Peranan Motivasi, Kreativitas Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran
Peranan Motivasi, Kreativitas Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran
Peranan Motivasi, Kreativitas Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran
Received Month Oct., 2019; Revised Month Nov., 2019; Accepted Month Dec., 2019
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/e-techr
Erikasari
Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Barat
e-mail: erika.sari4455@gmail.com
The learning process is strongly influenced by the motivation and creativity of students. Low motivation
often makes students lazy to learn, less enthusiastic and not creative. Students lack of motivation will cause
students to not develop creativity. Students are less able to create something new and tend to imitate what is
already seen. Students also don't even have ideas to solve problems. The potential of creative power
possessed by individuals as a form of thought in finding relationships between existing elements or new
ways of dealing with problems that come from oneself in the form of a strong desire and motivation to create
must always be developed. Internal and environmental factors influence the emergence of students'
motivation and creativity to learn. One of the characteristics of creative students is being able to create new
innovations and try to solve problems with their own abilities. The creativity of a student in learning can be a
benchmark for the growth of motivation in a student. The development of motivation and creativity affects
the cognitive, psychomotor and affective aspects of students so that they are able to achieve the planned
learning goals.
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0
Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author and
UniversitasNegeri Padang.
Pendahuluan
Belajar merupakan sebuah proses berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan
yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa karya dan karsa individu. Kegiatan dari belajar dinamakan pembelajaran. Pelaksanaan proses
pembelajaran yang baik menjadi syarat mutlak supaya peserta didik mencapai hasil belajar yang
optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya proses belajar dan pembelajaran adalah motivasi
dan kreatifitas. Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak atau dorongan di dalam diri siswa
untuk belajar. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005:61) semakin tinggi dan berartinya suatu tujuan
individu akan mempengaruhi seberapa besar motivasi tersebut untuk mencapai tujuan yang dimilikinya.
Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat
belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar peserta didik. Selain
motivasi kreatifitas juga memiliki peran yang sangat penting proses pembelajaran.
Saat ini kreativitas menjadi sorotan oleh berbagai pihak, khususnya di dunia pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hans Jellen (dalam Andang Ismail, 2006: 285) dari
Universitas Utah AS dan Klaus Urban dari Universitas Hannover , ternyata kreativitas belajar siswa di
Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya. Kreatifitas sangat di butuhkan
dalam era persaingan kerja saat ini. Menamamkan nilai krestifitas pada siswa harus di mulai sejak dini.
Didalam proses pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya,
1
E-Tech ISSN: 2541-3600 2
karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik
sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di sekolah akan
berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu,
siswa dituntut untuk bersikap kreatif, inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan sehingga
pesan yang disampaikan dalam bentuk materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Kreativitas yang muncul
dan berkembang pada setiap siswa berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki
fisik, sikap dan lingkungan yang berbeda-beda pula. Dengan diiringi adanya motivasi belajar, siswa akan
mampu mengembangkan daya kreatifnya sendiri. Kreativitas siswa secara bersama-sama dengan didorong
dengan motivasi belajar saling mengisi untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kreatifitas peserta didik pada tingkat Sekolah
Dasar. Rendahnya motivasi sering membuat peserta didik menjadi malas belajar, kurang bersemangat dan
tidak kreatif. Hal ini juga ditemui pada siswa sekolah dasar. Siswa kurang memiliki motivasi dan tidak
berkembangnya kreatifitas siswa. Siswa kurang mampu menciptakan sesuatu yang baru dan cendrung
meniru apa yang sudah terlihat saja. Siswa juga bahkan tidak mempunyai gagasan untuk memecahkan
masalah. potensi daya kreatif yang dimiliki individu sebagai bentuk pemikiran dalam menemukan hubungan
antara unsur yang sudah ada atau cara baru dalam menghadapi masalah yang datang dari diri sendiri berupa
hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana
peranan motivasi dan kreativitas dalam proses belajar dan pembelajaran di sekolah dasar.
Metode Pembahasan
Adapun metode yang digunakan dalam membahas topik yang dimaksud, maka digunakan metode
deskriptif naratif yakni dengan menceritakan atau memaparkan semua aspek-aspek yang ada dalam materi
dengan tetap mengedepankan kajian ilmiah.
Pembahasan
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa (Change Behavior) yang relatif positif dan
mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (syah, 2003), dengan
kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap yang di awali
dengan perolehan informasi, menyimpan informasi dan pendekatan kembali informasi. Benyamin S.
Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan
dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar.
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis.
Aspek aspek di atas sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika belajar dimaknai sebagai
kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku maka maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana
sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar,
2002: 128).
Menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan
Briggs (1979:3). mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan
dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses
pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of
teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus
pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat
menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik. Oleh karena itu belajar dan pembelajaran tidak bisa dipisahkan kedua unsur tersebut merupakan
kegiatan dan proses yang harus di lalui peserta didik dalam mencapai perubahan tingkah laku.
yang harus dimiliki siswa untuk mencapai prestasi belajar. Kreativitas siswa tidak seharusnya diartikan
sebagai kemampuan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, akan tetapi kecerdasan yang dimiliki
siswa dalam memandang ketentuan dimana masih perlu adanya bimbingan, pemahaman. Manusia kreatif
adalah orang yang mampu berpikir kreatif. Orang dikatakan mampu berpikir kreatif jika ia mampu
menemukan ide dan gagasan baru atas pengetahuan yang lama, dan juga mampu mengembangkan
pengetahuan yang sudah ada. Menurut Brown & Keeley(1990: 219) berpikir kreatif adalah sebuah
kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi menghidupkan imajinasi,
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menajubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Peranan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, karena mengingat
penelitian yang dilakukan Budiarti (2015:68) dituliskan bahwa ciri-ciri peserta didik kreatif pada aspek
kognitif dan afektif dalam prose pembelajarannya dapat membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Aspek Kognitif, Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir
kreatif/divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu:
1) Keterampilan berpikir lancar
2) Fluency
3) Kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah
4) Keterampilan memperinci kepekaaelaboratio) yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide
secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan;
5) Kepekaan (sensitivit ), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan
terhadap suatu situasi.
b. Aspek Afektif, Ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang (ciri-
ciri nonaptitude) yaitu: (1) rasa ingin tahu; (2) bersifat imajinatif/fantasi; (3) merasa tertantang oleh
kemajemukan; (4) sifat berani mengambil resiko; (5) sifat menghargai; (6) percaya diri; (7)
keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan (8) menonjol dalam salah satu bidang seni. Berdasarkan
keterangan di atas, Sambada (2012:40) menegaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus
mengetahui perkembangan kreativitas yang dimiliki peserta didiknya.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Guru selaku
pendidik perlu mendorong siswa untuk belajar dalam mencapai tujuan. Dua fungsi motivasi dalam proses
pembelajaran yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2010:251-252) yaitu:
1. Mendorong siswa untuk beraktivitas
Perilaku setiap orang disebabkan karena dorongan yang muncul dari dalam yang disebut dengan
motivasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk bekerja sangat ditentukan oleh besar kecilnya
motivasi orang tersebut. Semangat siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat
waktu dan ingin mendapatkan nilai yang baik karena siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar.
2. Sebagai pengarah,
Tingkah laku yang ditunjukkan setiap individu pada dasarnya diarahkan untuk memenuhi
kebutuhannya atau untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan demikian Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Selanjutnya menurut
Winarsih (2009:111) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.
2. Menentukan arah perbuatan kearah yang ingin dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna
mencapai tujuan,
Jadi, adanya motivasi akan memberikan dorongan, arah dan perbuatan yang akan dilakukan dalam
upaya mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Fungsi motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena seseorang melakukan usaha
harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah perbuatannya kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian siswa dapat menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan yang bermanfaat bagi tujuan yang hendak dicapainya
b. Evaluasi internal yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain.
Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang
lain.
c. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk,
konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2. Faktor eksternal (Lingkungan), Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi
kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan
psikologis.
Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan
kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan
adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan
creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat,
antara lain : (1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya
keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada
becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang
melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara
tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan
tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan
terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda,
(8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil
karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam
lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan
pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.
3. Masalah kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dapat menambah pengetahuan siswa tentang cara
menyelesaian permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pemecahan masalahnya
dapat disosialisasikan kepada orang lain
4. Kebebasan dalam bereksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mendapatkan kesempatan
bebas dalam bereksperimen, kreativitas siswa dapat dibangun dan ditingkatkan, sehingga mereka
dapat menemukan permasalahannya dan memecahkan masalah itu sendiri. Dalam mengevaluasi hasil
belajar, guru hendaknya mengembangkan standar yang didasarkan pada tugas, tujuan, dan kemampuan
siswa.
Peran guru dan besar dalam meningkatkan motivasi dan kreatifitas siswa. Guru harus mampu
menumbuhkan kreatiftas siswa dengan cara mengembangkan cara berfikir kritis. Motivasi yang besar
akan menimbulkan kreatifitas yang tinggi pula.
Kesimpulan
Motivasi memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Munculnya motivasi tidak semata-mata dari diri siswa sendiri tetapi guru harus melibatkan diri
untuk memotivasi belajar siswa. Adanya motivasi akan memberikan semangat sehingga siswa akan
mengetahui arah belajarnya. Motivasi belajar dapat muncul apabila siswa memiliki keinginan untuk
belajar. Oleh karena itu motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik harus ada pada diri siswa sehingga
tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan dapat tercapai secara optimal.
Peserta didik yang kreatif akan membuat pembelajaran lebih efektif dan cepat dilaksanakan sehingga
kualitas dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Pertimbangan dan perencanaan
pembelajaran yang matang akan memudahkan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan
membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Daftar Pustaka
Budiarti, Yesi. 2015, Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro. Vol.3.No. Metro Lampung: Universitas Muhammadiya Metro Lampung.
Budiningsih, Asri. 2009 Mengembangkan Nilai-nilai Afektif dalam Pembelajaran. Prosiding Seminar
Nasional Yogyakarta: UNY. Morgan, CT; King, R.A; weis,J.R ; Schopler, J. 1986. Introduction to
Psychology, Seventh Edition New York :McGraw-Hill Book.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Kompri. (216). Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT Rosda Karya.
Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyanto, Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas di
Era Globalisasi. Jakarta: Esensi
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Reformasi
Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winarsih, Varia. (2009) Psikologi Pendidikan. Medan: Latansa Pers.
Wina sanjaya, (2010) Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Prenada Media, 2010