Kekurangan air Mula- mula daun tanaman akan


Daun
terdapat warna bintik-bintik kuning
disekitar daun. Kemudian bagian
tepi daun akan gosong. Lalu daun
Sumber : Kelompok 3 akan gugur di tanah.
(Ahmad)

Tanaman Durian/ Kekurangan Daun akan mengalami gejala


Daun kelembapan
berwarna kuning pada seluruh
tanah.
bagian daun tanaman. Lama
kelamaan daun akan layu dan
gugur di tanah.
Sumber : Kelompok 3
(Razif)

Tanaman Kekurangan air


Gejala diawali dengan adanya
Gambas/ Daun
bintik-bintik kunung disekitar
daun. Lalu, bintik-bintik kuning
tersebut akan membuat daun
Sumber : Kelompok 3
(Ade) tanaman menjadi gosong.
Kemudian daun akan mati

e. Tugas 5 (Morfologi Lipan / Kelabang)

44
f. Tugas 6 (Tanaman Hias)
No Nama Tanaman Gambar Bagian Terserang Deskripsi Serangan Tipe Mulut
Serangga
1 Mawar Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Mula-mula terdapat tanda
sobekan bolong-bolong
disekitar daun mawar.
Kemudian menyebabkan
Sumber : Kelompok 3
kerusakan pada jaringan daun
mawar. Setelah itu, daun
tanaman akan mengalami
kekuningan dan daun akan
menggulung serta mengalami
kelayuan.
2 Kembang Sepatu Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Ulat mengorok daun,
selanjutnya memakan jaringan
bagian permukaan bawah
daun atau permukaan
atas daun dan meninggalkan
lapisan tipis/transparan
sehingga daun seperti
Sumber : Kelompok 3 berjendela dan akhirnya sobek
serta membentuk lubang.

45
3 Bunga Kertas Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Ulat mengorok daun,
selanjutnya memakan
jaringan bagian permukaan
bawah daun atau permukaan
Sumber : Kelompok 3 atas daun dan meninggalkan
lapisan tipis/transparan.
Sehingga daun seperti
berjendela dan akhirnya
sobek serta membentuk
lubang.
4 Begonia Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Mula-mula terdapat tanda
sobekan bolong-bolong
disekitar daun mawar.
Kemudian menyebabkan
kerusakan pada jaringan daun
mawar. Setelah itu, daun
tanaman akan mengalami
kekuningan dan daun akan
menggulung serta mengalami
Sumber : Kelompok 3
kelayuan.

g. Ordo Penting Kupu-Kupu

46
h. Perkembangbiakan Kumbang Bemo

i. Pengendalian OPT (Nematisida)


Keterangan
Gambar Merek Bahan Aktif Organisme
Dagang Pestisida Sasaran Formulasi Dosis
Pestisida

Furanda Karbofuran Mengendalikan 3 GR Padi : Penaburan


3% hama pada pada tanah (17 –
tanaman padi 34 kg/ha)
dan jagung Jagung :
Penaburan (5
g/tanaman)

47
Marshal Karbosulfan Mengendalikan 5 GR Kelapa sawit : 3-6
5% hama pada g/tanaman
tanaman kelapa Kentang : 20-40
sawit, kentang, kg/ha
lada, padi, Lada : 20-40 kg/ha
pisang, dan tebu Padi : 12-24 kg/ha
Pisang : 10-20
gr/rumpun
Tebu : 40 kg/ha

Pertofur Karbonfuran Mengendalikan 3 GR Padi gogo : 17-34


3% hama pada kg/ha
tanaman padi Padi sawah : 17-34
gogo, padi kg/ha
sawah, kentang, Kedelai : 8,5-17
kedelai, tebu, kg/ha
dan pisang Kentang : 100-200
kg/ha
Tebu : 25-35 kg/ha
Pisang : 100-200
kg/ha

48

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy