Fitrah Ayu, Festiyed Program Studi Magister Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Fitrah Ayu, Festiyed Program Studi Magister Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Fitrah Ayu, Festiyed Program Studi Magister Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Analisis Kemandirian Peserta Didik Dalam Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Fisika Terintegrasi Materi Mitigasi Bencana Gempa Bumi Berbasis Virtual Laboratory
ABSTRACT
Physics is a branch of natural science that studies natural phenomena. The earthquake was one
of the natural disasters that often hit the city of Padang. The purpose of this study was to determine
the level of independence of student activity sheet integrated physics material for earthquake disaster
mitigation based on a virtual laboratory. The method used in this research is qualitative method. Qua-
litative method is a method used to get data that contains meaning. The instrument in this study was
the student questionnaire. The student questionnaire consisted of a questionnaire of independence,
learning style, and earthquake disaster mitigation. The results of the independence questionnaire
showed that the independence of students in the physics learning process was not optimal, the learn-
ing style of students was more dominant with the visual learning style, and the earthquake disaster
mitigation of students was not optimal. So that the development of the student activity sheet based on a
virtual laboratory is carried out.
PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No 20 Tahun
2003). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di In-
donesia, diantaranya adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah, me-
ningkatkan professional guru sebagai pendidik melalui penataran, diklat, dan sertifikasi guru, serta
dengan penyempurnaan kurikulum dan sekarang berlaku kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengikuti
dan menyesuaikan dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, filosofis, psikologi, dan sosi-
ologis (Festiyed, 2015).
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented (berpusat pada guru) menjadi student oriented (berpusat pada peserta didik) (Suprayanti,
2016). Kurikulum 2013 ditujukan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam kegiatan pem-
belajaran agar menghasilkan generasi yang kreatif, inovatif, mandiri (heutagogi) di segala aspek teru-
tama aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelaja-
ran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pengajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar peserta
didik yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Al-Tabany, 2014). Pembe-
lajaran tidak langsung terjadi selama proses pembelajaran yang dikondisikan menghasilkan dampak
pengiring (nurturan effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap yang terkandung dalam Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2.
Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dikuasi oleh peserta didik dalam proses pembe-
lajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran (Chodijah, 2012). Kompetensi sikap pada kurikulum 2013
dibagi menjadi dua yakni kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial. Kompetensi sikap
spiritual berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tu-
han Yang Maha Esa, sedangkan kompetensi sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik
yang mandiri (heutagogi), percaya diri, tekun, mampu bekerja sama melalui proses pembelajaran (Ku-
97
nandar, 2014). Kompetensi pengetahuan dapat dikuasai oleh peserta didik melalui aktivitas mengeta-
hui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Permendikbud No 22 Tahun
2016). Kompetensi keterampilan berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah peserta didik mene-
rima pengalaman belajar selama proses pembelajaran. Sasaran penilaian kompetensi keterampilan
yakni mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi (Permendikbud No 103
Tahun 2014). Kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dapat dikuasai oleh peserta didik me-
lalui proses pembelajaran di sekolah.
Disisi lain kota Padang merupakan daerah yang memiliki keaktifan gempa bumi yang sangat
tinggi (Rustam, 2018). Gempa bumi merupakan guncangan hebat yang diakibatkan oleh gangguan di
dalam kulit bumi yang menjalar ke permukaan bumi. Gangguan ini terjadi karena di dalam lapisan
kulit bumi terjadi akumulasi energi akibat dari pergeseran kulit bumi (Badrul, 2012). Salah satu cara
untuk mengurangi risiko gempa bumi yakni dengan melakukan sosialisai dan pendidikan kepada ma-
syarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana me-
nyatakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan pendidikan tentang penanggulangan bencana (UU
No 24 Tahun 2007). Namun program-program penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BPBD
Provinsi Sumatera Barat belum berbasis pendidikan.
Mitigasi merupakan salah satu cara penanggulangan bencana gempa bumi. Berbagai tindakan
untuk mengurangi dampak negatif dari bencana gempa bumi disebut dengan mitigasi (Jokowinarno,
2011). Tindakan mitigasi bencana gempa bumi terdiri atas tiga tahap yakni tindakan sebelum, saat,
dan setelah terjadi bencana gempa bumi. Adapun tindakan yang dilakukan sebelum terjadi bencana
gempa bumi yakni mengikuti program sosialisasi bencana gempa bumi, mempelajari penyebab terja-
dinya gempa bumi, serta menyiapkan tas siaga bencana gempa bumi yang berisi surat-surat penting,
makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya. Tindakan yang dapat dilakukan pada saat terjadi bencana
gempa bumi yakni apabila berada di dalam rumah berlindunglah di bawah meja, apabila berada di luar
rumah berlarilah ke lapangan yang jauh dari benda-benda yang akan jatuh seperti tiang listrik dan po-
hon. Setelah terjadinya gempa bumi tindakan yang dapat dilakukan yakni jauhilah bangunan yang su-
dah terkena gempa bumi, dan selalu waspada akan terjadinya gempa bumi susulan (BNPB, 2012). Mi-
tigasi bencana gempa bumi dapat diintegrasikan melalui pembelajaran Fisika. Fisika adalah cabang
ilmu pengetahuan alam yang mempelajari fenomena-fenomena alam (Halim, 2012). Fisika diperoleh
melalui metode ilmiah untuk mengkaji gejala fisis alam (Festiyed, 2013). Pembelajaran Fisika harus
mengakomodir pembelajaran abad 21 berbasis revolusi industri 4.0 yang menuntut peserta didik untuk
belajar secara mandiri (heutagogi). Peran guru dalam belajar mandiri atau dikenal dengan heutagogi
hanya memfasilitasi peserta didik, setelah itu semua keputusan peserta didik untuk menentukan tujuan
yang ingin dicapai (Tjandra, 2018).
Kemandirian peserta didik dapat dilatih dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan
oleh guru. Bahan ajar adalah segala bentuk sumber belajar yang digunakan oleh guru dalam menyam-
paikan materi pembelajaran (Asrizal, 2017). Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran (Depdiknas, 2008). Bahan ajar digunakan dalam proses pembelajaran berfungsi untuk
membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Bahan ajar adalah bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas (Majid, 2012).
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Dengan menggunakan bahan
ajar memungkinkan peserta didik untuk memahami kompetensi yang akan dicapai secara sistematis
sehingga peserta didik mampu menguasai semua kompetensi secara keseluruhan dan diperoleh pembe-
lajaran yang berkualitas dan bermakna (meaningful).
Bahan ajar disusun dengan tujuan menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kuriku-
lum 2013 dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, selain itu membantu peserta didik da-
lam memperoleh alternatif bahan ajar dan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelaja-
ran. Bahan ajar juga memberikan manfaat bagi peserta didik diantaranya membuat kegiatan pembela-
jaran menjadi menarik, peserta didik bisa belajar secara mandiri sehingga mengurangi ketergantungan
pada guru dan mendapat kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.
Salah satu bahan ajar yang sesuai dengan revolusi indsutri 4.0 adalah Lembar Kerja Siswa
(LKS) Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis virtual laboratory. Lembar
Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
98
diselesaikan oleh peserta didik, lembaran-lembaran biasanya berisi petunjuk dan langkah-langkah me-
nyelesaikan tugas (Depdiknas, 2008). Lembar Kerja Siswa (LKS) memiliki beberapa komponen yakni
petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja,
dan evaluasi (Elwi, 2017).
Virtual laboratory (Laboratorium Virtual) didefinisikan sebagai eksperimen laboratorium tanpa
laboratorium nyata yang memungkinkan peserta didik untuk menghubungkan aspek teoritis dengan
aspek praktis. Laboratorium ini diprogram secara elektronik dalam komputer untuk mensimulasikan
eksperimen nyata dalam laboratorium nyata (Asrizal, 2018). Ada beberapa kelebihan virtual laborato-
ry yakni meningkatkan penguasaan kompetensi peserta didik, memperbaiki keterampilan berpikir kri-
tis dan kreatif dengan menggunakan metode ilmiah, mengembangkan keterampilan di bidang teknolo-
gi, informasi, dan komunikasi khususnya di bidang teknologi tanpa mengabaikan pengetahuan menge-
nai laboratorium nyata, lebih ekonomis karena tidak memerlukan bangunan laboratorium, alat-alat dan
bahan-bahan seperti laboratorium nyata, serta menambah motivasi dan kemandirian peserta didik da-
lam proses pembelajaran (Hermansyah, 2015).
Kelebihan lain dari virtual laboratory diantaranya adalah fleksibilitas dan mobilitas dri virtual
laboratory yang dapat dilakukan dan diakses dari mana saja dan kapan saja oleh setiap pesert didik
hanya dengan bermodalkan seperangkat komputer atau laptop bahkan handphone dan media internet.
Selain itu, virtual laboratory menjadi solui bagi instansi-instandi pendidikan baik formal maupun non-
formal dalam mengatasi keterbatasan masalah penyediaan tempat untuk melaksanakan praktik, perala-
tan laboratorium beserta keterbatasan personol sebagai tenaga pengajarnya. Pemanfaatan dan pengem-
bangan virtual laboratory menjadi suatu sistem yang terintegrasi melalui jaringan komputer. Dalam
konteks pendidikan, pembelajaran peserta didik agar tercapainya kompetensi pada aspek sikap, penge-
tahuan, dan keterampilan yang berkaitan erat dengan proses pembelajaran. Dengan demikian member-
larkan peserta didik dengan virtual laboratory merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan
hidup (life skills) peserta didik (Sungkowo, 2010).
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa
bumi berbasis virtual laboratory sangat diperlukan untuk meningkatkan kemandirian peserta didik dan
mengurangi risiko bencana gempa bumi. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah
tingkat kemandirian peserta didik dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika terintegrasi
materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis virtual laboratory?. Berdasarkan perumusan masalah,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemandirian peserta didik dalam pengem-
bangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis
virtual laboratory.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan ada-
lah metode kualitatif. Metode kualitatif disebut juga dengan metode naturalistic karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2012). Metode kualitatif melalui tahap-tahap yang
meliputi pengumpulan data, menganalisis data, dan menginterprestasikan data. Instrumen pengumpu-
lan data dalam penelitian ini berupa angket peserta didik. Angket yang digunakan berupa angket tertu-
tup. Angket tertutup merupakan angket yang jawaban-jawabannya telah tersedia di dalam angket, se-
hingga jawabannya sudah terikat, peserta didik tidak dapat memberikan jawaban secara bebas (Anwar,
2009).
Penelitian ini telah dilakukan pada September 2019 di Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Pa-
dang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA. Teknik purposive
random sampling digunakan dalam penelitian untuk menentukan sampel penelitian sehingga diperoleh
kelas XI MIPA 1 dengan jumlah peserta didik sebanyak 28 orang sebagai sampel penelitian. Angket
peserta didik terdiri dari angket kemandirian, gaya belajar, dan mitigasi bencana gempa bumi. Angket
kemandirian peserta didik terdiri atas sepuluh indikator. Angket gaya belajar peserta didik terdiri atas
tiga indikator. Terakhir angket mitigasi bencana gempa bumi terdiri dari tiga indikator.
Analisis data angket dilakukan secara kuantitatif, diawali dengan menentukan perolehan skor
tertinggi dibagi dengan masing-masing indikator. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung jumlah
skor yang diberikan oleh seluruh peserta didik yang menjadi sampel penelitian pada masing-masing
99
indikator. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif dengan menghi-
tung persentase nilai masing-masing indikator dengan menggunakan persamaan (1)
𝐴
P = 𝐵 𝑥100% …(1)
Keterangan :
P = Persentase
A = Skor yang diperoleh
B = Skor maksimum
Kemudian persentase nilai yang diperoleh dari pengolahan data dianalisis menggunakan krite-
ria yang dikemukakan oleh Sudijono (2005). Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Nilai Angket
No Kriteria Nilai
1 Sangat Baik (90-100)%
2 Baik (75-90)%
3 Cukup (60-75)%
4 Kurang (0-60)%
Sumber : Sudijono (2005)
100%
80%
60%
Persentase
40%
20%
0%
Self
Kerja Pikir Aktif Autonom Mandiri PD Evaluasi Respon
Reliance Kemampuan
Indikator 65% 59% 72% 66% 72% 71% 70% 85% 77% 78%
Gambar 1 merupakan hasil analisis indikator kemandirian peserta didik, Indikator kemandirian
peserta didik terdiri atas sepuluh aspek. Indikator pertama yakni dapat mengerjakan tugas Fisika sendi-
ri dengan persentase 65% berada pada kriteria cukup dengan pernyataan saya mampu mengerjakan
tugas Fisika sendiri. Indikator kedua dapat menyelesaikan soal-soal dan tugas tanpa bertanya kepada
siapapun dengan persentase 59% berada pada kriteria kurang dengan pernyataan saya mampu menye-
lesaikan soal-soal dan tugas tanpa bertanya kepada siapapun. Indikator yang ketiga yakni aktif men-
gemukakan pendapat dalam diskusi kelompok dengan persentase 72% berada pada kriteria baik sen-
gan pernyataan saya aktif berdiskusi dalam kelompok dan saya dapat mengekspresikan gagasan dan-
gan baik di dalam kelompok. Indikator yang keempat meyakini bahwa setiap tugas Fisika yang diker-
jakan adalah benar dengan persentase 66% berada pada kriteria cukup dengan pernyataan saya yakin
bahwa setiap tugas Fisika yang saya kerjakan adalah benar. Indikator yang kelima tidak hanya bergan-
100
tung pada guru dengan persentase 72% berada pada kriteria baik dengan pernyataan saya memperhati-
kan guru yang sedang memberikan atau menjelaskan materi Fisika, saya berusaha mencari sumber
referensi lain dalam belajar tanpa disuruh guru, dan saya selalu berusaha membuat kesimpulan dari
penjelasan guru.
Indikator yang keenam dari aspek kemandirian peserta didik yakni memanfaatkan waktu yang
dimiliki untuk kegiatan bermanfaat dengan persentase 71% berada pada kriteria baik dengan pernya-
taan saya memiliki keinginan untuk lebih maju dari orang lain, saya memanfaatkan perpustkaan untuk
belajar terutama ketika guru tidak masuk, dan saya membaca buku pelajaran sendiri di kelas apabila
guru belum masuk. Indikator yang ketujuh memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan persentase
70% berada pada kriteria cukup dengan pernyataan saya berani menunjukkan kemampuan yang saya
miliki di depan orang banyak, dan saya mengerjakan tugas tanpa ragu-ragu dan berusaha mengerjakan
dengan maksimal. Indikator yang kedelapan mampu mengevaluasi diri dengan persentase 85% berada
pada kriteria baik dengan pernyataan saya memperbaiki stiap kesalahan yang saya lakukan setiap hari.
Indikator kesembilan mampu mengukur kemampuan diri dengan persentase 77% berada pada kriteria
baik dengan pernyataan saya mengevaluasi hasil pekerjaan saya dengan jawaban teman yang sudah
benar. Indikator terakhir mampu merespon sendiri atas hasil pekerjaan dengan persentase 78% berada
pada kriteria baik dengan pernyataan saya mencari cara lain dalam menyelesaikan persoalan Fisika,
saya tetap berlatih mengerjakan soal lain ketika nilai saya tinggi, dan saya belajar lebih keras ketika
memperoleh nilai rendah. Secara keseluruhan rata-rata persentase kemandirian peserta didik yakni
60% berada pada kriteria cukup sehingga diperlukan bahan ajar yang dapat meningkatkan kemandirian
peserta didik salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis virtual laboratory. Hal ini se-
suai dengan kajian teori bahwa salah satu kelebihan daripada virtual laboratory adalah menambah mo-
tivasi dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran terutama pada pembelajaran Fisika di
kelas. Hasil analisis indikator gaya belajar peserta didik dapat dilihat pada Gambar 2.
100%
80%
Persentase
60%
40%
20%
0%
Visual Auditori Kinestetik
Indikator 63% 59% 56%
Gambar 2 merupakan analisis indikator gaya belajar peserta didik. Gaya belajar peserta didik
teridiri dari tiga indikator. Indikator yang pertama yakni gaya belajar visual dengan persentase 63%
yang berada pada kriteria cukup dengan pernyataan saya lebih mudah mengingat apa yang dilihat da-
ripada apa yang didengar, saya lebih suka membaca daripada dibacakan, saya suka mencoret-coret
sesuatu ketika berada di kelas, saya lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis, dan
saya sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan akan tetapi tidak pandai memilik kata-kata. In-
dikator yang kedua yakni gaya belajar auditori dengan persentase 59% yang berada pada kriteria ku-
rang dengan pernyataan saya mudah menyerap materi dengan mendengar, saya menggerakan ninir dan
mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, saya senang membaca dengan keras dan mendengar
sesuatu, saya memiliki kemampuan yang bagus dalam berbicara, dan saya merasa kesulitan untuk me-
nulis tetapi mudah dalam bercerita. Indikator yang terakhir yakini gaya belajar kinestetik dengan per-
sentase 56% yang berada pada kriteria kurang dengan pernyataan saya lebih suka belajar dengan me-
lakukan praktik langsung, saya tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama, saya menghafal dengan
cara berjalan atau melihat, saya lebih banyak menggunakan isyarat tubuh pada saat berkomunikasi,
dan saya merespon ketika guru mendemonstrasikan.
101
Berdasarkan hasil analisis indikator gaya belajar peserta didik persentase yang paling tinggi
berada pada gaya belajar visual dengan persentase 63% dan persentase yang paling rendah berada pa-
da gaya belajar kinestetik dengan persentase 56% hasil analisis ini menunjukkan bahwa untuk memak-
simalkan gaya belajar peserta didik yang visual dan untuk meningkatkan gaya belajar peserta didik
yang kinestetik maka dibutuhakan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis virtual la-
boratory. Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) memiliki beberapa
komponen yakni petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-
latihan, petunjuk kerja serta evaluasi sehingga LKS cocok digunakan untuk memaksimalkan gaya be-
lajar visual dan meningkatkan gaya belajar kinestetik daripada peserta didik. Hasil analisis indikator
mitigasi bencana gempa bumi peserta didik dapat dilihat pada Gambar 3.
100%
80%
Persentase
60%
40%
20%
0%
Sebelum Saat Sesudah
Gempa Gempa Gempa
Indikator 52% 54% 50%
Gambar 3 merupakan analisis indikator mitigasi bencana gempa bumi peserta didik. Mitigasi
bencana gempa bumi peserta didik terdiri dari tiga indikator. Indikator yang pertama yakni mitigasi
sebelum terjadi gempa bumi dengan persentase rata-rata sebesar 52% yang berada pada kriteria kurang
dengan pernyataan saya ikut dalam sosialisasi tentang bencana gempa bumi yang diadakan di sekolah
maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal, saya menganggap sosialisai tentang bencana gempa bu-
mi merupakan hal yang sangat penting untuk saya, saya mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi kecelakaan ketika terjadi gempa bumi, saya mencari informasi tentang bencana gempa
bumi yang sudah pernah terjadi, dan saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh jika ada penyulu-
han tentang bencana gempa bumi. Indikator yang kedua mitigasi saat terjadi gempa bumi dengan per-
sentase 54% yang berada pada kriteria kurang dengan pernyataan saya bersikap tenang ketika terjadi
gempa bumi, saya melindungi diri di bawah meja ketika berda di dalam ruangan, saya lari ke tanah
yang lapang saat terjadi gempa bumi, saya menjauhi tiang-tiang reklame saat terjadi gempa bumi, dan
saya menjaugi benda-benda yang tergantung saat terjadinya gempa bumi. Indikator yang terakhir
yakni mitigasi setelah terjadi gempa bumi dengan persentase 56% yang berada pada kriteria kurang
dengan pernyataan saya menyelamatkan atau mengumpulkan barang-barang yang berharga yang saya
punya, saya tidak menakut-nakuti teman atau orang yang berada disekitar saya, saya menjauhi bangu-
nan yang retak-retak dan tidak aman, saya mewaspadai bencana gempa bumi susulan yang terjadi, dan
saya memberikan pertolongan sebisa saya pada keadaan sekitar. Berdasarkan hasil analisis mitigasi
bencana gempa bumi baik mitigasi sebelum, saat, maupun setelaah terjadi bencana gempa bumi masih
berada pada kriteria kurang sehingga diperlukan pengintegrasian materi mitigasi bencana gempa bumi
dalam bahan ajar salah satunya Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa
mitigasi bencana gempa bumi berperan untuk mengurangi risiki bencana gempa bumi dan mitigasi
bencana gempa bumi dapat dimasukan kedalam bahan ajar yakni Lembar Kerja Siswa (LKS).
Berdasarkan hasil analisis angket peserta didik yang telah dilakukan terlihat bahwa kemandi-
rian peserta didik belum optimal hal ini terlihat secara keseluruhan rata-rata persentase kemandirian
peserta didik yakni 60%, gaya belajar peserta didik baik visual, auditori, maupun kinestetik masih be-
lum optimal hal ini terlihat dari persentase gaya belajar peserta didik baik auditori, visual, maupun
kinestetik memiliki persentase 62%, 59%, dan 56%, serta mitigasi bencana gempa bumi peserta didik
masih belum optima hal ini terlihat dari persentase mitigasi bencana gempa bumi sebelum, saat, dan
setelah bencana gempa bumi yakni 52%, 54%, dan 50%. Oleh karena itu perlu dikembangkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis virtual laborato-
102
ry. Berikut desain LKS Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis virtual labor-
atory.
Berdasarkan Gambar 4 Desain LKS Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi
berbasis ICT terdiri atas judul, identitas, Kompetensi Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK), tujuan, waktu penyelesaian, dan langkah kegiatan. Hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa
LKS memiliki beberapa komponen diantaranya petunjuk belajar, kompetensi yang kan dicapai, infor-
masi pendukung, latihan, petunjuk kerja, dan evaluasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemandirian
peserta didik belum optimal, gaya belajar peserta didik baik visual, auditori, maupun kinetetik harus
ditingkatkan, dan mitigasi bencana gempa bumi peserta didik belum optimal, sehingga perlu dikem-
bangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika terintegrasi materi mitigasi bencana gempa bumi berbasis
virtual laboratory.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta : Pre-
nada Mediagrup.
Anwar, Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu, Observasi, Checklist, Interviu, Kuesioner, dan Sosiome-
tri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asrizal., Arnel Hendri., Hidayati., Festiyed. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Mengin-
tegrasikan Laboratorium Virtual dan Hots untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Siswa SMA
Kelas XI. Prosiding Seminar Nasional Hibah Program Penugasan Dosen ke Sekolah.
Asrizal., Festiyed., Ramadhan Sumarnin. 2017. Analisis Kebutuhan Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Bermuatan Literasi Era Digital untk Pembelajaran Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Eksakta
Pendidikan (JEP), Vol 1, No 1 : 2.
BNBP. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta : Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
103
Chodijah, Siti., Ahmad Fauzi., Ratnawulan. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Guided inquiry yang Dilengkapi Penilaian Portofolio pada Materi Gerak
Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1. ISSN : 2252-3014 : 11.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Elwi, Lara Cesili., Festiyed., Djusmaini Djamas. 2017. Pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) Multimedia Interaktif Menggunakan Course Lab Berbasis Pendekatan Saintifik pada
Pembelajaran Fisika Kelas X SMA/MA. Pilar of Physiscs Education, Vol 9 : 2.
Festiyed. 2015. Studi Pendahuluan Implementasi Kurikulum 2013 dalam Mengintegrasikan Pendeka-
tan Saintifik Melalui Model Inkuiri dan Authentic Assessment dalam Pembelajaran IPA Di Kota
Padang. Semirata.
Festiyed., Yulkifli. 2013. Internalisasi Integrasi Karakteristik Religius pada Materi Fisika. Seminar
Nasional Pembelajaran Fisika.
Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupateb Langkat. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol 9, No 2 : 5.
Hermansyah. 2015. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Virtual Terhadapa Penguasaan Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Calon Guru. Jurnal Cakrawala Pendidikan.
Jokowinarno, Dwi. 2011. Mitigasi Bencana Tsunami di Wilayah Pesisr Lampung. Jurnal Rekayasa,
Vol 15, No 1 : 1.
Kunandar. 2014. Penialaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai Contoh. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Majid, A. 2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Mustafa, Badrul. 2010. Analisis Gempa Nias dan Gempa Sumatera Barat dan Kesamaanya yang tidak
Menimbulkan Tsunami. Jurnal Ilmu Fisika (JIF). ISSN 1979-4657, Vol 2, No 1 : 1.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendi-
dikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rustam, Nurul Ilmarsah. 2018. Pengembangan Buku Teks Pembelajaran IPA SMP/MTs Tema Gempa
Bumi dengan Model Connected Berbasis SSCS (Search, Solve, Create, and Share) Problem Solv-
ing untuk Meningkatkan Sikap Tanggap Bencana. Tesis : Universitas Negeri Padang.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sungkowo, M. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar berbasis TIK. Jakarta : Kementrian Pendi-
dikan Nasional.
Suprayanti, Ida, dkk. 2016. Penerapan Model Discovery Learning Berbantual Alat Peraga Sederhana
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 5 Jonggat Tahun Pelaja-
ran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. ISSN 2407-6902, Vol II, No 1 : 2.
Tjandra, Evania., dan Iriene Cahyani Santoso. 2018. Metodologi Heutagogi dalam Perspektif Keil-
muan di Bidang Desain Interior pada Era 4.0. Seminar Nasional Seni dan Desain.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
104