Makalah manajemen akuntansi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.

1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

Analisis Margin Pemasaran Jambu Biji (Psidium guajava L.)


di Desa Kuta Mbelin Kecamatan Pancur Batu

Marketing Margin Analysis of Guava (Psidium guajava L.)


in Kuta Mbelin Village Pancur Batu District

Lyndon Parulian Nainggolan1, Donatus Dahang2, Yuri Evaliensa Simamora3,


Gita Arina Br Tarigan4

1) Program Studi Agribisnis, Fakultas Saintek, Universitas Quality


2) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Saintek, Universitas Quality
3, 4) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Universitas Quality
* Corresponding author : donatus.tarsier.project@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian mengenai Analisis Margin Pemasaran Jambu Biji (Psidium guajava L) telah dilaksanakan dengan baik.
Penelitian dilakukan di Desa Kuta Mbelin, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
Utara, terhitung November 2023 sampai dengan Mei 2024. Penelitian menggunakan metode sensus yaitu 25
orang petani jambu biji yang ada di lokasi penelitian yang seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian. Sensus
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Data dianalisis secara
deskriptif yaitu pola saluran pemasaran dan perantara lembaga pemasaran, biaya dan margin pemasaran
ditingkat lembaga pemasaran yaitu dengan menghitung besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran
pada tiap lembaga pemasaran pada berbagai saluran, dan Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
memasarkan suatu komoditi dari produsen ke konsumen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
mengenai pola saluran pemasaran jambu biji Desa Kuta Mbelih terdapat empat saluran yaitu Petani - pedagang
pengumpul - pedagang pengecer - konsumen akhir 9 orang atau 30%, Petani - pedagang besar - pedagang
pengecer – konsumen akhir sebanyak 12 orang atau 40%, Petani -pedangang pengecer -konsumen akhir
sebanyak 7 orang atau 23,3%, dan Petani – konsumen akhir sebanyak 2 orang atau 6,67%. Hasil analisis saluran
pemasaran memiliki rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar yaitu 39 persen dan farmer’s share
100 persen, akan tetapi saluran pemasaran IV tidak dijadikan pembanding dalam efisiensi saluran pemasaran
karena petani menjual hasil panennya langsung kepada konsumen akhir tidak melalui lembaga pemasaran.

Kata kunci: jambu biji; margin pemasaran; desa kuta mbelin.

ABSTRACT
Research on Marketing Margin Analysis of Guava (Psidium guajava L) has been carried out well. The research was
conducted in Kuta Mbelin Village, Pancur Batu District, Deli Serdang Regency, North Sumatra Province, from
November 2023 to May 2024. The research used a census method, namely 25 guava farmers in the research location,
all of whom were taken as research samples. Census is a sampling technique when all members of the population
are used as samples. The data was analyzed descriptively, namely the pattern of marketing channels and
intermediary marketing institutions, marketing costs and margins at the marketing institution level, namely by
calculating the amount of costs, profits and marketing margins at each marketing institution on various channels,
and marketing costs, namely the costs incurred to market a commodity from producer toconsumer. Based on the
results of research that has been carried out regarding the guava marketing channel pattern in Kuta Mbelih Village,
there are four channels, namely Farmers - collecting traders - retailers - final consumers 9 people or 30%, Farmers
- wholesalers - retailers - final consumers 12 people or 40 %, Farmers - retailers - final consumers were 7 people or
23.3%, and Farmers - final consumers were 2 people or 6.67%. The results of the marketing channel analysis have
the largest profit to cost ratio, namely 39 percent and farmer's share 100 percent, however marketing channel IV is
not used as a comparison in terms of marketing channel efficiency because farmers sell their crops directly to final
consumers not through marketing institutions.

Keywords: guava; marketing margin; kuta mbelin village.

65
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

PENDAHULUAN Perkembangan produksi komoditas


Indonesia yang dikenal sebagai hortikultura di Provinsi Sumatera Utara
salah satu negara yang mempunyai iklim beragam dan fluktuatif. Beragam
tropis berpeluangbesar bagi kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
pengembangan budidaya tanaman buah- memiliki potensinya tersendiri, ada
buahan, terutama buah-buahan tropika. kabupaten yang menjadi sentra produksi
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas tertentu, hal ini menunjukan
komoditi pertanian yang penting dan bahwa sektor pertanian masih menjadi
terus ditingkatkan produksinya, baik salah satu dalam penyumbang
untuk memenuhi konsumsi dalam negeri pendapatan Provinsi Sumatera Utara.
maupun luar negeri. Permintaan buah- Komoditas hortikultura khususnya buah-
buahan yang semakin tinggijuga dapat buahan sebagai salah satu yang memiliki
membuka peluang bagi peningkatan peran cukup besar karena masih banyak
agribisnis buah, sehingga diharapkan diusahakan baik dalam skala besar
dapat bersaing dengan negara-negara maupun rumah tangga oleh petani di
lainnya, terutama dalam mengatasi Sumatera Utara.
perdagangan bebas saat ini. Peningkatan Tata niaga pertanian dianggap
kualitas buah merupakan salah satu sebagai bagian terpisah dari proses
upaya dalam mengatasi persaingan produksi.Kegiatan tata niaga pertanian
tersebut, disamping peningkatan meliputi kegiatan pengangkutan,
produksi dan efisiensi usaha. pengepakan, standarisasi hingga sistem
Komoditas hortikultura merupakan pemasaran yang memerlukan biaya serta
salah satu komoditi yang sangat penting melibatkan banyak pelaku/lembaga yang
bagi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan memperoleh persentase keuntungan atas
komoditas hortikultura telah kegiatan yang dilakukannya. Kegiatan ini
berkontribusisecara nyata dalam dianggap merugikan petani karena bagian
mendukung perekonomian nasional. Baik keuntungan yang diperoleh petani kecil.
dalam penyediaan produk pangan, Kegiatan tata niaga pertanian sebenarnya
kesehatan dan kosmetika, perdagangan, tidak sekedar kegiatan pemindahan
penciptaan produk domestik bruto produk dari petani ke konsumen.
maupun penyerapan tenaga kerja Mekanisme tata niaga merupakan salah
(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016). satu rangkaian subsistem agribisnis yang
Pengembangan produk memiliki keterkaitan erat dengan
hortikultura merupakan salah satu aspek subsisten agribisnis lainnya, karenanya
pembangunan pertanian.Tanaman yang pemilihan rangkaian tata niaga, dalam hal
termasuk dalam tanaman hortikultura ini saluran pemasaran produk pertanian,
yaitu sayur-sayuran, buah- buahan, yang efisien dan efektif merupakan salah
tanaman hias dan tanaman obat-obatan. satu kunci pendorong kemajuan dan
Fungsi tanaman hortikultura selain meningkatkan kesejahteraan baik petani
sebagai penghasil bahan pangan tetapi maupun konsumen.
juga memiliki fungsi yang lain. Secara Sektor pertanian Indonesia masih
sederhana fungsi lain tersebut dapat memegang peranan penting dari seluruh
dibagi menjadi empat, yaitu sebagai fungsi perekonomian nasional. Hal ini
penyedia pangan, fungsi ekonomi, fungsi ditunjukkannya banyaknya penduduk
kesehatan dan fungsi sosial budaya. Salah dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja
satu produk tanaman hortikultura yang di sektor pertanian. Salah satu subsektor
dikembangkan di Indonesia yang pertanian yang saat ini banyak digeluti
memenuhi keempat fungsi di atas dan masyarakat yaitu sub sektor hortikultura.
diharapkan dapat mendukung sektor Hortikultura merupakan subsektor
pertanian, sebagai sektor penyokong pertanian penting, setelah pangan untuk
perekonomian di Indonesia adalah memenuhi kebutuhan manusia,
tanaman buah-buahan. khususnya tanaman buah dan sayuran

66
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

yang merupakan komoditas hortikultura pemasaran pada berbagai saluran.


yang berkembang pesat di Indonesia. a) Biaya Pemasaran
Salah satu tanaman hortikultura yang Biaya pemasaran adalah biaya yang
dibudidayakan adalah jambu biji.
dikeluarkan untuk memasarkan suatu
METODE PENELITIAN komoditi dari produsen ke konsumen.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kuta Biaya pemasaran dihitung dengan
Mbelin, Kecamatan Pancur Batu, rumus berikut (Soekartawi, 2002):
Kabupaten DeliSerdang yang merupakan 𝐵𝑝 = 𝐵𝑝1 + 𝐵𝑝2 + … + Bpn
daerah di Provinsi Sumatera Utara. Keterangan :
Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan Bp : Biaya pemasaran jambu biji
pada pertimbangan Desa Kuta Mbelin,
(Rp/kg)
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang terdapat tanaman hortikultura Bp1, Bp2, Bpn : Biaya pemasaran tiap-
jambu biji yang banyak dibudidayakan tiap lembaga pemasaran jambu biji
oleh masyarakat petani di desa tersebut. (Rp/kg)
Waktu penelitian dilaksanakan pada b) Keuntungan Pemasaran
bulan November 2023 sampai dengan Mei Keuntungan Pemasaran merupakan
2024.
penjumlahan dari keuntungan yang
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara purposive sampling dengan diterima oleh setiap rantai pemasaran.
pertimbangan merupakan salah satu Keuntungan Pemasaran dihitung
sentra produksi jambu biji, di Kecamatan dengan rumus berikut (Bisuk dalam
Pancur Batu. Menurut Sugiyono (2012), Jumiati, dkk., 2013).
purposive sampling adalah teknik 𝐾𝑝 = 𝐾𝑝1 + 𝐾𝑝2 + … + Kpn
penentuan sampel dengan pertimbangan Keterangan :
tertentu. Dalam penelitian ini adalah
Kp : Keuntungan pemasaran jambu
petani jambu biji 25 orang yang ada di
Desa Kuta Mbelin, Kecamatan Pancur biji(Rp/kg)
Batu, Kabupaten Deli Serdang, dan Kp1, Kp2, Kpn : Keuntungan tiap-tiap
seluruhnya diambil sebagai sampel lembaga pemasaran jambu biji
penelitian atau dilaksanakan (Rp/kg)
dilaksanakan secara sensus. Sensus c) Margin Pemasaran
adalah teknik penentuan sampel bila
Margin pemasaran merupakan
semua anggota populasi digunakan
perbedaan harga yang diterima oleh
sebagai sampel.
petani dengan harga yang dibayarkan
Metode Analisis Data oleh konsumen. Untuk menganalisis
Metode analisis pada penelitian ini pemasaran data harga yang digunakan
adalah sebagai berikut: adalah harga di tingkat petani
1. Untuk mengetahui pola saluran (produsen) dan harga di tingkat
pemasaran dan perantara lembaga konsumen, secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut
pemasaran digunakan analisis
deskriptif. (Sudiyono, 2002):
𝑀𝑝 = Pr – Pf
2. Untuk mengetahui biaya dan margin
Keterangan:
pemasaran ditingkat lembaga
Mp : Margin pemasaran jambu biji
pemasaran yaitu dengan menghitung
(Rp/kg)
besarnya biaya, keuntungan dan
Pr : Harga jambu biji di tingkat
margin pemasaran pada tiap lembaga
konsumen (Rp/kg)Pf : Harga jambu

67
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

biji di tingkat produsen (Rp/kg) menguntungkan (Pratama et al, 2020).


d) Efisiensi Pemasaran
Untuk mengukur efisiensi pemasaran HASIL DAN PEMBAHASAN
secara ekonomi digunakan persentase Desa Kuta Mbelin dikenal sebagai
margin pemasaran dan farmer’s share. salah satu sentra pertanian yang berada
Persentase margin pemasaran dari di ketinggian ± 37 mdpl, dengan luas
masing-masing saluran pemasaran wilayah sebesar 2581,23 ha. Luas lahan
digunakan rumus berikut (Sudiyono, pertanian di Desa Kuta Mbelin sebesar
2002): 190,209 ha. Wilayah ini memiliki potensi
(1 − 𝑀𝑝) 𝑥 100 sumber daya alam yang melimpah,
𝐹=
𝑃𝑟 terlihat dari tanaman yang tumbuh mulai
Keterangan: dari buah-buahan sampai sayur-sayuran.
Mp : Margin pemasaran jambu biji Tabel 1. Karakteristik Petani
(Rp/kg) Responden Umur Responden
Pr : Harga jambu biji di tingkat KelompokUmur Responden Persentase
konsumen (Rp/kg) < 40 Tahun 3 10,00
e) Farmer’s share 41 - 50 Tahun 7 23,34
Menurut Sudiyono (2002), bagian 51 - 60 Tahun 12 40,00
yang diterima petani (farmer’s share) 51 - 60 Tahun 6 20,00
ini sama dengan harga yang betul- > 61 Tahun 2 6,66
betul diterima petani dibagi harga Sumber : Data primer (2024)
yang dibayarkan oleh konsumen Hasil dari wawancara menjelaskan
dikalikan 100%. Secara sistematis bahwa karakteristik petani responden
dapat ditulis dengan rumus sebagai yang didapat berbeda-beda, mulai dari
berikut: umur responden, tingkat pendidikan,
Keterangan: lama bertani, dan luas kebun yang di
𝑃
𝐹𝑠 = 𝑥 100% garap. Selain umur pendidikan formal
𝐾
juga menjadi salah satu yang mendasari
Fs : Bagian yang diterima petani (%)
keputusan petani dalam proses
P : Margin pemasaran petani (Rp/kg)
keputusan penjualan.
K : Harga beli konsumen (Rp/kg)
Tabel 2. Pendidikan Responden
Tingkat Jumlah Responden Persentase
Rasio keuntungan dan biaya dilakukan Pendidikan (Orang) (%)
untuk mengetahui besarnya keuntungan SD 2 6,67
yang diterima atas biaya yang
SMP 8 26,66
dikeluarkan pada lembaga pemasaran.
SMA 20 66,67
Adapun rumus untuk menghitung
Jumlah 30 100
keuntungan dan biaya adalah :
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (%) Sumber : Data primer (2024)
𝜋(𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)
= 𝑥 100% Tingkat pendidikan yang kurang
∁ἰ(𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛)
memadai juga dikarenakan beberapa
Jika nilai rasio keuntungan terhadap faktor ekonomi pertanian yang kurang
biaya positif dapat disimpulkan bahwa mampu untuk melanjutkan
aktivitas pemasaran tersebut relatif pendidikannya. Rendahnya tingkat

68
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

pendidikan petani nantinya akan kebun 2.500-5000 m2 yang paling banyak


menghambat petani dalam cara berpikir yaitu sebanyak 17 orang dengan
dan menyerapan teknologi. persentase 56,67 persen. Kebun yang
Lama Bertani dimiliki petani responden sebagian besar
Karakteristik petani responden milik petani sendiri dan ada juga petani
berdasarkan lama bertani kurang dari 15 yang hanya menggarap kebun orang lain.
tahun sampai lebih dari 35 tahun. Petani Karakteristik Lembaga Pemasaran
responden di Desa Kuta Mbelin Lembaga pemasaran yang dijadikan
berdasarkan lama bertani kebanyakan responden sebanyak 5 orang yang
Kurang dari 15 tahun. Pengalaman diambil dengan mengikuti aliran produk
berusaha tani bisa mempengaruhi sikap mulai dari petani responden sampai ke
dalam menghadapi permasalahan yang pengecer. Lembaga pemasaran yang ada
dihadapinya. Dari pengalaman usaha tani langsung mengunjungi petani, sehingga
petani dapat bisamengatasi masalahnya petani tidak mengeluarkan biaya apapun.
dengan cara yang lebih baik. Semakin Lembaga pemasaran ini membeli
banyak pengalaman yang dapat diperoleh langsung dari petani dan
petani, maka keterampilan dan mendistribusikan baik secara langsung
kemampuan mereka terhadap usaha tani kepada konsumen atau pedangang di luar
tersebut semakin tinggi. maupun di dalam kota. Lembaga
Luas Kebun pemasaran di Desa Kuta Mbelin terdiri
Petani responden dengan luas dari pedagang pengumpul, pedagang
besar, dan pedagang pengecer.

Tabel 3. Karakteristik Lembaga Pemasar di Desa Kuta Mbelin


No Uraian Umur (Tahun) Pendidikan Pengalaman Jumlah (Orang)
berdagang
(Tahun)
1 Pedagang 47 SMP SMA 7 2
Pengecer 52 1 10
2 Pedagang Pengumpul 42 1 10 2
43 1 1 9
3 Pedagang Besar 45 1 12 1

Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran


Pengumpulan data untuk mengetahui berbagai saluran pemasaran jambu biji yang
digunakan, diperoleh dengan cara penulusuran pola saluran pemasaran jambu biji mulai
daripetani sampai konsumen akhir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
mengenai pola saluran pemasaran jambu biji Desa Kuta Mbelih terdapat empat saluran.

69
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen

Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

Pedagang Pengecer Konsumen

Konsumen
Gambar 1. Pola Saluran Pemasaran Jambu Biji di Desa Kuta Mbelin

1. Saluran I: suatu lembaga pemasaran untuk


Petani - pedagang pengumpul - menjamin kelancaran kegiatan
pedagang pengecer - konsumen akhir. pemasaran. Fungsi pemasaran masing-
Petani responden yang menyalurkan masing lembaga pemasaran berbeda-
jambu biji pada saluran pemasaran ini beda. Fitur pertama adalah fitur
yaitu sebanyak 9 orang atau 30,00 pertukaran, yang merupakan proses
persen dari total keseluruhan. perpindahan kepemilikan barang atau
2. Saluran II: jasa dari produsen ke konsumen dalam
Petani - pedagang besar - pedagang bentuk pembelian dan pemasaran. Fungsi
pengecer – konsumen akhir. Petani yang kedua adalah fungsi fisik, yaitu
responden yang menyalurkan jambu kegiatan pemanfaatan barang dan jasa
biji kepada pedagang besar yaitu dalam bentuk penggunaan waktu dan
sebanyak 12 orang atau 40,00 persen tempat, yaitu fungsi pengemasan,
dari total keseluruhan petani penyimpanan, dan pengangkutan. Fungsi
responden. ketiga adalah fungsi fasilitas, yaitu
3. Saluran III: kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
Petani – pedangang pengecer – pemasaran untuk memperlancar kegiatan
konsumen akhir. Petani responden pemasaran barang dan jasa. Pemasaran
pada saluran pemasaran ini sebanyak merupakan fungsi pemasaran yang
7 orang atau 23,33 persen dari total berfungsi sebagai fungsi interaksi bagi
keseluruhan petani responden. petani yang disurvei. Fungsi pertukaran
4. Saluran IV: yang dilakukan oleh lembaga pemasaran
Petani – konsumen akhir. Petani yang diteliti dalam penelitian ini adalah
responden yang menyalurkan jambu pembelian dan pemasaran. Fungsi fisik
biji di saluran pemasaran ini sebanyak dalam penelitian ini meliputi biaya
2 orang atau 6,67 persen dari total pengangkutan, pengangkutan,
keseluruhan petani responden. penyortiran, bongkar muat,
penyimpanan, dan pengemasan. Fungsi
Analisis Fungsi Pemasaran fasilitas dalam penelitian ini meliputi
Fungsi pemasaran meliputi pembiayaan, penanggungan risiko, dan
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh informasi harga pasar.

Tabel 4. Jenis Biaya Setiap Saluran Pemasaran


Jenis Biaya Setiap Lembaga Jumlah Biaya Rata-rata (Rp/kg) setiap Saluran Pemasaran

70
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

Pemasaran I II III IV
Pedagang Pengecer
Biaya Pengemasan 150 125
Biaya Transportasi 175 125 175
Biaya Penyimpanan 250
Pedagang Pengumpul
Biaya pemanenan 150
Biaya transportasi 75
Pedagang Besar
Biaya pengangkutan 125
Biaya penyimpanan 75
Biaya sortir 80
Biaya transportasi 75
Biaya bongkarmuat 85

Analisis Marjin Pemasaran


Analisis margin pemasaran merupakan indikator untuk mengevaluasi efisiensi
pemasaran. Margin pemasaran timbul dari penurunan harga di tingkat petani dibandingkan
dengan harga di tingkat konsumen akhir dan dihitung dari harga di tingkat petani dengan
memperhitungkan distributor, pedagang besar, pengecer, dan konsumen akhir. Margin
keuntungan tertinggi dicapai pada saluran pemasaran II yaitu petani, pedagang besar-
pengecer-konsumen yang mencapai Rp.4.000/kg. Biaya pemasaran sangat tinggi karena
fungsi pemasaran seperti pengangkutan, penyimpanan, penyortiran, penyortiran, serta
bongkar muat dilakukan oleh pedagang besar. Saluran Pemasaran III memiliki margin
pemasaran terendah yaitu 2.500/kg. Besar kecilnya margin pemasaran dipengaruhi oleh
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran dan keuntungan yang dihasilkan
oleh masing-masing lembaga pemasaran.

Tabel 5. Lembaga Pemasaran


Saluran Pemasaran Rp/kg
No Lembaga Pemasaran
1 2 3 4
1 Pedagang Pengumpul
Harga Beli 4000
Harga Jual 6500
Marjin 2500
2 Pedagang Besar

3500
Harga BeliHarga
6000
JualMarjin
2500

3 Pedagang Pengecer

71
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

6500 6000 4500


Harga BeliHarga
9000 9000 8000
JualMarjin 7000
2500 3000 3500

Total Marjin 5000 5500 3500

Sumber Data Primer (2024)

Analisis Farmer’s Share


Harga ditingkat
Harga ditingkat
Saluran Pemasaran konsumen akhir
Volume Petani (Rp/kg) Farmer’s share (%)
(Rp/kg)

Saluran Pemasaran I 1550 4000 9000 36,00

Saluran
2700 3500 9000 38,88
Pemasaran II

Saluran Pemasaran III 1150 4500 8000 56,25

Saluran
950 7000 100,00
Pemasaran IV

Farmer’s share merupakan Farmer’s share paling tinggi yaitu 44,44%


perbandingan harga di tingkat petani pada saluran pemasaran I, karena harga
dengan harga yang dibayar oleh jual petani dan harga jual pengecer ke
konsumen akhir. Farmer’s share konsumen tidak terlalu tinggi.
merupakan indikator efisiensi Berbeda dengan saluran pemasaran
operasional yang menunjukkan bagian II dan III, biaya yang dikeluarkan untuk
yang diterima petani dari kegiatan menjalankan fungsi-fungsi pemasaran
pemasaran. Farmer’s share tertinggi dan keuntungan yang diterima oleh
adalah saluran pemasaran IV yakni 100%. pengecer tidak terlalu besar. Saluran
Saluran Pemasaran IV tidak dapat pemasaran III memiliki nilai Farmer’s
dijadikan bahan perbandingan dengan share sebesar 36,00%, yang lebih tinggi
saluran pemasaran lain dalam analisis dari harga yang diterima oleh petani lain.
Farmer's Share karena saluran Petani jambu biji lebih banyak menjual
pemasarannya bersifat langsung dan hasil panennya pada saluran pemasaran
tidak melalui lembaga pemasaran lain. II, yang memiliki nilai Farmer’s share
Dibandingkan saluran penjualan lainnya, sebesar 38,88%.

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya


Tabel 6. Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Saluran Pemasaran Jambu Biji di
desa Kuta Mbelin

Lembaga Pemasaran Keuntungan Biaya Rasio Keuntungandan Biaya

Saluran Pemasaran I

72
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

Pedagang
Pengumpul 2.275 225 10,1
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer 2.350 150 15,6
Saluran Pemasaran II
Pedagang
Pengumpul
Pedagang Besar 2.060 440 4,68
Pedagang Pengecer 2.825 175 16,14
Saluran Pemasaran III
Pedagang
Pengumpul
Pedagang Besar
Pedagang Pengecer 3.000 500 6,00
Saluran Pemasaran IV
Pedagang
Pengumpul PedagangBesar
Pedagang Pengecer
6.825 175 39,00

Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Namun, keuntungan yang


adalah ukuran biaya yang diterima untuk diperoleh lembaga pemasaran tidak
lembaga pemasaran dibandingkan terlalu besar.
dengan biaya yang dibayarkan. Biaya
pemasaran dapat dikurangi dan Efesiensi Pemasaran
keuntungan pemasaran dapat diperoleh Tujuan akhir dari proses pemasaran
dari penerimaan. Biaya yang dikeluarkan adalah sistem pemasaran yang efisien dan
untuk pemasaran jambu biji adalah biaya memuaskan semua pihak yang terlibat
yang dikeluarkan selama proses dalam pemasaran. Efisiensi pemasaran
penyaluran jambu biji. Tabel berikut dapat diukur dengan membandingkan
menunjukkan rasio biaya terhadap nilai margin pemasaran, Farmer's share,
keuntungan untuk saluran pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya.
jambu biji di desa Kuta Mbelin. Berdasarkan hasil penelitian pemasaran
Jumlah keuntungan yang diperoleh jambu biji di desa Kuta Mbelin, nilai
petani lebih besar karena mereka menjual indeks efisiensi pemasaran jambu biji
produk mereka langsung ke konsumen disajikan pada tabel berikut:
akhir daripada melalui lembaga

Tabel 7. Indikator Efisiensi Pemasaran Jambu Biji


Marjin Keuntungan Biaya Farmer’s
Saluran Volume Rasio
Pemasaran Pemasaran Pemasaran share
Pemasaran (Kg) (πἰ/Cἰ)
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) (%)

Saluran
Pemasaran I 1550 5000 4.625 375 36,00 28,7

73
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

Saluran
Pemasaran II 2700 5500 4.885 615 38,88 20,82

Saluran
1150 3500 3.000 500 56,25 6,0
Pemasaran III

Saluran
Pemasaran IV 950 6.825 175 100 39,00
Sumber : Data Primer (2024)

Hasil analisis saluran pemasaran IV


memiliki rasio keuntungan terhadapa SIMPULAN
biaya yang palingbesar yaitu 39% dan Berbagai kesimpulan yang ditemukan
Farmer’s share 100%, akan tetapi saluran dari penelitian ini di antaranya saluran
pemasaran IV tidak dijadikan pemasaran buah jambu biji di desa Kuta
pembanding dalam efisiensi saluran Mbelin yaitu saluran I petani ke pedagang
pemasaran karena petani menjual hasil pengumpul ke pedagang pengecer ke
panennya langsung kepada konsumen konsumen, saluran II petani ke pedagang
akhir daripada melalui lembaga besar ke konsumen dan saluran III petani
pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat ke pedagang pengecer ke konsumen,
dilihat dari nilai marjin pemasaran saluran ke IV petani ke konsumen; pada
terendah, farmer’s share terbesar, dan saluran IV margin pemasaran tidak ada.
rasio keuntungan terhadap biaya yang Besranya total margin pemasaran pada
seimbang. saluran I adalah sebesar Rp. 5.000. per kg,
Saluran pemasaran yang relatif pada saluran II adalah sebesar Rp. 5.500.
efisien terdapat pada saluran pemasaran per kg dan pada saluran pemasarn III
III karena memiliki Farmer’s share yang adalah sebesar Rp 3500 per kg; Farmer’s
cukup tinggi, dan rasio keuntungan share pada saluran I adalah sebesar
terhadap biaya yang bernilai positif. Dari 36,00% dan pada saluran II 38,88%, pada
sisi konsumen akhir, ia tidak merasa saluran III adalah 56,25% sedangkan
dirugikan karena menerima harga yang pada saluran IV besarnya farmer’s share
tidak terlalu tinggi. Rasio keuntungan adalah 100%; dan saluran III merupakan
terhadap biaya dan total keuntungan saluran pemasaran yang efisien, karena
saluran pemasaran ini paling kecil memiliki margin pemasaran yang dan
dibandingkan saluran pemasaran yang kecil sebesar Rp 3.500, farmer share
lain. Hal tersebut dikarenakan harga jual paling tinggi 56,00% rasio keuntungan
yang ditetapkan oleh lembaga pemasaran terhadap biaya bernilai positif yaitu 6.
tidak terlalu besar dan keuntungan yang
diambil hanya dinikmati pedagang DAFTAR PUSTAKA
pengecer saja. Lembaga pemasaran yang Limbong dan Sitorus, 1987. Pengantar
Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-
ikut serta pada saluran pemasaran III Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
hanya petani dan pedagang pengecer saja Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
sehingga memutus mata rantai pedagang Bogor. Bogor.
sebelumnya yaitu pedagang pengumpul Mubyarto, 2002, Pengantar Ekonomi
Pertanian. Edisi ke 3. PT. Pustaka
dan pedagang besar. LP3ES.

74
Jurnal Agroteknosains/Vol. 8/No.1/April 2024/p-ISSN: 2598-6228/e-ISSN: 2598 – 0092

P, Kotler. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1.


Edisi Kesepuluh. PT Prenhalindo.
Jakarta. Kotler dan Amstrong. 2009.
Dasar-dasar Pemasaran. Bandung.
Indeks Media.
Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of
Agricultural Products. Prentice Hall.
New Jersey. Rahim A, Hastuti DRD,
2008. Pengantar Teori dan Asus
Ekonomika Pertanian. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen
Pemasaran Hasil-hasil Pertanian Teori
dan Aplikasinya.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian kuantitatif
kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sudiyono, A. 2002. Pemasaran
Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang. Sugiyono. 2012.
Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D.Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Suryana, D. 2018. Manfaat Buah. Indonesia:
Dayat Suryana Independent
Suryanto, H, M. 2017. Metode Riset Dan
Analisis Saluran Distribusi. PT
Grasindo. Jakarta.
Wahyunita Sitinjak dkk. 2023. Pemasaran dan
Tata Niaga Pertanian. Penerbit Widina
BhaktiPersadaBandung
Yeni Afiza dan Gunawan Syahrantau. 2019.
Analisis Margin Pemasaran Semangka
Madu di Kecamatan Reteh Kabupaten
Indra Giri Hilir. Jurnal Agribisnis Unisi
Vol. 8 No. 1

75

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy