Pasca Panen Komoditi Jeruk
Pasca Panen Komoditi Jeruk
Pasca Panen Komoditi Jeruk
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah strategis dilihat dari tingkat
konsumsi dan nilai perdagangannya. Jeruk merupakan buah paling digemari
masyarakat dengan tingkat konsumsi sekitar 5,1 kg/kapita/tahun (Badan Pusat
Statistik, 2011). Pada tahun 2013, jeruk yang dihasilkan Indonesia sebesar
1.411.229 ton (Badan Pusat Statistik, 2013).
Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki
sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas
ini masih mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan
pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat
agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama.
Penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan
kehilangan hasil (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi.
Kehilangan hasil pascapanen buah jeruk dapat disebabkan oleh cara panen yang
tidak tepat, penampakan yang kurang menarik karena adanya bintik coklat/hitam
pada permukaan kulit buah atau warna kulit buah yang tidak seragam, ukuran dan
tingkat ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan dan pengangkutan yang
tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi peralatan/perlengkapan yang kurang.
I.2 Tujuan
Tujuan dari makalah penanganan pascapanen jeruk adalah mengetahui
penanganan yang tepat untuk komoditi jeruk setelah dipanen.
BAB II
ISI
2.1
karbondioksida
ke
udara.
Oksigen
digunakan
untuk
F
Penyebab
Perubahan
Karakteristik
Jeruk
Pasca
Panen
Setiap komoditi sayur dan buah akan mengalami perubahan
setelah masa pemanenan. Begitu pula dengan buah jeruk yang dapat
mengalami perubahan bahkan kerusakan pasca panen. Perubahanperubahan tersebut dapat dipici oleh beberapa faktor, di antaranya
oleh faktor kimia atau biokimia di dalam buah jeruk itu sendiri, fisik
atau mekanik, dan biologis atau mikrobiologis.
2.3.1 Faktor Kimia/ Biokimia
yang
tinggi.
Kandungan
asam
askorbat
setelah
menjadi
L-dehidroaskorbat
yang
masih
mempunyai
hama
dan
mikroorganisme
dapat
menimbulkan
contoh
penyakit
akibat
serangan
hama
dan
2.
bobot,
dan
kandungan
nutrisi
buah
serta
dapat
Amblyseius
citri.
Secara
kimia
hama
tungau
dapat
warnanya
berubah
menjadi
bintik-bintik
kelabu
dan
keperakan.
Serangan lebih parah di musim kering dimana kelembaban
dalam tanaman menurun. Pada kondisi demikian dari efek serangan
tungau, iklim dan faktor fisiologis dapat mengakibatkan gugurnya buah
dan ranting muda mati. Buah yang masih hijau lebih disenangi
daripada yang tua, tetapi gejala serangan lebih jelas terlihat pada buah
yang tua dan bersifat permanen. Pengendalian yang harus dilakukan
sama dengan teknologi pengendalian tungau karat.
4. Kudis (Spaceloma Fawcetti Jenk)
pada
daun
muda
menyebabkan
titik
penetrasi
6.
bakteri
akan
menyebabkan
jaringan
tanaman
yang
disarankan
adalah
membuang
bagian
0.5%;
menggunakan
bakterisida
atau
menggunakan
kurang
menarik
karena
adanya
bintik
coklat/hitam
pada
permukaan kulit buah atau warna kulit buah yang tidak seragam,
ukuran dan tingkat ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan
dan pengangkutan yang tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi
peralatan
atau
perlengkapan
yang
kurang.
Berikut
ini
proses
infeksi.
Pencucian
tidak
dapat
menggantikan
fungsi
sanitasi
peralatan
dan
wadah
pencucian.
Klorin
merupakan salah satu sanitiser yang efektif dan relatih murah, tetapi
memiliki beberapa keterbatasan.
Klorin
yang
direkomendasi
digunakan
untuk
pemeliharaan
adalah 100-150 ppm klorin bebas (HOCl) pada pH air resirkulasi 6,5
-7,5. Bentuk utama klorin yang dapat digunakan adalah natrium
hipoklorit (NaOCl), kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2) dan gas klorin (Cl2).
Natrium hipoklorit sering dijual sebagai larutan 12 -15%. Kalsium
hipoklorit biasanya dijual dalam bentuk bubuk atau tablet. Namun,
kalsium hipoklorit tidak mudah larut dalam air, dan partikel yang tidak
larut dapat melukai buah. Gas klorin tersedia dalam tabung bertekanan
dan harus ditangani secara hati-hati (Ritenour et al, 2004). Faktor yang
mempengaruhi aktivitas klorin antara lain : pH air, kadar klorin, waktu
terpapar (exposure time), jumlah bahan organik dalam air (seperti
buah, daun dan tanah), suhu, air, tipe dan tahap pertumbuhan mikroba
patogen (Ritenour et al., 2004). Selain klorin, terdapat beberapa
sanitiser lain seperti klorin dioksida, ozon, campuran bromo-kloro dan
bromin.
2.4.2 Sortasi dan Grading
Sortasi diperlukan untuk memisahkan buah yang cacat dan
rusak,
dan
untuk
mengkelaskan
buah
berdasarkan
Perindustrian
dan
Perdagangan
RI
membuat
30%,
namun
pada
kondisi
percobaan
yang
memadai
melindungi
buah
tanpa
merusaknya dan
dapat
mengurangi
susut
berat
dari
30%
sampai
50%,
tidak
dan
jus
jeruk
tidak
terpengaruh.
Penguningan
biasanya
Kelembaban
relatif
90-95%
direkomendasikan
untuk
buah
bertujuan
melindungi
buah
dari
luka,
mutu,
mempermudah
perlakuan
khusus,
dan
karena kemasan yang bagus dapat menjadi daya daya tarik bagi
konsumen.
Bila jeruk akan dikirim keluar kota, buah jeruk yang diangkut
dengan peti akan lebih aman dari pada dengan keranjang bambu atau
karung karena keranjang atau karung tidak dapat meredam goncangan
selama penggangkutan. Peti jeruk harus di paku kuat-kuat, bagian
ujung dan tengah-tengahnya diikat tali kawat atau bahan pengikat kain
yang kuat. Bahan peti dipilih yang ringan dan murah misalnya kayu
senggon laut (albazia falcata) atau kayu pinus. Bentuk peti disesuaikan
dengan bak angkutan, disarankan persegi panjang (60 x 30 x 30 cm)
atau bujur sanggkar (30 x 30 x 30 cm), tebal papan 0,5 cm, lebar 8 cm,
jarak antar 1,5 cm agar udara di dalam peti tidak lembab tetapi juga
tidak terlalu panas. Bobot maksimal setiap peti sebaiknya tidak
melebihi 30 kg.
tissue
(potongan/sobekan
kertas)
kemudian
peti
diberi
tanda
diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti
dan jeruk, kualitas, tanda merek dagang, daerah/negara asal.
2.4.6 Penyimpanan
Penyimpanan
buah
jeruk
bertujuan
untuk
memperpanjang
di
ruang
dingin
dapat
mengurangi
aktivitas
jeruk
adalah
10 oC.
Jika
suhu
terlalu
rendah
dapat
mempertahankan
Mutu buah setelah dipanen harus selalu dijaga dengan cara-cara penanganan
yang baik, sehingga diperoleh hasil dengan penampilan yang menarik. Dalam
rangka menjaga mutu panen yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain
adalah : cara pemetikan yang benar dan cara penyimpanan yang baik sesuai
dengan dengan ketentuan yang berlaku. Di negara-negara
yang maju
ada
peraturan yang mengatur tata cara panen yang baik. Tujuan dari peraturan ini
adalah menjamin kualitas jeruk yang setinggi-tingginya. Dalam peraturan tersebut
ditentukan bahwa tiap-tiap jeruk yang sudah dipetik, dijual, dibawa ke pabrik
jeruk, harus mengandung prosentase sari jeruk, zat-zat asam tertentu dan warna
yang ditetapkan menurut standar masing-masing.
Penelitian yang dilakukan BPTP Kalimantan Barat Departemen Pertanian
tahun 2012 menunjukkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka teknologi
cara pemetikan, penyimpanan dan pengemasan baik untuk jeruk yang dapat
dianjurkan untuk mendapatkan umur daya simpan > 15 hari, adalah sebagai
berikut:
1. Cara pemetikan.
Pemetikan jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada waktu yang tepat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemetikan buah jeruk antara lain adalah
: 1) Jangan memetik jeruk sebelum embun pagi lenyap, 2) Tangkai buah yang
terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1
2 cm dari buah, 3) Usahakan agar buah jeruk tidak jatuh agar daging buah dan
kulitnya tidak rusak, 4) Pemetikan buah jeruk pada pohon yang tinggi harus
menggunakan tangga agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik
harus membawa keranjang atau kantong yang dapat diikat pada leher, dan 5)
Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini dapat
merusak pohon.
Cara pemetikan dengan menyisakan tangkai buah sekitar 1-2 cm
berdasarkan hasil pengkajian baik untuk dilakukan karena dapat mengurangi
respirasi sehingga dapat memperpanjang umur daya simpan.
2. Cara Penyimpanan
Penyimpanan pada suhu rendah (100 C) yang disertai dengan pelapisan lilin
berdasarkan
hasil
kajian
terbukti
dapat
menunda/memperlambat
proses
kematangan buah, yang terlihat secara nyata dengan lambatnya penurunan Susut
Bobot, Diameter, Kadar Asam dan Vitamin C jika dibandingkan dengan tanpa
perlakuan palapisan lilin
3. Cara Pengemasan
Pengemasan jeruk yang telah diberi lapisan lilin kemudian dikemas dengan
kantong plastik dan disimpan pada suhu rendah berdasarkan hasil kajian terbukti
dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang umur daya simpan lebih dari 15
hari.
2.6 Macam-macam olahan buah jeruk
Jeruk selain dipasarkan dalam bentuk jeruk utuh namun dapat juga dijual
dalam bentuk olahan-olahan untuk menambah nilai guna produk dan menambah
panjang umur simpan dari jeruk. Jeruk biasa diolah menjadi sari buah, minyak
kulit jeruk, pudding dan lain-lain. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
1. Minyak kulit jeruk
Kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti
terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Rincian komponen minyak kulit
jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal
(0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen
(0,05%),sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%).
Minyak kulit jeruk dapat digunakan sebagai flavor terhadap produk
minuman, kosmetika, dan sanitari. Harga ekstrak minyak jeruk relatif mahal.
Proses ekstraksi minyak kulit jeruk dapat dikerjakan dengan metode sederhana
dengan menggunakan peralatan yang tidak terlalu mahal. Minyak kulit jeruk
disimpan di dalam botol kaca berwarna gelap dalam keadaan tertutup rapat pada
tempat yang tidak panas.
2. Sari buah jeruk
Sari buah jeruk adalah sari buah yang diperoleh dengan memeras atau
menekan isi buah jeruk. Diminum di banyak tempat di dunia, sari buah jeruk
biasanya menjadi bagian makan pagi atau sarapan.Pengekspor terbesar sari buah
jeruk adalah Brasil, diikuti oleh Amerika Serikat, terutama negara bagian Florida.
Sari buah jeruk biasanya diekspor dalam bentuk kering dan ditambah air di negara
tujuan. Sari buah yang dikirim dalam bentuk cair disebut dengan istilah "disarikan
langsung" (direct juice) oleh produsen yang mengirimnya. Di Amerika Serikat dan
Kanada sari buah seperti ini selalu dicantumi tulisan "Tidak Berasal dari
Konsentrat" (Not from Concentrate).Sari buah jeruk segar memiliki rasa buah
alami dan sedikit asam, dan mengandung banyak vitamin C (asam askorbat).
BAB III
KESIMPULAN
Buah jeruk segar setelah dipetik masih melangsungkan proses hidup. Beberapa
proses hidup yang penting pada buah jeruk adalah respirasi, transpirasi, dan
suhu 20oC
Buah jeruk harus dipanen pada saat yang tepat. Jeruk tidak boleh dipanen
terlalu muda karena termasuk buah non-klimakterik yaitu tidak mengalami
pematangan selama pemeraman dan tidak boleh dipanen terlalu tua karena
dan
grading,
pelilinan
(waxing),
penguningan
(degreening),
pengemasan, penyimpanan
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung
hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun,
membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan finansial,
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2008. Minyak Kulit Jeruk dan Sari Buah Jeruk. Available at:
http://www.ristek.go.id/ (diakses pada 18 Mei 2014)
Cantwell M, 2001. Properties And Recommended Conditions For Long -Term
Storage of Fresh Fruits And Vegetables. Available atHttp
://postharvest.ucdavis.edu/Produce /Storage/Propertiesenglish.pdf. Diakses
tanggal 17 Mei 2014.
Handoko, Dody. 2010. Penanganan Pascapanen Buah Jeruk. Jurnal Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan.
Rachmat, et al. 2012. Teknologi Pemetikan, Penyimpanan, dan Pengemasan Buah
Jeruk. Available at: http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ (diakses pada 18 Mei
2014)
Sutopo, Ir. 2011. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah Jeruk. Available at:
http://kalbar.litbang.deptan.go.id/ (diakses pada 18 Mei 2014)
SARDI (South Australia Research And Development Institute). 2004. Postharvest
handling
of
citrus.
Available
at
http://www.sardi.sa.gov.au/pages/horticulture/citrus/postharvest handling of
citrus. Diakses tanggal 17 Mei 2014.
Tim Penulis PS. 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coroner (Ed.). 1992. Plant Resources of South-East
Asia No 2 : Edible Fruits and Nut. Prosea, Bogor.