AeriniDewanti 2010222007 LaporanAkhirDDPT
AeriniDewanti 2010222007 LaporanAkhirDDPT
AeriniDewanti 2010222007 LaporanAkhirDDPT
OLEH :
PRODI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kepada Allaah subhanahu wa ta’ala, yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulisan Laporan Akhir
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini dapat terselesaikan dengan
baik walaupun dalam proses penyusunannya sering mengalami berbagai
hambatan. namun berkat kesabaran dan motivasi penulis laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini. Tentunya, penulis juga
sangat berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman, asisten praktikum, teman-teman DDPT kelas P, dan rekan
kerja praktikum yakni kelompok tiga. Penulisan laporan ini diharapkan
memberikan manfaat dan pengetahuan mendalam mengenai tentang penyakit dan
hama yang mengganggu tanaman.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi tulisan, penyampaian, isi, dan banyak hal lainnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak, semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Aerini Dewanti
NIM. 2010222007
i2i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 5
4.2 Pembahasan……………………………………………………………… 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 36
B. Saran…………………………………………………………………….. 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 38
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 40
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Penyakit tanaman yang harus diperhatikan tidak per individu, tetapi
dalam populasi. Pada umumnya petani/petugas memeriksakan tanamannya
kalau menunjukkan gejala yang khas. Namun perlu dibiasakan pemeriksaan
dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh, apakah terjadi kehilangan hasil.
Dengan demikian perlu dilakukan observasi yang mendalam, tidak hanya
terhadap gejala pada tanaman, tetapi juga pada cuaca, media tanah dan hara,
air dan bahan kimia yang dipakai, serta cara budidaya.
Penyebaran penyakit pada tumbuhan bisa lewat angin, air, dan
serangga. Serangga dapat menular virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berasal dari satu tumbuhan tertentu. Akan tetapi, penyakit yang menyerang
tumbuhan tidak hanya diserang oleh mikroorganisme saja, melainkan juga
dikarenakan kekurangan unsur hara atau unsur tanah lainnya.
Hama merupakan organisme yang menyerang tanaman sehingga
pertumbuhan terganggu, akibat serangan hama produktivitas tanaman
menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang
terjadi kegagalan panen. Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya
molusca sawah, wereng, tikus, ulat, tungau, ganjur dan belalang. Hama
tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas serangga
(insecta), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-
jenis serangga hama pengganggu tanaman.
Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung.
Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya
gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak
langsung melalui penyakit yang dibawa hama tersebut. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dari benih, pembibitan hingga pemanenan tidak luput
dari gangguan hama. Golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga
(insecta). Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh
alami bagi serangga lain yang bersifat hama.
Dengan munculnya berbagai macam dan jenis penyakit dan hama yang
menyerang tanaman budidaya yang berdampak terhadap produksi nilai
ekonomisnya, muncullah pemikiran dan inisiatif untuk mengendalikan
serangan tersebut.
5
1.2 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
menyebabkan tumbuhan yang terinfeksi menjadi sangat kerdil. Di samping
itu, gejala yang lain seperti karat daun, embun (mildew), layu dan bahkan
penyakit tertentu menyebabkan hiperplasia pada beberapa organ tumbuhan,
seperti akar pekuk (clubroot) mungkin menyebabkan kekerdilan tumbuhan
(Parjimo, 2007).
Untuk keperluan praktis dalam diagnose penyebab penyakit, jamur
dibedakan berdasarkan ada tidaknya sekat pada hifa dan cara
perkembangbiakannya, sehingga jamur dibedakan menjadi empat kelompok
kelas, antara lain Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes. Adapun penjelasan keempat kelompok kelas tersebut yakni
sebagai berikut:
1. Phycomycetes, dikenal juga dengan jamur ganggang, berbentuk tabung
berisi protoplasma dengan banyak inti. Hifa tidak bersekat
2. Ascomycetes, dikenal juga dengan jamur kantong, dengan spora seksual
disebut askospora. Hifa bersekat dan berpori (poralseptum)
3. Basidiomycetes, dikenal juga dengan nama jamur ganda. Memiliki spora
seksual yang disebut basidiospora atau sporidia. Hifa berseket dan
berinti.
4. Deuteromycetes, dikenal juga dengan sebutan jamur imperfect karena
setiap jamur yang belum diketahui perkembangbiakannya secara seksual,
kan dimasukkan ke dalam kelas ini. Hifa bersekat dan memiliki
inti. (Triharso, 2004).
8
sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk, diantaranya berbentuk batang
(baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan spiral (spirilum). (Triharso,
2004). Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli) dan
spiral (spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang
disebut flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus).
Golongan yang mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada
bagian ujung sel bakteri dan disebut monotrichus, ada yang mempunyai
seberkas flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh disebut pritrishus,
sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella dikedua ujungnya disebut
amfitrichus. (Triharso, 2004).
Adapun pengendalian dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu
bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang
steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri
perusak (Semangun, 2001).
9
memanjang atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament) (Prajnanta,
2007).
Virus kompleks pada tanaman ini dapat menyebabkan gejala mosaik
ringan sampai berat, daun berkerut, berbentuk seperti tali sepatu atau tanaman
menjadi kerdil. Beberapa virus dapat menyebabkan nekrosis sistemik dan
dapat mematikan tanaman, tergantung pada genotip inang dan
lingkungannya. Virus terutama menyerang bagian vegetatif tanaman, oleh
karena itu serangan virus pada perkembangan awal tanaman dapat
menyebabkan kerugian hingga 100% (Nurhayati, 2012). Virus masuk ke
tanaman melalui luka secara mekanis, serangga vektor atau melalui tepung
sari terinfeksi. Infeksi tanaman oleh virus terjadi jika virus mampu pindah
dari sel yang satu ke sel yang lain dan memperbanyak diri dalam sel di mana
virus tersebut berpindah. Pergerakan virus dari sel yang satu ke sel yang lain
terjadi melalui plasmodesmata. Bila virus telah mencapai floem,
pergerakannya menjadi lebih cepat menuju meristem apical atau sel-sel
penyimpan makanan sehingga virus dapat berada pada semua jaringan
tanaman sehingga infeksi virus disebut infeksi sistemik (Ratulangi, 2007).
Nematoda adalah suatu organisme mikroskopis yang sebagian besar
mengganggu tanaman pertanian atau komoditas tanaman yang di
budidayakan karena nematoda dapat bersifat parasit dan saprofit yang
menyebabkan tanaman dapat terganggu dan rusak karena serangan yang
disebabkannya (Prajnanta.F. 2007). Nematoda dapat hidup di darat, air tawar,
air laut, jaringan tanaman dan jaringan pada hewan yang disebut saprofit pada
hewan. Bentuk paling umum nematoda yaitu silindris panjang yang
meyerupai benang, dan seperti belut serta tidak memiliki segmen (Yu, Qing.
2017).
Nematoda parasit merupakan nematoda yang mengganggu tanaman
inang. Karena nematode parasit memerlukan tanaman iang untuk bertahan
hidup untuk menghisap cairan pada organ tanaman. Berdasakan tipe serangan
nematoda parasit pada tubuh inang dibedakan menjadi 3 yaitu, eksoparasit,
endoparasit dan ekso endo parasit. Pada umumnya serangan nematoda
terletak pada akar karena letak nematoda yang berada di dalam tanah namun
10
pada beberapa nematoda dapat menyerang bagian tanaman lain seperti
batang, daun bahkan biji (Padilla, W. P. 2016).
Gejala serangan pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu serangan di
dalam tanah dan serangan di atas permukaan tanah. Pada nematode yang
menyerang di bawah tanah tidak dapat langsung terlihat gejala serangannya
pada tanaman namun dalam jangka waktu berangsur-angsur serangan
nematoda akan dapat terlihat. Serangan nematoda dapat berlangsung pada
akar yang dapat menyebabkan klorosis, cepat layu dan pertumbuha terhambat
serta tanaman menjadi kerdil. Serangan nematoda juga akan menyebabkan
luka pada akar sehingga alar membusuk, pendek, mengering dan
menyebabkan puru pada akar. Pada batang nematode menyerang pada bagian
dalam maupun lingkaran batang bagian luar (Sagita, L .2014).
Penyakit abiotik adalah faktor tak hidup (mati) seperti suhu, kadar air
tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah.
Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon mengalami tekanan
hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih berat
dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen. Faktor
lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon
menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula
mempengaruhi perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh pathogen.
Penyakit abiotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
penyebab penyakit noninfeksius atau tidak dapat ditularkan dari satu tanaman
ke tanaman lain, sehingga penyakit abiotik juga disebut penyakit noninfeksius
(Annies, 2005).
Tanaman mempunyai tanggapan (respon) yang berlainan terhadap
keasaman tanah. Tanah yang bersifat asam dapat meracuni beberapa jenis
tanaman tertentu. Tanaman yang mengalami keracunan akan menunjukan
gejala yang bervariasi dari perubahan warna (klorosis), layu, bercak,
penebalan daun, kerdil sampai mati. Defisiensi mineral pada jenis tanaman
yang berlainan kemungkinan akan menunjukan gejala yang sama, akan tetapi
11
sulit untuk menentukan secara tepat mineral apa yang mengalami defisiensi.
Ada 13 elemen unsur mineral penting yang diperlukan tanaman, dan
kekurangan salah satu atau lebih unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan
penyakit tanaman. Unsur-unsur tersebut yaitu : C, H, OS, K, P, N, B, Mn,
Mg, Na, Si, Cl (Ristiyanto, 2006)
Gulma merupakan tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas
tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman budidaya. Sifat-sifat dari
gulma tersebut antara lain :
1. Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda
2. Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai
daerah yang lembab
3. Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau
perkembangbiakan gulma yang hidupnya menahun
4. Gulma dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, inilah
yang memungkinkan gulma cepat berkembangbiak (Johnny, 2006 dalam
Sinaga 2014).
Cara klasifikasi pada gulma ada dua sistem yaitu buatan (artificial) dan alami
(natural). Pengelompokan tumbuhan pada klasifikasi sistem buatan hanya
berdasarkan pada salah satu sifat yang paling umum. Kelemahan sistem
klasifikasi buatan adalah gulma yang mempunyai hubungan erat
dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah. Sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan ternyata dikelompokkan
dalam satu kelompok. Sementara itu klasifikasi sistem alami didasarkan pada
kombinasi dari beberapa sifat morfologis (Lubis dan Widanarko, 2011).
12
dan poda mempunyai arti “kaki” sehingga hexapoda berarti binatang berkaki
enam. Golongan binatang secara berurutan akan terdiri atas beberapa phyila,
satu phyila terdiri atas beberapa klas, demikian seterusnya yang berarti
jumlahnya akan terus meningkat dalam setiap kelompok. Kelompok spesies/
jenis terdiri atas sekitar satu juta nama (Rahmawati, 2012).
Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu,
kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Sesungguhnya serangga
terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. Enam Ruas terkonsolidasi
membentuk kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas membentuk
abdomen serangga dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena
adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiap segmen thoraks) (Hadi, 2009).
a. Kepala (caput)
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada
kepala terdapat alat mulut, antenna, mata majemuk, dan mata tunggal
(osellus). Permukaan belalang kepala serangga sebagian besar berupa
lubang (foramen magnum atau foramen oksipilate).Melalui lubang ini
berjalan urat-daging, dan kadang-kadang saluran darah dorsal (Jumar,
2000). Kepala serangga terdiri dari 3 sampai 7 ruas, yang memiliki fungsi
sebagai alat untuk pengumpulan makanan, penerima rangsangan dan
memproses informasi di otak. Kepala serangga keras karena mengalami
sklerotisasi (Suheriyanto, 2008).
b. Dada (toraks)
Bagian ini terdiri dari tiga segmen, yaitu segmen toraks depan
(protoraks), segmen toraks tengah (mesotoraks) dan segmen toraks
belakang (metatoraks). Pada serangga bersayap, sayap timbul pada segmen
meso dan mesotoraks, dan secara kolektif dua segmen ini disebut juga
sebagai pterotoraks. Protoraks dihubungkan dengan kepala oleh leher atau
serviks (Hadi 2009).
c. Perut (abdomen)
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap
segmen dorsal yang disebut tergumdan skleritnya disebut tergit. Sklerit
ventralatau sternum adalah sternitdan sklerit pada daerah lateral atau
13
pleuron disebut pleurit.Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan
terletak di pleuron. Alat kelamin serangga terletak pada segmen-segmen
ini dan mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan
telur. Alat kopulasi pada serangga jantan dipergunakan untuk menyalurkan
spermatozoa dari testes ke spermateka serangga betina. Bagian ini disebut
aedeagus. Pada serangga betina, bagian yang menerima spermatozoa
disebut spermateka. Di tempat ini sperma dapat hidup sampai lama dan
dikeluarkan sewaktu-waktu untuk pembuahan (Hadi, 2009).
14
mikroba-mikroba lainnya (Cotton dan Wilbur, 1974). Adapun tipe-tipe mulut
serangga menurut Elzinga (2004) dalam Suheriyanto (2008) sebagai berikut :
1. Tipe Pengunyah (Chewing), yaitu Tipe pengunyah merupakan tipe mulut
yang banyak dijumpai pada serangga dewasa dan serangga muda.
Mandibula serangga tipe ini mengalami sklerotisasi, bergerak secara
transversal sehingga dapat digunakan untuk memotong seperti pisau.
Serangga biasanya mampu untuk menggigit dan mengunyah
makanannya.
2. Tipe Pemotong-penyerap (Cutting-sponging), yaitu tipe pemotong-
penyerap dapat ditemukan pada lalat hitam dan lalat kuda. Serangga tipe
ini mempunyai mandibular dan maksila yang memanjang dan berfungsi
sebagai stilet untuk menusuk kulit.
3. Tipe Spon (Sponging), yaitu pada lalat rumah dewasa tipe mulutnya
termodifikasi seperti spon.
4. Tipe Sifon (Siphoning), yaitu serangga mengisap cairan melalui
proboscis. Probosis pada lalat dewasa biasanya panjang dan melingkar,
terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan ada diantara kedua
galea tersebut.
5. Tipe Penusuk-penghisap (Piercing-sucking), yaitu tipe mulut penusuk-
penghisap termodifikasi untuk mempenetrasi penghalang luar dari inang
dan cairan dikeluarkan dari tubuh untuk mempermudah proses
penyerapan makanan. Serangga yang mempunyai tipe mulut ini biasanya
berperan sebagai vector penyakit, seperti serangga herbivor (cicada),
parasit (kutu dan nyamuk) dan karnivor (kutu pembunuh). Ada tiga tipe
mulut penusuk-penghisap, yaitu tipe yang sangat umum dijumpai pada
nyamuk (terdiri dari stilet yang panjang dan bergerigi), tipe yang hanya
ditemukan pada thrips (tipe ini merupakan peralihan antara pengunyah
dan penusuk penghisap) dan tipe yang ditemukan pada kutu penghisap
(tersusun oleh tiga stilet yang tersimpan dalam tubuh ketika tidak
digunakan).
6. Tipe Pengunyah-peminum (Chewing-lapping), yaitu pada lebah madu
dewasa mempunyai tipe mulut yang termodifikasi menjadi bentuk lain
15
yang dapat digunakan untuk makanan cair, seperti nectar dan madu.
Mandibula dapat digunakan untuk memotong, pertahanan, dan
membentuk sarang
16
Golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta
sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal
menebal, sebagiannya mirip selaput, dan sayap belakang seperti selaput
tipis. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran
tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang
terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan
pengisap berupa stylet. Pada ordo hemiptera, rostum tersebut muncul pada
bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua
saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah (Rioardi, 2009).
3. Ordo Coleoptera
Ordo Coleoptera artinya coleos berarti “seludang” dan pteron berarti
“sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal
seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian
tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola), alat mulut bertipe
penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan
baik (Rioardi, 2009). Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama
namun ada pula yang bertindak sebagai predator bagi serangga lain
termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal serta tidak memiliki
vena (Hartati, 2009).
4. Ordo Lepidoptera
Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah
tetapipada imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola), larva bertipe polipoda, sedang pupanya bertipe
obtekta. Tipe alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya
memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung
yang disebut Proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Rioardi, 2009).
5. Ordo Homoptera
Ordo Homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”
serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen.
17
Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga
bersayap dan tidak bersayap. Tipe metamorfose sederhana
(paurometabola), baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak
sebagai hama tanaman. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan
rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Rioardi, 2009).
Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara
morfologi mirip dengan anggota ordo hemiptera namun yang
membedakannya yaitu pada bagian sayap depan dan tempat pemuncuan
rostumnya. Sayap depan ordo ini memiliki tekstur yang homogeny biasa
keras semua atau membranus semua, sedangkan sayap belakang bersifat
membranus (Rioardi, 2009).
6. Ordo Diptera
Serangga anggota ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki
satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga
dijumpai adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna
(holometabola), larva tidak berkaki, pupa bertipe coartacta. Beberapa
contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada
Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat
parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ) (Rioardi, 2009).
18
menjadi serangga dewasa. Tipe Ametabola merupakan tipe metamorfosis
serangga yang tidak bersayap, tipe hemimetabola merupakan tipe
metamorfosis serangga yang tidak sempurna dengan kata lain melewati fase
nimfa, dan tipe holometabola merupakan tipe metamorfosis pada serangga
yang nantinya akan terjadi pembentukan sayap (Loweet al, 2017).
Menurut Jumar (2000), pada tipe ametabola serangga pradewasa
memiliki bentuk luar serupa dengan serangga dewasa kecuali ukuran dan
kematangan alat kelaminnya, tipe serangga ini terdapat pada serangga
serangga primitif yaitu dari anggota sub kelas Apterygota, yakni dari ordo
protura, diplura, colembolla dan thysanura. Pada tipe paurometabola bentuk
umum serangga pradewasa menyerupai serangga dewasa, tetapi terjadi
perubahan bentuk secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap dan
embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua serta pertambahan ukuran,
tipe serangga ini adalah dari golongan ordo orthoptera, isoptera, thysanoptera,
hemiptera, homoptera, anoplura, neuroptera, dermaptera. Pada hemimetabola,
ialah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna
19
pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian bagi manusia. (Triharso, 2004).
Pestisida sintetik merupakan bahan beracun yang digunakan untuk
mengendali-kan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangga,
gulma, patogen dan jasad pengganggu lainnya. (Triharso, 2004).
Pemanfaatan agens pengendali hayati untuk mengendalikan hama
merupakan pilihan yang tepat untuk menekan penggunaan bahan kimia di
sektor pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan ragam
hayati, yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman (OPT) (Subagiya, 2013).
Konsep pengendalian hama berdasarkan prinsip pengelolaan
lingkungan mendorong penggunaan musuh alami sebagai komponen utama
dalam budidaya tanaman. Salah satu predator WBC yang berperan besar
dalam pengendalian WBC adalah laba-laba. Laba-laba dapat memangsa
WBC hingga 15-20 imagoWBC per hari (Gunawan, 2015).
Pandangan PHT salah satu upayapengendalian adalah dengan
penanamansecara tumpang sari. Penentuan jenistanaman pendamping yang
akanditumpangsari dan waktu penanamandisesuaikan dengan ketersediaan air
yangada selama pertumbuhan (Mudjiono, 2012).
20
BAB III
BAHAN DAN METODE
21
Pindahkan hasil foto pratikum ke dalam word
Kemudian deskripsikan tanaman tersebut dan diberi keterangan
seperti gejala, diagnosa penyakit, dan penyebab penyakit.
Untuk materi hama pada tanaman, cara kerja yang dilakukan pada
praktikum ini diantaranya sebagai berikut:
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum
Meletakan sampel pratikum diatas platisin
Kemudian tusuk sempel pratikum dengan menggunakan peniti / jarum
dan pastikan posisi sempel pratikum sesuai
Setelah itu foto bagian tersebut dan digambar pada buku gambar a4
Beri keterangan yang lengkap pada gambar yang telah dibuat
Foto hasil akhir gambar dan keterangannya untuk dilaporkan
Untuk materi pengendalian OPT, cara kerja yang dilakukan sebagai
berikut :
Mencari informasi mengenai sampel yang akan digunakan untuk
pratikum
Setelah mendapatkan sampel, catat informasi penting yang ada
dibrosur dan di label tentang merk dagang peptisida, bahan aktif
peptisida, jenis peptisida dan cara penggunaan serta organisme
sasarannya
Kemudian foto sampel tersebut dan dipindahkan ke word
Beri keterangan pada hasil foto yang didapatkan sesuai dengan
informasi yang ditemukan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1
Tanaman Cabai
Gambar 2
Gambar 3
2 Gejala nekrotis oleh bakteri : Tanaman Kedelai
23
Gambar 1
Gambar 2
3 Gejala nekrotis oleh virus :
Gambar 1
Tanaman Tomat
Gambar 2
Gambar 3
4 Gejala abiotik :
Gambar 1 : Tanaman
Strawbery
Gambar 2 : Tanaman
Alpokat
Gambar 3 : Tanaman
Srikaya
24
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 4 : Tanaman
Durian
Gambar 3
Gambar 5 : Tanaman
Gambas
Gambar 4
Gambar 5
5 Morfologi Serangga: Lipan / Kelabang
25
6 Gejala serangan serangga
Gambar 1
Tanaman Hias
Gambar 1 : Daun
Mawar
Gambar 2
Gambar 2 : Kembang
Sepatu
Gambar 3 : Bunga
Kertas
Gambar 3
Gambar 4 : Begonia
Gambar 4
7 Ordo Penting Serangga Kupu-kupu
26
8 Perkembangbiakan Serangga
Kumbang Bemo
Gambar 1
27
Gambar 2
Gambar 3
4.2 Pembahasan
a. Gambar 1
Nama penyakit : Antraknosa (Patek)
Penyebab : Jamur Colletotrichum capsici dan Colletotrichum
gloeosporioides
Penyakit Patek berasal dari sisa tanaman sakit atau dari benih
yang sudah terinfeksi. Penyebaran terjadi melalui tangan para
pekerja, percikan air, hujan dan angin serta tangan pemetik buah.
Serangan dapat terjadi mulai pada fase pembibitan yang
menyebabkan kecambah layu saat disemai dan mati. Pada fase
dewasa serangan menyebabkan pucuk batang mengering, busuk
kering pada batang dan buah, serta busuk buah menjadi buah
seperti busuk terbakar.
b. Gambar 2
Nama penyakit : Bercak Daun (Frog Eyes)
28
Penyebab : Jamur Cescospora Capsici
Serangan jamur ini berkembang pesat pada saat musim hujan,
sehingga perlu adanya pengaturan jarak tanam yang lebih lebar
untuk mengatur kelembabannya. Gejala yang timbul jika tanaman
cabai terserang oleh jamur ini adalah munculnya bercak kecil
berbentuk bulat pada daun, dengan warna coklat muda pada
intinya dan warna coklat tua pada bagian luar lingkarannya.
Bercak yang semula kecil ini akan berkembang merata hingga ada
semula kecil ini akan berkembang merata hingga daun menjadi
kering dan rontok.
c. Gambar 3
Nama penyakit : Layu Fusarium
Penyebab : Jamur pathogen Fusariumoxysporum
Pada musim hujan jamur Fusariumoxysporum mudah
berkembangbiak dan mudah menyebar dari satu tanaman
ketanaman lainnya. Tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat
berpengaruh terhadap perkembangbiakan jamur ini, terlebih lagi
jika terjadi genangan air hujan dilahan dan pH tanah yang rendah.
a. Gambar 1
Nama penyakit : Penyakit pustul atau bisul
Penyebab : Xanthomonas axonopodis pv. glycines
Ciri khas bercak pustul adalah di bagian tengahnya terdapat noda
berwarna kecoklatan dengan bagian tepi bercak berwarna pucat
sampai kekuningan, bentuknya tidak teratur, dan jaringan selnya
mati (nekrosis).
b. Gambar 2
Nama penyakit : Penyakit Hawar
Penyebab : Pseudomonas savastanoi pv. Glycinea
Secara sepintas gejala serangan bakteri hawar (blight) mirip
dengan bakteri pustul. Perbedaan yang mencolok adalah daun
29
yang terserang bakteri hawar menimbulkan kerusakan di
permukaan atas daun tembus hingga bawah daun, bercak
bentuknya agak menyudut.
4. Gejala abiotik
a. Gambar 1
Penyebab : Kekurangan air dan kelebihan cahaya matahari
Tanaman mengalami gangguan karena kekurangan air dan
kelebihan cahaya mataharia. Ditandai dengan warna daun yang
mulai menguning dan akhirnya menjadi coklat
b. Gambar 2
30
Penyebab : Kekurangan air
Tanaman alpokat yang kekurangan air mula-mula akan Nampak
gosong pada tepi daun dan tengah daun. Setalah itu, daun
tanaman akan mati dan gugur di tanah
c. Gambar 3
Penyebab : Kekurangan air
Mula- mula daun tanaman akan terdapat warna bintik-bintik
kuning disekitar daun. Kemudian bagian tepi daun akan gosong.
Lalu daun akan gugur di tanah
d. Gambar 4
Penyebab : Kekurangan kelembapan tanah
Daun akan mengalami gejala berwarna kuning pada seluruh
bagian daun tanaman. Lama kelamaan daun akan layu dan gugur
di tanah
e. Gambar 5
Penyebab : Kekurangan air
Gejala diawali dengan adanya bintik-bintik kunung disekitar
daun. Lalu, bintik-bintik kuning tersebut akan membuat daun
tanaman menjadi gosong. Kemudian daun akan mati
31
dengan trakea yang bercabang-cabang ke seluruh jaringan tubuhnya.
Lubang trakea atau spirakel terdapat pada setiap segmen.
32
disekitar daun kemudian menyebabkan kerusakan pada jaringan
daun. Setelah itu, daun tanaman akan mengalami kekuningan dan
daun akan menggulung serta mengalami kelayuan.
8. Perkembangbiakan Serangga
Perkembangbiakan serangga teridiri atas dua jenis yaitu embrionik
dan pasca embrionik. Embrionik (di dalam telur) terjadi dengan cara
seksual dan partenogenesis (bertelur tanpa dibuahi). Jenis
33
perkembangbiakan embrionik ini juga dibagi atas 3 jenis yakni ovipar,
ovovivipar, dan vivipar. Ovipar adalah perkembanganbiakan dengan cara
bertelur. embrio hewan ini berkembang didalam telur dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang ada di dalam telur, sedangkan
telur berada di luar tubuh induknya. agar menetas, telur biasanya dierami.
Ovovivipar adalah perkembanganbiakan hewan dengan cara bertelur
beranak. Embrio hewan ini berkembang di dalam telur yang masih
berada di dalam tubuh induknya. setelah cukup umur, anak hewan
menetas dan keluar dari tubuh induknya sehingga tampak seperti
melahirkan. Vivipar adalah perkembanganbiakan dengan cara
melahirkan. Embrio ini berkembang di dalam tubuh iduknya dan
mendapatkan makanan dari tubuh induknya melalui plasenta. Setelah
embrio atau anak hewan ini cukup umur akan dikeluarkan dari tubuh
induknya atau dilahirkan. Pada pasca embrionik, terjadi proses
metamofosis. Metamorfosis ada empat jenis, yaitu:
Ametabola (tanpa metamorfosis). Bentuk luar serangga pradewasa
(gaead) serupa dengan imagonya, kecuali ukuran dan kematangan
alat kelamin. Gaead dan imago biasanya hidup pada habitat sama.
Contoh: ordo Thysanura (kutu buku)
Paurometabola. Bentuk umum serangga pradewasa menyerupai
serangga dewasa tetapi terjadi perubahan bentuk dan ukuran pada
serangga dewasa seperti terbentuknya sayap dan alat kelamin.
Contoh: ordo Hemiptera
Hemimetabola (metamorfosis tidak sempurna). Serangga pradewasa
disebut naiad. Naiad dan imago hidup pada habitat uang berbeda.
Naiad memiliki modifikasi tungkai untuk melekat, memanjat,
menggali. Tubuh untuk berenang dan alat mulut untuk mencari
makan dalam air. Contoh: ordo Odonata (capung), ordo
Ephemeroptera, dan Plecoptera.
Holometabola (metamorfosis sempurna). Terdiri atas tahapan
lengkap, mulai dari telur, larva, pupa, dan imago. Contoh: ordo
34
Diptera (lalat), ordo Lepidoptera (kupu-kupu), ordo Coleoptera
(kumbang), ordo Hymenoptera (semut, lebah).
9. Pengendalian OPT
Pestisida adalah bahan atau zat kimia yang digunakan untuk
membunuh hama, baik yang berupa tumbuhan, serangga, maupun hewan
lain di lingkungan. Berdasarkan jenis hama yang akan diberantas,
pestisida digolongkan menjadi 9 jenis, yaitu:
Insektisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan serangga.
Rodentisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan tikus.
Akarisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan tungau.
Mollusida, merupakan pestisida untuk mengendalikan siput/bekicot.
Bakterisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan bakteri.
Fungisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan jamur.
Virusida, merupakan pestisida untuk mengendalikan virus.
Nematisida, merupakan pestisida untuk mengendalikan nematoda.
a. Gambar 1
Merek dagang : Furanda
Bahan aktif pestisida : Karbofuran 3%
Formulasi : 3 GR
Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman padi dan
jagung
Dosis : Padi = Penaburan pada tanah (17 – 34 kg/ha), Jagung =
Penaburan (5 g/tanaman)
b. Gambar 2
Merek dagang : Marshal
Bahan aktif pestisida : Karbosulfan 5%
Formulasi : 5 GR
Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman kelapa
sawit, kentang, lada, padi, pisang, dan tebu
35
Dosis : Kelapa sawit = 3-6 g/tanaman, Kentang = 20-40 kg/ha,
Lada = 20-40 kg/ha, Padi = 12-24 kg/ha, Pisang = 10-20
gr/rumpun, Tebu : 40 kg/ha
c. Gambar 3
Merek dagang : Pertofur
Bahan aktif pestisida : Karbonfuran 3%
Formulasi : 3 GR
Organisme sasaran : Mengendalikan hama pada tanaman padi
gogo, padi sawah, kentang, kedelai, tebu, dan pisang
Dosis : Padi gogo = 17-34 kg/ha, Padi sawah = 17-34 kg/ha,
Kedelai = 8,5-17 kg/ha, Kentang = 100-200 kg/ha, Tebu = 25-35
kg/ha, Pisang = 100-200 kg/ha
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
36
dari pengendalian fisik, kimiawi, biologi, dan teknik penanaman yang
baik.
Serangga atau insecta memiliki morfologi yang berbeda dengan
oragnisme non serangga, dimana serangga memiliki caput (kepala),
toraks (dada), dan abdomen (perut). Kerusakan yang terjadi pada
tanaman atau tumbuhan yang disebabkan oleh serangga dapat diketahui
dengan memperhatikan bentuk dari tipe mulut serangga yang menyerang.
Tipe mulut serangga terdiri dari menggigit mengunyah, menusuk
menghisap, menjilat, mengkait menghisap dan menghisap. Hama
mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara
ekonomis, golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta).
Pada umumnya kelompok serangga yang atas 8 ordo yaitu ordo
Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera,
Hymenoptera, dan Odonata. Perkembangan pada serangga dapat terjadi
secara embrionik dan pasca embrinonik. Jenis embrionik terbagi menjadi
ovipar, vivipar, dan ovovivipar. Sedangkan pasca embrionik terdiri atas
metamorfosis ametabola, paurometabola, hemimetabola, dan
holometabola.
5.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih,
N.M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
38
Lubis, R.E. dan Agus Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi,
Nofiandi;Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRI.
Parjimo & Andoko. 2007. Budidaya Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan
Jamur Merang). Jakarta: Agromedia
Rahmawati. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sagita, L., Bambang. S., Kurniatun. H. 2014. Studi Keragaman dan Kerapatan
Nematoda pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Sub Das Konto.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(1) : 51 – 60.
39
Manual Dan Khemis Di Kebun Sei Intan PT. Perkebunan
Nusantara V. Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan. Medan
LAMPIRAN
40
seperti busuk terbakar.
Sumber :
http://
saungsumberjambe.blogspot.co
m/2013/12/penyakit-patek-
antraknosa-pada-cabe-dan.html
41
dan pH tanah yang rendah
Sumber: kelompok 3
Layu Fusairum Fusarium Gejala layu fusarium pada
42
oxysporum awal serangan dapat
ditandai dengan adanya
tanaman yang tiba-tiba
layu dan akan segar
kembali pada sore hari dan
pagi hari dan akhirnya mati
Sumber : Kelompok 3
Layu Berbintik Tomato spotted Gejala TSW berbeda antar
(spotted wilt) wilt spesies inang dan dapat
virus (TSWV) bervariasi di dalam satu
spesies inang. Gagal
tumbuh (kerdil) adalah
gejala umum dari infeksi
Sumber :
http://ag.umass.edu/sites/ag.umass.
TSWV, dan umumnya
edu/files/fact-sheets/images/tomato lebih parah saat tanaman
_tswv.jpg
muda terinfeksi. Sesuai
dengan namanya infeksi
menyebabkan bercak-
bercak dan tumbuhan
menjadi layu, dan akhirnya
dapat menyebabkan
kematian.
d. Tugas 4
Gambar Nama / bagian Penyebab keterangan
Tanaman
Sumber : Kelompok 3
mulai menguning dan akhirnya
(Aerini)
menjadi coklat.
43
Alpokat/ Daun air mula-mula akan Nampak
gosong pada tepi daun dan tengah
daun. Setalah itu, daun tanaman
akan mati dan gugur di tanah.
Sumber : Kelompok 3
(Happis)
44
f. Tugas 6 (Tanaman Hias)
No Nama Tanaman Gambar Bagian Terserang Deskripsi Serangan Tipe Mulut
Serangga
1 Mawar Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Mula-mula terdapat tanda
sobekan bolong-bolong
disekitar daun mawar.
Kemudian menyebabkan
Sumber : Kelompok 3
kerusakan pada jaringan daun
mawar. Setelah itu, daun
tanaman akan mengalami
kekuningan dan daun akan
menggulung serta mengalami
kelayuan.
2 Kembang Sepatu Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Ulat mengorok daun,
selanjutnya memakan jaringan
bagian permukaan bawah
daun atau permukaan
atas daun dan meninggalkan
lapisan tipis/transparan
sehingga daun seperti
Sumber : Kelompok 3 berjendela dan akhirnya sobek
serta membentuk lubang.
45
3 Bunga Kertas Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Ulat mengorok daun,
selanjutnya memakan
jaringan bagian permukaan
bawah daun atau permukaan
Sumber : Kelompok 3 atas daun dan meninggalkan
lapisan tipis/transparan.
Sehingga daun seperti
berjendela dan akhirnya
sobek serta membentuk
lubang.
4 Begonia Bagian daun yang terserang Penggigit dan
tersebut disebebkan oleh pengunyah
Ulat/larva (Lepidoptera).
Mula-mula terdapat tanda
sobekan bolong-bolong
disekitar daun mawar.
Kemudian menyebabkan
kerusakan pada jaringan daun
mawar. Setelah itu, daun
tanaman akan mengalami
kekuningan dan daun akan
menggulung serta mengalami
Sumber : Kelompok 3
kelayuan.
46
h. Perkembangbiakan Kumbang Bemo
47
Marshal Karbosulfan Mengendalikan 5 GR Kelapa sawit : 3-6
5% hama pada g/tanaman
tanaman kelapa Kentang : 20-40
sawit, kentang, kg/ha
lada, padi, Lada : 20-40 kg/ha
pisang, dan tebu Padi : 12-24 kg/ha
Pisang : 10-20
gr/rumpun
Tebu : 40 kg/ha
48