I. Pendahuluan: Guineensis Dan Elaeis Oleifera Yang Digunakan Untuk Pertanian Komersil Dalam
I. Pendahuluan: Guineensis Dan Elaeis Oleifera Yang Digunakan Untuk Pertanian Komersil Dalam
I. Pendahuluan: Guineensis Dan Elaeis Oleifera Yang Digunakan Untuk Pertanian Komersil Dalam
PENDAHULUAN
1
2015 telah mencapai 11,30 juta hektar dan diprediksi menjadi 11,67 juta hektar
pada tahun 2016. Rata - rata Perkembangan perkebunan selama periode tersebut
sebesar 10,99% per tahun (Kementerian Pertanian, 2016).
Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak
terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan
bahan tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara
lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera
(Anonim, 2007).
Pemilihan benih yang berkualitas baik akan menentukan hasil dan hal ini
akan menghasilkan hubungan yang berbanding lurus. Pemilihan benih di awal
penanaman selalu diawali dengan seleksi yang ketat. Pada komoditas tanaman
perkebunan, aspek benih merupakan aspek dimana pada periode ini harus dijaga
dengan baik, dikarenakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi ke
depan (Julyan, 2011).
Hingga saat ini, terdapat 15 produsen benih kelapa sawit yang tersebar di
seluruh indonesia, produsen kelapa sawit tersebut yaitu Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (PPKS) Medan, PT. Socfin indonesia, PT. PP. london sumatra,Tbk, PT.
Binasawit Makmur (Pt Sampoerna Agro, Tbk), PT. Tunggal Yunus Estate (Asian
Agri Group), PT. Dami Mas Sejahtera (Smart Group), PT. Bakti Tani Nusantara,
PT. Tania Selatan, PT. Sarana Inti Pratama, PT, Sasaran Ehsan Mekarsari, PT.
Gunung Sejahtera (Astra Group), PT. Asd-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia, PT.
Dura inti lestari, PT. Perkebunan Nusantara IV, dan PT. Aneka Sawit Lestari
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016)
Setiap produsen benih kelapa sawit mengeluarkan varietas kelapa sawit
yang berbeda dan memiliki keunggulan masing-masing. Untuk mengetahui
perbandingan produkifitas tandan buah segar berdasarkan varietas kelapa sawit,
maka penulis memilih judul “Perbandingan Produktifitas Tandan Buah Segar
Berdasarkan Varietas Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di
Afdeling IV PTPN V Sei Tapung Kab. Rokan Hulu” sebagai tugas praktek kerja
lapang.
2
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang
1. Menambah pengetahuan tentang jenis kelapa sawit.
2. Mengetahui tingkat produkivitas tandan buah segar (TBS) berdasarkan jenis
varietas tanaman kelapa sawit.
3. Menambah pengetahuan tentang dunia kerja secara nyata di PTPN V Sei
Tapung.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, dan sebagai salah satu alat respirasi
(Fauzi dkk, 2012).
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem perakaran serabut, terdiri
dari akar primer, akar sekunder, tertier, dan akar kuarter. Akar primer umumnya
berdiameter 6 - 10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara
horizontal. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2
- 4 mm, akar sekunder bercabang membentuk akar tertier yang berdiameter 0,7 -
1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter. Pertumbuhan dan
percabangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah tercukupi
(Pahan, 2008).
5
Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman,
kesuburan lahan dan iklim setempat (Pahan, 2008).
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan
penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Pahan, 2008).
6
Gambar 2.4 Bunga Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Lubis (1992), buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol
dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah
kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase
matang, kandungan asam lemak bebas FFA (free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terkumpul didalam tandan. Dalam satu
tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 - 22
tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 - 14 tandan per
tahun. Berat setiap tandan sekitar 25 - 35 kg, buah terdiri dari tiga lapisan:
1) eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin,
2) mesoskarp, serabut buah merupakan bagian yang mengandung minyak
paling tinggi,
3) endoskarp, cangkang rendemen pelindung inti, merupakan lapisan keras dan
berwarna hitam.
7
2.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Elaesis Guinensis Jacq.)
Menurut Maksi (2008), kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar
di hutan-hutan, lalu dibudidayakan. Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa
sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomis. Dalam menunjang
pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Tanaman kelapa sawit memiliki persyaratan
tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Di antara kondisi
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah faktor
iklim dan tanah.
Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur),
intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini saling berkaitan erat dan saling
mempengaruhi (Fauzi dkk, 2012)
Kelapa sawit memerlukan curah hujan sekitar 2.000 mm yang merata
sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering (defisit air) yang nyata. Hujan yang
tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat
sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama
tidak turun juga berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang telah
cukup umur tidak mau masak sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak
(lebih dari 5.000 mm per tahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah
kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik (Fauzi
dkk, 2012).
Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik
pada kisaran suhu 24 - 280 °C. Di daerah sekitar garis khatulistiwa, tanaman sawit
liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1.300 mdpl. Dengan
demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik
sampai kisaran suhu 200 °C, tetapi pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada
suhu 12 - 220 °C. Produksi TBS yang tertinggi didapatkan dari daerah yang rata-
rata suhu tahunannya berkisar 25 - 270 °C (Fauzi dkk, 2012).
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup
tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre- nursery.
8
Pada kondisi langit cerah di daerah zona khatulistiwa, intensitas cahaya matahari
bervariasi 1.410 - 1.540 J/cm2/hari. Intensitas cahaya matahari sebesar 1.410
terjadi pada bulan Juni dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan Maret
dan September. Dengan semakin jauhnya suatu daerah dari khatulistiwa misalnya
pada daerah 100 LU intensitas cahaya akan turun dan berkisar 1.218 - 1500
J/cm2/hari. Intensitas 1.218 terjadi pada bulan Desember, sedangkan 1.500 terjadi
pada periode Maret - September (Pahan, 2006 ).
Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkat pada kondisi langit
berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Produksi bahan
kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan ternyata berkurang. Penurunan
berat kering tersebut meliputi penurunan pada bagian tajuk dan pada bagian akar.
Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran
matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran
yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah
selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stress air tanah yang
terjadi. Pengaruh lamanya penyinaran terhadap peningkatan produksi yaitu 5,7 kg
per kenaikan 100 jam penyinaran efektif per pohon. Pada kondisi di daerah
khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang
tahun maka rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau
18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5 - 12
jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80% (Pahan, 2008)
Kecepatan angin 5 - 6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan
kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman baru
menjadi miring, bahkan pada kasus angin puting beliung dapat menghancurkan
perkebunan kelapa sawit di daerah yang agak jauh dari khatulistiwa, seperti
Thailand (Pahan, 2008).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah,
yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air
pada musim hujan. Di lahan yang permukaan airnya tinggi atau tergenang, akar
akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan
produksi buah yang baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah
latosol dan aluvial akan tetapi Kesuburan tanah bukan syarat mutlak bagi
9
perkebunan kelapa sawit. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit
seperti tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik,
tekstur ringan, dikendaki memiliki pasir 20 - 60%, debu 10 - 40%, liat 20 - 50%,
perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh, pH tanah
sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar, kelapa sawit
dapat tumbuh pada pH 4 - 6 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6, tanah yang
mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan
biaya yang tinggi (Pahan, 2008).
10
B. Berdasarkan Warna Buah
Berdasarkan warna buahnya, kelapa sawit dapat dibagi menjadi 3 jenis atau
varietas, yaitu:
Nigrescens
Ciri-cirinya: buah muda berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah
nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara
komersial (Pahan, 2010).
Virescens
Ciri-cirinya: buah mentah berwarna hijau. Setelah matang, buah menjadi
merah-kuning (oranye) tetapi bagoan ujungnya tetap kehijau-hijauan. Tipe ini
sudah jarang dijumpai di lapangan (Setyamidjaja, 2006).
Albescens
Ciri-cirinya: buah muda berwarna keputih-putihan, sedang buah masak
berwarna kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Tim Bina Karya
Tani, 2009).
11
III. METODE PELAKSANAAN
3.2. Alat
Alat yang digunakan pada praktek kerja lapang ini adalah: alat tulis,
kamera, dodos/eggrek, sepatu boot, helm, gancu, kampak, goni, dan angkong.
3.3. Metodologi
Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang ini yaitu:
a. Sosialisasi
Kegiatan wawancara dan sosialisasi mengenai sarana dan prasarana yang
tersedia di PTPN V Sei Tapung, Kab. Rokan hulu. Pengenalan secara umum
tentang aspek budidaya kelapa sawit dan mekanisasi kelapa sawit.
b. Obsevasi
Sebelum terjun kelapangan, mahasiswa PKL berkesempatan untuk belajar
dan berdiskusi mengenai teknis lapangan sebelum mengamati secara langsung dan
mempraktekkan bagaimana cara kerja di lapangan, untuk mempermudah proses
pengamatan dan kegiatan yang ingin dilakukan dapat terencana dengan baik.
c. Studi Pustaka
Mahasiswa mencari referensi untuk melengkapi data-data sekunder agar
memperoleh hubungan antara teori dan aplikasinya di lapangan tempat praktek
kerja lapang. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, skripsi, informasi dari
internet yang bersifat informatif dan relevan.
3.4. Pengamatan
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan pengamatan langsung di
lapangan dan pencatatan data-data kebun dibagian tanaman kantor sentral dan
afdeling. Untuk data primer pengamatan dilaksanakan di afdeling IV. Sampel
yang diamati antara lain kegiatan pemanenan dimulai dari RKAP/RKO,
Pertemuan rutin pengelola panen, penyampaian rencana panen di afdeling,
12
penetapan rencana panen di afdeling, penghitungan AKP, pelaksanaan panen,
pengumpulan hasil panen ke TPH, dan pencatatan hasil panen di afdeling.
13
Hari/
Waktu Kegiatan
Tanggal
Sabtu 06.00-06.30 WIB Apel pagi.
15 Juli 2017 07.00-08.00 WIB Antrian, apel pagi bersama mandor panen dan
pemanen.
08.00-11.30 WIB Kontrol kegiatan pemanenan bersama
mandor panen
Senin 07.00-08.15 WIB Upacara hari kesadaran nasional.
17 Juli 2017 08.30-09.30 WIB Evaluasi kegiatan pemanenan dengan Asisten
afdeling IV.
09.30-10.00 WIB Penjelasan mekanaisme pemupukan oleh
Mandor pupuk.
10.00-14.00 WIB Pemantauan kegiatan pemupukan .
Selasa 06.00-06.30 WIB Apel pagi.
18 Juli 2017 07.00-08.00 WIB Pengantaran pupuk ke lokasi pemupukan.
08.00-08.30 WIB Antrian, pemberian arahan dari mandor
pupuk kepada pembuka pupuk, penabur
pupuk, dan pelangsir pupuk.
08.30-09.30 WIB Peletakan pupuk disetiap pasar pikul.
09.30-14.00 WIB Pengawasan kegiatan pemupukan.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tahun tanam PTPN V Sei Tapung memiliki luas areal tanam
sebesar 3612,90 Ha, pada tahun 1997 memiliki luas areal tanam sebesar 200 Ha,
dan luas non tanam yang terdiri dari bangunan/emplasmen sebesar 53,10 Ha.
Tahun 1998 sebesar 300 Ha, dan luas non tanam yang terdiri dari PKS dan lahan
15
limbah sebesar 12,10 Ha. Tahun 1999 sebesar 225 Ha, dan luas non tanam yang
terdiri dari jalan dan tanah lapang sebesar 85 Ha. Tahun 200 sebesar 75 Ha, dan
luas non tanam di usahakan dengan luas 3612,90 Ha. Tahun 2010 sebesar 344 Ha,
dan luas non tanam di usahakan dengan luas 3612,90 Ha.Tahun 2011 sebesar
1029 Ha, dan luas non tanam di usahakan dengan luas sebesar 3612,90 Ha Tahun
2012 sebesar 486 Ha,dan luas non tanam di usahakan dengan luas sebesar 3612,90
Ha. Tahun 2013 sebesar 803,70 Ha, dan luas non tanam di usahakan dengan luas
sebesar 3612,90 Ha. Adapun rincian luas areal PTPN V Sei Tapung berdasarkan
tahun tanam dapat dilihat pada table 4.1.
Table 4.1. Rincian Luas Areal PTPN V Sei Tapung Berdasarkan Tahun Tanam.
Luas (Ha)
Tahun Total Luas
Tanaman Non Tanaman
1997 200 53,10 (bangunan dan emplasmen) 253,10
1998 300 12,10 (PKS dan lahan limbah) 312,10
1999 225 85 (jalan dan tanah lapang) 310
2000 75 - 75
2010 344 - 344
2011 1029 - 1029
2012 486 - 486
2013 803,70 - 803,70
Total 3462.70 150,20 3612,90
16
4.1.2. Visi dan Misi PTPN V Sei Tapung
PTPN V Sei Tapung memiliki Visi, menjadikan perusahaan agribisnis
terintegrasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
PTPN V Sei Tapung memiliki misi sebagai berikut:
1. Mengelola agroindustri kelapa sawit dan karet secara efisien bersama mitra
untuk kepentingan stakeholder.
2. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, kriteria minyak sawit
berkelanjutan, penerapan standar industri dan pelestarian lingkungan guna
menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pelanggan.
3. Menciptakan keunggulan kompetitif di bidang SDM melalui pengelolaan
sumber daya manusia berdasarkan praktek-praktek terbaik dan sistem
manajemen sumber daya manusia terkini guna meningkatkan kopetensi inti
perusahaan.
17
4.1.4. Topografi dan Tanah di PTPN V Sei Tapung
Letak geografis PTPN V Sei Tapung yaitu 0o32’.14,7”- 0o38,7” Lintang
Selatan dan 100o32’52,1” - 100o38’48,7” Bujur Timur, yang berada pada
Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Topografi PTPN V Sei Tapung adalah bergelombang. Dengan kelas
kemiringan 0 - 15% sebanyak 2995 Ha, 15 - 30% sebanyak 200 Ha, dan 30 - 40%
sebanyak 75 Ha. Sedangkan untuk tanah di PTPN V Sei Tapung didominasi Typic
Hapludult (podsolik merah kekuningan), dan kesuburan fisik tanah tergolong
sedang yang ditunjukkan oleh tekstur liat berpasir, serta tekstur remah-gumpal dan
konsistensi tanah agak teguh. Dimana kelas kesesuaian lahan (KKL) secara aktual
pada sebagian besar kebun Sei Tapung termasuk dalam klas lahan S3 dan pada
sebagian kecil areal datar-berombak termasuk klas lahan S2.
18
Blok Sub Blok Luas (Ha) Jumlah Pokok
12 L2 19 2,718
12 14 2,156
14 20 2,767
M1
16 20 2,859
18 10 1,429
4 4 369
6 13 1,870
8 20 2,878
10 20 2,856
M2
12 20 2,837
14 20 2,668
16 19 2,829
18 10 1,435
6 5 711
8 19 2,852
10 19 2,800
12 20 2,866
N1
14 20 2,687
16 19 2,689
18 12 1,662
20 4 563
6 5 696
8 20 2,807
10 19 2,787
12 18 2,410
N2
14 16 2,177
16 16 2,277
18 16 2,268
20 14 2,005
6 5 626
8 20 2,745
O1
10 20 2,728
12 10 1,381
6 4 611
8 16 2,158
O2
10 16 2,223
12 8 1,110
Total 850 114,353
19
2013. Seluruh tanaman kelapa sawit di afdeling IV sudah memasuki masa
tanaman menghasilkan (TM).
20
Tanaman, Pengolahan Hasil dan Mutu, Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan
Lingkungan, serta Sosial Tekno Ekonomi.
B. Asian Agri
Benih unggul yang dihasilkan Asian Agri R&D Centre dikembangkan
melalui proses yang sistematis dan berkesinambungan. Pada tahun 1996 didirikan
balai (station) yang dikenal dengan Oil Palm Research Station (OPRS) di Topaz,
Riau untuk melakukan kegiatan seleksi dan pemuliaan serta produksi benih
unggul kelapa sawit. Selanjutnya pada tahun 2012 didirikan laboratorium kultur
jaringan dengan teknologi terkini (state of the art) untuk mendukung kegiatan
produksi benih unggul. Program pengembangan benih unggul ini juga didukung
dengan fasilitas Laboratorium Biomolekuler.
Proses produksi benih unggul melalui tahapan yang panjang dan diawasi
dengan ketat. Dimulai dari kegiatan seleksi dan pemuliaan yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mendapatkan varietas unggul yang dilepas oleh pemerintah
melalui SK Menteri Pertanian pada tahun 2004. OPRS telah merilis 4 varietas
yaitu Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3 dan Topaz 4. Sejak itu hingga akhir 2015, kami
telah menyalurkan lebih dari 130 juta benih dalam bentuk kecambah kepada
perkebunan besar, petani plasma, petani swadaya di seluruh Indonesia, dan juga
telah diekspor.
Asian Agri menggunakan tetua dura dan pisifera terseleksi dari Costa
Rica. Sejumlah 228 keturunan Inbred Lines Dura Deli (DxD) yang berasal dari
lembaga riset ternama seperti MARDI Serdang (Malaysia), OPRS Dami (Papua
New Guinea), Stasiun Riset Chemara (Malaysia), Socfin Johor Labis (Malaysia)
21
dan San Alejo (Honduras), dan 50 keturunan tetua pisifera terseleksi yang berasal
dari AVROS H&C (Malaysia), AVROS Dami (Papua New Guinea), Ekona
(Kamerun), Ghana (Afrika), Nigeria (Afrika), La Me (Pantai Gading) dan
Yangambi dikoleksi di Topaz untuk keperluan produksi benih dan pengembangan
varietas baru.
Asian Agri mengelola kebun-kebun kelapa sawit komersial di berbagai
lokasi dengan agroklimat berbeda. Sejumlah 440 projeni DxP Seri 1 yang berasal
dari persilangan 223 dura Deli dengan 50 pisifera diuji lapang pada likes yang
barbed agroklimat, yaitu tanah mineral dan organik pada areal lebih dari 600
hektar di Sumatera Utara dan Riau.
22
kelapa sawit spesies budidaya dan kerabat liarnya di lahan khusus yang berfungsi
sebagai “Kebun Koleksi Sumberdaya Genetik Koleksi Kelapa Sawit”.
Memelihara dan menjaga keselamatan SDG Kelapa Sawit yang terdapat di Kebun
Koleksi Sumberdaya Genetik Koleksi Kelapa Sawit. Kharakterisasi SDG Kelapa
Sawit dalam rangka penggunaannya dalam upaya perbaikan varietas. Perbaikan
Varietas Tanaman Kelapa Sawit Pembentukan keragaman genetic dan seleksi
materi kelapa sawit tipe dura (dura improvement program) yang layak digunakan
sebagai tetua betina. Pembentukan keragaman genetic dan seleksi materi kelapa
sawit tipe pisifera (pisifera improvement program) yang layak digunakan sebagai
tetua jantan.
Melakukan uji projeni (progeny testing) untuk mengetahui nilai daya
gabung (breeding value) yang besifat heterosis terhadap calon tetua dura dan
calon tetua pisifera sebagai kombinasi DxP varietas unggul baru. Menetapkan
kombinasi DxP terbaik untuk untuk diajukan kepada Menteri Pertanian untuk
dilepas secara resmi sebagai varietas DxP Kelapa Sawit unggul DxP TN-1
Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan No 648/Kpts/SR.120/5/2008 Tanggal
23 Mei 2008 melepas Varietas DxP TN-1 sebagai varietas unggul kelapa sawit.
Produksi Benih Bina Varietas DxP TN-1 Memilih galur-galur terbaik berdasarkan
hasil uji projeni dan pohon-pohon dura dan pisifera terbaik dalam galur
berdasarkan penilaian keragaan individu pohon untuk diusulkan kepada
Pemerintah (Direktorat Jenderal Perkebunan) untuk ditetapkan sebagai pohon
induk untuk memproduksi benih bina varietas DxP TN-1.
Direktur Jenderal Perkebunan melalui Surat Keputusan Nomor
86/Kpts/HK.330/5/2008 Tanggal 23 Mei 2008 menetapkan 1308 pohon dura dan
17 pohon pisivera teruji untuk digunakan sebagai pohon induk untuk
memproduksi benih bina varietas kelapa sawit DxP Tani Nusa 1.
Pengadaan Peralatan dan Konstruksi Pengadaan peralatan dan sarana
produksi benih bina kelapa sawit, meliputi: oven, kolektor pollen, manipulation
box, mikroskop, cawan petri, depericarper, drier, kantong pembungkus tandan,
pisau, parang dan kapak. Pengadaan dan pemasangan sistem pendingin dan
pemanas ruangan, seperti: pembangkit listrik kogenerasi (combined heat and
23
power - CHP) dan teknologi pemanfaatan gas buang. Pelaksanaan dan
pengawasan program persilangan pohon Dura dengan Pisifera (DxP).
Pengadaan dan pemasangan sistem instrumentasi untuk uji daya tumbuh dan
viabilitas benih. BTN memproduksi kecambah dan bibit kelapa sawit dengan
target pemasaran dalam negeri dan luar negeri, antara lain: Perusahaan
Perkebunan Negara (PTPN), Perusahaan Perkebunan Swasta Nasional,
Perusahaan Perkebunan Swasta Asing, Dinas Perkebunan Propinsi, Dinas
Perkebunan Kabupaten/Kota, Petani/Pekebun kelapa sawit per orangan.
D. Socfindo
PT. Socfin Indonesia merupakan salah satu produsen benih kelapa sawit
yang sudah mapan dan berpengalaman. Saat ini Socfindo merupakan produsen
kecambah kelapa sawit dengan penjualan terbesar di Dunia. Secara resmi menjadi
produsen sejak tahun 1984 berdasarkan S.K. Mentan No. K.B.
320/261/Kpts/1984, tanggal 7 Mei 1984 dengan jangkauan pemasarannya untuk
domestik mulai dari Nangroe Aceh Darussalam hingga Papua, serta memiliki
pasar ekspor ke luar negeri seperti Amerika Latin, Asia Tenggara dan Afrika
Barat/Tengah.
PT Socfin Indonesia berkomitmen dan mengambil peranan dalam menjaga
kelestarian lingkungan dengan mengembangkan produksi minyak sawit yang
berkelanjutan (sustainable palm oil). Untuk itu, PT Socfindo terus memperkuat
komitmennya dengan ikut menerapkan prinsip dan kriteria yang dalam system
RSPO, ISPO dan ISCC.
24
RSPO (Rountable on Sustainable Palm Oil) adalah asosiasi nirlaba yang
terdiri dari berbagai organisasi yang menyatukan para pemangku kepentingan dari
berbagai sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor,
industri manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang
bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk
produksi minyak sawit berkelanjutan. Dimana PT Socfindo telah menjadi anggota
RSPO sejak tahun 2004 dan sampai saat ini terus berperan aktif dalam pertemuan-
pertemuan RSPO dan event lingkungan lainnya yang diselenggarakan oleh RSPO.
Sampai dengan tahun 2014, sudah 5 kebun dari 9 kebun kelapa sawit yang
dikelola oleh PT Socfindo, telah memperoleh sertifikat RSPO dan 4 kebun sedang
dalam masa audit oleh lembaga sertifikasi RSPO, SAI Global. Di samping
menerapkan mengikuti system RSPO, PT Socfindo juga ikut menerapkan sistem
ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). ISPO suatu kebijakan yang bersifat
mandatori daro Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian
memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar
dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden
Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian
terhadap masalah lingkungan. Dalam penerapannya, PT Socfindo mengacu
sepenuhnya pada Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/ OT.140/3/2011
tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Palm Oil/ISPO). Untuk sertifikasi ISPO, saat ini seluruh kebun sawit
PT Socfindo telah diaudit ISPO dan penerbitan sertifikatnya masih dalam proses.
Selanjutnya, PT Socfindo juga aktif menerapkan ISCC (International
Sustainability & Carbon Certification). ISCC merupakan sistem sertifikasi
bertaraf internasional pertama untuk membuktikan “sustainability”, “traceability”
dan penghematan dari efek gas rumah kaca untuk segala jenis produksi biomass
(energi yang terbarukan). CPO bersertifikasi ISCC berpotensi untuk mendapatkan
harga premium di atas harga pasar dunia. Tujuan penerapan ISCC bagi PT
Socfindo adalah untuk memastikan PT Socfindo mendapatkan pengakuan
internasional sebagai entitas bisnis perkebunan yang memeprtahankan nilai
lingkungan dilihat dari aspek pengurangan gas rumah kaca, pengelolaan lahan
berkelanjutan, melindungi habitat alam dan keberlanjutan sosial. Sampai dengan
25
tahun 2014 ini, sudah ada 3 kebun di PT Socfindo yang telah memperoleh
sertifikat ISCC yaitu Mata Pao, Bangun Bandar dan Sungai Liput, menyusul 3
kebun lainnya yaitu Seunagan Seumanyam dan Lae Butar yang sudah diaudit pada
2014 dan sedang dalam proses penerbitan sertifikat.
Seluruh sistem sertifikasi terkait dengan sustainability tersebut diterapkan
oleh PT Socfindo dengan mengintegrasikannya dengan Sistem Manajemen
Socfindo yang mencakup ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS
18001:2007, dimana seluruh kebun PT Socfindo telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.
Perhitungan
Penetapan rencana Penyampaian rencana
AKP
pelaksanaan panen di panen ke Afdeling
Afdeling
Pelaksanaan/
Pemeriksaan Pengumpulan ke Pencatatan Hasil
Selesai
Panen TPH Panen di afdeling
26
4.4. Data Hasil Produksi
Data hasil produksi yang dibahas merupakan data produksi pada bulan Juli
tahun 2017, tanaman kelapa sawit tahun tanam 2012. Data tersebut disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.3. Rata-Rata Produksi Bulan Juli Tahun 2017
Tahun 2017
Tahun Pokok
Varietas Luas Tandan
Tanam /Ha Kg/Ha BTR
/Pokok
2012 PPKS 66 142 4,314 0,59 8,61
2012 BTN 63 133 3,867 0,55 7,58
2012 SOCFINDO 92 138 3,417 0,56 7,43
2012 ASIAN AGRI 41 138 1,666 0,56 7,12
27
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktifitas kalapa sawit
adalah keseragaman pertumbuhan bibit kelapa sawit. Pertumbuhan tanaman yang
seragam akan meningkatkan produktivitas TBS dan memudahkan pelaksanaan
kultur teknis. Dengan perlakuan pembibitan umum seperti aplikasi pupuk,
penyiraman dan pengendalian gulma yang seragam dalam satu kelompok maka
dapat meminimalkan variasi pertumbuhan apabila benih yang digunakan adalah
benih unggul (PPKS, 2008).
28
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Hasil perbandingan produkivitas tanaman kelapa sawit varietas PPKS, BTN,
Socfindo, dan Asian Agri, produkivitas tanaman yang paling tinggi di
tunjukkan oleh varietas PPKS.
2. Produkivitas varietas PPKS tampak secara nyata Pada perbandingan bobot
per hektar (Kg/Ha), kerapatan buah (Tandan/Pokok), dan bobot tandan rata-
rata (BTR). Selain menggunakan varietas unggul, masih terdapat banyak
faktor yang berpengaruh terhadap produkivitas kelapa sawit.
5.2. Saran
1. Penulis sangat megharapkan agar pada masa yang akan datang PT.Perkebunan
Nusantara V Sei Tapung bisa meningkatkan produksinya dengan
meningkatkan mutu kinerjanya.
2. Untuk K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) penulis berharap kepada Unit
PKS Sei Tapung untuk lebih diperketat.
3. Kegiatan PKL harus tetap dipertahankan serta ditingkatkan mutu kinerjanya
dalam pelaksanaannya sehingga dapat menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, Agus. 2013. Berkebun Kelapa Sawit si Emas Cair. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Julyan, Benny. 2011. “Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guiinensis
Jacq.) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Ppks) Marihat, Sumatera
Utara”. Skripsi. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Kelapa Sawit. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian
Pertanian.
Lubis, A,U. 1992. Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan, Marihat, Bandar Kuala. 435 hal.
Maksi. 2008. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas Sriwijaya. PT. Bina Sawit. Penebar
Swadaya. Palembang.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan lengkap kelapa sawit manajemen agribisnis dari
hulu hingga hilir. Niaga swadaya. Bogor. 404 hlm.
Pahan, Iyung. 2010. Paduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir (Cetakan ke VII). Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2005. Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 42 hal.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2008. Aplikasi Kompos Tandan Kosong
Sawit (TKS) Pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Pada Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit TM. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2017. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan 143 hal.
30
Setyatmidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Sunarko. 2007. Petunjuk praktis budi daya dan pengolahan kelapa sawit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sunarko. 2009. Budi Daya Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sytem
Kemitraan. Cetakan Pertama,Jakarta; Agromedia Pustaka.
Tim Bina Karya Tani, 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Bandung. 81 hal.
31