Penerapan Sistem Among Dalam Proses Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Jurnal Teknologi Pendidikan

Vol: 08/01 Juli 2020.


Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v8n1.p122--141

PENERAPAN SISTEM AMONG DALAM PROSES


PENDIDIKAN SUATU UPAYA MENGEMBANGKAN
KOMPETENSI GURU
The Implementation of Nurture System Within Education Process to
Evolve Teacher Competencies

Siti Masitoh1, Fibria Cahyani2


1Universitas Negeri Surabaya, 2IKIP Widya Darma
1Kampus Lidah Wetan Surabaya, Jl. Lidah Wetan Surabaya

2 Jl. Ketintang No. 147 – 151 Surabaya

Pos-el: sitimasitoh@unesa.ac.id1, fibriacahyani@ikipwidyadarmasurabaya.ac.id2

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT:


Riwayat Artikel: Professional teachers were required having four
Diterima : 15 Juni 2019 competencies as mandated by Teachers Law No. 14 of 2005.
Direvisi : 8 Agustus 2019 Those competencies were pedagogic, professional, personal,
Disetujui : 3 April 2020 and social competence. They seemed to Ki Hajar Dewantara's
thoughts were explicitly reflected in Tamansiswa principles,
Keywords: namely: orderly speaking and acting, greetings, peace, and
happiness. They accord to regulation of national education
Nurture system, teacher
competencies minister No. 16 of 2007, including "Presenting yourself as
an honest person, noble character, and revealing good model
for students and society." The toughts of Ki Hajar's
Kata Kunci:
personality was translated into values that must be possessed
Sistem among, kompetensi by educators and educated. These values were, exemplary:
guru. ing ngarsa sung tulada; motivation: ing madya mangun
karsa; tut wuri handayani is in the implementation of
education is called the nurture system. Data collection
techniques was using method: questionnaire, observation,
interview, and documents. Data analysis techniques also
used flow analysis adaptation of Milles and Huberman
(2013). The research findings were: (1) lecturers' behavior in
conducting education with the nurture system at UST
Yogyakarta in building character has been internalized in
lecturers, employees, and students reflected in campus life.
Referring to Tamansiswa principles, Ki Hajar Dewantara's
thoughts were consisting to: (1) Niteni, Nirokake, Nambahi,
(2) Tri Nga: Ngerti, Ngroso, Nglakoni, and (3) the

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 122


implementation of leadership trilogy in the nurture system
stood for wider seven Tamansiswa principles. Ki Hajar's
thoughts were expected to be implemented by the teachers as
educator by giving good model in carrying out education.

ABSTRAK:
Guru profesional dituntut memiliki empat kompetensi
seperti yang diamanahkan oleh Undang-Undang Guru
No 14 Tahun 2005. Kompetensi yang dimaksud, yaitu
kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan
sosial. Penerapan keempat kompetensi guru tersebut
dilakukan secara terintegrasi. Berkaitan erat dengan
kompetensi ini adalah ajaran Ki Hajar Dewantara yang
tersurat dalam azas tamansiswa, yaitu; tertib bicara dan
bertindak, salam, damai, dan bahagia. Keempat azas
tamansiswa ini selaras dengan Permendiknas No. 16
Tahun 2007, yang salah satu di antaranya adalah
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Ajaran kepribadian Ki Hajar ini dapat dijabarkan
menjadi nilai-nilai yang harus dimiliki oleh pendidik
dan terdidik. Nilai-nilai tersebut, yaitu; keteladanan
(ing ngarsa sung tulada); motivasi (ing madya mangun
karsa); dan tut wuri handayani yang di dalam
pelaksanaan pendidikan disebut sebagai sistem among.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode:
angket, observasi, wawancara, dan telaah dokumen.
Teknik analisis data menggunakan analisis alir adaptasi
Milles dan Huberman. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa perilaku dosen dalam
melaksanakan pendidikan dengan sistem among di
UST Yogyakarta dalam membangun karakter sudah
terinternalisasi pada dosen, tenaga pendidik, dan
mahasiswa yang tercermin dalam kehidupan kampus
dengan berlandaskan azas tamansiswa. Ajaran Ki Hajar
Dewantara di antaranya (1) niteni, nirokake, nambahi,
(2) Tri Nga: Ngerti, Ngroso, Nglakoni, dan (3)
penerapan trilogi kepemimpinan dalam sistem among
dengan berpijak pada tujuh azas tamansiswa yang
diperluas. Ajaran Ki Hajar ini diharapkan dapat
diterapkan guru sebagai pendidik dengan keteladanan
dirinya dalam melaksanakan pendidikan.

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 123


PENDAHULUAN kompetensi pedagogik yang harus
Nilai-nilai luhur ajaran Ki Hajar dimiliki guru di antaranya yaitu: (1)
Dewantara seharusnya mampu menguasai teori belajar dan prinsip-
menembus perkembangan jaman, prinsip pembelajaran yang men-
dengan menyesuaikan kondisi didik; (2) menguasai karakteristik
dalam jamannya termasuk di peserta didik dari aspek fisik, moral,
dalamnya guru sebagai pendidik spiritual, sosial, kultural, emosional,
profesional. Guru sebagai khalifah dan intelektual; dan (3) ber-
di muka bumi sudah dibekali oleh komunikasi secara efektif, empatik,
Sang Pencipta berupa akal untuk dan santun dengan sesama peserta
mampu memilah dan memilih didik. Kompetensi inti yang
berperilaku sebagai manusia disebutkan di dalam kompetensi
berakhlak mulia dan mampu kepribadian mengemukakan bahwa
menjadi teladan bagi para siswanya. seorang guru (1) bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum,
Namun fakta lapangan
sosial, dan kebudayaan nasional
menunjukkan kondisi yang berbeda,
Indonesia, dan (2) menampilkan diri
khususnya saat ini berada dalam era
sebagai pribadi yang jujur,
Industri 4.0 bahkan Industri 5.0.
berakhlak mulia, dan teladan bagi
Pertanyaan yang menggelitik,
peserta didik dan masyarakat.”
“mampukah dalam proses
pendidikan di era global guru Untuk menjawab hal tersebut
menjaga nilai-nilai kemanusiaan, dengan mengonfirmasi butir-butir
dan sekaligus menghormati yang tertuang di dalam kompetensi
identitas budaya, dan nilai-nilai pedagogik dan kompetensi
nasionalisme yang merupakan -ke- kepribadian yang harus dimiliki
kayaan warisan budaya Indonesia?” guru berdasarkan Permendiknas

Di dalam Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007, diyakini


dapat dijawab “Ya, guru Indonesia
Pendidikan Nasional (Mendiknas
mampu melaksanakan kompetensi
saat itu) Nomor 16 Tahun 2007
pedagogik dan mampu menjaga
menetapkan empat kompetensi yang
nilai-nilai nasionalisme yang
harus dimiliki guru yaitu
merupakan kekayaan warisan
kompetensi pedagogik, kompetensi
budaya Indonesia”. Konsekuensi
kepribadian, kompetensi sosial dan
terhadap jawaban tersebut, maka
kompetensi profesional. Kompetensi
guru dalam melaksanakan proses
inti yang dituangkan dalam
pendidikan yang di dalamnya

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 124


melaksanakan proses pembelajaran, dimaknai menguatkan lahir batin
maka “Sang Guru diharapkan anak dengan cara merangsang,
menjadi Model Keteladanan dalam memupuk, membimbing, meng-
berbicara, bertindak, berwawasan gairahkan dengan keteladanan agar
keilmuan yang relevan dan mampu anak didik mampu mengembang-
melaksanakan pembelajaran yang kan kepribadiannya sesuai dengan
mendidik, memahami karakteristik kodratnya tanpa paksaan, hukuman
anak didik serta menampilkan diri dan ketertiban dengan disiplin
sebagai pribadi yang jujur, pribadi (swadisiplin). Untuk itu,
berakhlak mulia, dan teladan bagi dalam melaksanakan sistem among,
peserta didik dan masyarakat. di mana guru sebagai pamong
Universitas Sarjanawiyata hendaknya memperhatikan hal-hal
Tamansiswa Yogyakarta sebagai berikut (Ki Suwarjo, 2013: 5).
perguruan tinggi di Indonesia yang Pertama, pamong harus berpegang
konsisten dalam membangun pada kemampuan dasar anak didik
karakter anak bangsa berpijak pada (teori dasar Ki Hajar Dewantara).
kearifan lokal berdasarkan ajaran Ki Kedua, pamong harus berpegang
Hajar Dewantara. Ki Suwarjo (2013) bahwa setiap anak didik memiliki
menjelaskan bahwa Sistem Among potensi sesuai dengan garis
merupakan sebuah sistem kodratnya. Ketiga, pamong harus
pendidikan yang diperuntukkan di memberi kesempatan seluas-luasnya
lingkungan Tamansiswa khususnya, dan dorongan kepada anak didik
dan masyarakat Indonesia pada untuk mengungkapkan perasaan,
umumnya. Sistem among dengan pikiran, dan perbuatannya. Ke-
semboyan Tutwuri Handayani empat, pembinaan anak didik harus
diharapkan mampu menjawab berdasarkan atau kemauan sendiri,
tantangan jaman khususnya dalam pemahaman dan usaha sendiri.
dunia pendidikan yang diduga Kelima, pamong mengupayakan
semakin hari nilai-nilai peradaban atau memfasilitasi agar pembinaan
bangsa semakin mengalami ke- mengarah kepada kemampuan anak
munduran. didik untuk mengolah hasil temuan-
Tutwuri berarti mengikuti, nya.
yaitu mengikuti perkembangan anak Peran pamong menurut pan-
didik dengan perhatian sepenuh dangan Ki Hajar Dewantara sangat
hati, dilandasi dengan cinta kasih mulia karena semua aktivitas
dan tulus ikhlas. Handayani pamong difokuskan untuk ke-

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 125


pentingan pengoptimalan potensi yang mengacu pada nilai-nilai
yang ada pada diri anak didik. karakter Ki Hajar Dewantara
Dengan demikian, seorang pamong (Marihandono (ed), 2017). Nilai-nilai
diharapkan mampu mengenali tersebut, yaitu: (1) keteladanan (ing
karakteristik anak didik dari aspek: ngarsa sung tulada); (2) motivasi
(1) kemampuan dasar yang dimiliki (ing madya mangun karsa); dan (3)
anak; (2) potensi anak sesuai dengan mendukung serta percaya kepada
garis kodrat; (3) kemampuan anak bawahan (tut wuri handayan).
dalam mengungkapkan perasaan, Ketiga pedoman perilaku bagi
pikiran, dan perbuatan; dan (4) pendidik tersebut dalam pelaksana-
memfasilitasi kemampuan anak an pendidikan dikenal dengan
untuk mengolah hasil temuannya. Sistem Among.
Berdasarkan keempat peran pamong Tujuan penelitian adalah
tersebut secara nyata mem- menemukenali perilaku guru dalam
perlihatkan kecederungan keber- melaksanakan pendidikan dengan
pihakan pamong kepada anak didik. sistem among belandaskan azas
Artinya semboyan “tutwuri tamansiswa untuk mengembangkan
handayani” oleh pamong kepada kompetensi guru dengan berpijak
anak didik tidak sekedar memberi dari temuan penelitian di
motivasi, tetapi justru lebih dari itu, Universitas Sarjanawiyata Taman-
bahwa hasil identifikasi pamong siswa Yogyakarta.
tentang karakteristik dan potensi,
serta kemampuan dan kemauan METODE PENELITIAN
yang dimiliki siswa diupayakan Penelititian ini menggunakan
mereka mampu mengeksplorasi pendekatan kualitatif dengan jenis
daya cipta, rasa dan karsa agar penelitian etnografi. Subjek terteliti
mampu berkarya. Kementerian terdiri atas 5 orang dosen, 5 orang
Pendidikaan dan Kebudayaan ber- tenaga kependidikan, dan 10 orang
harap agar para lulusannya mahasiswa di UST Yogyakarta.
memiliki nilai karakter yang baik Teknik pengumpulan data meng-
dan unggul serta berusaha gunakan metode angket, observasi,
melakukan hal terbaik terhadap wawancara, dan telaah dokumen.
Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan, Teknik analisis data menggunakan
bangsa dan negara serta dunia. analisis alir adaptasi Milles dan
Pengoptimalan potensi diri disertai Huberman (2013). Instrumen pe-
dengan kesadaran dan motivasi nelitian digunakan lembar observasi

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 126


dan wawancara dalam penerapan bersama, dan di belakang, memberi
sistem among dalam hal ini, yaitu: motivasi kepada anak didik.
(1) kedisiplinan pamong dan siswa Berdasar beberapa sumber data
dalam pelaksanaan pembelajaran, di pusat kearifan lokal Ki Hajar,
(2) komunikasi antara dosen dan yaitu Universitas Sarjanawiyata
mahasiswa, dan (4) percepatan Tamansiswa (UST) Yogyakarta
penyelesaian studi mahasiswa. tentang konsep pendidikan, Ki Hajar
Angket, wawancara, dan telaah mengemukakan bahwa pendidikan
dokumen digunakan untuk sebagai tuntunan di dalam hidup
mengumpulkan data terkait tumbuhnya anak-anak, yang di-
pendapat subjek terteliti tentang maknai pendidikan yaitu tuntunan
penerapan nilai-nilai karakter Ki pada tumbuhnya anak-anak. Lebih
Hajar Dewantara yang tertuang lanjut dijelaskan bahwa yang di-
dalam sistem among dengan maksud pendidikan yaitu me-
memperhatikan tujuh azas taman- nuntun segala kekuatan kodrat yang
siswa yang diperluas. Observasi dan ada pada anak-anak itu, agar mereka
wawancara digunakan untuk sebagai manusia dan sebagai ang-
menemukenali perilaku guru dalam gota masyarakat dapatlah mencapai
melaksanakan pendidikan dengan keselamatan dan kebahagiaan yang
sistem among dalam upaya setinggi-tingginya (Majelis Luhur
mengembangkan kompetensi guru Persatuan Tamansiswa, 2013: 20).
dengan berpijak dari temuan Menuntun segala kekuatan
penelitian di Universitas Sarjana- kodrat yang ada pada anak, hal ini
wiyata Tamansiswa Yogyakarta. menunjukkan bahwa setiap anak
memiliki kekuatan potensi, minat
HASIL DAN PEMBAHASAN dan bakat masing-masing yang
Pendidikan Menurut Ki Hajar dibawa sejak lahir. Tugas pendidik
Dewantara menuntun dalam hal ini dapat
Sistem among di lingkungan dimaknai membimbing dan
pendidikan dalam kegiatan pem- mengarahkan agar segala kekuatan
belajaran sekedar dimaknai seperti kodrat yang dimiliki anak ber-
yang tersurat. Di depan, pendidik kembang optimal. Ki Hajar sengaja
(pamong sebutan guru dalam memilih kata “menuntun” bukan
pendidikan Tamansiswa) menjadi yang lainnya, dalam bahasa Jawa
contoh/ tauladan, di tengah bekerja perilaku menuntun ada kesetaraan
antara pendidik dan yang terdidik.

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 127


Menuntun menunjukkan bahwa dapat mencapai keselamatan dan
posisi yang dituntun berdampingan kebahagiaan yang setinggi-
dengan yang menuntun. Filosofi tingginya. Diyakini dipilih kata
yang tersirat bahwa anak menjadi “mencapai keselamatan dan
sentral proses pendidikan. Ki Hajar kebahagiaan” bermakna bahwa
juga mengatakan agar anak sebagai keselamatan dalam hidup
manusia dan sebagai anggota merupakan kondisi yang paling
masyarakat dapatlah mencapai sempurna. Keselamatan sangat
keselamatan dan kebahagiaan yang mungkin doa bagi setiap manusia
setinggi-tingginya. Dalam hal ini, Ki agar kehidupannya damai, tenteram,
Hajar memosisikan peran manusia dan bahagia tanpa kurang sesuatu
sebagai makhluk monodualistis. apapun yang diidamkan oleh setiap
Pada suatu keadaan, seseorang orang. Pesan moral yang tersirat
sebagai mahluk individu dan pada adalah bahwa melalui proses
keadaan lain sebagai mahluk sosial. pendidikan, manusia dapat
Manusia sebagai mahluk individu mencapai puncak kesuksesan
punya kemerdekaan untuk dengan kondisi senantiasa dalam
mengoptimalkan segala potensi keberkahan Tuhan Maha Pelindung.
yang dimilikinya. Konsep ini Untuk memastikan bahwa
bermakna bahwa setiap individu konsep pendidikan menurut Ki hajar
selain ada kekurangan tentu banyak sangat berbeda dengan kajian
kelebihan dalam segala kekuatan beberapa tokoh pendidikan lainnya,
kodrat. Di sisi lain, sebagai anggota dikemukan seperti berikut.
masyarakat berarti manusia Pertama, konsep pendidikan
berperan sebagai mahkluk sosial.
menurut Plato adalah sesuatu yang
Dalam hal ini, dengan segala dapat membantu perkembangan
kekuatan kodrat yang dimilikinya, individu dari jasmani dan akal
Ki Hajar berharap agar manusia dengan sesuatu yang dapat
membawa manfaat bagi kehidupan memungkinkan tercapainya sebuah
dirinya, bangsa, dan sesama kesempurnaan.
manusia.
Kedua, Langeveld berpendapat
Kemerdekaan belajar manusia
bahwa pendidikan adalah upaya
selain untuk dirinya juga
dalam membimbing manusia yang
berkembang untuk kemaslahatan
belum dewasa kearah kedewasaan.
umat. Ki Hajar menutup konsep
pendidikan yang dikemukakan

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 128


Ketiga, Rousseau mengemukakan Proses pertumbuhan adalah proses
bahwa pendidikan adalah pem- penyesuaian pada setiap fase dan
bekalan diri kita dengan sesuatu menambah kecakapan dalam
yang belum ada pada kita sewaktu perkembangan seseorang melalui
masa kanak-kanak, akan tetapi pendidikan. Berdasarkan pendapat
dibutuhkan waktu dewasa. keempat tokoh pendidikan tersebut,
Pemikirannya menekankan bahwa tidak ditemukan satupun yang
anak-anak harus diajar dengan menegaskan bahwa akhir pen-
prinsip pendekatan minat dan didikan adalah mencapai ke-
bukan melalui displin dan pelajaran selamatan dan kebahagiaan yang
yang tegas. Dalam hal ini, perilaku setinggi-tingginya. Pemikiran Ki
dan pemikiran anak harus Hajar inilah yang perlu direnungkan
dikendalikan. Samuael Smith (1986: bersama bahwa seiring dengan
190 dalam Darmawan, 2016) kemajuan jaman dan teknologi
menjelaskan bahwa prinsip dasar bahkan saat ini kita berada dalam era
pendidikan menurut Rousseau milinial sesungguhnya konsep
adalah pendidikan yang harus pendidikan Ki Hajar tidak lekang
diresmikan dengan sifat kebutuhan oleh waktu.
individu setiap anak. Dorongan hati
setiap anak tidak boleh dibatasi Penerapan Sistem Among dalam
karena seorang anak lahir dengan Proses Pendidikan sebagai suatu
sifat-sifatnya yang baik. Seseorang Upaya Mengembangkan
hanya memiliki sifat jahat Kompetensi Guru
dikarenakan pengaruh dari orang Guru sebagai orang kunci dalam
dewasa yang biasanya salah dalam penerapan sistim among Wardani
membimbingnya, yaitu disiplin (2010) berpendapat bahwa
yang keras dan contoh-contoh yang keberhasilan penerapan sistem
buruk. among di sekolah juga tergantung
Keempat, berbeda juga dengan dari guru di sekolah tersebut.
konsep pendidikan yang dikemuka- Ki Hadjar Dewantara (Majelis
kan John Dewey, yaitu sebagai suatu Luhur Persatuan Tamansiswa, 2013)
proses pengalaman. Mengingat
mengiaskan dalam pelaksanaan
kehidupan merupakan pertumbuh-
sistem among dengan gambaran
an, maka pendidikan berarti
bahwa guru terhadap murid harus
membantu pertumbuhan batin
manusia tanpa dibatasi oleh usia. berpi kir, berperasaan, dan bersikap

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 129


sebagai Juru Tani terhadap tanaman
yang dipeliharanya, bukan tanaman
yang ditaklukkan oleh kemauan dan
keinginan Juru Tani (dalam hal ini
guru). Dalam literatur tersebut
dijelaskan bahwa juru tani dapat
memberi perlakuan pada padi yang
ditanam dan dirawat dengan
memberi pupuk, mengairi lahan
sawah, menyiangi rumput yang
mengganggu pertumbuhan dan
perilaku lainnya. Juru tani tidak
dapat mengubah padi yang tumbuh
dengan harapan dapat panen buah
jagung. Pak Tani harus takluk pada
kodrat padi. Kiasan dalam merawat
Gambar 1: Prasasti Ajaran Ki Hadjar Dewantara
tumbuhan padi, dianalogikan
(Sumber: dokumen ini diambil dari prasasti
seperti seorang guru dalam yang terpasang di Gedung Fakultas Psikologi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST)
mendidik para siswanya. Guru
Yogyakarta pada tgl. 24 Okt.2019).
walaupun hanya “menuntun” akan
tetapi besar manfaatnya bagi hidup Seperti yang dijelaskan dalam
Majelis Luhur Persatuan
tumbuhnya anak. Kias atau filosofi
Tamansiswa (2013) bahwa sistem
Ki Hajar ini memberi makna bahwa among juga merupakan sistem Tut
guru tidak lagi mengajar hanya Wuri Handayani yang berarti guru
sekedar menjalankan pekerjaan, harus berpegang pada kemampuan
akan tetapi memperlakukan anak dasar anak didik. Mengingat setiap
anak mempunyai potensi sesuai
didiknya sebagai anak kandungnya
dengan kodratnya, maka guru harus
sendiri sehingga guru dapat
memberikan kesempatan dan
mengajar dengan kesungguhan agar dorongan kepada anak didik untuk
tujuan pendidikan dapat tercapai mengembangkan kemampuannya,
optimal. melakukan pembinaan anak didik
berdasarkan kemauan dan
pemahamannya sendiri. Sebagai

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 130


contoh adalah seorang anak yang
sering terlambat datang masuk
sekolah.
Sikap dan tindakan guru sebaiknya
tidak mengambil keputusan
menghukum anak tersebut untuk
berdiri di depan kelas karena sering
terlambat. Solusi bijak dapat
dilakukan pada siswa dengan mencari
tahu alasan siswa sering terlambat.
Guru mendengar penjelasan siswa
atas kondisinya. Selain itu, guru harus
meyakinkan bahwa siswa dapat
Gambar 2: Kue donat menara
sampai di sekolah sebelum jam masuk. (Sumber:http://instagram.com/lelloddonutsby?igs
Agar kebiasaan terlambat dapat hid=15v28oy2sng20, diakses 4 Juni 2020)

dihindari anak dan memberi penguat Contohnya pada mata pelajaran


ketika siswa sudah menunjukkan Seni Budaya dan Prakarya (SBdP).
perubahan untuk datang ke sekolah Guru bukan hanya membelajarkan
sebelum masuk kelas. anak tentang bagaimana membuat
Tut Wuri Handayani juga ber- kue donat yang lezat rasanya dengan
makna mengembangkan potensi daya testur lembut dan tidak mengeras jika
cipta, daya rasa, dan daya karsa. sudah dingin. Guru juga membimbing
Berkaitan dengan pengembangan anak untuk dapat berkreasi
daya cipta, Ki Suwarjo (2013) menciptakan kue donat bertemakan
berpendapat bahwa anak didik tokoh film kartun, atau menara dan
dibimbing untuk menumbuhkan yang lainnya, sesuai dengan apa yang
sikap dan jiwa makarya (sikap dan dilihat setiap harinya.
watak untuk menciptakan lapangan Jika guru kreatif untuk
pekerjaan sendiri). Dalam hal ini, membangun motivasi dan
anak dapat diarahkan pada mengoptimalkan kreativitas anak
pembelajaran yang kreatif untuk didik, ternyata donat bukan sekedar
menciptakan suatu produk hasil hidangan lezat sebagai pendamping
pembelajaran. Guru hendaknya minum teh/kopi bersama keluarga.
melakukan analisis pada mata Keberadaan kue donat sudah naik
pelajaran tertentu yang dapat pamor dengan sentuhan kreativitas
mengembangkan kreativitas siswa. masyarakat yang hobby membuat kue

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 131


yang memiliki nilai jual tinggi. Konsep dorongan dan arahan. ”ing madya
“tut wuri handayani” bermakna mangun karsa” yaitu pada saat di
mengembangkan potensi daya cipta, antara peserta didik, guru harus
daya rasa, dan daya karsa (Ki Hajar menciptakan prakarsa dan ide. “ing
Dewantara, 1922; Ki Suwarjo, 2013). ngarsa sung tulada” yang berarti
Pengembangan kreativitas terhadap ketika guru berada di depan, seorang
olahan kue donat sudah marak guru harus memberi teladan atau
menjadi salah satu pilihan sebagai contoh dengan tindakan yang baik.
penyerta seseorang menyampaikan Ki Suwarjo (2013) menjelaskan
rasa syukur kepada Sang Pencipta tentang penerapan “tut wuri” berarti
alam Semesta pada saat usia seseorang mengikuti, yaitu mengikuti
bertambah. perkembangan anak didik dengan
Berikut ini sebuah contoh perhatian sepenuh hati, dilandasi
penerapan sistem among dalam dengan cinta kasih dan tulus ikhlas.
pengembangan potensi daya rasa, “Handayani” dimaknai sebagai
daya karsa, dan daya cipta. penguatan lahir batin anak dengan
Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh cara merangsang, memupuk,
tertib damai kehidupan bersama, yang membimbing, menggairahkan dengan
mendukung sikap toleransi, ke- keteladanan. Tujuannya adalah agar
selarasan, kekeluargaan, musya- anak didik mampu mengembangkan
warah, kebersamaan, demokrasi, kepribadiannya sesuai dengan
tanggungjawab, dan disiplin (Ki kodratnya tanpa paksaan, hukuman,
Suwarjo, 2013; Mujito, 2014). Manusia dan ketertiban dengan disiplin pribadi
merdeka adalah seseorang yang (swadisiplin). Dalam melaksanakan
mampu berkembang secara utuh dan sistem among, guru sebagai Pamong
selaras dari segala aspek hendaknya memperhatikan hal-hal
kemanusiaanya dan yang mampu berikut.
menghargai dan menghormati ke- 1. Pamong harus berpegang pada
manusiaan setiap orang (Widyastono, kemampuan dasar anak didik
2014). Kedua bagi pendidik, Ki Hadjar (teori dasar Ki Hajar Dewantara).
Dewantara memberikan beberapa 2. Pamong harus berpegang bahwa
pedoman dalam menciptakan kultur setiap anak didik memiliki potensi
positif seorang pendidik, yang sesuai dengan garis kodratnya.
diungkapkan melalui “tut wuri 3. Pamong harus memberi
handayani”. Dari belakang, seorang kesempatan seluas-luasnya dan
guru harus bisa memberikan dorongan kepada anak didik

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 132


untuk mengungkapkan perasaan, jawab berdasarkan kebenaran dan
pikiran, dan perbuatannya. tidak hanya ikut-ikutan (dalam bahasa
4. Pembinaan anak didik harus Jawa disebut “tidak anut grubyug”)
berdasarkan atas kemauan tentang sesuatu atau fenomena yang
sendiri, pemahaman, dan usaha ditemukan di alam masyarakat.
sendiri. Anak didik diharapkan sanggup
5. Pamong mengupayakan atau bertanggung jawab atas pendirian
memfasilitasi agar pembinaan terhadap suatu kebenaran yang
mengarah kepada kemampuan diyakininya. Dirinya tidak gentar akan
anak didik untuk mengolah hasil tekanan dari siapapun dan dari
temuannya. manapun tekanan tersebut berasal.
Peran Pamong menurut Anak didik dapat dikatakan kreatif
pandangan Ki Hajar Dewantara jika dirinya aktif berkemauan untuk
sangat mulia karena semua aktivitas mengeksplor daya cipta, rasa, dan
pamong difokuskan untuk karsa.
kepentingan pengoptimalan potensi Mengembangkan daya rasa
yang ada pada diri anak didik. berarti mengembangkan perasaan
Harapan yang dikemukakan oleh Ki anak didik untuk dapat meningkatkan
Hajar Dewantara seperti yang dikutip kepekaan tergadap hal-hal yang
oleh Ki Suwarjo (2013: 6) adalah berhubungan dengan hati nurani, hal-
“Dengan semboyan Tutwuri hal yang positif seperti etika, estetika,
Handayani juga bermakna moral berpikir positif. Pada akhirnya,
mengembangkan potensi daya cipta, diharapkan anak didik memiliki
daya rasa, dan karsa anak didik secara kepedulian dan mampu menciptakan
seimbang sesuai garis kodratnya kebersamaan yang harmonis.
(sesuai dengan bakat dan minat). Mengembangkan daya karsa
Tujuannya adalah agar anak didik berarti mengembangkan semangat
menjadi manusia yang makarya secara belajar dan berkarya dengan senang,
merdeka dan bermanfaat dalam gembira, dan penuh gairah sebagai
kehidupan bersama (manunggaling rasa syukur atas rahmat Tuhan yang
cipta, rasa dan karsa ambabar karya)”. diberikan kepada setiap manusia.
Mengembangkan daya cipta Manusia merupakan penciri makhluk
berarti mengembangkan cara berpikir yang paling sempurna dibandingkan
ilmiah secara kritis, kreatif, dan mahluk lain ciptaanNya.
mandiri. Secara kritis dapat dimaknai Ajaran Ki Hajar Dewantara
bahwa anak didik memiliki tanggung sesungguhnya memberikan sinyal

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 133


kepada semua pendidik yang ini dimaksudkan agar anak didik
menekankan bahwa proses pen- berperasaan, berpikiran, dan bekerja
didikan merupakan wahana mem- merdeka dalam tertib bersama.
bangun watak siswa. Tujuannya Pasal 5 merupakan azas bagi
adalah agar anak memiliki jiwa semua orang yang ingin mengejar
merdeka dan mandiri, jiwa nasional, kemerdekaan hidup yang mendasari
dan tetap peka terhadap terbangunnya kemandirian seseorang.
perkembangan internasional, berijiwa Pasal 6 berisi syarat-syarat
pionir-pelopor dan mengembangkan mengejar kemerdekaan dengan sistem
potensi yang dimiliki secara kodrati mandiri.
(Marihandono, 2017). Dari 7 pasal azas tamansiswa,
Dari sumber yang sama disebut- ditemukan ada 4 pasal, yaitu pasal: 1,
kan bahwa merdeka belajar menurut 2, 5, dan pasal 6 yang menegaskan
ajaran Ki Hajar Dewantara tertulis tentang merdeka belajar menurut
dalam azas Tamansiswa yang ajaran Ki Hajar Dewantara.
diperluas, terdiri atas 7 (tujuh) pasal Pendidik hendaknya memahami
(Marihandono, 2017). Pasal-pasal peserta didik, pengalaman,
yang menegaskan konsep merdeka kemampuan, dan upaya untuk
belajar seperti berikut. meningkatkan prestasi belajar
Pasal 1 menyatakan bahwa siswanya selain sebagai guru yang
proses pendidikan menuntun segala berprestasi. Dalam upaya pendidik
kekuatan kodrat alam dan kemajuan menerapkan sistem among dalam
berjalan kodrati. Dasar ini yang melaksanakan proses pendidikan dan
mewujudkan sistem “among” yang pembelajaran terkait dengan
berarti bahwa guru-guru meskipun di kompetensi yang harus
belakang tetapi mempengaruhi dan dikembangkan oleh pendidik seperti
memberi jalan kepada anak didik yang tersurat dalam Permendiknas
untuk berjalan sendiri. Peran guru No. 16 Tahun 2007. Kompetensi
inilah yang kemudian dikenal dengan pedagogik yang dimaksud, di
istilah “Tut wuri handayani”. Di antaranya yakni (1) berkomunikasi
samping itu, guru dapat memberi secara efektif, empatik, dan santun
motivasi dan menginovasi pikiran dengan peserta didik, dan (2)
anak didik serta memberi contoh. menguasai teori belajar dan prinsip-
Pasal 2 tentang dasar prinsip pembelajaran yang mendidik.
kemerdekaan belajar setiap orang Kompetensi pedagogik ini jika
untuk mengatur dirinya sendiri. Hal dikonfirmasikan dengan ajaran Ki

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 134


Hajar yang dikemukakan dalam 5 kepribadian. Temuan penelitian yang
(lima) komponen yang harus dilakukan di UST, para mahasiswa
diperhatikan oleh seorang Pamong selain belajar untuk mencapai gelar
dapat dimaknai bahwa guru dalam Sarjana, mereka juga belajar
melaksanakan pendidikan dan enterpreneurship dengan menggali
pembelajaran diharapkan memiliki dan memberdayakan produk kearifan
kemampuan melakukan analisis lokal di sekitar Yogyakarta.
karakteristik anak didik agar Hasil wawancara, sumber data
menemukan potensi yang dimilikinya. mengemukakan bahwa di Yogyakarta
Dengan mengacu hasil analisis ada kegiatan yang menggerakkan
potensi yang dimiliki anak didik, seluruh komponen masyarakat mulai
maka guru dapat mendorong dan unsur pedagang, pendidik, hingga
memotivasi agar potensi tersebut unsur aparat pemerintah serta unsur
dapat dioptimalkan atas kemauan terkait lainnya berpartisipasi dalam
anak sendiri. Guru berperan sebagai acara rutin “kliwonan” yang digelar
fasilitator untuk menyemangati sepanjang jalan Malioboro. Mereka
bahwa potensi anak sesuai dengan mengenakan pakaian batik termasuk
garis kodratnya dapat dikembangkan warga kampus UST yang dijadwal
seluas-luasnya untuk mengungkap- secara bergiliran.
kan perasaan, pikiran, dan per- Pada acara “kliwonan” ini,
buatannya berdasarkan temuannya. berbagai unsur yang berpartisipasi
Dalam proses pembinaan dan mengisi acara gelar kegiatan se-
pengarahan yang berkelanjutan panjang jalan Malioboro. Pengunjung
diharapkan anak mampu “ambabar “kliwonan” berjalan menuju Malio-
karya” seperti yang dikemukakan boro karena semua jenis kendaraan
contoh tentang “membelajarkan anak dilarang masuk. Temuan penelitian ini
membuat donat sampai mampu ditunjukkan oleh tiga orang yang
mengembangkan kreativitas meng- bekerja di Museum Ki Hajar
hasilkan olahan donat yang memiliki Dewantara sekitar pk 11.00 pamit
nilai jual tinggi.” pada teman kerjanya untuk piket di
Upaya yang dilaksanakan oleh acara “kliwonan” secara bergiliran.
guru seperti dicontohkan pada papar- Guru sebagai contoh kete-
an sebelumnya, dapat dipastikan ladanan berupaya agar dapat
bahwa guru berupaya mengembang- membimbing para siswa untuk
kan kompetensi, khususnya dalam hal berperanserta dalam acara
ini kompetensi pedagogik dan “kliwonan”. Yogyakarta sebagai pusat

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 135


pengembangan kerarifan lokal. Untuk meninggalkan pengawasan. Dengan
mengembangkan olah cipta, maka demikian, anak didik tidak bebas
kegiatan “kliwonan” dapat dijadikan lepas tanpa pengawasan dan juga
sebagai ajang pengembangan diri, tidak terkekang atau terhambat dalam
baik oleh pendidik maupun peserta pertumbuhan dan perkembangannya
didik, dimulai dari jenjang pendidikan sebagai manusia merdeka
sekolah dasar sampai dengan (Marihandono, 2017 ).
pendidikan tinggi termasuk elemen Menelusur Permendiknas No. 16
masyarakat terkait. Tahun 2007 tentang kompetensi
Dalam pembelajaran di sekolah, kepribadian yang harus dimiliki dan
guru berupaya memilih dan dikembangkan guru, yaitu (1)
menggunakan metode serta media bertindak sesuai dengan norma
yang bervariasi dalam pembelajaran agama, hukum, sosial, dan
untuk mengembangkan kompetensi kebudayaan nasional Indonesia, (2)
peserta didik. Pendidik bagi Ki Hajar menampilkan diri sebagai pribadi
Dewantara terdiri atas orang tua, guru yang jujur, berahlak mulia, dan
atau pemimpin, termasuk pemimpin teladan bagi peserta didik dan
spiritual. Peran pendidik yaitu masyarakat. Pendidik menerapkan
sebagai fasilitator dan motivator butir kompetensi kepribadian ini, dan
(Yanuarti, 2017). Untuk itu, yang jika dikonfirmasi dengan azas taman
diutamakan sebagai pendidik yakni siswa yang diperluas khususnya pada
menjalankan fungsinya sebagai model azas ketiga yang dijelaskan bahwa
keteladanan dan fasilitator. Peserta pendidikan hendaknya didasarkan
didik hendaklah memiliki prinsip atas keadaan dan budaya Indonesia.
kemerdekaan pada individu. Azas ini mencakup aspek sosial dan
Pandangan Ki Hajar Dewantara, ekonomi, bahkan politik supaya
kemerdekaan atau kemampuan bangsa Indonesia selalu berpegang
pribadi bertujuan agar peserta didik pada norma-norma, adat istiadat, dan
dapat leluasa mengembangkan cipta, budaya Indonesia. Dalam memelihara
rasa, dan karsa dalam proses belajar. kebudayaan nasional ke arah
Hal ini selaras dengan semboyan kemajuan yang sesuai dengan
“Tutwuri Handayani”. Yang berarti kecerdasan jaman, kemajuan dunia
mengikuti dari belakang dan guna kepentingan hidup rakyat lahir
memberikan pengaruh. Mengikuti dan batin dalam tiap-tiap jaman dan
dari belakang berarti memberikan keadaannya. Jika pendidik mampu
kebebasan kepada anak didik tanpa mengembangkan azas tamansiswa

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 136


yang ketiga, dapat dikatakan bahwa tersampaikan dengan baik sesuai
pendidikan tersebut telah memiliki harapannya semata-mata untuk
dan mengembangkan salah satu mencerdaskan kehidupan bangsa
kompetesnsi kepribadian. (Sari, Rosyid, dan Prestika, 2019).
Peserta didik melaksanakan Suasana yang mereka bangun
kewajibannya, baik kewajiban yang menggambarkan olah rasa dan
terhadap Tuhan, lingkungan, olah karsa cenderung sudah dipahami
masyarakat, maupun diri sendiri. Ki dan tercermin oleh warga UST dalam
Hajar Dewantara melaksanakan hal ini para mahasiswa, tendik dan
pendidikan budi pekerti dengan cara dosen. Kondisi serupa juga ditemukan
tut wuri handayani, yang dikenal di teras-teras gedung, ketika tim
dengan sistem Among. Artinya, peneliti berdiskusi dengan warga UST
peserta didik harus mampu yang menunjukkan bahwa ajaran
membangun skill agar berdaya guna. “tertib bicara” sebagai wujud olah rasa
Ki Hajar Dewantara mengemukakan telah dilaksanakan oleh warga UST
bahwa peserta didik harus mampu baik dosen, tenaga kependidikan
mengembangkan daya cipta, rasa, dan maupun mahasiswa. Hasil
karsa yang seimbang. Menurut Ki pengamatan (25 Oktober 2019), ketika
Hajar Dewanatara, manusia memiliki warga UST menunggu acara diskusi
daya jiwa yaitu cipta, karsa, dan karya. dimulai, khususnya mahasiswa dalam
Pengembangan manusia seutuhnya berbicara menunjukkan perilaku tidak
menuntut pengembangan semua daya saling mengganggu orang lain. Tim
secara seimbang. Kondisi lapangan peneliti mendengar mereka bertutur
cenderung pada pengembangan daya kata sopan dengan orang di
cipta, dan kurang memperhatikan sekitarnya. Begitu juga ketika tim
pengembangan olah rasa dan karsa. peneliti berbincang dengan para
Jika berlanjut terus akan menjadikan tenaga kependidikan yang usia
manusia kurang humanis atau mereka bervariasi. Mereka saling
manusiawi. Pemikiran Ki Hadjar bergurau, namun etika saling
Dewantara untuk mengembangkan menghormati antara yang muda
olah rasa dan olah karsa direalisasikan kepada yang tua dan atau sebaliknya
secara nyata dengan menerapkan masih dalam batas kewajaran.
secara langsung di perguruan Temuan penelitian ini menunjukkan
Tamasiswa yang didirikannya sebagai bahwa di UST telah dikembangkan
pembuktian bahwa pemikiran dan daya cipta, daya rasa, dan daya karsa
tujuan yang ingin dicapainya secara seimbang.

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 137


Temuan tersebut menunjukkan niteni, dan nirokke. Nonton (cognitive)
bahwa sesungguhnya setiap orang di sini adalah secara pasif dengan
termasuk guru diyakini sudah segenap panca indera. Niteni (affective)
memiliki azas tamansiswa yang adalah menandai, mempelajari,
tercermin dalam berperilaku sehari- mencermati apa yang ditangkap panca
hari. Ketika guru melaksanakan indera, dan nirokke (psychomotoric)
proses pendidikan di sekolah, selalu yaitu menirukan yang positif untuk
memilih kata dan kalimat yang bekal menghadapi perkembangan
diucapkan kepada siswanya untuk anak (Dwiarso, 2010). Ketika anak
membangun disiplin mereka. Guru didik sudah menginjak pada
menyuruh siswa piket bergiliran pendidikan Taman Muda (Sekolah
merapikan kelas, menjaga kebersihan Dasar), kemudian Taman Dewasa dan
kelas dengan diiringi berbagai contoh seterusnya maka konsep pendidikan
perilaku guru ikut bersama-sama Ki Hadjar Dewantara adalah Ngerti,
siswa merapikan buku di rak buku, Ngroso lan Nglakoni. Model
mengembalikan penghapus pada pendidikan ini dimaksudkan supaya
tempatnya atau yang lainnya. anak tidak hanya dididik
Kebersamaan bekerja antara siswa dan intelektualnya saja (cognitive), istilah
guru, atau keteladanan melakukan Ki Hadjar Dewantara 'ngerti',
sesuatu yang ditunjukkan oleh guru melainkan harus ada keseimbangan
merupakan bentuk melaksanakan dengan ngroso (affective) serta
azas tamansiswa menurut ajaran Ki nglakoni (psychomotoric). Dengan
Hajar. Kondisi tersebut, sebenarnya demikian, diharapkan setelah anak
guru sudah mengembangkan menjalani proses pembelajaran dapat
kompetensi kepribadian, yaitu mengerti dengan akalnya, memahami
menampilkan diri sebagai pribadi dengan perasaannya, dan dapat
yang jujur, berahlak mulia, dan menjalankan atau melaksanakan
teladan bagi peserta didiknya. pengetahuan yang sudah didapat ke
Pada sumber lain (Suparlan, dalam kehidupan masyarakat.
2015; Marihandono, 2017) disebutkan Proses pembelajaran yang
bahwa Ki Hadjar Dewantara dilakukan dosen menekankan pada
memasukkan kebudayaan dalam diri nilai-nilai niteni, niroke, nambahi
anak dan memasukkan diri anak ke dengan kedisiplinan yang sudah
dalam kebudayaan mulai sejak dini, disepakati bersama. Tugas-tugas
yaitu Taman Indria (balita). Konsep kuliah yang diberikan dosen diberikan
belajar ini adalah Tri No, yaitu nonton, sesuai dengan kondisi masing-masing

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 138


jurusan. Dosen telah menerapkan nilai berdasar konsep Ki Hajar Dewantara
Tut Wuri Handayani untuk adalah membentuk manusia merdeka,
mendorong kemajuan akademik yaitu merdeka batinnya, merdeka
mahasiswanya. Temuan ini sejalan pikirannya, dan merdeka tenaganya,
yang dikemukakan oleh Ki Hajar yang agar anak didik mampu
dikutip oleh Marihandono (2017) mengembangkan dirinya secara utuh
menyampaikan bahwa perilaku guru (paripurna) dengan memelihara rasa
dalam mendidik anak bangsa menjadi harga diri (self esteem) dan
pegangan dan modal utama, yaitu ing kedaulatan pribadinya sebagai
ngarso sung tulada (di muka memberi makhluk yang logis, etis, dan religius
contoh), ing madya mangun karsa (di sesuai dengan garis kodratnya untuk
tengah membangun cita-cita), dan Tut dapat mandiri. Berdasarkan temuan
wuri handayani (mengikuti dan penerapan sistem amomg dalam
mendukungnya) yang dikenal dengan proses pendidikan di Universitas
sistem among. Trilogi kepemimpinan Sarjanawiyata Tamansiswa, lebih
dalam sistem among ini terpampang lanjut dijelaskan oleh Suwarjo (2015)
pada tempat-tempat strategis di bahwa Sistem Among merupakan
kampus. Keajegan para guru dalam sebuah sistem pendidikan yang
melaksanakan sistem among pada diperuntukkan di lingkungan
perguruan Tamansiswa tersebut Tamansiswa khususnya dan
menunjukkan betapa pentingnya diharapkan masyarakat Indonesia
keteladanan guru dalam pada umumnya. Sistem among
melaksanakan proses pendidikan diharapkan mampu menjawab
pada semua jenjang pendidikan. tantangan jaman khususnya dalam
Pernyataan Ki Hajar sesungguhnya dunia pendidikan.
mengingatkan pada semua pendidik
bahwa proses pembelajaran bukan SIMPULAN
hanya sekedar mentransfer ilmu Hasil penelitian ditemukan:
pengetahuan, namun lebih dari itu. menemukenali perilaku guru (dalam
Dalam hal ini, Ki Hajar berharap hal ini dosen, dan mahasiswa di UST)
bahwa dalam melaksanakan melaksanakan pendidikan dengan
pendidikan hendaknya selaras dengan sistem among belandaskan azas taman
kodrat anak dengan harapan akan siswa. Berpijak dari temuan di pusat
memberi kedamaian dalam hidup kearifan lokal (UST) yang menerapkan
anak. Dalam penjelasannya sistem among secara konsisten dan
disebutkan bahwa tujuan pendidikan

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 139


dikonfirmasi dari berbagai sumber Universitas Sarjanawiyata
literatur dan temuan penelitian yang Tamansiswa (UST Press) bekerja
relevan, khususnya Permendiknas sama dengan Majelis Luhur
Nomor 16 Tahun 2007 sangat relevan Persatuan Tamansiswa.
bagi guru dalam upaya Marihandono. 2017. Ki Hajar
mengembangkan kompetensi dalam Dewantara “Pemikiran dan
melaksanakan proses pendidikan di Perjuangannya”, Jakarta: Museum
sekolah dengan menerapkan sistem Kebangkitan Nasional, Direktorat
among secara benar berdasarkan Jenderal Kebudayaan Kementerian
makna yang tersurat dan tersirat. Pendidikan dan Kebudayaan.
Milles and Huberman. 2013.
Pustaka Acuan Qualitative Data Analysis: A Source
Dwiarso, Priyo. 2010. Napak Tilas Book of New Method. London: Sage,
Ajaran Ki Hajar Dewantara Publication.
Yogyakarta: Majelis Luhur Mujito, Wawan Eko 2014. Konsep
Pesatuan Persatuan Tamansiswa. Belajar Menurut Ki Hadjar
Creswell, J. W. 2013. Qualitative Inquiry Dewantara dan Relevansinya
& Research Design: Choosing Among dengan Pendidikan Agama Islam.
Five Aproaches, Third Edition, 2013, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.
London: Sage Publication. XI, No. 1, Juni 2014.
Ki Suwarjo. 2013. Pendidikan Among Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
Sistem. Yogyakarta: Majelis Luhur Nomor 16 Tahun 2007. Jakarta:
Persatuan Taman Siswa. Kementerian Pendidikan Nasional.
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. Sari, Catur Retno, Rosyid, Ahmad
2013. Hajar Dewantara: Pemikiran, Tafaul, dan Prestika, Yurista
Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Prosiding Seminar Nasional PGSD, 27
I (Pendidikan), Yogyakarta: April 2019 | ISBN 978-602-6258-11-
Universitas Sarjanawiyata 3 Peran Pedidikan Dasar dalam
Tamansiswa (UST Press) bekerja Menyiapkan Generasi Unggul di
sama dengan Majelis Luhur Era Revolusi Industri 4.0 101
Persatuan Tamansiswa. Suwarjo. (1999). Pendidikan Among
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. Sistem. (1st ed.) Yogyakarta: Majelis
2013. Ki Hajar Dewantara,: Pemikiran, Luhur Persatuan Tamansiswa.
Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
II (Kebudayaan), Yogyakarta: tentang Sistem Pendidikan Nasional:

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 140


Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Wangid, Muhammad Nur. 2009.
Sistem Among Pada Masa Kini
Kajian Konsep dan Praktik
Pendidikan. Jurnal Kependidikan
39(2), 129-140.
Wardani, Kristi. 2010. Peran Guru
dalam Pendidikan Karakter
Menurut Konsep Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara. Proceeding of the
4th International Conference on
Teacher Education; Join Conference
yang diselenggarakan oleh UPI dan
UPSI, tanggal 8-10 November 2010.
Widyastono, Heri. 2014. Pengembangan
Kurikulum di Era Otonomi Daerah
dari Kurikulum 2004, 2006, ke
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yanuarti, Eka. 2017. Pemikiran
pendidikan ki. Hajar dewantara
dan relevansinya dengan
kurikulum 13. Jurnal Penelitian, Vol.
2. No. 2 Agustus.

K- JTP: Vol. 08, No.01/Juli 2020/hal: 122 – 141. 141

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy