Perbaikan Nila
Perbaikan Nila
Perbaikan Nila
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini
atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu
B. Tujuan Penulisan
1
BAB II. TINAJUAN PUSTAKA
Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa
negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit
(Fauzi et al., 2008) Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan
sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras
(epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan
minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan
plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah
tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi
2
sebagai berikut, Divisi : Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae,
kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum
ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut mempunyai
sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak
orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan 5 spesies yang
ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal
dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk
sawit yang tinggi adalah faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul
maka harus dilakukan dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang
unggul hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan
pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik,
3
B. Botani Dan Morfologi kelapa Sawit
Kingdom : Plantae
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang
memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji
yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar
utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,
tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna
umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm,
akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap
4
air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm
dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).
Batang
Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
lurus dan tidak bercabang. Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena
yang daunnya telah rontok hanya terlihat susunan berkas-berkas pangkal daun
Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap
sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa
sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak
daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa
5
sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah
daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan
membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-
50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur
5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara
20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa
8 sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas
Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, sebagian dari
tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah antesis. Seperti yang telah
artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon,
tetapi tempatnya berbeda. Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun (axil). Semua
aborsi pada masa stadium dini, sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan
bunga pada pohon, dibutuhkan waktu sekitar 20 bulan, sampai antesis (bunga
Buah
6
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian,
yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium)
atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude
Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung
minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses pembentukan buah
sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1
komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang
fungsinya yang dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian
vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah)
(Sunarko, 2007).
ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan
dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor fisik
utama disamping faktor lainnya seperti genetis, biotis, kultur teknis ataupun
7
Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berubah di ketinggian
hingga 1.000 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas kelapa
sawit akan lebih optimal apabila ditanam di ketinggian maksimum 400 meter dpl
(Sunarko, 2014).
1. Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman palem yang tumbuh di daerah tropis yang
umumnya dapat tumbuh di daerah 120 LU ssampai 120 LS. Curah hujan rata-rata
3.000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1.750-
2.500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi (misalnya
>3.000 mm) dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, tetapi dalam kriteria
klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut sudah menjadi faktor pembatas ringan.
Keadaan iklim yang paling banyak diamati adalah curah hujan, kekurangan
produktivitas kelapa sawit. Apabila tanah kekurangan air maka akar tanaman
akan sulit menyerap mineral dalam tanah sebab dengan adanya air unsur hara
dapat larut dan tersedia bagi tanaman. Kelembapan optimum bagi kelapa sawit
2. Topografi
Selain syarat ketinggian tempat maksimum 400 meter dpl, kelapa sawit
8
sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lahan 0-12º. Sementara
itu, lahan yang memiliki kemiringan lereng 13-25º bisa ditanami kelapa sawit,
kemiringannya lebih dari 25º sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman
kelapa sawit karena berisiko terhadap bahaya erosi dan menyulitkan dalam
3. Kondisi Tanah
Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh
buruk dari keadaan iklim yang kurang sesuai. Misalnya tanaman kelapa sawit
pada lahan yang beriklim agak kering masih dapat tumbuh baik jika kemampuan
tanahnya tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum,
kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol,
Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir.
Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika >100 cm, sebaliknya andaikata
kedalaman efektif <50 cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak
adalah pada pH 5,0-6,0, tetapi kelapa sawit masih toleran terhadap pH <5,0
sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah >pH 7,0, tetapi
9
yang berkemampuan meningkatkan pH tanah seperti pupuk dolomit, kapur,
a. Pembibitan
produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanam yang dapat
dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik
Menurut Lubis dan Widanarko (2011) bahwa bahan tanaman kelapa sawit unggul
dapat berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra specific
crossing) dengan metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Selain itu, bahan
tanaman kelapa sawit unggul dapat juga dihasilkan dari pemuliaan tanaman pada
jaringan. Pembibitan kelapa sawit yang dianjurkan oleh Dinas Perkebunan adalah
pembibitan dalam kantong plastik atau polybag yang terdiri dari dua tahap yaitu
tahap pembibitan awal (Pre Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery)
10
b. Pembukaan Lahan
Pada dasarnya lahan yang di gunakan oleh petani adalah areal hutan,
chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang
lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana
peremajaan, semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang di
Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan
c. Penanaman
lain:
11
menanam bibit pada lubang dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
adalah pembuatan lubang tanam, umur dan tinggi bibit yang akan ditanam
lahan adalah penanaman bibit yang telah berumur 1 tahun ke lahan luas.
dkk, (2012) penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat
pun tidak akan memberikan hasil secara optimal, karena itu penanaman
dengan baik dan benar merupakan salah satu persyaratan penting untuk
2011).
d. Pengendalian Gulma
12
Dayaadaftasi dan daya saing yangkuat merupakan sifat umum gulma
(Agustinus,2018)
E. Panen
pemeliharaan tanaman. panen juga salah satu yang penting dalam pencapaian
sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga
diperoleh produksi Crude Palm Oil (CPO) per hektar yang tinggi dan mutu
1. Kriteria matang
matang panen juga berdasarkan jumlah buah sawit yang sudah jatuh
13
fraksi 1 sebanyak 15%. dan sisanya fraksi 5 sebanyak 5% (Sunarko.
2009).
2. Rotasi panen
areal harus dimasuki oleh pemanen setiap 7 hari. Pada umumnya hari
kerja setiap pemanen dari hari Senin sampai dengan Sabtu. Rotasi
kegiatan panen karena buah belum masak dan banyak buah mentah
akan terpanen. Oleh karena itu. pada saat musim buah cepat matang
al., 2018).
3. Standar pemanenan
14
Standar pemanenan kelapa sawit meliputi penetapan tandan buah
2. Buah mentah 0 %
4. Teknik pemanenan.
Teknik panen tergantung pada jenis tenaga kerja pemanen (harian atau
(KHL). pelaksanaan panen dibedakan dalam dua sistem. Sistem giring dan
sistem tetap. Umumnya. panen pada tahun ke-1 dan ke-2. tinggi pohon
15
sekitar 2–5 m. Tandan buah terdapat disetiap pelepah dan berada 0.3 - 0.8
m di atas tanah.
penyangga tandan buah. Alat yang dipergunakan berupa chisel dengan lebar
5. Pengangkutan hasil
adalah penting. karena TBS yang sudah dipanen harus segerah diolah. guna
mendapatkan mutu minyak sawit yang baik dan kandungan FFA (Free fatty
buah dapat dibagi menjadi 2 bagian. yaitu: pengangkutan dari pohon yang
16
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
Praktek lapangan ini akan dilaksanakan di PT. Bunga Mulia Indah yang
merupakan salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan
wawancara. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera sebagai
media dokumentasi.
17
Praktek lapangan ini menggunakan metode observasi partisipatif dengan
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO), sedangkan data
dengan pengolahan pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) di
Komering Ilir, dan studi literature dan wawancara langsung pegawai dan pemilik
perusahaan.
A. Hasil
1. Sejarah Perusahaan
PT. Bunga Mulia Indah berdiri pada tahun 2004 di Bidang Perkebunan dan
minyak kelapa sawit. PT Bunga Mulia Indah memiliki luas lahan mencapai 800
ha. Dengan kapasitas penghasil CPO sebanyak 1,600 ton per ha. Tandan buah
18
b. Membangun kebun Plasma dan Inti sesuai standar, produktif yang ramah
3. Strategi Perusahaan
B. Pembahasan
19
a. Pembibitan
bahwa bibit yang di gunakan petani di daerah ini yaitu bibit yang berasal dari
Marsery sebanyak 80% dan bibit yang sumbernya tidak jelas sebanyak 20%.
Informasi petani sampel mengenai asal kecambahnya dari Marsery tersebut tidak
dipertanggungjawabkan kemurniannya.
b. Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan oleh petani sampel pada umumnya adalah areal hutan,
semak belukar dan pada areal alang-alang. Pembukaan areal tersebut ada yang
dilakukan secara mekanis dengan pembabatan dan secara kemis dengan menggunakan
20
herbisida seperti : Round Up 486 SL, Gramoxone 276 SL dan Clen-up 480 SL. Tahap awal
pengerjaan pembukaan lahan/areal khususnya pada hutan primer dan hutan sekunder
penebasan semua jenis kayu kecil atau semak belukar.Manfaat pengimasan adalah
untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan kayu-kayu besar (Fauzi, dkk, 2002).
c. Penanaman
Penanaman bibit kelapa sawit dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan
Oktober dan bulan November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari
atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air
setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol
21
SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
d. Pengendalian Gulma
sawit karena dapat merugikan tanaman utama dan gulma dapat pula menjadi inang
bagi hama dan penyakit, hal ini sesuai dengan hasil responden terhadap petani
sampel bahwa semua petani sampel melakukan kegiatan pengendalian gulma. Pada
dasarnya ada 3 cara pengendalian gulma yaitu secara mekanis (manual), kimia dan
dengan menggunakan kimia dan 77,5% menggunakan cara kimia mekanik. Alasan
petani sampel yang lebih banyak menggunakan kimia mekanik adalah karena
banyaknya gulma yang berbatang keras, sehingga perlu dengan cara mekanik dulu
baru dengan kimia. Jika dilakukan dengan kimia saja banyak gulma yang tidak mati.
gulma adalah efeknya relatif cepat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara
mekanik.
Pengendalian gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.Gulma
oleh petani sampel dilakukan 2 kali per tahun. Petani sampel dalam mengendalikan
tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan dosis 1,5 – 2 liter per hektar.
22
Sedangkan untuk Round-Up dilakukan sekali setahun dengan dosis 2 – 3 liter per
hektar.
e. Panen
Buah kelapa sawit yang telah matang dipanen dengan menggunakan alat
seperti Dodos dan Egrek. Setelah dipanen tandan buah segar (TBS) di
panen berumur 5 tahun, kriteria buah sawit yang siap untuk di panen
terlihat dari warna buah yang kuning kemerahan atau ditandai dengan
adanya brondolan sawit yang jatuh. Memanen semua buah pada tingkat
kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS)
23
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan
karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º
Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang
tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan
suhu optimum berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31
bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan
buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya
ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir.
Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat
dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.
24
B. Saran
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan teknologi produksi sebagai usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Adi S. 2011. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Djoehana, S. 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya, Panen,
Pengolahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
25
Edwina, S., dan E. Maharani. 2010. Persepsi petani terhadap teknologi
pengolahan pakan di Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak.
Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE). 2(1) ISSN
2087.
26