Provided by Hasanuddin University Repository
Provided by Hasanuddin University Repository
Provided by Hasanuddin University Repository
uk
Provided by Hasanuddin University Repository
ABSTRACT
Research about physicochemical characterization of red rice in some rice production of South
Sulawesi. physicochemical characteristic is one of the criteria for cooking quality analyzing .
Amylose content, protein content, gelatinization temperature, and gel consistency were used
as criteria of physicochemical properties. This research was aimed to know characteristic of
physicochemical properties of red rice. The research is execute by 1) analyzing the amylose
content, 2) measuring the protein content by micro-Kjeldhal Method (1995) was carried out
in three stages, destruction , distillation, and titration, 3) analyzing gelatinization temperature
with alkali test, and 4) measuring gel consistency. The percentage of amylose content 1,1405
%, the percentage of protein content 7,92 %, high gelatinization temperature, and soft gel
consistency were contained in red rice from Tana Toraja. The percentage of amylose content
1,2215 %, the percentage of protein content 8,89 %, high gelatinization temperature, and soft
gel consistency were contained in red rice from Enrekang. The percentage of amylose content
15,173 %, the percentage of protein content 7,45 %, high gelatinization temperature, and
intermediate gel consistency were contained in red rice from Malino.
2
ditepatkan sampai tanda tera dengan destilasi ditambahkan 3 tetes indikator
akuades dan dikocok, lalu didiamkan BCG. Kemudian dititrasi dengan HCl
selama 20 menit. Larutan kemudian diukur 0,02N yang telah distandarisasi. Titrasi
intensitas warna dengan spektrofotometer. dihentikan sampai terjadi perubahan warna
Kurva standar menggambarkan hubungan menjadi ungu. Penetapan blanko dilakukan
antara konsentrasi amilosa dan absorbansi. dengan menggunakan metode yang sama.
Pada tahap penetapan sampel, sejumlah 200 Kadar protein dihitung dengan
mg sampel tanpa lemak dimasukkan ke menggunakan rumus :
dalam labu takar dan ditambahkan 1 ml ( )
( )
etanol serta 9 ml NaOH 1 N. Setelah itu,
larutan sampel dipanaskan selama 10 menit Kadar protein (% basis basah) = %N x
kemudian didinginkan dan dipindahkan ke faktor konversi
dalam labu takar 100 ml, kemudian Faktor konversi beras = 5,95
ditetapkan sampai tanda tera dengan
akuades. Larutan kemudian dipipet III.3.4. Suhu Gelatinisasi
sebanyak 5 ml, lalu dimasukkan ke dalam Letakkan 6 butir beras giling setiap varietas
labu takar 100 ml dan ditambahkan 2 ml pada wadah yang berisi 10 ml 1,7 % KOH
larutan iod serta 1 ml asetat 0,5 N. Larutan dan susun sehingga tidak bersentuhan.
selanjutnya ditambah akuades sampai tanda Biarkan selama 23 jam pada suhu 30° C
tera, dikocok, didiamkan selama 20 menit, dan diamati kemudian mencatat hasil
dan diukur intensitas warna dengan dengan melihat skor kemekaran beras.
spektrofotometer. Kadar amilosa dihitung
dengan rumus : III.3.5. Konsistensi Gel
Kadar Amilosa (%) = x x 100% Sifat konsistensi gel ditentukan dengan
Keterangan : menggunakan 100 mg tepung beras.
A= absorbansi sampel Tepung dimasukkan ke dalam tabung reaksi
S = slope kemiringan pada kurva standar dan ditambahkan dengan 0,2 ml alkohol
FP = faktor pengenceran, yaitu 20 95% (mengandung 0,025% thymol blue)
W = berat sampel (gram) dan 2 ml larutan KOH 0,2 N, lalu dikocok
dengan vortex mixer. Tabung reaksi
III.3.3. Kadar Protein tersebut kemudian dipanaskan
Pengukuran protein berdasarkan Metode menggunakan waterbath dengan suhu 90oC
Mikro-Kjeldhal. Sampel sebanyak 150 mg selama 15 menit, diangkat lalu didiamkan
dimasukkan ke dalam labu ukur dan selama 5 menit kemudian didinginkan
ditambahkan 1,94 g katalisator selenium menggunakan air es selama 20 menit.
reagent mixture, dan 10 ml H2SO4 pekat. Tabung reaksi diletakkan dengan posisi
Sampel dididihkan selama 20 menit sampai horizontal/mendatar di atas kertas milimeter
cairan menjadi jernih. Sampel dididihkan selama satu jam. Panjang gel yang mengalir
dan air secara perlahan-lahan, kemudian di dalam tabung reaksi diukur dengan
didinginkan kembali. Ditambahkan akuades satuan mm.
sampai tanda tera 200 ml dan 3 tetes
indikator PP. Kemudian ditambahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
NaOH sampai berwarna ungu sambil IV.1. Kadar Amilosa
didinginkan menggunakan air mengalir. Beras mengandung karbohidrat sekitar
Setelah itu, didestilasi. Erlenmeyer berisi 20 80%-90% yang terdiri atas amilopektin dan
ml larutan H3BO3 diletakkan di bawah amilosa. Peran amilopektin dalam sifat
kondensor. Ujung tabung kondensor harus fungsional pati sangat sulit untuk
terendam di bawah larutan H3BO3. ditentukan karena amilopektin memiliki
Erlenmeyer yang berisi 100 ml larutan hasil kecenderungan untuk membentuk
3
kumpulan tidak larut air. Oleh karena itu, Hasil perhitungan kadar amilosa untuk Pare
amilosa merupakan hal yang paling banyak Birrang asal Kabupaten Tana Toraja, Pulu
diteliti dalam memperkirakan karakter pati Mandoti Kabupaten Enrekang dan beras
dari beras. Kadar amilosa mempengaruhi Malino Kabupaten Malino dapat dilihat
sifat fisikokimia beras dan dapat digunakan pada Tabel 5.
untuk mendeteksi tingkat kepulenan nasi
yang dihasilkan. Kandungan amilosa Tabel 5. Kadar Amilosa Beras Merah
mempunyai korelasi positif dengan jumlah Kadar Kelas
penyerapan air dan pengembangan volume Beras Merah Amilosa Keragaman
nasi selama pemasakan (Aliawati). (%) Amilosa Beras
Dalam penelitian ini, pengukuran kadar Pare Birrang 1,1405 Ketan (0-2%)
amilosa pada beras merah dilakukan Pulu Ketan (0-2%)
berdasarkan prinsip iodine binding 1,2215
Mandoti
(pengikatan iodin), dimana amilosa akan Rendah (10-
berikatan dengan iodine pada pH rendah Beras Malino 15,173
19%)
(4.5-4.8) dan pada panjang gelombang 620 Kadar amilosa beras merah yang dianalisis
nm menghasilkan kompleks berbentuk berkisar antara 1,1405 % - 15,173 %. Kadar
heliks yang berwarna biru. Intensitas warna amilosa tertinggi sebesar 15,173 %,
biru ini kemudian diukur menggunakan diperoleh dari beras Malino sedangkan
spektrofotometer. Semakin tinggi intensitas kadar amilosa terendah sebesar 1,1405 %,
warna yang terukur, maka kadar amilosa diperoleh dari Pare Birrang dan Pulu
akan semakin tinggi (Juliano,1979). Mandoti berkadar amilosa 1,2215 %. Hal
Metode ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap ini berarti beras Malino yang berkadar
pembuatan kurva standar dan tahap amilosa rendah, dimana apabila dimasak
penetapan sampel. Pembuatan kurva nasinya kurang lengket, agak pulen, tidak
standar dilakukan dengan menggunakan mengembang dan tetap menggumpal
amilosa murni dan diperoleh nilai hubungan setelah dingin. Sedangkan Pulu Mandoti
antara konsentrasi amilosa dan asal Kabupaten Enrekang dan Pare Birrang
absorbansinya seperti yang diperlihatkan asal Kabupaten Tana Toraja yang berkadar
pada lampiran. Persamaan garis yang amilosa lebih rendah (ketan), mempunyai
diperoleh dari regresi linear antara sifat sangat mengkilat, tekstur lunak, agak
konsentrasi amilosa dan absorbansi adalah basah, sangat lengket dan kerapuhan antar
y = 2,9379x + 0,0034, R² = 0,9995. Kurva butir sangat tinggi sehingga kurang
standar yang dihasilkan dapat dilihat pada menyerap air dan kurang mengembang (Del
Gambar 3. Dari persamaan regresi Mundo, 1979).
diperoleh slope kemiringan kurva standar Suatu survei telah dilakukan oleh IRRI
yaitu 2,9379. untuk mengetahui kandungan amilosa dari
1 varietas-varietas padi yang ditanam di
y = 2,9379x + 0,0034
beberapa negara. Hal ini ternyata dapat
R² = 0,9995
Absorbansi
6
menunjukkan beras merah yang dihasilkan IV.4. Konsistensi Gel
mempunyai suhu gelatinisasi tinggi. Konsistensi gel merupakan indeks yang
Menurut Damardjati (1987), beras dengan baik untuk menentukan tekstur nasi. Selain
suhu gelatinisasi yang tinggi memerlukan itu, konsistensi gel merupakan pelengkap
lebih banyak air dan lebih lama waktu dari uji kadar amilosa. Beras yang memiliki
pemasakan dari beras yang memiliki suhu kandungan amilosa yang sama mungkin
gelatinisasi rendah. Selain itu, beras dengan berbeda dalam kelembutan setelah dimasak
suhu gelatinisasi tinggi jika ditanak kurang menjadi nasi. Hal ini dapat dibedakan
mengembang bila dibandingkan dengan dengan melakukan pengujian konsistensi
beras yang memiliki suhu gelatinisasi gel (Cagampang et al., 1973).
rendah. Tang et al (1991) mengemukakan bahwa
pembentukan gel terjadi oleh interaksi
Tabel 7. Suhu Gelatinisasi Beras Merah antarmolekul yang melibatkan molekul
Kriteri amilosa dan amilopektin selama pati
Suhu
Beras a Suhu menjadi dingin dan terjadi peningkatan
Keadaan Beras Gelati
Merah Gelatin viskositas. Konsistensi gel yang diukur dari
nisasi
isasi viskositas pasta dingin dari pati adalah
0
Pare Tidak >74 C Tinggi indikator yang baik dalam menentukan
Birran terpengaruh tekstur nasi yang dihasilkan. Pada gel yang
g tetapi memutih mengandung amilosa sekitar 25% akan
Pulu Tidak >74 C Tinggi menghasilkan gel yang keras karena
Mando terpengaruh molekul pati membentuk jaringan,
ti tetapi memutih sebaliknya pada gel dengan amilosa yang
Beras Tidak >74 C Tinggi rendah bertekstur lembut dan tidak
Malino terpengaruh memiliki jaringan (Copeland, 2009).
tetapi memutih Perez dan Julianto dalam Damardjati et al.
(1989) menyatakan beras berkadar amilosa
tinggi mempunyai konsistensi gel lunak
akan lebih disukai karena nasinya empuk.
Beras yang memiliki nilai konsistensi gel
diatas 50 mm berarti beras tersebut
(A1) (A2)
menghasilkan nasi bertekstur lunak.
(B1) (B2)
(C1) (C2)
Gambar 4 : Suhu Gelatinisasi (A1). Pare
Birrang sebelum 23 jam (A2). Pare Birrang
sesudah 23 jam (B1). Pulu Mandoti
sebelum 23 jam (B2). Pulu Mandoti Gambar 5 : Panjang Gel yang mengalir
sesudah 23 jam (C1). Beras Malino Pada Beras Merah (A). Pare Birrang (B).
sebelum 23 jam (C2). Beras Malino Pulu Mandoti (C). Beras Malino
sesudah 23 jam
7
Tabel 8. Konsistensi Gel Beras Merah Aliawati, G., 2003. Teknik Analisis Kadar
Panjang Gel Amilosa Dalam Beras. Buletin
Beras Merah yang Tekstur nasi Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2;
mengalir 82.
Pare Birrang 81 mm Lunak
Pulu 108 mm Lunak Andriana, E., 2006. Beras Merah Kaya
Mandoti Vitamin dan Mineral.
Beras 50 mm Sedang http://health.groups.yahoo.com/grou
Malino p/anakku/message/19257. Diakses
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanggal 4 Maret 2012.
konsistensi gel dari Pare Birrang, Pulu
Mandoti dan beras Malino berkisar antara Argasasmita, T. U., 2008. Karakterisasi
50-108 mm. Pulu Mandoti memiliki nilai Sifat Fisikokimia dan Indeks
konsistensi gel tertinggi sebesar 108 mm Glikemik Varietas Beras
sedangkan Malino memiliki nilai Beramilosa Rendah dan Tinggi.
konsistensi gel terendah sebesar 50 mm. Fakultas Teknologi Pertanian.
Hal ini berarti Pulu Mandoti mempunyai Institut Pertanian Bogor. Bogor.
tekstur nasi yang lebih lunak dan lebih
lengket dibandingkan Pare Birrang. Arini, 2012. Beras Merah.
Sedangkan beras merah asal beras Malino http://ranririn.blogspot.com/2012/02
mempunyai tekstur nasi kurang lunak dan /beras-merah.html. Diakses pada
kurang lengket. tanggal 13 Maret 2012.
8
Indonesia. Paper presented at 12th Heinemann, R. J. B., et al., 2005.
Asean Seminar on Grain Post Comparative Study of Nutrient
Harvest Technology. Surabaya, Composition of Commercial
Indonesia. Brown, Parboiled and Milled Rice
from Brazil. Journal of Food
Damardjati, D. S., 1987. Prospek Composition and Analysis.
Peningkatan Mutu Beras di
Indonesia. Jurnal Penelitian dan Hidju, H., 2011. Pengujian Mutu Beras
Pengembangan Pertanian 6. Bogor. Berdasarkan SNI 6128 : 2008.
Prodi D III Teknologi Hasil
Del M. A. M., 1979. Sensory Assessment Pertanian Jurusan Agroteknologi
of Cooked Milled Rice. In : Fakultas Ilmu Pertanian Universitas
Proceding of Workshop on Negeri Gorontalo.
Chemical Aspects of Rice Grain
Quality. IRRI. Los Banos. Philipines Hutagalung, R. E., 2005. Mempelajari
Kualitas Fisik dan Kimia Beras
Dela, N.C., and G.S. Khush., 2000. Rice Hasil Pengkabutan. Fakultas
Grain Quality Evaluation Pertanian dan Kehutanan.
Procedures. In Singh, R.K., U.S. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Singh., G.S. Khush., 2000.
Aromatic Rices. International Rice Indrasari, S. D., dan Adnyana, M. O., 2007.
Research Institute. Los Banos. Preferensi Konsumen terhadap
Philipines. Beras Merah sebagai Sumber
Pangan Fungsional. Iptek Tanaman
Ensminger, A., 1994. Foods and Nutrition Pangan Vol. 2 No. 2.
Encyclopedia Volume 1 2nd
Edition. CRC Press LLC. Boca Indrasari, S. D., 2006. Kandungan
Raton. Mineral Padi Varietas Unggul dan
Kaitannya dengan Kesehatan.
Gealy, D, R., dan Bryant, R, J., 2009. Seed Iptek Tanaman Pangan No. 1.
Physicochemical Characteristics
of Field-grown US Weedy Rice Ishima, T., Taira, H., and Mikoshiba, K.,
(Oryza sativa) Biotypes: Contrasts 1984. Effect Nitrogenous
with Commercial Cultivars. Fertilizer Application and Protein
Journal of Cereal Science. Content in Milled Rice on
Organoleptic quality of Cooked
Genisa, J., 2001. Teknologi Pengolahan Rice. In : Kawamura, S. et al., 2003.
Legum dan Serelia. Fakultas Development of an automatic rice-
Pertanian Dan Kehutanan. quality inspection system. Computer
Universitas Hasanuddin. Makassar. and Electronics in Agriculture.
Harper, J.M., 1981. Extrusion of Food Vol Juliano, B. O., 2003. Rice Chemistry and
II. CRC Press Inc. Bota Raton. Quality. PhilRice. Manila.
Florida.
9
Juliano, B.O., 1979. Amylose Analysis in melebihi-beras-putih. Diakses
Rice. Di dalam : Proceedings of the tanggal 3 Maret 2012.
Workshop on Chemical Aspect of
Rice Grain Quality. IRRI. Los Nurmala, T., 1998. Serealia Sumber
Banos. Karbohidrat Utama. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Juliano, B.O., 1972. The Rice Caryopsis
and Its Composisition. In : Rice, Organic, 2012. Kandungan Nutrisi dan
Chemistry and Technology. DF. Manfaat Beras Merah.
Houston (ed). American Association http://www.md-
of Cereal Chemist. Inc. St. Paul. organic.com/Kandungan%20Nutrisi
Minnesota. %20dan%20Manfaat%20Beras%20
Merah/. Diakses pada tanggal 4
Juliano, B.O., 1971. A Simplified Assay Maret 2012.
for Milled Rice Amylose
Measurement. J. of Cereal Sci. Portal berita terkini. 2012. Beras-Fungsi
Today. dan Khasiat Beras.
www.poztmo.com/2012/03/beras.
Kusmiadi, R., 2008. Varietas Beras Diakses pada tanggal 13 Maret
dengan Komposisi Kimiawi Zat 2012.
Penyusunnya.
http://www.ubb.ac.id/menulengkap. Puwastien, Prapasri, et al., 2009.
php?judul=Varietas%20Beras%20d Development of Rice Reference
engan%20Komposisi%20Kimiawi% Material and Its Use for
20Zat%20Penyusunnya&&nomorur Evaluation of Analytical
ut_artikel=136. Diakses pada Performance of Food Analysis
tanggal 13 Maret 2012. Laboratories. Journal of Food
Composition and Analysis.
Khush, G. S., and N. D. Cruz., 2000. Rice
Grain Quality Evaluation Santika, A., dan Rozakurniati., 2010.
Procedures. In : Aromatic Rices. Teknik Evaluasi Mutu Beras dan
Oxford & IBH Pub.Co.Pvt.Ltd. New Beras Merah Pada Beberapa
Delhi. Galur Padi Gogo. Buletin Teknik
Pertanian vol. 15. No 1. 2010: 1-5.
Lestari, A. P., 2008. Evaluasi Mutu Beras
18 Galur Padi Hasil Kultur Anter. Setyono, A., dan Suparyono., 1997. Padi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Penebar Swadaya. Jakarta.
Padi.
Somantri, A. S., 2010. Menentukan
Lestari, A. P., 2003. Uji Daya Hasil Klasifikasi Mutu Fisik Beras
Pendahuluan dan Uji Mutu Beras Dengan Menggunakan Teknologi
21 Varietas Padi Hibrida Hasil Pengolahan Citra Digital Dan
Pemuliaan Balai Penelitian Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal
Tanaman Padi. Jurusan Budi Daya Standardisasi Vol. 12, No. 3 Tahun
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 2010: 3.
10