Paper Jere Ks-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan

rahmat dan karunia Nya sehingga Makalah mengenai Morfologi dan Taksonomi Kelapa

Sawit dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas dalam mata kuliah Biologi yang

bertujuan untuk memberikan pendekatan belajar agar mahasiswa lebih mudah memahami

materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa untuk dapat mengaitkan suatu

materi pada kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan,

maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah

ini. Akhirnya, penulis berharap semogaa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan

dapat memenuhi harapan kita semua.

Medan, 03 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asam , Basa dan Garam

2.1.1 Pengertian Asam


2.1.2 Pengertian Basa
2.1.3 Pengertian Garam

2.2. Teori Asam Basa

2.2.1 Teori Arrhenius

2.2.2 Teori Bronsted-lowry

2.2.3 Teori Lewis

2.3. Sifat Asam Basa dan Garam

2.3.1 Sifat Asam

2.3.2 Sifat Basa

2.3.3 Sifat Garam

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan jenis

tanaman perkebunan yang menduduki posisi pentingdisektor pertanian umumnya dan

sector perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman

yang menghasilkan minyak atau lemak kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi

terbesar per hektarnya didunia. Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan penting di

dunia yang dapat menghasilkan berbagai produk industri makanan, kimia, kosmetik,

bahan dasar industri berat dan ringan, biodiesel, dan lain-lain.

Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.

Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,

juga sebagai sumber devisa Negara. Penyebaran perkebunana kelapa sawit di

Indonesia saat ini, sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa

sawit tahun 1968 seluas 105.88 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun

2007meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO. Data

dari Direktorat Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal

perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari 4.713.435 ha pada tahun 2001 menjadi

7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit terus

mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan

peningkatan produktifitas. Produktifitas kelapa sawit adalah 178 ton/ha pada tahun

2001 dan meningkat menjadi 217 ton/ha tahun 2005. Hal ini merupakan

kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan

produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu

1
unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ™ adalah pengendalian hama dan

penyakit.

Produktifitas kelapa sawit sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang

diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang

sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek

pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit

adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik

dapat meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman. Oleh karena itu dilakukan

survei guna mengetahui produksi tanaman kelapa sawit dengan umur yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, terdapat rumusan maslah sebagai berikut:
1. Apa saja Morfologi kelapa sawit ?
2. Apa saja Syarat tumbuh kelapa sawit ?
3. Apa saja Varietas kelapa sawit ?
4. Apa saja hama dan penyakit kelapa sawit ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan maslah di atas, terdapat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu morfologi kelapa sawit
2. Untuk mengetahui syarat tumbuh kelapa sawit
3. Untuk mengetahui Varietas kelapa sawit
4. Untuk mengetahui hama dan penyakit kelapa sawit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae

Sub famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies :E.guineensis. Jacq.E. (Pahan, 2015).

2.1.1. Daun

Seperti tanaman palma lainnya daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.

Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya

sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras

dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang

(Hartono,2002).

Biasanya tanaman kelapa sawit memiliki 40 hingga 55 daun, jika

tidakdipangkas dapat mencapai 60 daun. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3

daun setiap bulannya. Sedangkan yang lebih muda menghasilkan 3-4 daun

perbulan.Produksi daun ini dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, musim, iklim,

dangenetik. Produksi daun meningkat hingga umur 6-7 tahun, kemudian menurun

3
pada usia 12 tahun, selanjutnya produksi daun tetap berkisar antara 22-24 daun

pertahun (Sianturi, 1990).

Menurut Sianturi (1990) dikebun percobaan RISPA Pagar Merbau jenis Dura

menghasilakan 12,5 daun dalam 6 bulan. Jadi hal ini menujukan ada pengaruh genetik

terhadap produksi daun. umur fungsional daun 2 tahun setelah terbuka.

2.1.2. Pelepah

Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina

dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm

hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap pelepah

mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Jumlah pelepah yang dihasilkan

meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan

kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Stomata atau rongga daun

terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis pada permukaan helai daun.

Pelepah matang berukuran hingga 7,5 cm dengan petiol lebih kurang satu perempat

dari pada panjang pelepah serta mempunyai duri (Hartono, 2002).

Panjang pelepah daun bisa mencapai 9 m, namun kebanyakan hanya 5-7 m.

Jumlah anakan daun (Pinnae) dalam setiap pelepah berkisar antara 100-160

pasangyang tumbuh di kedua sisi pelepah. Biasanya anak daun lebih panjang

dibagiantengah dari pada dibagian pangkal dan ujung pelepah. Pada anak daun

terdapat tulang daun yang sering disebut lidi, dan pada kedua sisi lidi ini terdapat

jaringan daun. Daun yang masih muda yang sudah terbuka akan sangat rapat kedaun

yang belum terbuka serta mempunyai anak daun yang belum terbuka (Sianturi, 1990).

2.1.3. Batang

4
Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun di perkebunan umumnya

45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang lebih tua. Batang kelapa

sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang. Laju pertumbuhan batang

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Di Indonesia dan Malaysia

pertumbuhan tinggi batang rata-rata 45 cm/tahun dan bisa mencapai 100 cm/tahun

bila berada pada kondisi yang sangat cocok. Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih

namun umumnya diperkebunan hanya berkisar antara 15-18 m (Sianturi, 1990).

Batang kelapa sawit biasanya terbungkus oleh pelepah daun sehingga batang

tampak lebih besar, bila dipangkas maka akan terlihat berbentuk spiral yang mengarah

keatas biasanya sisa pelepah ini akan lepas setelah usia 10 tahun

2.1.4. Akar

Akar serabut tanaman Kelapa Sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain

itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari akar serabut

primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping dan

bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah dan akhirnya cabang-cabang

ini pun bercabang lagi yang disebut dengan akar tersier. Akar kelapa sawit

dapatmencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Lubis, 2006).

Akar serabut sekunder merupakan cabang akar serabut primer yang bercabang

keatas dan kebawah. Akar serabut tersier merupakan cabang akar sekunder yang

selanjutnya bercabang lagi merupakan bulu-bulu akar (pilus radicalis) dan akar inilah

yang akan banyak menyerap unsur hara dan juga berfungsi sebagi alat pernapasan.

Sedangkan tudung akar (calypatra) yaitu bagian akar yang paling ujung,terdiri atas

5
jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah

(Kusno &Martoyo, 1992).

Sistem perakaran cenderung tumbuh kearah bawah (geotropis

positif)penembusan selanjutnya dibatasi oleh bentuk permukaan tanah. Pada tanah

yang bertekstur halus akar memadat kurang baik bila dibandingkan dengan

perkembangan akar pada tanah yang berareasi baik dan bertekstur longgar (Sianturi,

1990).

2.1.5. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda

sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk

lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman

kelapa sawit dengan tipe cangkang pisif era bersifat female steril sehingga sangat

jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan

sebagai tetua jantan (Satya wibawa, 2008).

Bunga jantan maupun bunga betina tumbuh di ketiak daun, keduanya tumbuh

pada pohon yang sama. Bunga hemaprodit sering terdapat pada tanaman kelapa sawit

terutama pada masa pembungaan. Ada daur pembentukan tipe bunga tertentu yang

dipengaruhi oleh teknik budidaya dan lingkungan misalnya pemangkasan daun yang

terlalu berat dapat mengakibatkan terbentuk inflorisensi jantan yang lebih

banyak,sedangkan kekeringan dapat mengakibatkan absorsi kuncup tandan bunga.

Tandan bunga jantan terdiri atas sejumlah spliket yang panjangnya 12-20 cm, yang

tumbuh dari tangkai bunga. Setiap spliket terdapat 600-1200 bunga yang sangat

kecil,berwarna kuning dengan bau yang khas. Jumlah serbuk sari yang dihasilkan 25-

50gram, yang terbentuk dalam 2-3 hari. Tandan bunga betina terbungkus

6
dalamseludang (Spadiks) yang panjangnya 24-25 cm, terdapat ribuan bunga yang

tersusunsecara spiral pada sumbu sentral. Saat bunga resetif berwarna putih hingga

kuningpucat, garis merah berkembang sepanjang tiga tingkat (Lob), mulai dari kepala

putik(Sigma), kemudian bunga kemerah-merahan dan akhirnya berubah

menjadikeunguan-unguan setelah melewati masa resetif (Sianturi, 1990).

2.1.6. Buah

Buah Kelapa Sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga

merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yangmuncul

dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah setelah

melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid)akan

meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung

kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah dengan daging buah yang tipissehingga

kadar minyak dalam perikarp hanya mencapai sekitar 34-40 % (Satyawibawa, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (150 LU dan 150 LS).

Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan

laut dengan kelembaban 80-90% (Setyamidjaja, 2006).

Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebanyak 1.750-3.000 mm/tahun

dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering berkepanjangan (Hidayat

et al., 2013). Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol,

hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Nilai pH optimum yang dikehendaki

tanaman kelapa sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit baik ditanam pada tanah yang

7
gembur, subur, datar, berdrainase baik, dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa

lapisan (Pahan, 2015).

Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-300C. Intensitas

penyinaran cahaya matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal

sekitar 80-90%. Kondisi topografi pertanaman kelapa 13 sawit sebaiknya tidak lebih

dari kelerengan 25%, artinya perbedaan ketinggian antara dua titik yang berjarak 10

meter tidak lebih dari 25 meter (Pahan, 2015).Mutu buah kelapa sawit dipengaruhi

oleh beberapa faktor di antaranya adalah jenis tanah dan umur tanaman (Siahaan,

1998). Produksi minyak kelapa sawit mulai meningkat saat umur tanaman 4-6 tahun

dan akan mencapai produksi maksimum pada saat umur tanaman berumur 8-10 tahun.

Mutu buah sawit pada umur yang masih muda memiliki kualitas yang rendah, hal ini

dilihat dari kandungan minyak sawit yang masih rendah, ukuran buah yang masih

kecil dan produksi buah yang kecil (Jumidi, 2007).

Penelitian Prayogi Adiwirman dan Khoiri (2016) memperlihatkan bahwa mur

tanaman kelapa sawit berpengaruh terhadap peningkatan berat segar buah, berat

kering buah dan volume buah kelapa sawit dan umur tanaman kelapa sawit

berkorelasi dengan berat segar buah, berat kering buah dan volume buah kelapa sawit

namun tidak berkorelasi terhadap tebal mesokarp buah, kadar air buah, rendemen

minyak buah dan asam lemak bebas buah kelapa sawit.

2.3 Varietas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil

yang tergolong dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit digolongkan berdasarkan

ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2015). Menurut Pahan

8
(2015), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa sawit dibagi menjadi tiga

varietas, yaitu :

1. Varietas Dura, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkangnya 2-8 mm, dibagian

luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif tipis, dan

daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah. Varietas ini biasanya

digunakan sebagai induk betina oleh para pemulia tanaman.

2. Varietas Pisifera, dengan ciri-ciri yaitu ketebalan cangkang yang sangat tipis

(bahkan hampir tidak ada). Daging buah pissifera tebal dan daging biji sangat tipis.

Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman komersial, tetapi

digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman untuk menyerbuki bunga

betina.

3. Varietas Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera. Varietas

ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan ketebalan 1,5 – 4 mm,

terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang sangat tebal.

Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.

Berdasarkan warna buah, tanaman kelapa sawit terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Nigescens , dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna ungu kehitam

hitaman, sedangkan buah yang telah masak berwarna jingga kehitam-hitaman

2. Virescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna hijau, sedangkan buah

yang telah masak berwarna jingga kemerah-merahan dengan ujung buah tetap

berwarna hijau.

3. Albescens, dengan ciri-ciri yaitu buah mudanya berwarna keputih-putihan,

sedangkan buah yang telah masak berwarna kekuning-kuningan dengan ujung buah

berwarna ungu kehitaman (Adi, 2011).

9
2.4 Hama dan Penyakit Pada Kelapa Sawit

Pada pertanaman kelapa sawit terdapat hama yang menyerang tanaman sawit

diantaranya yaitu tungau, ulat setora, nematoda, kumbang Oryctes rhinoceros dan

penggerek tandan buah.

1. Tungau

Tungau yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah tungau merah

(Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup di

sepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun

berubah menjadi mengkilat berwarna kecoklatan. Hama ini berkembang pesat dan

membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau. Gangguan tungau

pada persemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit. Pengendalian terhadap tungau

merah ini dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan akarisida yang berbahan

aktif tetradion 75,2 gr/lt (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2%.

2. Ulat Api (Setora nitens)

Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah

bawah, biasanya pada pelepah daun ke 16 – 17. Seekor ngengat betina selama

hidupnya mampu menghasilkan telur 300 – 400 butir. Telur menetas setelah 4 – 7

hari. Telur pipih dan berwarna kuning muda. Larva S. nitens berwarna hijau

10
kekuningan, panjangnya mencapai 40 mm, mempunyai 2 rumpun bulu kasar di kepala

dan dua rumpun di bagian ekor.

3. Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus

Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Serangan nematoda

Rhadinaphelenchus cocopilus menimbulkan gejala berupa daun-daun muda yang akan

membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah warna

menjadi kuning dan mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka,

sehingga tidak menghasilkan buah.

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara tanaman yang terserang

diracun dengan natrium arsenit. Untuk memberantas sumber infeksi, setelah tanaman

mati atau kering dibongkar lalu dibakar.

4. Kumbang Oryctes rhinoceros

Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada tanaman muda,

sebab jika sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk dan

mengakibatkan kematian.

Pengendalian kumbang ini dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun,

terutama di sekitar tanaman. Sampah-sampah dan pohon yang mati dibakar, agar larva

hama mati. Pengendalian secara biologi dengan menggunakan jamur Metharrizium

anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.

5. Penggerek Tandan Buah

Hama penggerek tandan buah adalah ngengat Tirathaba mundella. Hama ini

meletakkan telurnya pada tandan buah, dan setelah menetas larvanya (ulat) akan

melubangi buah kelapa sawit. Tirathaba mundella banyak menyerang tanaman kelapa

sawit muda berumur 3-4 tahunan, tetapi pada kondisi tertentu juga ditemui pada

tanaman tua. Gejala serangannya berupa bekas gerekan yang ditemukan pada

11
permukaan buah dan bunga. Bekas gerekan tersebut berupa faeces dan serat tanaman.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sanitasi buah busuk dan buah busuk

dikumpulkan pada satu lubang yang diaplikasi insektisida Fipronil dan ditutup dengan

tanah.

6. Tikus

Hama terakhir yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah tikus. Ada 3 jenis

tikus, yaitu tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus lading (Rattus exulans), dan tikus

sawah (Rattus argentiventer), yang dapat menyerang bagian pangkal pohon, buah,

maupun tandan kelapa sawit.

Penyakit yang menyerang pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit

akar, penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning,

anthracnose, dan penyakit tajuk.

1. Penyakit akar (Blast disease)

Gejalanya yaitu tanaman tumbuh tidak normal, lemah, dan daun berubah

warna dari hijau menjadi kuning (nekrosis). Nekrosis dimulai dari ujung daun dan

beberapa hari kemudian tanaman mati. Bibit maupun tanaman dewasa yang terserang

akarnya membusuk. Penyebabnya adalah jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium

sp. Melakukan budidaya yang baik merupakan cara yang efisien untuk pencegahan

penyakit ini. Tindakan tersebut antara lain dengan membuat persemaian yang baik

agar bibit sehat dan kuat, pemberian air yang cukup dan naungan pada musim

kemarau.

2. Penyakit busuk pangkal batang (Basal stem rot atau Ganoderma)

12
Gejalanya yaitu daun hijau pucat dan daun muda (janur) yang terbentuk

sedikit. Daun yang tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung pada batang.

Selanjutnya pangkal batang menghitam, getah keluar dari tempat yang terinfeksi, dan

akhirnya batang membusuk dengan warna cokelat muda. Akhirnya bagian atas

tanaman berjatuhan dan batangnya roboh. Penyebabnya adalah jamur Ganoderma

applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma pseudofferum. Jamur ini akan

menular ke tanaman yang sehat jika akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul

pohon yang sakit. Pencegahannya yaitu, sebelum penanaman sumber infeksi

dibersihkan terutama jika areal kelapa sawit merupakan lahan bekas kebun kelapa

atau kelapa sawit, tunggul-tunggul ini harus dibongkar serta dibakar.

3. Penyakit busuk kuncup (Spear rot)

Gejalanya yaitu jaringan pada kuncup membusuk dan berwarna kecokelat-

cokelatan. Setelah dewasa, kuncup akan bengkok dan melengkung. Penyebabnya

belum diketahui dengan pasti sampai sekarang. Pemberantasannya dengan memotong

bagian kuncup yang terserang.

4. Penyakit garis kuning (Patch yellow)

Gejalanya yaitu pada daun yang terserang, tampak bercak-bercak lonjong

berwarna kuning dan ditengahnya terdapat warna cokelat. Penyakit ini sudah

menyerang pada saat bagian ujung daun belum membuka, dan akan menyebar ke

helai daun lain yang telah terbuka pada pelepah yang sama. Daun yang terserang akan

mengering dan akhirnya gugur. Penyebabnya adalah jamur Fusarium oxysporum.

Penyakit ini menyerang tanaman yang mempunyai kepekaan tinggi dan disebabkan

oleh faktor turunan. Pencegahannya adalah dengan usaha inokulasi penyakit pada

bibit dan tanaman muda, dapat mengurangi penyakit di pesemaian dan tanaman muda

di lapangan.

13
5. Anthracnose

Gejalanya yaitu terdapat bercak-bercak cokelat tua pada ujung dan tepi daun.

Bercak-bercak dikelilingi warna kuning yang merupakan batas antara bagian daun

yang sehat dan yang terserang. Gejala lain yang tampak adalah adanya warna cokelat

dan hitam diantara tulang daun. Daun-daun yang terserang menjadi kering dan

berakhir dengan kematian. Penyebabnya adalah jamur Melanconium sp, Glomerella

cingulata, dan Botryodiplodia palmarum. Pencegahan secara agronomis dengan

mengatur jarak tanam, penyiraman yang teratur, pemupukan, pemindahan bibit dari

pesemaian berikut tanahnya yang menggumpal di akar.

6. Penyakit tajuk (Crown disease)

Gejalanya yaitu helai daun mulai pertengahan sampai ujung pelepah kecil-

kecil, sobek, atau tidak ada sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai

daun merupakan gejala yang cukup serius. Gejala ini tampak pada tanaman yang

berumur 2 – 4 tahun. Penyebabnya yaitu gen keturunan dari tanaman induk.

Pencegahannya dengan menyingkirkan tanaman-tanaman induk yang mempunyai gen

penyakit tersebut.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi pentingdisektor pertanian umumnya dan
sektor perkebunan khususnya. Tanaman kelapa sawit memiliki morfologi berupa
daun,pelepah, batang, akar, bunga dan buah. Daun kelapa sawit merupakan daun
majemuk dan berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.
Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak
terlalu keras dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang.
Pelepah kelapa sawit meliputi helai daun, setiap helainya mengandung lamina
dan midrib, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Helai daun berukuran 55 cm
hingga 65 cm dan menguncup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Batang kelapa sawit
berdiameter 25-75 cm, namun di perkebunan umumnya 45-65 cm, pangkal batang
lebih besar pada tanaman yang lebih tua. Batang kelapa sawit merupakan batang
tunggal yang tidak bercabang. Laju pertumbuhan batang dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Akar serabut tanaman Kelapa Sawit mengarah ke bawah dan
samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke
samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Susunan akar kelapa sawit terdiri
dari akar serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping dan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah dan akhirnya

15
cabang-cabang ini pun bercabang lagi yang disebut dengan akar tersier. Akar kelapa
sawit dapatmencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Buah
Kelapa Sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung
bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yangmuncul dari tiap pelapah.
Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid)akan meningkat dan buah akan
rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan
20% buah dengan daging buah yang tipissehingga kadar minyak dalam perikarp
hanya mencapai sekitar34-40 %.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (150 LU dan 150 LS).

Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan

laut dengan kelembaban 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah

podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Nilai pH optimum yang

dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit baik ditanam pada

tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik, dan memiliki lapisan solum yang

dalam tanpa lapisan. Tanaman kelapa sawit digolongkan berdasarkan ketebalan

tempurung (cangkang) dan warna buah berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman

kelapa sawit dibagi menjadi tiga varietas, yaitu : Varietas Dura, Varietas Pisifera dan

Varietas tenera.

Pada pertanaman kelapa sawit terdapat hama yang menyerang tanaman sawit

diantaranya yaitu tungau, ulat setora, nematoda, kumbang Oryctes rhinoceros,

penggerek tandan buah dan tikus. Penyakit yang menyerang pertanaman kelapa sawit

diantaranya yaitu penyakit akar, penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk

kuncup, penyakit garis kuning, anthracnose, dan penyakit tajuk.

B. Saran

16
Dengan terselesaikannya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan

pada para mahasiswa mengenai morfologi tanaman kelapa sawit , dan pada

kedepannya dapat disusun karya tulis dengan informasi maupun contoh morfologi

tanaman kelapa sawit yang lebih spesifik lagi, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

Demikian makalah yang dapat saya buat, semoga bermanfaat bagi pembaca.

Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada saya.

Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit. Penebar

Swadaya. Jakarta

Hartono. 2002. Seri Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Revisi Buddaya, Pemanfaatan Hasil dan

Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran, Jakarta.

Jumidi. 2007. Hubungan antara tinggi tanaman varietas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

dengan kualitas tandan. Tesis program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Lubis, A. U, 2006. Kelapa Sawit (Elaeies guinensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian

Marihat. Bandar Kuala 435 hal.

Pahan, 2011. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit untuk Praktisi Kebun. Penebar

Swadaya.

Jakarta.

Setyamidjaja, 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius

Yogyakarta.

Sianturi, H.S.D, 1990. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

18

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy