Perbaikan Nila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini

merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi

penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini

disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak

atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per

hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya

tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan

meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu

dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit

secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu

diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah teknologi budidaya tanaman kelapa

sawit ini yaitu :

 Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kelapa sawit


 Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit

1
BAB II. TINAJUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit

berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies

kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman

kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,

Thailand, dan Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja

dan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa

negara dan Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit

(Fauzi et al., 2008) Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan

berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa

sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras

(epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan

mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan

keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung

minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan

berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut

plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah

tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi

akar (Sunarko, 2009). Menurut Pahan (2008), kelapa sawit diklasifikasikan

2
sebagai berikut, Divisi : Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae,

Ordo : Monocotyledonae, Famili : Arecaceae, Subfamily : Cocoideae, Genus :

Elaesis, Species : 1) E.guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora. Tanaman

kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum

ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut mempunyai

fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis E. guineensis memiliki produksi yang

sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak

orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan 5 spesies yang

tinggi produksi dan gampang dipanen. Jenis E. oleifera sekarang mulai

dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik yang

ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal

dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk

Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

nasional (Syahputra, 2011). Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa

sawit yang tinggi adalah faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul

maka harus dilakukan dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang

unggul hal yang harus diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan

yang meliputi penyiraman , pemupukan (pupuk dasar) dan pengendalian OPT

yang mengganggu selama pembibitan kelapa sawit. Didalam teknik dan

pengelolaan pembibitan kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik,

ada 3 (tiga) faktor utama yang menjadi perhatian: 1) Pemilihan jenis

kecambah/bibit, 2) Pemeliharaan, 3) Seleksi bibit (Agustina, 1990).

3
B. Botani Dan Morfologi kelapa Sawit

Botani Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012), sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Sub famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

 Akar

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang

memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji

yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar

utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,

tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna

umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm,

akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap

4
air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm

dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).

 Batang

Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan

umumnya tidak bercabang. Kelapa sawit merupakan tanaman yang berbatang 7

lurus dan tidak bercabang. Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena

internodia (ruas batang) dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang,

sehingga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Dalam satu

sampai dua tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping,

diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan mengarah ke

atas, sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm. Pertumbuhan batang

berlangsung lambat, tinggi pohon bertambah 35-75 cm per tahun. Sehingga

walaupun batang mempunyai ruas (internodia), pada batang pohon-pohon dewasa

yang daunnya telah rontok hanya terlihat susunan berkas-berkas pangkal daun

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

 Daun

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.

Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap

sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk

susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa

sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak

daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa

5
sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah

daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan

membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-

50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur

5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara

20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa

8 sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas

hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

 Bunga

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, sebagian dari

tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah antesis. Seperti yang telah

disinggung di muka, kelapa sawit adalah tumbuhan berumah satu (monoecious),

artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon,

tetapi tempatnya berbeda. Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun (axil). Semua

ketiak daun menghasilkan bakal bunga, tetapi sebagian diantaranya mengalami

aborsi pada masa stadium dini, sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan

tandan buah. Sejak terbentuknya bakal bunga (primordial), sampai terlihatnya

bunga pada pohon, dibutuhkan waktu sekitar 20 bulan, sampai antesis (bunga

berada pada stadium matang untuk penyerbukan) sekitar 33-34 bulan

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

 Buah

6
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian,

yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium)

atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude

Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung

minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Proses pembentukan buah

sejak pada saat penyerbukan sampai buah matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1

tandan terdapat lebih dari 2000 buah (Mukherjee, 2009).

Morfologi kelapa sawit . Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu

komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang

devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan

lainnya. Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan

fungsinya yang dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian

vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah)

(Sunarko, 2007).

C. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman

ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan

hidup, kultur teknis ataupun perlakuan yang diberikan. Kelapa sawit

membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat

dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor fisik

utama disamping faktor lainnya seperti genetis, biotis, kultur teknis ataupun

perlakuan yang diberikan dan lain-lain (Lubis, 2008).

7
Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berubah di ketinggian

hingga 1.000 meter dpl. Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas kelapa

sawit akan lebih optimal apabila ditanam di ketinggian maksimum 400 meter dpl

(Sunarko, 2014).

1. Iklim

Kelapa sawit termasuk tanaman palem yang tumbuh di daerah tropis yang

umumnya dapat tumbuh di daerah 120 LU ssampai 120 LS. Curah hujan rata-rata

tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250-

3.000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1.750-

2.500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi (misalnya

>3.000 mm) dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, tetapi dalam kriteria

klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut sudah menjadi faktor pembatas ringan.

Curah hujan <1.250 mm sudah merupakan faktor pembatas berat

bagipertumbuhan kelapa sawit (Sulistyo, 2010).

Keadaan iklim yang paling banyak diamati adalah curah hujan, kekurangan

atau kelebihan curah hujan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produktivitas kelapa sawit. Apabila tanah kekurangan air maka akar tanaman

akan sulit menyerap mineral dalam tanah sebab dengan adanya air unsur hara

dapat larut dan tersedia bagi tanaman. Kelembapan optimum bagi kelapa sawit

berkisar antara 80 sampai 90 % ( Tim Penebar Swadaya, 2001).

2. Topografi

Selain syarat ketinggian tempat maksimum 400 meter dpl, kelapa sawit

8
sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lahan 0-12º. Sementara

itu, lahan yang memiliki kemiringan lereng 13-25º bisa ditanami kelapa sawit,

tetapi pertumbuhannya kurang baik. Berbeda halnya dengan lahan yang

kemiringannya lebih dari 25º sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman

kelapa sawit karena berisiko terhadap bahaya erosi dan menyulitkan dalam

pengangkutan buah saat panen (Sunarko, 2014).

3. Kondisi Tanah

Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh

buruk dari keadaan iklim yang kurang sesuai. Misalnya tanaman kelapa sawit

pada lahan yang beriklim agak kering masih dapat tumbuh baik jika kemampuan

tanahnya tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum,

kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol,

Entisols, Inceptisols, Andisols, dan Histosols (Sulistyo, 2010).

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung

berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir.

Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika >100 cm, sebaliknya andaikata

kedalaman efektif <50 cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak

direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah yang optimal

adalah pada pH 5,0-6,0, tetapi kelapa sawit masih toleran terhadap pH <5,0

misalnya pada pH 3,5-4,0 (pada tanah gambut). Beberapa perkebunan kelapa

sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah >pH 7,0, tetapi

produktivitasnya tidak optimal. Pengelolaan tingkat kemasaman tanah dapat

dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis pupuk

9
yang berkemampuan meningkatkan pH tanah seperti pupuk dolomit, kapur,

pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phospate) (Sulistyo, 2010).

D. Budidaya Kelapa Sawit

a. Pembibitan

Bibit digunakan untuk mempersiapkan bahan penanaman di lapangan dan

produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanam yang dapat

berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya.

Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaiankegiatan budidaya

tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuaistandar teknis diharapkan

dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik

adalah bibit yang memiliki kekuatan

dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapikon

disi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).

Menurut Lubis dan Widanarko (2011) bahwa bahan tanaman kelapa sawit unggul

dapat berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra specific

crossing) dengan metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Selain itu, bahan

tanaman kelapa sawit unggul dapat juga dihasilkan dari pemuliaan tanaman pada

tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif melalui teknik kultur

jaringan. Pembibitan kelapa sawit yang dianjurkan oleh Dinas Perkebunan adalah

pembibitan dalam kantong plastik atau polybag yang terdiri dari dua tahap yaitu

tahap pembibitan awal (Pre Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery)

10
b. Pembukaan Lahan

Pada dasarnya lahan yang di gunakan oleh petani adalah areal hutan,

semak belukar dan alang-alang. Pembukaan Lahan, Dilakukan dengan cara

membuat jalan rintisan untuk pengukuran, membuat petak- petak

hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch menggunakan

chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang

lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana

peremajaan, semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang di

potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur.

Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan

dengan lubang tanaman harus di bongkar

c. Penanaman

Adapun proses yang dilakukan dalam proses penanaman antara

lain:

1. Pembuatan larik tanaman atau penempatan pancang

2. penanaman tanaman penutup tanah

3. Penempatan kelapa sawit.

Selanjutnya untuk melakukan kegiatan menanam terdiri dari

kegiatan mempersiapkan bibit di pembibitan utama, pengangkutan bibit ke

lapangan, menaruh bibit di setiap lubang, persiapan lubang tanam,

11
menanam bibit pada lubang dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.

Kegiatan penanaman bibit tanaman kelapa sawit yang harus diperhatikan

adalah pembuatan lubang tanam, umur dan tinggi bibit yang akan ditanam

di lapangan serta susunan jarak tanam. Tahap selanjutnya setelah persiapan

lahan adalah penanaman bibit yang telah berumur 1 tahun ke lahan luas.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musin hujan. Menurut Fauzi

dkk, (2012) penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat

karena persediaa air sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit

tanaman kelapa sawit yang baru dipindahkan. Tanpa penanaman yang

benar dan pemeliharaan yang berkelanjutan, bibit yang berkualitas tinggi

pun tidak akan memberikan hasil secara optimal, karena itu penanaman

dengan baik dan benar merupakan salah satu persyaratan penting untuk

mendapatkan produksi kelapa sawit per hektarnya (Lubis dan Widanarko,

2011).

d. Pengendalian Gulma

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan

tanaman budidaya,yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang

sengaja di tanan)atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat

(area)yangtidak di inginkan oleh si penanam sehingga keberadaannya

dapat merugikan tanaman lainyang ada didekat atau disekitar tanaman

pokoktersebut (guntoro,2010). Sifat gulmaumumnya mudah beradaftasi

dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengantanaman budidaya.

12
Dayaadaftasi dan daya saing yangkuat merupakan sifat umum gulma

(Agustinus,2018)

E. Panen

Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengolahan

tanaman kelapa sawit yang menghasilkan. Selain bahan tanaman dan

pemeliharaan tanaman. panen juga salah satu yang penting dalam pencapaian

produktivitas tanaman kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi:

pekerjaan memotong tandan buah matang. pengutipan brondol. pemotongan

pelepah dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta

pengiriman ke PKS.Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang

sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga

diperoleh produksi Crude Palm Oil (CPO) per hektar yang tinggi dan mutu

minyak dan inti sawit yang maksimal (Hakim et al., 2018).

1. Kriteria matang

Kriteria matang panen Kelapa sawit mulai dapat berproduksi dengan

baik pada tahun ketiga atau keempat setelah ditanam dikebun.

Sementara itu. buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang

sekitar enam bulan setelah penyerbukan (Sunarko. 2009). Kriteria

matang panen juga berdasarkan jumlah buah sawit yang sudah jatuh

(brondol). yakni satu hingga dua brondolan per kg berat tandan.

Kondisi normal untuk dipanen yakni. fraksi 2+3+4 sebanyak 80%.

13
fraksi 1 sebanyak 15%. dan sisanya fraksi 5 sebanyak 5% (Sunarko.

2009).

2. Rotasi panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen pertama

dan panen berikutnya pada ancak/lokasi panen yang sama. Rotasi

panen dianggap baik bila bias dijaga/dipertahankan selama 7 hari.

sehingga persentase brondolan terhadap janjang minimal 6%. Hal ini

dilakukan agar kuantitas dan kualitas produksi dapat tercapai. Satu

areal harus dimasuki oleh pemanen setiap 7 hari. Pada umumnya hari

kerja setiap pemanen dari hari Senin sampai dengan Sabtu. Rotasi

yang terlalu panjang akan menyebabkan buah kelewat matang dan

menyebabkan minyak memiliki kadar ALB yang tinggi. Rotasi yang

terlalu pendek ( < 7 hari) akan menyebabkan kurang efisiensinya

kegiatan panen karena buah belum masak dan banyak buah mentah

akan terpanen. Oleh karena itu. pada saat musim buah cepat matang

(panen puncak) perlu pusingan diperpendek. sebaliknya pada musim

buah lambat ( panen rendah) pusingan harus diperpanjang( Hakim et

al., 2018).

3. Standar pemanenan

14
Standar pemanenan kelapa sawit meliputi penetapan tandan buah

yang dapat dipanen secara konsisten. Pemanenan harus mengikuti

kriterian yang telah ditentukan sehingga potensi produksi minyaksi

minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai. serta kerusakan

dipokok dpat dicegah. Sebelum pemotongan tandan. pemanen

terlebih dahulu mengamati buah matang panen dipohon pada

ancaknya masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

kematangan buah. Menurut Hakim et al., (2018) Panen memerlukan

teknik tertentu agar dapat mendapatkan hasil panen yang berkualitas.

standar panen sebagai berikut:

1. Buah matang panen dipotong semua

2. Buah mentah 0 %

3. Brindilan dikutip semua

4. Buah disusun rapi di TPH

5. Pelepah disusun rapi di gawangan mati

6. Pelepah sengkleh tidak ada

7. Administrasi panen diisi dengan teliti dan tepat waktu

4. Teknik pemanenan.

Teknik panen tergantung pada jenis tenaga kerja pemanen (harian atau

borongan). karyawan harian tetap (KHT) atau karyawan harian lepas

(KHL). pelaksanaan panen dibedakan dalam dua sistem. Sistem giring dan

sistem tetap. Umumnya. panen pada tahun ke-1 dan ke-2. tinggi pohon

15
sekitar 2–5 m. Tandan buah terdapat disetiap pelepah dan berada 0.3 - 0.8

m di atas tanah.

Pemotongan tandan buah dilakukan dengan sistem panen jongkok. Artinya

memanen dengan cara berjongkok tanpa harus memotong pelepah

penyangga tandan buah. Alat yang dipergunakan berupa chisel dengan lebar

mata 6 - 8 m. Memasuki panen pada tahun 3 - 4 dan 5 tinggi pohon sawit

mencapai 5 - 10 m dan tandan buah sudah mencapai ketinggian satu meter

di atas permukaan tanah. Pemotongan menggunakan chisel dengan lebar

mata 12 - 15 cm atau menggunakan kampak siam. Panen pada tahun ke-6

dan seterusnya. tinggi pohon lebih tinggi dari 10 m pelaksanaannya panen

perlu menggunakan egrek (Sunarko. 2009).

5. Pengangkutan hasil

Pengangkutan TBS yang telah dipanen ke pabrik merupakan

rangkaian proses produksi minyak sawit. Kelancaran pengangkutan TBS

adalah penting. karena TBS yang sudah dipanen harus segerah diolah. guna

mendapatkan mutu minyak sawit yang baik dan kandungan FFA (Free fatty

Acid ) rendah paling lambat 1 x 24 jam setelah panen. Pengangkutan tandan

buah dapat dibagi menjadi 2 bagian. yaitu: pengangkutan dari pohon yang

dipanen ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan pengangkutan dari TPH ke

pabrik minyak kelapa sawit ( Hakim et al., 2018).

16
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu

Praktek lapangan ini akan dilaksanakan di PT. Bunga Mulia Indah yang

merupakan salah satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan

Sungai Rambutan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sedangkan waktu

pelaksanaanya pada bulan Juli 2022.

B. Alat dan Bahan

Bahan yang dipergunakan dalam praktek lapangan ini kuisioner dan

wawancara. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera sebagai

media dokumentasi.

C. Metode Praktek Lapangan

17
Praktek lapangan ini menggunakan metode observasi partisipatif dengan

mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui

partisipasi aktif dengan mengamati kegiatan yang berlangsung pada proses

pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO), sedangkan data

sekunder diporeleh dari sumber sumber-sumber pustaka yang berhubungan

dengan pengolahan pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) di

PT. Bunga Mulia Indah di Kecamatan Sungai Rambutan Kabupaten Ogan

Komering Ilir, dan studi literature dan wawancara langsung pegawai dan pemilik

perusahaan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sejarah Perusahaan

PT. Bunga Mulia Indah berdiri pada tahun 2004 di Bidang Perkebunan dan

Akamigas, memiliki usaha yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan

minyak kelapa sawit. PT Bunga Mulia Indah memiliki luas lahan mencapai 800

ha. Dengan kapasitas penghasil CPO sebanyak 1,600 ton per ha. Tandan buah

segar yang dibutuhkan untuk menghasilkan CPO diperoleh dari perkebunan

sendiri yaitu dari perkebunan di Payakabung, Putak, dan Rawalincah.

2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Menjadi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Produktifitas Tinggi

dan Terkemuka di Sumatera Selatan.

18
b. Membangun kebun Plasma dan Inti sesuai standar, produktif yang ramah

lingkungan serta berkesinambungan.

c. Menggunakan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, efisien dan

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

d. Menciptakan SDM yang profesional, berintegritas serta membuka lapangan

kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

e. Menciptakan suasana kerja yang aman, kondusif dan menjaga hubungan

baik dengan lingkungan sekitar.

f. Melakukan improvement dan innovasi yang berkesinambungan.

g. Produksi dengan kualitas Premium.

h. Infrastruktur yang memadai.

i. Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility.

j. Pengembangan areal dan peningkatan produksi.

k. Menciptakan karyawan yang memiliki Inovasi.

3. Strategi Perusahaan

a. Produksi dengan kualitas Premium.

b. Infrastruktur yang memadai.

c. Good Cornnporate Governance dan Corporate Social Responsibility.

d. Pengembangan areal dan peningkatan produksi.

e. Menciptakan karyawan yang memiliki Inovasi.

B. Pembahasan

1. Proses Budidaya Kelapa Sawit

19
a. Pembibitan

Berdasarkan data yang saya diperoleh di perkebunan payakabung diketahui

bahwa bibit yang di gunakan petani di daerah ini yaitu bibit yang berasal dari

Marsery sebanyak 80% dan bibit yang sumbernya tidak jelas sebanyak 20%.

Informasi petani sampel mengenai asal kecambahnya dari Marsery tersebut tidak

disertai adanya bukti-bukti (label/sertifikat) sehingga tidak dapat

dipertanggungjawabkan kemurniannya.

Gambar 1. Proses pembibitan

b. Pembukaan Lahan

Lahan yang digunakan oleh petani sampel pada umumnya adalah areal hutan,

semak belukar dan pada areal alang-alang. Pembukaan areal tersebut ada yang

dilakukan secara mekanis dengan pembabatan dan secara kemis dengan menggunakan

20
herbisida seperti : Round Up 486 SL, Gramoxone 276 SL dan Clen-up 480 SL. Tahap awal

pengerjaan pembukaan lahan/areal khususnya pada hutan primer dan hutan sekunder

dapat dimulai dengan melakukan pengimasan, yaitu dengan pemotongan dan

penebasan semua jenis kayu kecil atau semak belukar.Manfaat pengimasan adalah

untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan kayu-kayu besar (Fauzi, dkk, 2002).

Gambar 3. Pembukaan Lahan

c. Penanaman

Penanaman bibit kelapa sawit dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan

Oktober dan bulan November, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari

sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Kemudian Lepaskan plastik

polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural

GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1

minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah

atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air

setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol

21
SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap

1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

d. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dalam kegiatan budidaya pertanian selalu dilakukan karena

akan mempengaruhi keefektifan pemupukan dan mempengaruhi hasil suatu

tanaman. Pengendalian gulma wajib dilakukan pada budidaya tanaman kelapa

sawit karena dapat merugikan tanaman utama dan gulma dapat pula menjadi inang

bagi hama dan penyakit, hal ini sesuai dengan hasil responden terhadap petani

sampel bahwa semua petani sampel melakukan kegiatan pengendalian gulma. Pada

dasarnya ada 3 cara pengendalian gulma yaitu secara mekanis (manual), kimia dan

biologis. Sebanyak 22,5% petani sampel menggunakan teknik pengendalian gulma

dengan menggunakan kimia dan 77,5% menggunakan cara kimia mekanik. Alasan

petani sampel yang lebih banyak menggunakan kimia mekanik adalah karena

banyaknya gulma yang berbatang keras, sehingga perlu dengan cara mekanik dulu

baru dengan kimia. Jika dilakukan dengan kimia saja banyak gulma yang tidak mati.

Sedangkan alasan petani sampel menggunakan bahan kimia dalam pengendalian

gulma adalah efeknya relatif cepat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara

mekanik.

Pengendalian gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.Gulma

yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit perlu dibersihkan.Pengendalian gulma

oleh petani sampel dilakukan 2 kali per tahun. Petani sampel dalam mengendalikan

gulma (kimia) menggunakan paratop 276 SL digunakan untuk menyemprot

tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan dosis 1,5 – 2 liter per hektar.

22
Sedangkan untuk Round-Up dilakukan sekali setahun dengan dosis 2 – 3 liter per

hektar.

e. Panen

Buah kelapa sawit yang telah matang dipanen dengan menggunakan alat

seperti Dodos dan Egrek. Setelah dipanen tandan buah segar (TBS) di

kumpulkan di tempat penguumpulan hasil (TPH) yang telah terdapat

nomornya. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang siap untuk di

panen berumur 5 tahun, kriteria buah sawit yang siap untuk di panen

terlihat dari warna buah yang kuning kemerahan atau ditandai dengan

adanya brondolan sawit yang jatuh. Memanen semua buah pada tingkat

kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS)

mengandung minyak dan kernel tertinggi. Memanen hanya buah yang

matang dan mengutip brondolan. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu

24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit kandungan asam

lemak bebas di dalam minyak sawit mentah.

23
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah
tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan
karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk
tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º
Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang
tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan
suhu optimum berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5
bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31
bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan
buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya
ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir.
Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat
dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

24
B. Saran
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan teknologi produksi sebagai usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA
Adi S. 2011. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Afifuddin., dan Sya’ad. 2007. Analisis struktur pasar cpo: pengaruhnya


terhadap pengembangan ekonomi wilayah sumatera utara, jurnal
perencanaan & pengembangan wilayah. Wahana Hijau. 2(3).

Agustina, H. 2006. Land Apllication Sebagai Alternatif 3R Pada Industri


Kelapa Sawit. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengelolaan
Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun.

Arifin, A. 2001. Hutan dan kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2017. Statistik Kelapa Sawit


2017.
Palembang.

. 2019. Kabupaten Banyuasin Dalam Angka 2019. Kabupaten


Banyuasin.

. 2019. Sumatera Selatan Dalam Angka 2019. Palembang.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik perkebunan Indonesia


1998-2000: Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Sekretariat Direktorat
Jenderal Perkebunan.

Djoehana, S. 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya, Panen,
Pengolahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

25
Edwina, S., dan E. Maharani. 2010. Persepsi petani terhadap teknologi
pengolahan pakan di Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak.
Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE). 2(1) ISSN
2087.

Ekaprasetya, D. 2006. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Motivasi Kinerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus
PT.Milano Aek Kabupaten Labuhan Batu, Sumatra Utara). Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I. Satyawibawa., dan Hartono, R. 2007. Kelapa


Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 2012. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy