Makalah
Makalah
Makalah
Semester:
Gasal 2020/2021
Oleh:
Oktafi Nur Cahyani
A1D018195
Kelas C
A. Latar Belakang
Hortikultura berasal dari kata “hortus” yang memiliki arti garden atau kebun
dan “colere” yang mempunyai arti to cultivate atau budidaya. Istilah hortikultura
diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran,
tanaman obat, dan tanaman hias, sehingga hortikultura merupakan suatu cabang
dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran, tanaman
obat, dan tanaman hias. Berdasarkan jenisnya, pengelompokan tanaman
hortikultura meliputi buah-buahan misalnya apel, jeruk, stroberi, papaya, pisang,
mangga, dan lain-lain; sayuran misalnya kubis, brokoli, buncis, cabai, tomat,
terong, wortel, jamur, bawang, kentang, dan lain-lain; tanaman hias misalnya
krisan, anggrek, mawar, melati,dan lain-lain; dan tanaman obat atau farmakologi
misalnya jahe, kunyit, dan sebagainya (Andana, 2015).
Tanaman hias adalah tanaman yang mempunyai nilai keindahan baik
bentuk, warna daun, tajuk maupun bunganya. Tanaman hias sering digunakan
untuk penghias pekarangan dan lain sebagainya. Tanaman hias cukup diminati di
Indonesia hal ini dibuktikan dengan luas lahan dan produksi tanaman hias yang
terus ada peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan satuan luas panen dan bentuk
hasilnya, tanaman hias dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok
bunga potong, kelompok tanaman hias dalam pot, dan kelompok tanaman hias
lainnya (Fathurrahmani & Agustiannoor, 2019).
Penambahan jumlah permintaan akan tanaman hias yang terus meningkat
sebaiknya diikuti dengan pengembangan sistem penanganan pasca panen sehingga
dihasilkan tanaman hias dengan standar mutu yang dapat dipahami dan dijadikan
pegangan oleh produsen dan konsumen. Penanganan pasca panen tanaman
bervariasi tergantung jenis bunga, produsen, area produksi, dan strategi
pemasaran. Langkah-langkah penanganan tanaman hias secara umum diantaranya
adalah panen, sortasi, pemutuan (pengecekan mutu), pengikatan, pengepakan, pre-
condition, penyimpanan, transportasi, dan pemasaran (Arisanti & Nintya Setiari,
2012). Hal ini diperlukan teknologi pasca panen yang tepat pada masing-masing
jenis tanaman hias agar dapat dihasilkan tanaman yang berkualitas dan memiliki
nilai jual yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pasca panen merupakan tindakan yang dilakukan setelah panen. Pasca panen
dilakukan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau
diolah lebih lanjut oleh industri. Pemasaran merupakan suatu proses interaksi
sosial antara individu dengan kelompoknya untuk mendapatkan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan diperoleh dengan menciptakan, menawarkan, serta
melakukan pertukaran barang đan jasa kepada pihak lain (Evinola, 2019).
Kematangan tanaman hias terutama organ bunga merupakan suatu faktor
penting. Kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan
ukuran tanaman maupun tingkat perkembangan atau derajat membukanya kuncup
bunga. Keadaan kuncup pada bunga mawar merupakan stadia yang baik dan pada
stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis.
Perkembangan tanaman yang lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar
sebagian maka kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat
(Evinola, 2019).
Pemanenan sebaiknya dilakukan saat bunga mengandung banyak air, yaitu
sekitar pukul 06.00 hingga pukul 08.00. Pemenan juga dapat dilakukan pada
pukul 16.00 hingga pukul 17.00. Penyerapan yang dilakukan air oleh tanaman
pada saat tersebut berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Pemanenan
apabila dilakukan pada siang hari, tanaman sudah mulai melakukan metabolisme
aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah (Evinola,
2019).
Menurut Evinola (2019), panen tanaman hias umumnya dilakukan secara
manual. Penggunaan alat-alat panen mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat
pengangkutan dan alat pengikat atau penyatu satuan-satuan potongan (tangkai)
bunga. Tujuan pemanenan adalah untuk mengumpulkan komoditas pada tingkat
kematangan yang baik dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah serta
dengan secepat mungkin dan biaya yang murah. Keuntungan-keuntungan
pemanenan secara manual antara lain adalah:
1. Memungkinkan penentuan grade yang tepat dan pemanenan dapat secara
berulang
2. Pemanenan dapat menangani komoditas dengan tingkat kerusakan yang
rendah
3. Laju pemanenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan
tenaga kerja
4. Pemanenan secara manual bermodal kecil
Penanganan pasca panen tanaman hias bertujuan untuk:
1. Memperkecil respirasi
2. Memperkecil transpirasi
3. Mencegah infeksi atau luka
4. Memelihara estetika
5. Memperoleh harga yang tinggi.
Salah satu penanganan pasca panen mawar adalah dengan menggunakan
holding solution atau larutan peraga untuk memperlama masa simpan atau masa
hidup mawar. Alternatif holding solution yang dapat digunakan adalah bahan-
bahan alami yang bersifat mengawetkan serta menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Penggunaan bahan alami dapat mensubstitusi bahan kimia
sintetik yang kurang ramah lingkungan (Ilmiah, 2019).
Menurut (Kristono & Nadapdap, 2019), krisan merupakan salah satu jenis
tanaman hias bunga yang sangat populer dan memiliki nilai ekonomis yang relatif
tinggi di Indonesia. Penanganan yang efektif dan efisien pada proses pasca panen
diperlukan untuk meningkatkan mutu tanaman krisan dan daya saing secara
optimal. Salah satu kegiatan pasca panen untuk meningkatkan mutu dan daya
saing produk adalah dengan proses sorting, grading, packaging, dan labeling.
1. Sortasi
Sortasi yang dilakukan petani krisan yaitu dengan memisahkan bunga yang
yang layak dan tidak dengan melihat dari fisik bunga tersebut yaitu warna dan
keutuhan dari bunga tersebut.
2. Grading
Petani hanya membedakan grade bunga dengan melihat panjang tangkai,
apabila tangkai dengan panjang minimal satu meter maka akan dikelompokan
dalam grade A, sedangkan untuk panjang tangkai dibawah 100 cm akan
dikelompokan pada grade B.
3. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan penggulungan bunga krisan pada kertas koran
dengan isi 10 tangkai bunga dalam satu gulungan. Pengemasan dengan wadah
lain dilakukan dengan menggunakan kotak sterofoam. Pengemasan dengan
kotak sterofoam dilakukan apabila pengiriman bunga yang jauh.
4. Labeling
Proses labeling dilakukan dengan tujuan memberikan informasi tentang
produk yang dihasilkan petani sehingga kepada konsumen.
Menurut Evinola (2019), tanaman hias pada kelompok tanaman hias pot dan
lanskep salah satu contohnya adalah lidah mertua. Kegiatan pasca panen untuk
tanaman pot dan lansekap secara umum meliputi:
1. Sortasi dan Grading
Penyortiran dilakukan dengan pemilahan tanaman sesuai dengan mutu
dan ukuran tanaman. Prosedur penyortiran adalah sebagai berikut:
a. Mutu tanaman yaitu dengan pemisahan tanaman yang memenuhi standar
sehat, kondisi akar, batang, dan daun tidak cacat
b. Ukuran tanaman yaitu dengan pemilahan tanaman disesuaikan dengan
tinggi tanaman, panjang, dan lebar daun
c. Grading yaitu dilakukan berdasarkan menurut tinggi tanaman. Prosedur
grading dilakukan dengan mengelompokkan tanaman sesuai grade atau
standar yang berlaku atau berdasarkan permintaan konsumen. Tanaman
dapat menjadi 3 grade, yaitu grade A, B dan C jika diperlukan.
Pengelompokkan juga dilakukan berdasarkan ukuran tinggi tanaman,
bentuk, kelurusan daun, mulus, tidak cacat, sehat, serta warna tanaman.
Tanaman lidah mertua dipilih berdasarkan penampilan fisik secara
umum, seperti, luka-luka atau goresan (cacat) pada daun. Penampilan
tanaman pot yang akan dipasarkan perlu diperhatikan, karena standar untuk
penilaian tanaman lidah mertua fokus pada penampilan umum tanaman.
2. Pembersihan atau Pencucian
Pembersihan tanaman dilakukan dengan tujuan agar tanaman bersih dari
kotoran yang menempel seperti tanah dan organisme pengganggu lainnya.
Tahapan pembersihan atau pencucian meliputi:
a. Bagian bonggol akar tanaman dipotong kemudian dibersihkan dari
kotoran yang menempel.
b. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan
air bertekanan halus, kemudian dilakukan dengan menggunakan larutan
desinfektan seperti fungisida, selanjutnya tanaman ditiriskan dan
dikeringanginkan. Tanaman yang telah bersih dan kering dimasukkan ke
dalam tempat penyimpanan dalam posisi berdiri dan bonggol pada posisi
di bawah.
c. Tanaman yang tidak segera dikemas, tidak segera diangkut dan tidak
langsung dikirim, tanaman disimpan dalam ruangan yang bersih dengan
memperhatikan sirkulasi udara yang ada. Suhu penyimpanan perlu
diperhatikan sesuai standar ketentuan yang telah ditetapkan.
Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak digunakan
sebagai bunga potong. Anggrek potong V. douglas perlu mendapatkan
penanganan pasca panen yang tepat untuk mempertahankan kualitas srta
memperpanjang masa kesegaran bunga selama masa pemasaran dan transportasi
atau pengiriman ke tempat pemasaran bunga potong. Salah satu penanganan pasca
panen yang dilakukan adalah pemberian larutan yang berfungsi untuk
mempertahankan kesegaran bunga potong (Saptorini et al., 2015).
Zat pengatur tumbuh yang berperan dalam menunda penuaan adalah
sitokinin. Salah satu jenis sitokinin yang banyak digunakan adalah
Benzylaminopurine (BAP). Pemberian BAP memiliki efek terhadap kemampuan
mengurangi penurunan bobot segar bunga potong anggrek V. douglas.
Perendaman bunga potong anyelir yang ditambahkan kinetin mampu mengurangi
terjadinya penurunan bobot segar. Pemberian BAP memiliki efek terhadap
kemampuan mengurangi persentase kuntum bunga layu bunga potong anggrek V.
douglas. Pemberian BAP dapat meningkatkan umur kesegaran bunga hingga
12,33 hari pada konsentrasi 20 ppm (Saptorini et al., 2015).
Berbagai macam cara untuk mempertahankan kesegaran bunga potong
antara lain adalah dengan memanen pada umur yang tepat, menyimpan tanaman
pada suhu yang sesuai, menghambat produski etilen serta menyediakan
karbohidrat, dan sebagainya. Penghambat etilen dapat menghambat kerja etilen
yang diproduksi oleh bunga maupun etilen yang berasal dari lingkungan sehingga
kesegaraan bunga dapat ditingkatkan setelah pasca panen. 1-Methylcyclopropene
(1-MCP) mencegah efek etilen dalam berbagai buah-buahan, sayuran dan
tanaman florikultur. Penanganan pasca panen bunga krisan potong dengan
penambahan larutan kimia tunggal serta 1-MCP memberikan efek yang lebih baik
dari pada penambahan larutan alami tunggal (Mubarok et al., 2018).
Mekanisme aksi senyawa 1-MCP dalam menghambat kematangan,
mencegah pengaruh buruk etilen, serta menghambat senesens adalah dengan
memblokir reseptor etilen yang ada pada tanaman sehingga etilen tidak dapat
menempati reseptor tersebut. Senyawa 1-MCP menempati reseptor tersebut secara
permanen sehingga etilen tidak dapat terikat lagi saat 1-MCP telah terikat pada
suatu reseptor. Reseptor tersebut berupa ligand seperti asam lemak tak jenuh,
histidin atau sistein yang berada pada wilayah hidrofobik dari membran. Jaringan
tanaman akan membuat reseptor baru saat semua reseptor telah ditempati oleh 1-
MCP atau ion logam yang dapat terikat secara permanen. Gas lain seperti CO2
juga dapat menempati reseptor tersebut namun tidak permanen. CO2 juga
berpengaruh dalam menghambat pengaruh etilen apabila lingkungan sekitar hasil
hortikultura tersebut memiliki konsentrasi CO2 yang cukup tinggi (Setyadjit et al.,
2012).
Gejala pengaruh 1-MCP pada tanaman hias bervariasi yiatu mulai dari
meningkatkan umur segar hingga hanya menganulir pengaruh buruk etilen saja
tanpa menambah umur segar, atau yang tidak ada pengaruhnya sama sekali. Jenis
tanaman hias yang tidak menampakkan adanya pengaruh, tidak dipengaruhi oleh
perlakuan etilen. Peneliti bunga juga membagi jenis bunga ke dalam kategori
klimakterik dan non-klimakterik. Jenis bunga tidak mengalami pematangan, tetapi
kemudian dihubungkan dengan terjadinya polinasi, dimana serbuk sari
berkecambah di kepala putik dan terus menembus ke dalam menuju ovari
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi etilen akibat luka.
Beberapa jenis bunga ada juga yang tidak dipengaruhi oleh perlakuan etilen,
maupun senyawa 1-MCP, maka ada dua kategori bunga yang sensitif dan tidak
sensitif terhadap etilen. Bunga yang sensitif terhadap etilen akan diproteksi oleh
1-MCP dari pengaruh buruk akibat perlakuan etilen, dan sebaliknya. Kategori
yang ketiga adalah selain sensitif terhadap etilen, bunga tersebut dapat
menggunakan etilen dalam metabolismenya (Setyadjit et al., 2012).
IV. PENUTUP
Andana, E.K. 2015. Pengembangan data citra satelit landsat-8 untuk pemetaan
area tanaman hortikultura dengan berbagai metode algoritma indeks
vegetasi. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII. 1-10.
Evinola, S.P. 2019. Mengenal Ruang Lingkup Tanaman Hias. Uwais Inspirasi
Indonesia, Ponorogo.
Ilmiah, H.H. 2019. Perubahan level antosianin bunga potong mawar (Rosa
hybrida var. Grand Gala) dengan perlakuan holding solution alami.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Pertanian IX Fakultas
Pertanian UGM 2019. 18-27.
Kristono, R.J. & Nadapdap, H.J. 2019. Karakteristik petani dan orientasi pasar
sebagai pengaruh petani krisan melakukan proses pasca panen. AGRILAND
Jurnal Ilmu Pertanian. 7(2): 159-167.
Listiana, N.R., Handayani, S., & Analianasari. 2020. Pengendalian proses panen
dan pascapanen bayam merah organik pada FAM organik Tenjolaya
Kabupaten Bogor. Karya Ilmiah Mahasiswa. 1-14.
Mubarok, S., Arsri, M., Farida, Suminar, E., & Yulia, E. 2018. Pengaruh larutan
perendam alami dan penghambat etilen (1-Methylcyclopropene) terhadap
kualitas pasca panen bunga potong krisan (Dendranthema grandiflora
Tzvelev.) „White Fiji‟. Jurnal Kultivasi. 17(3): 701-709.
Sangadji, I., Rijal, M., & Astri, Y. 2017. Kandungan antosianin di dalam mahkota
bunga beberapa tanaman hias. Jurnal Biology Science & Education. 6(2):
118-128.
Saptorini, D., Linda, R., & Lovadi, I. 2015. Penggunaan Benzylaminopurine
(BAP) dalam mempertahankan kualitas bunga potong anggrek (Vanda
douglas. Joaqium ). Protobiont. 4(1): 209-212.
Setyadjit, Sukasih, E., & Permana. A.W. 2012. Aplikasi 1-MCP dapat
memperpanjang umur segar komoditas hortikultura. Buletin Teknologi
Pascananen Pertanian. 8(1): 27-34.
Sihite, E.W., Aviantara, I.G.N.A., & Yulianti, N.L. 2018. Analisis nilai tambah
produk hortikultura selada (Lactuca sativa L) di Pasar Modern dengan
Proses Penanganan Pascapanen. Jurnal Beta (Biosistem dan Teknik
Pertanian). 6(2): 55-63.
Siswati, L. 2012. Pola pertanian terpadu ternak dan tanaman Hortikultura di Kota
Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 9(2): 75-82.