Post Sectio Caesarea: Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jalan Besar Ijen No 77C Malang
Post Sectio Caesarea: Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jalan Besar Ijen No 77C Malang
Post Sectio Caesarea: Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jalan Besar Ijen No 77C Malang
Abstrak: Komunikasi, informasi, edukasi (KIE) sangat penting diberikan kepada ibu postsectio
caesarea untuk memfasilitasi ibu pulih dari pembedahan dan menumbuhkan motivasi ibu didalam
melakukan mobilisasi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian
KIE dengan motivasi ibu didalam melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea di RSIA Melati
Husada Malang. Desain penelitian menggunakanquasi experiment dengan pendekatan one group
pretest-posttestdengansampel yang digunakan sebanyak 30 orang yang dipilih dengan teknik
consecutive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner. Hasil
uji stastitik Wilcoxon Signed Rank Test, didapatkan nilai ρ 0,007 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dengan motivasi ibu
didalam melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea di RSIA Melati Husada Malang. Oleh karena
itu diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar lebih memperhatikan pemberian KIE
sesuai SOP yang tepat sebagai asuhan supportif dalam upaya pemberdayaan ibu post sectio
caesarea.
36
Pemberian Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Dengan...
PENDAHULUAN
Persalinan dapat terjadi secara spontan paru, kegagalan ginjal akibat hipotensi yang
pervaginam atau dengan tindakan. Salah satu lama. Pasien yang menjalani persalinan dengan
persalinan dengan tindakan adalah melalui metode SC biasanya merasakan berbagai
sectio caesarea (SC). Sectio caesarea adalah ketidaknyamanan, seperti, rasa nyeri dari insisi
pembedahan untuk melahirkan janin dengan abdominal dan efek samping dari anestesi.
membuka dinding perut dan dinding uterus Kelahiran melalui SC juga dapat menimbulkan
(Prawirohardjo,2008). Setiap wanita gangguan fisiologis dan psikologis terutama
menginginkan persalinan normal, walaupun ada pada pengalaman SC yang tidak direncanakan
yang memilih secara sectio caesarea dengan (emergensi) (Green, 2012).
alasan takut merasakan nyeri saat proses Berbagai upaya telah dilakukan untuk
persalinan, serta ada pula yang terpaksa harus mengatasi dampak dari persalinan sectio
melahirkan secara sectio caesarea karena caesarea, diantaranya adalah dengan
penyebab tertentu. memberikan pengobatan analgesia dan
Survey Global Kesehatan oleh World antibiotik untuk nyeri bekas operasi dan proses
Health Organization (WHO,2013) yang penyembuhan luka, ibu juga diberikan follow
dituliskan dalam data statistik kesehatan dunia up oleh dokter yang bersangkutan untuk
menyebutkan bahwa peningkatan kejadian perawatan luka.Menurut Baston (2011), bidan
sectio caesaria tidak hanya terjadi di negara- memiliki peran penting dalam membantu ibu
negara maju saja, negara berkembang juga selama periode perubahan dan adaptasi ini
mendapatkan peningkatan yang signifikan, untuk mampu melakukan penyesuaian.
salah satunya negara Indonesia. Hasil penelitian Tantangan bagi bidan yang memberikan asuhan
dalam jurnal kesehatan Andalas mengenai bagi ibu setelah sectio caesarea adalah
kasus persalinan sectio caesarea di Indonesia mengetahui bahwa ibu tidak hanya melahirkan
pada tahun 2009 telah mencapai 29,6% (Afriani bayi, tetapi juga menjalani pembedahan mayor,
dkk.,2013). Studi pendahuluan di RSIA Melati yang keduanya merupakan pengalaman hidup
Husada Malang didapatkan hasil jumlah yang penting.
persalinan Sectio Caesarea pada tahun 2017 Komunikasi Informai dan Edukasi (KIE)
yaitu sebesar 1176 persalinan dari 1920 harus diintegrasikan dalam asuhan suportif
persalinan, sehingga persentase kelahiran pada ibu post sectio caesarea untuk
dengan SC selama satu tahun tersebut sebesar memfasilitasi ibu pulih dari pembedahan
61,3% dari jumlah persalinan. sementara juga menjadi ibu bagi bayinya
Sectio caesarea merupakan tindakan (Baston, 2011).Salah satu manfaat KIEadalah
yang beresiko, dampak yang ditimbulkan antara untuk menumbuhkan motivasi ibu dalam
lain, berupa pendarahan, infeksi, emboli paru – melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini
merupakan suatu aspek yang terpenting pada Hasil penelitian oleh Zahrati Z. (2013)
fungsi fisiologis untuk mempertahankan didapatkan dari 38 responden terdapat 18 orang
kemandirian dan memudahkan ibu dalam responden yang melakukan mobilisasi dini baik
merawat dirinya beserta bayinya. Ibu yang dengan percepatan pemulihan postpartum baik
memiliki motivasi akan berusaha melakukan ternyata ada hubungan mobilisasi dini pada ibu
mobilisasi dini yang bermanfaat untuk postpartum dengan sectio caesarea (SC)
mencegah dampak seperti terjadinya terhadap percepatan pemulihan postpartum di
peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal, RSUD Banda Aceh tahun 2013.
thrombosis, involusi yang buruk, aliran darah Berdasarkan studi pendahuluan yang
tersumbat, dan peningkatan intensitas nyeri. dilakukan pada bulan April 2018, didapatkan
Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan data tentang ibu post sectio caesarea pada
beberapa bidan atau petugas kesehatan yang bulan Januari sampai dengan Maret 2018, yaitu
tidak memberikan KIE sesuai dengan kaidah sekitar 30% ibu post sectio caesarea di RSIA
pemberian KIE. KIE merupakan sumber utama Melati Husada belum melakukan mobilisasi
dalam memperoleh informasi bagi ibu post SC, dini dengan baik. Beberapa alasannya karena
akan tetapi ibu hanya sekedar diberikan merasa masih belum siap melakukan
perintah untuk dapat segera melakukan aktivitasnya akibat nyeri operasi dan takut luka
aktivitasnya secara mandiri. Setiap ibu operasi tidak segera sembuh, oleh karena itu
memiliki kebutuhan yang berbeda untuk dapat peneliti tertarik mencari tahu hubungan antara
menghadapi masa kritisnya dan pulih dari rasa pemberian komunikasi, informasi, edukasi
nyeri. Pemahaman ibu post SC tentang manfaat (KIE) dengan motivasi ibu didalam melakukan
mobilisasi dini tentunya masih sangat kurang mobilisasi dini post sectio caesarea di RSIA
apabila ibu tidak mendapatkan KIE dengan Melati Husada Malang”. Maka tujuan
baik, sehingga ibu baik akan selalu bergantung penelitian ini untuk mengetahui hubungan
kepada keluarga dan petugas antara pemberian komunikasi, informasi,
kesehatan(Susilawati, 2015). edukasi (KIE) dengan motivasi ibu didalam
Mobilisasi dini adalah kemampuan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea
seseorang untuk memulai bergerak secara di RSIA Melati Husada Malang.
bebas dan teratur untuk pemenuhan
aktivitasnya. Ibu post sectio caesarea harus METODE PENELITIAN
mobilisasi karena akan mencegah trombosis Desain penelitian yang digunakan
atau trombo emboli dan kekuatan otot-otot dalam penelitian ini adalah quasi experiment
sendi sehingga juga mengurangi nyeri, dengan pendekatan one group pretest-posttest
menjamin kelancaran peredaran darah dan yaitu observasi dilakukan pada saat sebelum
mengembalikan kerja fisiologis yang pada eksperimen dan setelah eksperimen. Peneliti
akhirnya akan mempercepat penyembuhan mengukur motivasi ibu didalam melakukan
(Kusmawan, 2008). mobilisasi dini post sectio caesarea sebanyak 2
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu disimpulkan bahwa untuk karakteristik usia
dengan rencana tindakan Sectio Caesarea yang sebagian besar responden secara perkembangan
telah memenuhi kriteria inklusi yaitu 30 psikologis masuk dalam kategori dewasa awal
responden. Teknik sampling dalam penelitian yaitu sebanyak 21 responden (70,0 %) berusia
ini adalah non probability samplingdengan 21-40 tahun, kemudian untuk karakteristik
sampling adalah pengambilan sampel yang telah memiliki pengalaman melahirkan yaitu
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan sebanyak 63,3 % sudah pernah melahirkan, dan
dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, untuk karakteristik pendidikan diketahui
sehingga jumlah sampel yang diperlukan sebagian besar responden (53,3 %) lulusan
3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Data diketahui sebagian besar responden yaitu
Pendidikan (n = 30)
karena cenderung mengarah dan menyetujui laku tertentu (Hamzah, 2008). Pada ibu dengan
pada pernyataan negatif/unfavorable. Menurut rencana sectio caesareakeluhan yang sering
Maslow yang dikutip dalam Hasibuan (2003), dirasakan adalah adanya kepercayaan diri yang
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan rendah dan ketakutan ibu didalam melakukan
dasar yang harus dipenuhi karena berkaitan mobilisasi dini setelah dilakukan operasi sectio
dengan kebutuhan jasmani yang dapat caesarea. Ketakutan yang dialami ibu tersebut
mempengaruhi tingkat motivasi seseorang, akan menghambat segala dorongan, kemauan
dalam hal ini ibu post sectio caesarea memiliki dan kekuatan dalam menghadapi masa setelah
kebutuhan khusus dalam perawatan post sectio tindakan operasi selesai, sehingga
caesarea seperti kebutuhan akan nutrisi, cairan, menyebabkan ibu memiliki motivasi yang
aktivitas dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rendah.
rasa aman dan kebutuhan akan kasih sayang Dengan pemberian KIE diharapkan segala
berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan ketidaksiapan ibu menjelang dan pasca operasi
yang sedang dialami seseorang terkait dengan sectio caesarea didalam melakukan mobilisasi
keadaan lingkungan sekitar, sehingga apabila dini dapat teratasi. Pada prinsip pelaksanaannya
ibu menganggap bahwa lingkungan sekitarnya KIE diberikan selain memperhatikan faktor-
tidak aman dan nyaman baginya akan faktor verbal, juga harus memberikan interaksi
mempengaruhi kondisi psikologis ibu yang yang positif. KIE dimulai dengan
memberikan dampak terhadap tingkat motivasi membangkitkan pengetahuan pasien, dalam hal
ibu dan proses pemberian informasi. Sedangkan ini adalah pengetahuan tentang perawatan masa
kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi nifas (postpartum) dengan sectio caesarea dan
diri pada post sectio caesarea salah satunya hilangkan rasa takut dengan informasi yang
ditunjukkan dengan bagaimana ibu dapat menenteramkan (Yuniar, 2016).
melakukan gerakan secara dini dan bertahap Motivasi ibu dapat dipengaruhi oleh
pasca operasi. Oleh karena itu, apabila ibu beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor usia,
belum memiliki pengetahuan dan informasi paritas dan pekerjaan. Faktor usia dapat
yang adekuat khususnya tentang mobilisasi dini mempengaruhi proses penerimaan komunikasi,
post sectio caesarea, maka akan mempengaruhi informasi, edukasi (KIE). Semakin muda usia
tingkat motivasi ibu didalam melakukan seseorang akan mempengaruhi kematangan
mobilisasi dini. cara berfikir dan mengambil keputusan.
Motivasi merupakan dorongan atau Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil 8 dari 30
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, responden berusia 16–20 tahun (26,7%).
yang menyebabkan individu tersebut bertindak Peneliti membuat kategori usia berdasarkan
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara perkembangan psikologis menurut Hurlock
langsung, tetapi dapat diintrepretasikan dalam (1980), yang menyatakan bahwa pada usia 16-
tingkah lakunya, berupa rangsangan atau 20 tahun merupakan kategori adolescence atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah remaja akhir menjelang dewasa. Pada usia ini
seseorang masih cenderung bergantung kepada dengan jumlah anak yang banyak memiliki
orang lain. Pada penelitian ini didapatkan pengalaman lebih banyak pula dibandingkan
temuan beberapa ibu pada kelompok usia dengan ibu yang baru pertama kali memiliki
tersebut mengalami kecemasan yang tinggi saat anak, terutama bagi ibu yang sudah pernah
menghadapi proses persiapan operasi. Ibu melakukan operasi sectio caesarea sebelumnya,
terkadang menjadi kurang kooperatif karena tidak menutup kemungkinan ibu sudah
rasa takut yang dialaminya terkait pengalaman mendapatkan informasi berkaitan dengan
pertamanya dalam melahirkan secara sectio mobilisasi dini.
caesarea. Pada saat komunikasi berlangsung Hal yang sama juga terjadi pada ibu yang
perlu diperhatikan noise, yaitu gangguan yang bekerja sehingga sulit untuk meluangkan waktu
tidak direncanakan namun terjadi selama proses dalam mencari informasi mengenai sectio
komunikasi dan menyebabkan komunikan caesarea. Menurut Effendy (2011), secara
menerima pesan yang berbeda dari umum informasi adalah sekumpulan fakta-fakta
komunikator yang dalam hal ini terlihat pada yang telah diolah menjadi bentuk data, yang
keadaan ibu yang merasa gelisah dan tidak selanjutnya akan menambah suatu pengetahuan
nyaman dengan lingkungan sekitarnya dan dapat digunakan dalam pengambilan
(Effendy, 2011). Kecemasan dan kekhawatiran keputusan. Informasi dapat dikatakan sebagai
ibu didalam menghadapi persalinan merupakan pengetahuan yang didapatkan dari belajar,
salah satu gangguan pada saat pemberian KIE, pengalaman atau instruksi. Informasi yang
oleh sebab itu sebelum diberikan KIE perlu didapatkan melalui serangkaian peristiwa dan
dipastikan bahwa ibu dalam keadaan kesadaran pengalaman akan lebih menginternalisasi
yang baik dan suasana hati yang nyaman agar seseorang dalam menghadapi suatu keadaan,
pesan yang disampaikan dapat ditransisikan dalam hal ini termasuk mempengaruhi motivasi
dengan baik kepada komunikan. seseorang.
Jumlah paritas menjadi salah satu faktor
penyebab ibu memiliki motivasi rendah, hal ini Motivasi ibu setelah diberikan komunikasi,
ditunjukkan dengan hasil pengkajian pada 11 informasi, edukasi (KIE) di RSIA Melati
responden yang mengatakan bahwa ini Husada Malang
merupakan kehamilan pertama dan ada pula Hasil penelitian setelah diberikan KIE
yang merupakan kehamilan kedua namun didapatkan sebagian besar responden (63,3%)
pertama kali melakukan operasi sectio memiliki motivasi tinggi. Setelah diberikan
caesarea, sehingga ibu masih belum KIE selama 10 menit yang dilakukan sebanyak
mendapatkan banyak informasi yang berkaitan 2 kali dengan selang waktu 6-8 jam, tingkat
dengan operasi sectio caesarea khususnya motivasi ibu meningkat sampai dengan 63,3%.
mengenai mobilisasi dini pasca operasi. Paritas Analisis berdasarkan kuesioner untuk motivasi
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan ibu didalam melakukan mobilisasi dini
pengalaman ibu (Notoatmodjo, 2007). Ibu menunjukkan bahwa ibu dengan motivasi
tinggi sebagian besar telah memiliki perubahan perilaku ke arah yang positif
pengalaman melahirkan secara sectio caesarea (Yulifah, 2009). Dalam penelitian ini masih
sebelumnya. Pengalaman melahirkan sectio didapatkan hasil motivasi ibu setelah
caesarea tersebut memberikan pengaruh positif pemberian KIE yang cenderung tidak ada
terhadap tingkat motivasi ibu didalam kenaikan atau tetap yaitu sebesar 33,3% serta
melakukan mobilisasi dini. Ibu dengan penurunan motivasi sebesar 13,3%. Hal ini
pengalaman melahirkan sectio caesarea lebih dapat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada masa
mengetahui bagaimana kebutuhan fisiologis post sectio caesarea, dimana pada masa 6-8
pasca operasi dan bagaimana menghadapi jam merupakan fase taking in. Taking in
perawatan masa nifas khususnya bagi ibu merupakan fase ketergantungan yang
dengan sectio caesarea, terbukti dari terbukti berlangsung dari hari pertama sampai hari
dari identifikasi total skor yang tinggi pada kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
item indikator Kebutuhan fisiologis, kebutuhan dirinya sendiri sehingga cenderung pasif
akan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih terhadap lingkunganya. Pada fase ini,
sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan
kebutuhan aktualisasi diri sesuai indikator komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi.
menurut Maslow pada pernyataan motivasi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu
Sebagian besar responden dengan motivasi dapat mengalami gangguan psikologi berupa
tinggi cenderung memilih jawaban “sangat kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan
setuju” dan “setuju” pada item pernyataan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami,
favorable, yang dapat disimpulkan bahwa rasa bersalah karena belum bisa menyusui
dalam kategori skala sikap, ibu memiliki bayinya dan sebagainya terkait keterbatasan ibu
motivasi yang tinggi karena lebih mengarah pada masa post sectio caesarea (Dewi, 2012).
pada pernyataan positif/favorable.Ibu yang Beberapa faktor yang mempengaruhi
memiliki motivasi tinggi terlihat lebih motivasi tinggi diantaranya yaitu usia, paritas
berkonsentrasi, lebih tanggap dan memiliki dan pendidikan responden. Usia mempengaruhi
feedback yang baik selama diberikan KIE. KIE kemampuan seseorang dalam melakukan
merupakan sebuah proses penyampaian mobilisasi dini, namun semakin cukup usia
gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan seseorang semakin banyak pengalaman dan
melalui lambang tertentu, mengandung arti mempengaruhi kematangan cara berfikir
yang mengarahkan penerima pesan untuk seseorang. Ketika kematangan usia seseorang
memahami pesan yang disampaikan. KIE cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan
merupakan sebuah proses komunikasi yang lebih dewasa. Ibu dengan usia produktif akan
biasanya menggunakan teknik komunikasi lebih berpikir secara rasional dan termotivasi
persuasif. Komunikasi ini merupakan dasar karena mengetahui pentingnya mobilisasi dini
interaksi untuk meningkatkan hubungan saling (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan tabel 1
percaya dengan klien yang membantu didapatkan sebagian besar responden secara
perkembangan psikologis masuk dalam Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa
kategori dewasa awal yaitu sebanyak 21 KIE akan dapat berhasil apabila sekiranya
responden (70,0 %) berusia 21-40 tahun. Pada timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah
usia tersebut merupakan usia yang memiliki pihak antar pengirim dan penerima informasi
kemampuan berfikir dan pengambilan dapat memahaminya. Hal ini tidak berarti
keputusan cukup baik. bahwa kedua belah pihak harus menyetujui
Faktor paritas juga mempengaruhi tingkat sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang penting
motivasi seseorang. Berdasarkan tabel 1 adalah kedua belah pihak sama-sama
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan
telah memiliki pengalaman melahirkan yaitu seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi
sebanyak 63,3 % sudah pernah melahirkan. telah berhasil baik (komunikatif) (Ermawati,
Paritas mempengaruhi tingkat pengetahuan dan 2009). Sebaliknya semakin rendah pendidikan
pengalaman ibu (Notoatmodjo, 2007). Ibu seseorang maka akan semakin sulit untuk
dengan jumlah anak yang banyak memiliki menerima dan menyerap informasi, sehingga
pengalaman lebih banyak pula dibandingkan keberhasilan penyampaian pesan akan terbatas,
dengan ibu yang baru pertama kali memiliki namun dari tabel 1 menunjukkan bahwa semua
anak, terutama bagi ibu yang sudah pernah responden telah menerima pendidikan formal,
melakukan operasi sectio caesarea sehingga selama penelitian seluruhnya mampu
sebelumnya, ibu akan lebih memahami memperhatikan pemberian komunikasi,
bagaimana tujuan dan manfaat melakukan informasi dan edukasi sesuai dengan Standar
mobilisasi dini karena ibu telah memiliki Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan.
informasi dan pengalaman pada persalinan
sebelumnya. Hubungan Antara Pemberian Komunikasi,
Faktor pendidikan juga mempengaruhi Informasi, Edukasi (KIE) Dengan Motivasi
persepsi yang kemudian akan mempengaruhi Ibu Didalam Melakukan Mobilisasi Dini
pula tingkat motivasi seseorang. Hasil Post Sectio Caesarea
penelitian menunjukkan dari 30 responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebanyak 16 responden merupakan lulusan dibuktikan dengan menggunakan uji Wilcoxon
pendidikan menengah atas, dan 10 responden Signed Rank Test, didapatkan nilai signifikan
memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi, sebesar ρ value 0,007 < 0,05, maka H0 ditolak
sehingga hal ini memudahkan peneliti dalam sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
penyampaian KIE untuk mencapai tujuan yang hubungan antara pemberian komunikasi,
diharapkan. Ibu yang memiliki pendidikan informasi, edukasi (KIE) dengan motivasi ibu
tinggi mudah untuk memahami dan lebih didalam melakukan mobilisasi dini post sectio
kooperatif untuk menerima informasi dan caesarea di RSIA Melati Husada Malang.
edukasi, sehingga terjadi interaksi yang efektif Setelah semua responden diberikan
antara pengirim pesan dan penerima pesan. komunikasi, informasi, edukasi (KIE) sebanyak
2 kali, didapatkan hasil 19 dari 30 responden lebih terarah dan efektif. Faktor Penghambat
memiliki motivasi tinggi. Pemberian KIE dalam pemberian KIE pada penelitian ini
tentang mobilisasi dini akan mempengaruhi adalah beberapa ibu diberikan KIE sebelum
tingkat motivasi ibu dalam memulai dilakukan operasi sectio caesarea di ruang
aktivitasnya dan mengurangi ketakutan ibu kamar bersalin dengan lingkungan yang kurang
pasca operasi sectio caesarea. Dengan aktivitas kondusif sehingga pesan yang disampaikan
tubuh yang baik, maka akan melatih tonus otot tidak maksimal. Pada dasarnya kegiatan KIE
tubuh dan peristaltik usus yang mana akan adalah untuk melakukan perubahan, sehingga
memberikan manfaat pada berbagai sistem diharapkan ibu dengan sectio caesarea dapat
tubuh (Wahit, 2008). memahami tentang manfaat latihan mobilisasi
Ibu post sectio caesarea yang memiliki dini sehingga termotivasi dan dapat
motivasi tinggi, pasti akan memiliki dorongan melaksanakannya dengan baik pasca operasi.
untuk dapat segera pulih dan dapat memenuhi Peran bidan sangat penting dalam membantu
kebutuhannya tersebut. Cara memotivasi ibu pasien melakukan mobilisasi dini, yaitu dengan
post sectio caesarea salah satunya adalah mengajarkan prosedur yang benar, gerakan
dengan menanamkan kesadaran sehingga ibu yang aman, mencegah terjadinya
berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang ketidaknyamanan dan membantu memberikan
timbul dari dalam dirinya sendiri dalam rasa nyaman pada pasien. Kebanyakan pasien
mencapai sesuatu, maka dalam hal ini mengatakan tidak mau bergerak atau
pemberian KIE sangat penting dilakukan melakukan mobilisasi dini karena takut merasa
(Mudjiono, 2009). Mobilisasi dini dapat nyeri atau luka jahitan terbuka. Dari sinilah
dilaksanakan sedini mungkin setelah ibu peran bidan sangat dibutuhkan untuk
merasakan kaki dapat digerakkan (reaksi bius memberikan penjelasan serta mengajarkan
menghilang), ibu diperbolehkan miring kanan teknik mobilisasi dini secara bertahap dengan
dan kiri bergantian dalam waktu 6-8jam benar. Melalui pemulihan peristaltik yang lebih
pertama, dan melakukan gerakan tambahan awal, pasien dapat segera mengakhiri puasanya
secara bertahap 24 jam post sectio caesarea dan dapat segera memulai pemenuhan
sampai beberapa hari (Long, 2008). kebutuhan nutrisi sebagai pengganti sel-sel
Menurut Effendy (2011), faktor - faktor yang hilang selama pembedahan. Pemulihan
yang mempengaruhi KIE secara garis besar lebih awal tidak hanya memberikan keuntungan
terbagi menjadi dua bagian, yaitufaktor kepada ibu saja, akan tetapi juga kepada bayi.
penunjang dan faktor penghambat. Dalam Apabila ibu segera pulih, beberapa kebutuhan
penelitian ini beberapa faktor penunjang dasar ibu dapat segera terpenuhi salah satunya
pelaksanaan KIE diantaranya yaitu kebutuhan nutrisi. Kebutuhan nutrisi yang
komunikator memiliki pegangan Standar tercukupi akan membantu memaksimalkan
Operasional Prosedur (SOP) yang dalam hal ini produksi ASI, sehingga akan menunjang proses
dapat membantu proses penyampaian KIE agar laktasi. Selain itu mobilsasi dini secara
bertahap akan membantu mempercepat ibu didalam melakukan mobilisasi dini post
penyembuhan, dan membantu ibu untuk segera sectio caesarea di RSIA Melati Husada
melakukan aktivitasnya. Malang.
Diharapkan sebagai salah satu bahan
PENUTUP kajian dalam memberikan asuhan kebidanan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terkait peningkatan pemberian KIE pada ibu
edukasi (KIE), sebagian besar ibu memiliki memberdayakan ibu dan memotivasi ibu
motivasi rendah didalam melakukan mobilisasi didalam melakukan mobilisasi dini post sectio
dini post sectio caesarea. Setelah diberikan caesarea. Melakukan pengabdian masyarakat
komunikasi, informasi, edukasi (KIE) sebanyak salah satunya dengan memberikan pendidikan
2 kali didapatkan sebagian besar ibu memiliki kesehatan kepada ibu di masa kehamilan,
motivasi tinggi didalam melakukan mobilisasi persalinan dan nifas. Bagi peneliti selanjutnya
dini post sectio caesarea. Proses komunikasi, diharapkan dapat dikembangkan untuk
beberapa tahapan. Pada tahapan pertama, pemberian KIE dengan motivasi ibu post sectio
KIE yang disampaikan kepada responden. yang dapat mempengaruhi motivasi ibu
Proses mentransisikan pikiran/ pesan dalam didalam melakukan mobilisasi dini post sectio
pesan ataupun informasi tersebut, kemudian Andhi L., Y. 2010. Buku Saku Komunikasi
Cunningham, F.G. 2009. Obstetri Williams, Heryani, R. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu
Edisi 21. Jakarta: EGC Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV Trans
Info Media
Dewi, M. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar Hidayat A., A. 2009. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Edmonds. 2007. Dewhurst’s textbook of
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Obstetri and Gynaecology, 7th edition.
Medika
Blackwell Publishing.
Hidayat A., A. 2011. Metode Penelitian
Effendy O., U. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori
Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
dan Prakteknya. Bandung: PT. Remaja
Jakarta: Salemba Medika
Rosdakarya
Ibrahim, H. 2011. Analisis Pelaksaan Standar
Ermawati, D. 2009. Komunikasi dan
Terhadap Penyakit Infeksi Nosokomial.
Konseling dalam Pratik Kebidanan.
Makasar: Alaudin University Press
Jakarta: Penerbit TIM
Impey L. dan Child T. 2008. Obstetrics and
Fitriana dan Dwi, L. 2012. Jurnal Midpro,
Gynaecology, 3rd edition. Wiley
edisi 2/2012.Perbedaan Penurunan
Blackwell Publishing.
Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Jenis
PersalinanPada Ibu Nifas Fisiologi Kasdu, D. 2007. Operasi Caesarea Masalah
Dan Post Sectio Caesarea. Jurnal dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Midpro, edisi 2/2012.
Kasjono H., S. 2009. Teknik Sampling untuk
http://journal.unisla.ac.id/pdf/1951201
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
3/3.%20
Graha Ilmu
perbedaan%20penurunan%20tinggi%2
0fundus%20uteri.pdf. Diakses tanggal Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar
28 April 2018. (Riskesdas). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan
Green, C.J. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan: Maternal dan Bayi Baru Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Lahir. Jakarta: EGC Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Hamzah, H. 2013. Teori Motivasi dan
Pengukurannya : Analisis di Bidang Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Haniel. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Wahit, I. dan Nurul. 2008. Buku Ajar
Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Kebutuhan Dasar Manusia,Teori dan
Salemba Medika. Aplikasinya. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Acuan Nasional Walyani E., S. 2015. Asuhan Kebidanan
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Jakarta: Pustaka Baru Press
Pustaka.
Yulifah, R. dan Yuswanto, T. J. A. 2009.
Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Komunikasi dan Konseling dalam
Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
49