Magang

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magang merupakan salah satu mata kuliah yang bertujuan untuk memberi
bekal, pelatihan, dan pengalaman kerja di suatu institusi bagi mahasiswa. Mata
kuliah magang juga merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa pada
jenjang Strata-1. Kegiatan magang yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran dilakukan antara tanggal 15 Januari 2018 sampai dengan
15 Februari 2018.
Kondisi tanah yang kaya akan hara akibat banyaknya gunung vulkanik
serta suhu dan iklim yang bervariasi, mendukung berbagai jenis tanaman termasuk
buah-buahan, sayur-sayuran dan aneka tanaman hias dapat tumbuh subur di
Indonesia. Hal ini membuat Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan
sumber daya tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan aneka tanaman hias. Selain
itu, Indonesia juga memiliki potensi sumber daya lahan yang sangat luas baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Potensi pendukung tersebut menjadikan
Indonesia masih berpeluang besar mengembangkan berbagai jenis tanaman buah,
sayur maupun tanaman hias. Jenis tanaman yang dapat dikembangkan secara
komersial adalah bawang merah, durian, manggis, jambu, dan anggrek.
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan komoditas sayuran penting
yang dibudidayakan di seluruh dunia. Umumnya komoditas ini dimanfaatkan
sebagai rempah dan obat. Di Indonesia sendiri, bawang merah hampir selalu
digunakan pada setiap masakan sebagai penyedap, sehingga konsumsinya di
kalangan masyarakat tergolong tinggi. Bawang merah memiliki banyak khasiat
bagi kesehatan diantaranya sebagai anti-imflamasi, anti-kolesterol, anti-kanker,
dan anti-oksidan (Slimestad et al., 2007).
Permintaan bawang merah di kalangan masyarakat lokal maupun
internasional tergolong tinggi. Sehingga pengembangan bawang merah berpotensi
besar menambah devisa negara. Namun, jika melihat data produktivitas bawang

1
merah di Indonesia, potensi pengembangan bawang merah masih belum optimal.
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura (2016) menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah pada 2011-
2015 berturut-turut sebesar 9,54 ton/ha; 9,69 ton/ha; 10,22 ton/ha; 10,223 ton/ha;
10,06 ton/ha. Di Indonesia perkembangan produksi bawang merah cenderung
berfluktuasi, dengan rata-rata produktivitas selama lima tahun terakhir sebesar
9,95 ton/ha. Hal ini masih jauh dari produktivitas optimum bawang merah yang
dapat mencapai 23,71 ton/ha (Mahadeen, 2008). Salah satu faktor penyebab
produktivitas bawang merah kurang optimal yaitu perlakuan pasca panen yang
kurang tepat.
Durian ( Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli
Asia Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan
Malaysia (Ashari, 1995 ). Durian merupakan komoditas buah yang penting dalam
perdagangan dunia. Pengembangan tanaman durian di tanah air pada era
agribisnis saat ini akan dapat memberikan manfaat khususnya dalam usaha
perbaikan kesehatan gizi, serta sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Tingkat keberhasilan untuk menghasilkan benih yang unggul tidak diikuti
dengan penyiapan benih yang baik, sehingga hasilnya baik kuantitas maupun
kualitas kurang baik. Benih pada buah yang unggul yaitu memiliki ciri-ciri
produktivitas buah perpohon dalam suatu musim lebih besar daripada buah
sejenis, tanaman mampu berproduksi pada umur relatif muda, tahan terhadap
hama dan penyakit, kelezatan, aroma buah, keseragaman bentuk, ukuran, dan
warna buah. Benih yang unggul dapat diproduksi dengan memperbanyak secara
vegetatif, diantaranya melalui metode okulasi, sambung susu dan sambung pucuk
(grafting).
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan komoditas asli asal
Indonesia, buah manggis memiliki daging buah berwarna putih salju dan tekstur
yang lembut seperti eskrim (Syah, 2016). Menurut Qosim (2015) buah manggis
merupakan komoditas buah segar yang memiliki nilai ekspor paling tinggi di
Indonesia diikuti oleh buah nanas, mangga, pisang, dan pepaya sehingga dianggap
sebagai primadona ekspor. Buah manggis memiliki berbagai khasiat yang

2
bermanfaat salah satunya sebagai pencegah penuaan dini (Gutierrez. F-Orozco
dan Mark L. Failla, 2013).
Jambu ( Psidium guajava L ) adalah tanaman dari Amerika Serikat tengah,
yang sering dengan berjalannya waktu,jambu pun memasuki kawasan Indonesia
melalui Thailand. Buah jambu air umumnya hanya sebagai buah segar, untuk
rujak, asinan, dan untuk menghilangkan rasa haus (dahaga). Pohonnya tidak
mempunyai nilai ekonomi. Kayunya hanya digunakan sebagai kayu bakar. Di
Bogor, nilai ekonomi jambu air meningkat karena sering dipakai sebagai buah
asinan dan rujak. Produksi jambu air Indonesia pada tahun 2010, 2011, dan 2012
berturut-turut mencapai 85.973 ton, 103.156 ton, dan 102.542 ton.
Anggrek adalah tanaman hias yang memiliki bentuk, warna, dan ukuran
bunga yang beragam sehingga terlihat sangat indah. Selain dari aspek keindahan,
anggrek banyak disenangi masyarakat karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi
(Ramadiana et al., 2008). Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu
yang bunganya indah. Di beberapa negara tropis produsen anggrek seperti
Thailand, Singapura dan Taiwan, anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman
hias pot merupakan komoditas ekspor berskala besar. Pada tahun 2003-2006,
industri anggrek di Indonesia mengalami peningkatan dan pada tahun 2007
sampai tahun 2010 penerimaan devisa dari ekspor tanaman hias anggrek hasil
budidaya menurun sebanyak 66% (Departemen Kehutanan, 2012). Di Indonesia,
tanaman anggrek diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa
negara (Widiastoety et al., 2009).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan mengenai potensi bawang
merah, durian, manggis, jambu, dan anggrek maka perlu dilakukan magang
mengenai pascapanen bawang merah, teknik okulasi dan sambung susu tanaman
durian, grafting tanaman manggis, cangkok dan okulasi jambu sayat T serta
persilangan pada anggrek di BPBH Sumedang.

3
1.2 Tujuan Magang
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja dengan suasana kerja yang
sebenarnya
2. Mengetahui bagaimana perlakuan pascapanen yang tepat dan dibutuhkan
untuk memaksimalkan produksi dari bawang merah
3. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, dan keterampilan dibidang
Teknologi Perbanyakan Benih Durian.
4. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, dan keterampilan dibidang
Teknologi Perbanyakan Manggis
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, dan keterampilan dibidang
Teknologi Perbanyakan Jambu.
6. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan, dan keterampilan dibidang
Persilangan Tanaman Anggrek.
7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan memberikan alternatif
pemecahan masalah dalam dunia kerja melalui penerapan ilmu sesuai
dengan bidang perbenihan dan bidang penunjang lainnya.
1.3 Waktu dan Tempat Magang
Kegiatan magang (Kuliah Kerja Profesi) telah berlangsung dimulai tanggal 15
Januari 2018 dan berakhir pada tanggal 15 Februari 2018. Kegiatan magang
(Kuliah Kerja Profesi) dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Hortikultura
(BPBH), JL. Raya Jatinangor, Pasirbanteng, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat.
1.4 Capaian Kegiatan Magang
Pelaksanaan kegiatan magang berupa tugas dimulai dari pemanenan, perlakuan
pascapanen, perbanyakan, budidaya, dan persilangan pada tanaman bawang
merah, durian, manggis, jambu dan anggrek. Pelaksanaan kegiatan magang juga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan diri ecara personal, profesinal, dan
sosial, serta memiliki pengalaman bekerja secara profesional dalam bidang
pertanian.

4
BAB II

ANALISIS SITUASI UMUM

2.1 Sejarah
Sejarah Balai Pengembangan Benih Hortikultura dimulai pada tahun 1950,
kebun Pasirbanteng seluas + 30 Ha merupakan milik Jawatan Pertanian Rakyat
Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat yang berkedudukan di Bandung.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, kebun Balai Pengembangan Benih
Hortikultura telah mengalami perubahan nama dan kegunaan sebagai berikut :
1. Sebagai Percobaan Pertanian Tanah Kering (PPTK) berlangsung dari tahun
1950 s/dtahun 1962;
2. Sebagai lahan Praktek SPMA Tanjungsari sampai dengan tahun 1966;
3. Selanjutnya sebagai lahan praktek oleh SPMA Gegerkalong;
4. Pada tahun 1970 s/d tahun 1980, sebagian dari lahan tersebutyaitu + 20 Ha
dipakai untuk areal/pembibitan jeruk bebas penyakit CVPD. Hal ini dilakukan
dalam rangka usaha penanggulangan penyakit CVPD pada tanaman jeruk di
wilayah Jawa Barat oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat;
5. Pada awal tahun 1984 hingga tahun 1999, dibentuk Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Balai Benih Induk Hortikultura Pasirbanteng berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor
061/kep.862/ Huk/86 tertanggal 23 Juni 1986;
6. Tahun 1999 ditetapkan kembali Balai Benih Induk Hortikultura Pasirbanteng,
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 70 tahun 1999;
7. Pada Tahun 2002 s/d sekarang, ditetapkan menjadi Balai Pengembangan
Benih Hortikultura berdasarkan Keputusan GubernurJawa Barat Nomor 53
Tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Pelaksana
Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat.

5
Balai Pengembangan Benih Hortikultura (BPBH) dibentuk berdasarkan
Peraturan GubernurJawa Barat Nomor33 Tahun 2015 tertanggal 25Maret2015
tentang Tugas Pokok, Fungsi Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat, dengan tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang
pengembangan benih hortikultura yaitumemberikan pelayanan kepada masyarakat
di bidang pengembangan benih hortikultura.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Visi merupakan gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
dengan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi Balai Pengembangan
Benih Hortikultura merujuk dari visi-visi berikut ini:
- Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Terwujudnya Pertanian Industri
Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumber Daya Lokal untuk
Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan
Kesejahteraan Petani.
- Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat; Tercapainya Masyarakat Jawa Barat
yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.
- Visi Pembangunan Jawa Barat; Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua.
- Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; Mewujudkan Petani
Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.
- Balai Pengembangan Benih Hortikultura menjadi pengembang benih
hortikultura termaju, mendukung terwujudnya petani Jawa Barat yang
mandiri, dinamis dan sejahtera.
2.2.2 Misi
Misi merupakan upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi tersebut di atas, maka seluruh pegawai Balai Pengembangan Benih
Hortikultura melaksanakan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi benih bermutu untuk pemenuhan kebutuhan
konsumen;
2. Meningkatkan upaya penjaminan mutu benih sesuai standar mutu, kualitas
dan daya saing;

6
3. Meningkatkan promosi kepada masyarakat dalam penggunaan benih
bermutu;
4. Memberdayakan potensi nasional, regional, lokal dan peran swasta;
5. Mengidentifikasi dan merancang model industri perbenihan;
6. Menetapkan perencanaan berbasis kebutuhan masyarakat agribisnis.
7. Dengan motto yaitu Disiplin, Kompak, Kreatif, Inovatif, dan Ikhlas.
2.3 Stuktur Organisasi BPBH

Bagian Struktur Organisasi

UPTB BALAI BENIH HORTIKULTURAL


Kepala

Kelompok
jabatan fungsi SUB. Bagian Tata Usaha

Seksi Tanaman Buah Seksi Benih Tanaman


Dan Obat
Dan Sayuran

SUB. Unit Pelayanan

Gambar 1. Struktur organisasi BPBH


Uraian susunan struktur organisasi Balai Pengembangan Benih
Hortikultura,yaitu sebagai berikut :
 Tugas pokok : Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang
pengembangan benih hortikultura;
 Fungsi Pelayanan kepada masyarakat pertanian di bidang
pengembangan benih hortikultura.
Tugas Pokok, Fungsi dan rincian tugas Balai Pengembangan Benih Hortikultura,
yaitu sebagai berikut:
2.3.1 Kepala Balai

a. Mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan


mengendalikan pelaksanaan pengembangan benih hortikultura.
b. Mempunyai fungsi:

7
- Pelaksanaan teknis operasional pengembangan benih hortikultura dan aneka
tanaman;
- Pelaksanaan teknis operasional pemasaran benih hortikultura dan Antan.
c. Mempunyai rincian tugas:
- Menyelenggarakan pengkajian program kerja Balai Pengembangan Benih
Hortikultura;
- Menyelenggarakan pengkajian petunjuk teknis pengembangan benih
hortikultura;
- Menyelenggarakan koordinasi, memimpin, pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Balai;
- Menyelenggarakan fasilitasi yang berkaitan dengan kesekretariatan,
pengembangan teknologi, produksi benih hortikultura;
- Menyelenggarakan percontohan pengembangan benih hortikultura dan
aneka tanaman;
- Memberikan saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Kepala Dinas
mengenai pengembangan teknologi dan produksi benih hortikultura dan
aneka tanaman;
- Menyelenggarakan pengkajian bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
- Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
- Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan;
- Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi-nya.
2.3.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha ;
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana kerja,
administrasi kepegawaian, keuangan, umum, perlengkapan & pelaporan Balai.
b. Mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan penyusunan rencana kerja, evaluasi dan pelaporan Balai;
- Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, umum,keuangan dan
perlengkapan Balai.
c. Mempunyai rincian tugas:
- Melaksanakan penyusunan program kerja Balai dan Sub Bagian Tata Usaha;

8
- Melaksanakan pengelolaan data dan informasi;
- Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
- Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan;
- Melaksanakan pengelolaan Tata Usaha, meliputi naskah dinas dan kearsipan,
urusan rumah tangga serta perlengkapan;
- Melaksanakan penyusunan bahan telahaan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
- Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
- Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program kerja Balai dan kegiatan Sub
Bagian Tata Usaha;
- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi-nya
Balai Pengembangan Benih Hortikultura mengalami perubahan struktur
organisasi Sub Bagian Tata Usaha berdasarkan Surat Perintah Kepala
BPBHNomor 800/206/Kepeg/2012, seperti berikut:

PenanggungJawab Urusan Keuangan

PenanggungJawab Urusan Kepegawaian

Kasubag TU

Penanggungjawab Urusan Perlengkapan

Penanggungjawab Urusan Rumah Tangga

Gambar 2. Struktur organisasi sub bagian tata usaha

2.3.3 Kepala Seksi Pengembangan Benih Hortikultura;


a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan pengembangan
benih hortikultura.
b. Mempunyai fungsi:

9
- Pengumpulan, pengolahan & analisis data pengembangan benih
hortikultura
- Pelaksanaan & penyiapan bahan kegiatan pengembangan benih
hortikultura.
c. Mempunyai rincian tugas:
- Melaksanakan penyusunan program dan rencana kerja Seksi
Pengembangan Benih Hortikultura;
- Melaksanakan penyusunan bahan Petunjuk Teknis pengembangan
produksi, seleksi, pengumpulan & pengolahan data pengembangan benih
hortikultura;
- Melaksanakan pengembangan, percontohan produksi & seleksi benih
Horti.;
- Melaksanakan monitoring, fasilitasi, koordinasi pengembangan benih
Horti.;
- Melaksanakan penyusunan bahan usulan kebutuhan dan pengadaan sarana
produksi pertanian untuk kegiatan perbanyakan benih hortikultura;
- Melaksanakan pengembangan teknologi benih hortikultura, pengelolaan
koleksi benih, uji adaptasi pengujian benih dan pemurnian varietas;
- Melaksanakan promosi, distribusi pemasaran produksi benih hortikultura,
processing meliputi pengeringan, sortasi, pengajuan pengujian mutu benih
dan pengemasan;
- Melaksanakan monitoring, fasilitasi & koordinasi pemasaran benih Horti.;
- Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
- Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
- Melaksanakan evaluasi dan pelaporan;
- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi-nya.
Balai Pengembangan Benih Hortikultura mengalami perubahan struktur
organisasi Seksi Pengembangan Benih Hortikultura berdasarkan Surat Perintah
Kepala BPBHNomor 800/206/Kepeg/2012, seperti berikut :

10
Gambar 3 Struktur organisasi seksi pengembangan benih hortikultura
2.3.4 Kepala Seksi Pengembangan Benih Aneka Tanaman;
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan pengembangan
benih aneka tanaman.
b. Mempunyai fungsi:
- Pengumpulan, pengolahan & analisis data pengembangan benih Antan;
- Pelaksanaan dan penyiapan bahan kegiatan pengembangan benih Antan.
c. Mempunyai rincian tugas:
- Melaksanakan penyusunan program dan rencana kerja Seksi
pengembangan Benih Aneka Tanaman;
- Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis pengembangan
produksi, seleksi benih, pengumpulan dan pengolahan data pengembangan
benih aneka tanaman;
- Melaksanakan pengembangan dan percontohan produksi serta seleksi
benih aneka tanaman;
- Melaksanakan monitoring, fasilitasi dan koordinasi pengembangan benih
aneka tanaman;
- Melaksanakan penyusunan bahan usulan kebutuhan dan pengadaan sarana
produksi pertanian untuk kegiatan perbanyakan benih aneka tanaman;
- Melaksanakan pengembangan teknologi benih aneka tanaman,
pengelolaan koleksi benih, uji adaptasi pengujian benih dan pemurnian
varietas;

11
- Melaksanakan promosi, distribusi pemasaran produksi benih aneka
tanaman dan processing meliputi pengeringan, sortasi, pengajuan
pengujian mutu benih dan pengemasan;
- Melaksanakan monitoring, fasilitasi dan koordinasi pemasaran benih
Antan.;
- Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
- Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
- Melaksanakan evaluasi dan pelaporan;
- Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi-nya.
Balai Pengembangan Benih Hortikultura mengalami perubahan struktur
Seksi Pengembangan Benih Aneka Tanaman berdasarkan Surat Perintah Kepala
BPBH Nomor 800/206/Kepeg/2012, seperti berikut:

Gambar 4. Struktur organisasi seksi pengembangan benih aneka tanaman


2.3.5 Koordinator Fungsional Laboratorium Kultur Jaringan;
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan pengembangan
benih hortikultura dan aneka tanaman.
b. Mempunyai fungsi:
- Pengumpulan, pengolahan dan analisis data pengembangan benih
hortikultura dan aneka tanaman;
- Pelaksanaan, penyiapan bahan kegiatan pengembangan benih hortikultura
dan aneka tanaman.
c. Mempunyai rincian tugas:

12
- Menyusun program dan rencana kerja Laboratorium Kultur Jaringan;
- Menyusun pembagian tugas pokok pelaksanaan Lab. Kultur Jaringan;
- Menyusun petunjuk teknis kegiatan Laporan Bulanan dan Laporan Akhir;
- Pengelolaan Laboratorium Kultur Jaringan, mengawasi dan mengevaluasi
kegiatan operasional Laboratorium Kultur Jaringan;
- Memberikan pelayanan prima pada pihak pengguna jasa;
- Membantu pelaksanaan kegiatan operasional Laboratorium Kultur
Jaringan.
2.3.6 Koordinator Sub Unit ;
a. Mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengelolaan areal perbenihan
hortikultura dan aneka tanaman di wilayah kerja dan atau pelayanan tertentu.
b. Mempunyai fungsi:
- Pelaksanaan kegiatan teknis operasional perbenihan di wilayah kerja dan
atau wilayah pelayanan;
- Pelaksanaan seleksi tanaman di lapangan;
- Pelaksanaan pemantauan dan pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman di areal pertanaman;
- Pengelolaan tenaga kerja dan pemeliharaan sarana prasarana;
- Perbanyakan Kultur Jaringan.
c. Mempunyai rincian tugas:
- Menyusun program dan rencana kerja pengembangan Sub Unit;
- Menyusun kegiatan operasional Sub Unit;
- Pengelolaan sarana dan prasarana pengembangan hortikultura dan Antan;
- Mengkoordinasikan semua kegiatan di Sub Unit;
- Membuat evaluasi dan Laporan Bulanan;
- Melaksanakan kegiatan pengembangan hortikultura dan aneka tanaman;
- Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman secara berkala;
- Merencanakan koleksi baru hortikultura dan aneka tanaman;
- Memonitoring kegiatan di Sub Unit;

13
- Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Seksi Pengembangan Benih
Hortikultura, Kepala Seksi Pengembangan Benih Aneka Tanaman dan unit
kerja terkait.
Balai Pengembangan Benih Hortikultura didukung oleh pegawai sebanyak
77orang,yang terdiri dari :
 Pegawai Negeri Sipil Daerah : 42orang
 Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah :15orang
 Tenaga Harian Lepas (THL)/Honorer :20orang
2.4 Lokasi
Balai Pengembangan Benih Hortikultura berlokasi di Jalan Raya
Jatinangor Km 23 Dusun Margamekar RT/RW 01/12 Desa Hegarmanah
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, dengan titik koordinat - 6.923711 &
107,78874 yang menempati tanah seluas 288.800M2, yang terdiri dari :
-
Gedung Kantor : 266 M2
-
Gedung Laboratorium : 138,34 M2

Luas Bangunan : 134,31 M2

Luas Net House : Tidak ada (Salah satu factor pendukung hasil
produksi)

Ruang Persiapan : 14 M2

Ruang Transfer : 22,2 M2

R. Penumbuhan : 23,941 M2

R. Penyimpangan : Tidak dipakai

R. Alat : 7,5 M2

R. Bahan Kimia : 7,5 M2

Kamar Mandi : 2,25 M2

R. Tamu : 18,285 M2

Jalan Paving Block : 20 M
Dengan keadaan sebagai berikut;

Sumber Kelistrikan : PLN 6.000 Watt

Sumber Air : Artesis (masih terbagi dengan bidang lain)
-
Mess (Rumah Dinas) : 605 M2
Dengan keadaan sebagai berikut;
- Topografi :Bergelombang dan berbukit
- Kemiringan : 10-300 C
- Jenis Tanah : Latosol
- pH tanah : 4,5-5,5
- Tekstur Tanah : Lempung
- Tipe Tanah : Kering
- Iklim : Tipe C

14
- Curah Hujan : 1600 Mm/tahun
- Temperatur : 18-260 C
2.5 Keadaan Balai
Balai Pengembangan Benih Hortikultura juga mempunyai tanah dan
bangunan di Sub Unit Pelayanan,yang terdiri dari :
 Sub Unit Cimangkok berlokasi di Jalan Raya Cimangkok Sukaraja RT/RW
01/05 Desa CimangkokKecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi, dengan titik
koordinat - 6.876596 & 107,021518 dan memiliki luas 191.780M2yang terdiri;
-
Kantor : 1 Unit
-
Rumah Dinas : 3 Unit
-
Gudang : 1 Unit
-
Screen House : 2 Unit
-
Tanaman Langka : 1 Unit
-
Sadillus : 1 Unit
 Sub Unit Citatah berlokasi di Jalan Raya Cipatat Km 23,2 Tagog Munding
RT/RW 03/08 Desa Citatah Desa Cipatat Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat,dengan titik koordinat - 6.829689 & 107,411086 dan memiliki
luas58.300 M2, yang terdiri dari;
-
Empalsimen : 9.100 M2
-
Kebun Produksi : 26.500 M2
-
Kebun Pohon Induk : 15.200 M2
-
Lahan Berbatu : 7.500 M2
Dengan keadaan sebagai berikut;
-
Ketinggian : 500 dpl
-
pH tanah :6
-
Jenis tanah : Latosol
-
Temperatur : 20-22 C
-
Topografi : Datar dan berbukit
 Sub Unit Kasugengan berlokasi di Jalan Simangu Nomor 7 RT/RW 18/V Desa
KasugenganLor Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon,dengan titik koordinat -
6.701136 & 108,469813 dan memiliki luas 75.660 M2, yang terdiri dari;

15
-
Tanah : 75.600 M2
-
Kantor : 150 M2
-
Rumah Dinas (1) : 99 M2
-
Rumah Dinas (2) : 72 M2
-
Screen House : 150 M2
-
Gudang Alsin : 100 M2
-
Gudang Pupuk : 25 M2
-
Gudang Mesin Air : 6 M2
Dengan batas-batas berikut ini;
-
Arah depan : Jalan By Pass Cirebon-Bandung
-
Arah kiri : Jalan Desa Kasugengan
-
Arah kanan : Jalan Simangu
-
Arah belakang : Sekolah SD N Kasugengan
Dengan keadaan sebagai berikut;
-
Topografi : Datar
-
Kemiringan :0
-
Jenis tanah : Latosol
-
pH tanah : 5,5-5,9
-
Tekstur tanah : Lempung
-
Tipe : Lahan Kering
-
Iklim :C
-
Curah hujan : 150 Mm/Tahun
-
Temperatur : 22-28 C
Dengan membagi Blok sebagai berikut;
-
Blok A : Tanaman Blok Fondasi (BF) mangga varietas gedong gincu, Blok
Mata Tempel (BMT) mangga varietas arumanis, Blok calon pohoninduk
varietas madu sala, garifta, marifta (01), kenlayung, cengkir dan erwin.
-
Blok B : Pohon induk harumanis, bangunan kantor dan pohon induk
lainnya seperti erwin, arumanis, gedong gincu, golek, gedong bangkok bali.

16
 Sub Unit Margahayu berlokasi di Jalan Tangkuban ParahuNomor 89 Desa
Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, dengan titik koordinat
- 6.800308 &107,652266 dan memiliki luas 45.250 M2yang terdiri dari;
-
Gedung Kantor : 159 M2
-
Laboratorium : 110 M2
-
Mess (Rumah Dinas)

Type A : 87 M2

Type B : 180 M2

Type C : 180,7 M2
-
Gedung Serba Guna : 285 M2
-
Screen House I : 360 M2
-
Screen House II : 100 M2
-
Green House : 285 M2
-
Sadilus : 176 M2
-
Seedling Net : 2.000 M2
-
Gudang : 80 M2
Keterangan luas tanah yang terpakai yaitu:
-
Instansi Kimia Agro : 5.000 M2
-
Digugat an. Usup Supala : 14.000 M2
-
Sekolah Peternakan : 2.000 M2
-
Dinas Peternakan : 8.000 M2
Dengan keadaan iklim sebagai berikut;
-
Iklim : Tipe C
-
Curah Hujan : 1.606-6.570 Ml/Tahun
-
Kelembaban : 94,4 %
-
Temperatur : Maksimum 24,71 C dan minimum 14,13 C
Dengan keadaan sumber irigasi sebagai berikut;
-
Sumur air dalam
-
Mata air Citamiang.
Sub Unit Salebu berlokasi di Jalan Raya Singaparna Kampung Cimindi
RT/RW 08/01 Desa Salebu Kecamatan Mangunreja Kabupaten

17
Tasikmalaya,dengan titik koordinat - 7.2240 & 108,395 dan memiliki luas
75.000M2 yang terdiri dari ;
-
Gedung kantor : 220 M2
-
Rumah Dinas : 189 M2
-
Blok tanaman durian, Blok tanaman rambutan/salak pondoh, Blok tanaman
sirsak, Blok konservasi, Gudang dan Pos Security.
Dengan keadaan iklim sebagai berikut;
-
Ketinggian : 500-700 M dpl
-
Kemiringan : Bergelombang 0-30
-
Temperatur : 20-22 C
-
Iklim : Tipe C
-
Curah Hujan : 400 Mm/Tahun
-
Jenih Tanah : Latosol
-
Tekstur Tanah : Lempung
-
Tipe : Lahan Kering
-
pH Tanah : 5,5-7
-
Kelembaban : 94,4 %
Untuk menunjang kegiatan operasional di lingkungan Balai
Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman,didukung oleh :
 Kendaraan Dinas :
- Roda empat : 5 unit
- Roda dua : 16 unit
Lahan Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman ditata
sedemikian rupa, sehingga dapat menampung pengembangan benih tanaman
buah, tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan secara efektif dan
efisien, dengan memperhatikan pula keindahan kebun, yang terperinci sebagai
berikut :
1. Lahan untuk perbanyakan benih tanaman buah ;
Pola perbanyakan benih tanaman buah-buahan ditempuh dengan sistem klonal
tunggal. Dalam melaksanakan sistem klonal tunggal, tersedia lahan untuk Blok

18
Fondasi (BF), Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) dan Blok Perbanyakan
Benih (BPB), berikut ini :
a. Blok Fondasi (BF) ;
Blok fondasi (BF) berupa lahan dengan luasan tertentu, ditanami dengan
pohon induk turunan pertama (vegetatif) dari pohon buah-buahan yang telah
dilepas oleh Menteri Pertanian RI. BF berfungsi sebagai :
- Sumber mata tempel/ tunas pucuk untuk Blok
Penggandaan Mata Tempel/tunas pucuk.
- Acuan standar dari varietas yang beredar di
masyarakat.
- Tanaman produksi.
Pohon induk yang ditanam di BF yaitu tanaman yang batang atasnya berasal
dari satu tanaman yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian, sedangkan
batang bawahnya berasal dari biji, dari satu pohon yang direkomendasikan
atau jelas varietasnya. Dengan demikian, pertanaman di BF merupakan
turunan pertama (vegetatif) dari pohon yang telah dilepas oleh Menteri
pertanian. Budidaya tanaman pada BF disesuaikan dengan rekomendasi
dari tiap jenis tanaman, dan dilakukan secara optimal. Didalam BF ditanam
lebih dari satu jenis/macam varietas, misal mangga harumanis, manalagi,
gedong gincu. Untuk itu maka BF dibagi dalam sub blok-sub blok.
Penyediaan BF tergantung kepada banyak jenis tanaman yang akan
dikembangkan pembenihannya. Misal BF mangga, BF durian, BF jeruk.
b. Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) ;
BPMT merupakan lahan dengan luasan tertentu, ditanami pohon dengan
batang atas berasal dari pohon induk BF dan batang bawah berasal dari biji,
dari satu varietas tanaman atau klon yang direkomendasikan atau yang
kompatibel. Fungsi BPMT hanya utntuk menghasilkan mat tempel bagi
keperluan penangkar benih. Pertanaman dalam BPMT ditanam dengan jarak
yang rapat, misal 1,25 m x 1,25 m. Perlakuan budidaya dan
pemeliharaannya dilaksanakan secara optimal. BPMT dibagi menjadi sub

19
blok-sub blok, sesuai dengan varietas, jenis tanaman dan jumlah pohon
yang ditanam pada BF.
c. Blok Perbanyakan Benih (BPB) ;
BPB merupakan lahan dengan luasan tertentu untuk keperluan perbanyakan
benih. Mata tempel/sambung diambil dari BPMT, dan batang bawah berasal
dari biji satu varietas tanaman. Benih dari BPB dimaksudkan untuk
melayani kebutuhan masyarakat, terutama dalam pengembangan sentra
produksi, selama penangkar benih swasta/perorangan belum mampu
melayaninya.
d. BF dan BPMT untuk Tanaman Jeruk ;
Tanaman jeruk sangat peka terhadap penyakit, seperti CVPD, Tristeza,
Exocortis, psorosis dan sebagainya, yang ditularkan oleh serangga. Oleh
karena itu tanaman BF dan BPMT jeruk harus ditaruh didalam rumah Kasa
(Screen House).
Tanaman BF berasal dari instalasi penelitian Tlekung ditanam dalam pot
besar di dalam rumah kasa. Setiap tahun dilakukan indeksing terhadap
penyakit berbahaya. Tanaman BPMT ditanam di lahan dalam rumah kasa,
dengan jarak tanam 40-50 cm x 20-25cm. Pemeliharaan tanaman baik di BF
maupun di BPMT dilakukan secara optimal, sehingga dapat menghasilkan
mata tempel yang optimal pula.
2. Lahan untuk perbanyakan benih tanaman sayuran ;
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa salah satu tugas Balai
Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman adalah Memproduksi
Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP). Untuk itu disediakan lahan untuk
memproduksi BD dan BP sayuran. Benih Penjenis (BP) dari hasil penelitian
yang telah dilepas, ditanam dilahan BPBH. Setelah melalui proses sertifikasi
menghasilkan Benih Dasar (BD). BD ini harus ditanam lagi di BPBH, untuk
menghasilkan BF, BP disalurkan kepada para penangkar benih, untuk
diperbanyak sebagai benih sebar (BR).

3. Lahan untuk perbanyakan benih tanaman hias ;

20
Untuk perbanyakan tanaman hias juga disediakan lahan di BPBH. jenis
tanaman hias bermacam-macam. Penyediaan lahan bagi perbanyakan benih
tanaman hias disesuaikan dengan jenis tanaman hias yang akan dikembangkan
pembenihannya dan perlu memperhatikan perkembangan seleramasyarakat.
4. Lahan untuk perbanyakan benih tanaman obat-obatan/bio-farmaka ;
Perbanyakan benih tanaman obat-obatan juga memerlukan lahan tersendiri.
Oleh karenanya disediakan lahan di BPBH. Tanaman obat-obatan, terutama
jenis temu-temuan dapat tumbuh pada lahan yang ternaung. Oleh karena itu,
apabila lahan yang tersedia terbatas, maka perbanyakan benih tanaman obat-
obatan dapat dilakukan pada lahan tanaman buah.
5. Lahan untuk tanaman koleksi ;
Lahan untuk tanaman koleksi disediakan di BPBH. Tanaman koleksi terdiri
dari berbagai jenis/varietas tanaman buah/tanaman hias/tanaman obat-obatan/
lokal/khas daerah ataupun introduksi dari luar negeri yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan. Tanaman koleksi dimaksudkan untuk :
- Mempertahankan kelestarian jenis/ varietas tanaman
hortikultura;
- Memperoleh data tentang sifat-sifat dari jenis tanaman koleksi
sebagai bahan mempersiapkan deskripsi dari tiap jenis tanaman koleksi.
Peranan pohon induk dalam usaha perbanyakan benih tanaman buah
sangat penting. Pohon induk dapat menghasilkan mata tempel, pucuk sambung,
cangkokan untuk perbanyakan benih lebih lanjut. Pohon induk juga dapat
menghasilkan biji sebagai bahan untuk batang bawah.
Mengingat pentingnya keberadaan pohon induk sebagai bagian dalam alur
proses produksi benih secara vegetatif, maka diperlukan upaya untuk melakukan
pemeliharaan pohon induk buah agar dapat lebih meningkatkan produksi serta
memperbaiki mutu mata tempel (entres).
Untuk pengembangan benih secara vegetatif seperti pada benih buah-
buahan, maka Balai Pengembangan Benih Hortikultura melakukan pengembangan
dan kegiatan pemeliharaan secara rutin terhadap pohon induk melalui Blok

21
Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) sebagai sumber mata
entres dalam produksi benih bermutu.
Metode pelaksanaan Pemeliharaan Pohon Induk Buah-buahan
dilaksanakan meliputi kegiatan :
 Pemupukan;
Kegiatan pemupukan dilaksanakan dengan maksud untuk memberikan media
tanam yang cukup bagi tanaman sehingga tingkat kesuburan dan kesehatan
tanaman terjaga. Dosis pemupukan pohon induk dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi pohon induk. Pemupukan pohon induk dilaksanakan setiap 6
(enam) bulan sekali dengan menggunakan pupuk kandang dan setiap 3 (tiga)
bulan sekali dengan menggunakan pupuk buatan.
 Penyiraman;
Kegiatan penyiraman dilaksanakan apabila diperlukan, penyiraman lebih
dipengaruhi oleh kondisi cuaca /iklim.
 Penyiangan;
Penyiangan dilaksanakan setiap bulan atau sesuai kondisi di lapangan, dengan
tujuan untuk menghilangkan persaingan dengan gulma.
 Pemangkasan;
Pemangkasan perlu dilakukan untuk tujuan membentuk tajuk pohon, menjaga
kelembaban dan menjaga kualitas entres.
 Pengendalian Hama Penyakit;
Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan secara bijak, dengan terlebih
dahulu melakukan pengamatan secara intensif dan rutin, penangulangan secara
fisik mekanis merupakan alternatif pertama, sementara penanggulangan secara
kimia merupakan pilihan terakhir apabila cara lain sudah tidak efektif.
Pemeliharaan pohon induk/koleksi tanaman hias adalah suatu usaha
menjaga agar pohon induk/tanaman koleksi dapat tumbuh dengan optimal, sehat,
tidak terkena hama dan penyakit. Pemeliharaaan benih merupakan bagian dari
beberapa tahapan terpenting dari kegiatan budidaya setelah persiapan media
penanaman. Pemeliharaan benih sangat menentukan baik tidaknya pertumbuhan
benih.

22
Secara umum Pemeliharaan Pohon Induk/Koleksi Tanaman Hias meliputi
kegiatan penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan
penggantian media tanam pohon induk dalam pot. Pemasangan paranet sebagai
naungan dilakukan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang berlebihan.
Dengan demikian, maka Balai Pengembangan Benih Hortikultura
melaksanakan kegiatan Pemeliharaan Pohon Induk/Koleksi Tanaman Hias dalam
upaya untuk menghasilkan benih tanaman hias yang bermutu dan berkualitas
sehat guna memenuhi kebutuhan para penangkar, petani dan masyarakat.
Tujuan yang tercapai dari kegiatan Pemeliharaan Pohon Induk/Koleksi
Tanaman Hias adalah untuk menghasilkan benih tanaman hias yang sehat
bermutu dan berkualitas di Balai Pengembangan Benih Hortikutura dan Aneka
Tanaman. Sasaran dari kegiatan Pemeliharaan Pohon Induk/Koleksi Tanaman
Hias adalah para penangkar tanaman hias dan masyarakat secara umum.
Metode pelaksanaan kegiatan diantaranya meliputi kegiatan :
 Penyiraman;
Penyiraman dilaksanakan sesuai dengan keadaan tanaman, namun pada musim
kemarau intensitas penyiraman lebih sering dilaksanakan yaitu setiap dua hari
sekali. Tujuan penyiraman adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan
air.
 Penyiangan;
Penyiangan dilaksanakan setiap bulan atau sesuai kondisi di lapangan.
Kegiatan penyiangan dengan mencabut gulma yang ada di pot, sabit, cangkul
dan mesin pemotong rumput bagi pohon induk yang ada di lapangan.
Tujuan penyiangan adalah untuk mengurangi/menghilangkan persaingan antara
tanaman pokok dengan gulma.
 Pemupukan;
Pemberian pupuk kandang diberikan pada saat dilaksanakan oversack/over pot
tanaman, sedangkan pemberian pupuk buatan seperti NPK, urea, KCl, ZA dan
pupuk daun lainnya dilaksanakan setiap 3 bulan sekali atau lebih disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan tanaman.
 Pengendalian hama dan penyakit;
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida seperti decis dan fungisida seperti antracol.
 Oversack tanaman koleksi;

23
Kegiatan oversack tanaman koleksi dilaksanakan dengan mengganti media dan
atau polybag/pot yang telah rusak, maksud dari kegiatan oversack ini untuk
memberikan media tanam yang cukup sehigga tingkat kesuburan dan
pertumbuhan benih bisa optimal. Media tanam yang digunakan adalah sekam,
pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 3:2:1, dan ukuran polybag/pot
disesuaaikan dengan pertumbuhan tanaman.
 Naungan;
Pemasangan paranet sebagai naungan diperlukan dalam kegiatan pemeliharaan
benih. Mengingat kondisi cuaca yang akhir-akhir ini tidak menentu, seperti
panas yang berlebihan sehingga dapat mempengaruhi terhadap kondisi fisik
dan pertumbuhan tanaman.
Laboratorium Kultur Jaringan Balai Pengembangan Benih Hortikultura
secara struktur organisasi berada di bawah langsung tanggung jawab Kepala
BPBH, dimana pengelolaan operasionalnya dilaksanakan oleh Koordinator
Laboratorium Kultur Jaringan dengan dibantu oleh beberapa analis yang
bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Bahan perbanyakan tanaman diambil dari eksplan botolan yang bebas
hama penyakit dan bermutu tinggi. Kegiatan di Laboratorium Kultur Jaringan
adalah :
- Seterilisasi alat botol dan aquadest dengan menggunakan autoclave
dengan temperatur 121o C dan tekanan 17,5 Psi selama 1 jam;
- Penimbangan bahan kimia untuk pembuatan larutan stok
murashige dan skoog sesuai dengan aturan pakai;
- Pembuatan media tanam untuk 1 liter media tanam botol jam yang
dibutuhkan 20 buah. Perbotol berisi 50 ml larutan media tanam;
- Sterilisasi media tanam selama 30 menit dalam autoclave dengan
temperature 121o C dan tekanan 17,5 Psi;
- Perbanyakan tanaman dengan memindahkan tanaman dalam
botolan ke media tanam baru. Isi tiap botol sebanyak 4 tanaman lengkap;
- Isolasi hasil produksi di ruang Kuljar dengan kondisi ruang suhu
21-220 C;

24
- Aklimatisasi merupakan pemindahan tanaman dari botolan ke
media lapangan.
- Hasil Persilangan Bapak Gubernur Ahmad Heryawan;
Jenis tanaman NettyHer dengan jumlah 1 botol, 1 kompot, dan 25 tanaman.
2.6 Time Schedule Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan selama 1 Bulan dimulai Tanggal 15 Januari - 15
Februari 2018, dimana terdapat berbagai macam kegiatan/agenda yang berbeda
beda. Berikut adalah tabel kegiatan pelaksanaan magang dimulai tanggal 15
Januari sampai dengan 15 Februari 2018 daftar kegiatan magang dapat dilihat
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Time Schedule Pelaksanaan Magang
No Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 15 Januari 2018 Perkenalan balai
2 Selasa, 16 Januari 2018 Perkenalan divisi tanaman anggrek
3 Rabu, 17 Januari 2018 Pemangkasan anggrek
4 Kamis, 18 Januari 2018 Penyiraman anggrek
5 Jumat, 19 Januari 2018 Sanitasi lingkungan
6 Senin, 22 Januari 2018 Persilangan anggrek
7 Selasa, 23 Januari 2018 Cangkok tanaman jambu
8 Rabu, 24 Januari 2018 Okulasi jambu sayat T
9 Kamis, 25 Januari 2018 Pengamatan anggrek
10 Jumat, 26 Januari 2018 Penyiraman anggrek
11 Senin, 29 Januari 2018 Pengamatan anggrek
12 Selasa, 30 Januari 2018 Grafting tanaman manggis
13 Rabu, 31 Januari 2018 Sambung pucuk dan sambung susu durian
14 Kamis, 1 Februari 2018 Penyiraman anggrek
15 Jumat, 2 Februari 2018 Pengamatan anggrek
16 Senin, 5 Februari 2018 Perbanyakan anggrek
17 Selasa, 6 Februari 2018 Pengamatan anggrek
18 Rabu, 7 Februari 2018 Panen bawang merah
19 Kamis, 8 Februari 2018 Sortasi bawang merah
20 Jumat, 9 Februari 2018 Pemindahan hasil panen bawang kedalam gudang simpan
21 Senin, 12 Februari 2018 Pengamatan anggrek
22 Selasa, 13 Februari 2018 Persiapan presentasi akhir magang
23 Rabu, 14 Februari 2018 Persiapan presentasi akhir magang
24 Kamis, 15 Februari 2018 Presentasi akhir magang

25
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bawang Merah


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk famili Liliaceae dan
merupakan sayuran semusim, berumur pendek dan diperbanyak secara vegetatif
menggunakan umbi, maupun generatif dengan biji (Gambar 5.). Bawang merah
dikonsumsi sebagai bumbu masakan, dan digunakan sebagai obat tradisional
untuk menurunkan suhu tumbuh. Bagian yang dimanfaatkan dalam bawang merah
adalah umbi, sebelum dipasarkan bagian umbi (Gambar 6.) dan daunnya
dipisahkan telebih dahulu.

Gambar 5. tanaman bawang merah; Gambar 6. Umbi bawang merah


3.1.1 Syarat Tumbuh dan Budidaya

26
Bawang merah dapat tumbuh dengan optimal dengan ketinggian 0-450 m
dpl, cahaya matahari minimum 70%, suhu udara 25-320C, dan kelembaban 50-
70%. Struktur tanah remah, pH tanah netral (5,6 – 6,5) dengan jenis tanah Aluvial
atau Latosol. Budidaya bawang merah dapat dilakukan dapat dilakukan dengan
pemotongan ujung bibit, hal ini hanya dilakukan apabila bibit bawang merah
belum siap ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%), Kebutuhan umbi bibit
1-1.2 ton/ha dengan ukuran umbi sedang (5-10 g) dan berumur 2-3 bulan dari
panen, Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 15 cm.
3.1.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan dibutuhkan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Pada lahan bekas sawah, penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi atau
sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen sedangkan pada musim
hujan, penyiraman ditujukan untuk membilas daun tanaman dari tanah yang
menempel. Penyiangan dilakukan 2–3 kali selama satu musim tanam.
3.1.3 Pengendalian menggunakan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu
(PHT):
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi PHT yang menggunakan beragam metode seperti kultur teknis berupa
pemupukan berimbang, penggunaan varietas tahan OPT, penggunaan musuh
alami yaitu parasitoid, predator dan patogen serangga. Metode mekanik berupa
pemotongan daun yang sakit atau terdapat kelompok telur Spodoptera
exigua, penggunaan jaring kelambu, perangkap kuning, perangkap lampu dll.
Metode lainnya berupa Penggunaan bio–pestisida dan Penggunaan pestisida
selektif berdasarkan ambang pengendalian
3.1.4 Panen
Waktu pemanenan bawang merah dilakukan di pagi hari pada saat cuaca
cerah pada pukul 07.00-10.00. Hal ini ditujukan untuk menghindari kerusakan
bawang merah akibat kandungan air yang tinggi. Panen bawang merah
dilakukan setelah umurnya cukup tua, pada umur 60–70 hari dengan tanda berupa
leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Panen yang baik
yaitu dengan mencabut tanaman bawang sampai akarnya. Setelah semua bawang

27
dipanen bawang merah dikumpulkan untuk memudahkan proses pengikatan
(Gambar 7.) untuk pengikatan barulah diikat (Gambar 8.) pada bagian batangnya
untuk mempermudah pengangkutan.

Gambar 7. Pengumpulan bawang merah; Gambar 8. Pengikatan bawang dengan


rotan
3.1.5 Pengangkutan
Pengangkutan dapat menggunakan mobil, gerobak, atau mobil bak terbuka
(Gambar 9.). Pengangkutan hendaknya dilakukan segera mungkin agar bawang
tidak cepat layu dan pengeringan dapat dilakukan lebih cepat.

Gambar 9. Pengangkutan dengan mobil bak terbuka


3.1.6 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang berada didalam
bawang merah, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan cahaya
matahari (Gambar 10.) selama 9 hari atau dengan pengasapan. Tempat modern
biasanya memiliki ruangan (Instore Drying) agar proses pengeringan dapat terus
berjalan tanpa terkendala cuaca dan membutuhkan waktu 3 hari. Atap bangunan
terdiri dari fibre glass transparan yang dilengkapi dengan aerasi udara, dinding
bangunan dari fibre glass, dan rak yang terbuat dari bambu.

28
Gambar 10. Pengeringan dengan cahaya matahari
3.1.7 Pembersihan
Pembersihan bawang merupakan kegiatan menghilangkan kotoran yang
menempel pada umbi seperti tanah dan akar serta memperoleh umbi yang
berkualitas baik, tujuan lainnya agar hasil pertanian terbebas dari kotoran, hama
dan penyakit, pembersihan dapat menggunakan alat seperti sikat yang lunak.
3.1.8 Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan tiap kualitas bawang merah. Sortasi
dapat dilakukan dengan memisahkan tiap ukuran bawang, dan memisahkan hasil
pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak
normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik (Gambar 11.). Selama sortasi
harus diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari langsung karena akan
menurunkan bobot / terjadi pelayuan dan meningkatkan aktivitas metabolisme
yang dapat tmempercepat proses pematangan / respirasi.

Gambar 11. Sortasi bawang merah


3.1.9 Penyimpanan
Bawang merah merupakan tanaman yang rentan akan busuk. Untuk
memperpanjang masa penyimpanan biasanya harus dilakukan pengeringan
terlebih dahulu. Secara fisiologis bawang merah dapat ditumbuhi bakteri, ini dapat

29
terjadi jika pengeringan tidak dilakukan secara maksimal. Penyimpanan bawang
merah biasanya menggunakan para-para dengan cara menggantungkan daun
bawang merah yang terikat. Penyimpanan hendaknya dilakukan pada tempat yang
kering dengan suhu 30-40 derajat celcius dan kelembaban hingga 70%.Untuk
jumlah bawang yang banyak dibutuhkan ruang penyimpanan yang lebih luas
dengan kondisi bersih, kering dan tidak lembab dengan ventilasi yang baik dan
cukup banyak sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruang dengan
baik.

3.2 Durian
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga
berasal dari istilah melayu, yaitu dari kata duri yang diberi akhiran –an sehingga
menjadi durian. Kata ini kerap digunakan untuk menyebutkan buah yang kulitnya
berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan
Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke
Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara
sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado),
dulian (Toraja), rulen (Seram Timur). Tanaman durian ini termasuk kedalam
famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan (Sitohang, 2010).
3.2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Botani
Menurut Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Bombacales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
Menurut Wiryanta (2008), Durio zibetbinus Murr. merupakan salah satu
spesies yang paling banyak dibudidayakan orang. Di Indonesia, sebenarnya masih

30
banyak kerabat spesies ini, tetapi kebanyakan tidak memiliki nilai komersial.
Hanya Durio kutejensis atau durian lai yang memiliki nilai komersial.
3.2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Durian
Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan
minimal 1500-3000 mm/tahun. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan
durian adalah 60-80%. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-300C.
Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 mdpl. Hanya
saja ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian,
tergantung dengan varietasnya. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang
dari 15 kurang praktis dari pada lahan yang datar rata.
Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol.
Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah
lapisan atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan
mengikat air tinggi. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian
adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5.
3.2.3 Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara perbanyakan
atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman
seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara
vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-
bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar,
batang, dan daun. (Prastowo dan Roshetko 2006).
3.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Hasil Perbanyakan Vegetatif Buatan
Perbanyakan benih melalui metode vegetative buatan tentunya memliki
keunggulan tersendiri, diantaranya yaitu dapat menghasilkan sifat sifat yang lebih
baik yang diturunkan dari tanaman induk, fase muda (Juvenile) relative lebih
pendek, lebih cepat berproduksi dan menghasilkan dan dapat dipakai untuk
menggabungkan sifat yang baik dari perakarandan batang dari suatu tanaman.
Perbanyakan benih melalui metode vegetative buatan mempunyai
kekurangan tertentu, diantaranya yaitu pohon induk akan rusak bentuknya karena
pengambilan beberapa bagian tubuh tanaman untuk diperbanyak, dapat

31
menyebabkan infeksi sistemik oleh virus yang dapat menjalar ke semua bagian
tanaman jika tidak selektif dalam pemeliharaan pohon induknya, periode umur
tanaman relative lebih pendek dan mekanisme perbanyakan pada beberapa
tanaman tidak praktis.

3.2.5 Produksi Benih Durian Melalui Metode Sambung Pucuk (Grafting)


Sambung pucuk (Grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman
yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautannya.Bagian bawah yang menerima sambungan disebut
batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian
tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entrys (scion) dan merupakan
potongan satu mata tunas. (Prastowo 2006). Metode pada teknik sambung pucuk
diantaranya yaitu sambung samping, sambung celah atau V dan sambung V
terbalik. Dari ketiga metode tersebut umumnya yang banyak digunakan adalah
metode celah atau V (Ujang, 2018).
3.2.6 Produksi Benih Durian Melalui Metode Sambung Susu (inarching
atau approach grafting)
Penyusuan atau metode sambung susu merupakan cata penyambungan
dimana batang bawah dan batang atas masinng – masing tanaman masih
berhubungan dengan perakarannya. Pada teknik perbanyakan vegetative buatan
dengan cara sambung susu bias dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
yaitu metode sambung pelana, sambung lidah dan sambung lengkung. Metode
yang sering dilakukan dan umum digunakan adalah metode sambung pelana karea
tingkat keberhasilannya relative lebih tinggi disbanding metode lainnya (Ujang,
2018).
3.2.7 Pengambilan Pucuk Entrys
Pucuk entres dipotong menggunakan gunting stek sepanjang ± 10 cm. Seluruh
daun dibuang kecuali pucuk. Kemudian entres-entres yang sudah diambil,
dikumpulkan pada baki. Tanaman induk yang digunakan harus memenuhi syarat
seperti: tanaman harus jelas kepemilikannya, tanaman telah disertifikasi oleh
BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih), minimal telah berbuah 2 kali.

32
Namun tanaman induk tidak diusahakan untuk berbuah karena organ target dari
tanaman induk adalah pucuknya.

3.2.8 Cara Sambung Pucuk (Celah V)


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam sambung pucuk tanaman
durian ini adalah:
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Potong ujung bibit batang bawah pada bagian batang yang masih muda.
c. Batang bawah disayat secara vertikal ± 2 cm hingga membentuk celah seperti
huruf V.
d. Bagian bawah pucuk entres di sayat ± 2 cm hingga pipih meruncing seperti
huruf Y.
e. Pucuk entres diselipkan pada celah batang bawah, kemudian bidang
sambungan diikat dengan tali plastik. Ujung tali diikatkan dengan erat.
f. Sambungan pucuk entres ditutup dengan plastik dan bagian bawahnya diikat.
g. Disimpan pada tempat yang teduh dan lembab serta ternaungi.

Gambar 12. Proses sambung pucuk durian (grafting)


3.2.9 Cara Penyusuan (Inarching)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusuan tanaman durian
ini adalah:
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Lakukan pemangkasan batang bawah dengan jarak sekitar 20 cm dari media
tanam
c. Sayat kedua sisi ujung batang bawah membentuk V terbalik atau membentuk
seperti baji dengan panjang sayatan sekitar 2-3 cm.

33
d. Sayat bagian batang atas dengan kayunya sepanjang 2-3 cm atau 1/3 diameter
batang
e. Lekatkan kedua bagian tepat pada bagian sayatan sampai berhimpitan.
f. Lakukan pengikatan agar melekat sempurna.
g. Disimpan pada tempat yang teduh dan lembab serta ternaungi.
3.2.10 Faktor Penunjang Keberhasilan Metode Perbanyakan Vegetatif
Durian
Waktu terbaik pelaksanaan metode perbanyakan vegetatif adalah pada pagi
hari, antara jam 07.00-11.00 pagi, karena saat tersebut tanaman sedang aktif
berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum.
Jam 12.00 siang daun mulai layu, tetapi ini bisa diatasi dengan menempel
ditempat yang teduh, terhindar dari sinar matahari langsung.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan.
1. Faktor tanaman
a. Kompatibilitas : penyesuaian sambungan antara batang atas dengan batang
bawah.
b. Keadaan fisiologis tanaman
c. Kehalusan sayatan : untuk mendapat kesesuaian, posisi persentuhan,
cambium sayatan harus rata, halus dan tipis.
d. Persentuhan kambium
Ukuran batang bawah dan batang atas hampir sama, apabila batang atas
lebih kecil dari batang bawah, maka salah satu sisi dari bagaian kambium
harus tepat.
e. Kesahatan batang bawah.
2. Faktor lingkungan
a. Waktu penyambungan
Penyambungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, selain untuk
menghindari kebusukan akibat curah hujan, pada musim kemarau batang
bawah sedang aktif mengalami pertumbuhan.
b. Temperatur dan kelembaban
Temperatur yang dibutuhkan dalam penyambungan antara 7,20C – 32 0C.
0
temperature optimum untuk penyambungan antara 25 C- 30 0C dan
kelembaban minimal 70 %.
3. Faktor manusia

34
Keterampilan dan keahlian dari pelaksana sangat berperan dalam keberhasilan
penyambungan.
3.3 Manggis
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang
berasal dari Asia Tenggara dan memiliki kemungkinan berasar dari Indonesia
(Qosim, 2015). Berdasarkan data Herbarium Bogorinse, Indonesia memiliki
kurang lebih 100 jenis Garcinia.
3.3.1. Klasifikasi Manggis
Klasifikasi tanaman manggis menurut Hutapea (1994) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Theales
Famili : Clusiacceae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
3.3.2. Syarat tumbuh
Tanaman manggis merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi
lingkungan tropis sehingga dikenal sebagai tanaman buah tropis basah. Di
Indonesia tanaman manggis tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 600
mdpl. Tanaman manggis dapat hidup pada rentang iklim yang luas. Batas suhu
minimum untuk pertumbuhan tembakau yaitu 25o C dan suhu maksimum 35o C.
Kelembaban udara lebih dari 80% dan curah hujan 1.500 mm sampai 2.500 mm
per tahun.
Tanaman manggis memiliki toleransi tinggi terhadap berbagai jenis tanah
namun jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan manggis adaalah tanah lempung
berliat sampai lempung berpasir dengan pH antara 5 – 7, dengan solum tanah
dalam, struktur tanah gembur dan memiliki drainase tanah yang baik (Suwarto
dan Octavianty, 2010)
3.3.3. Grafting
Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan
batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa

35
sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk
tanaman baru. Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa
belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi
dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau
scion. Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon
induk.
Di bawah ini adalah rincian pelaksanaan kegiatan grafting diantaranya sebagai
berikut:
 Potong scion secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas
kemudian sayat miring pangkal scion, sedangkan sebelah lagi cukup dengan
mengelupas kulitnya sehingga tinggal kambiumnya saja, sayat kedua sisi
scion berbentuk huruf V.
 Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan sambungan yang
diinginkan .
 Sambungkan scion pada rootstock dengan memperhatikan apakah kambium
scion dan kambium rootstock telah saling berlekatan, bila batang bawah tidak
sama besar dengan batang atas, maka salah satu sisinya diusahakan berimpit
(satu- garis) supaya kambium bisa bersatu, walaupun hanya satu sisi.
 Ikat sambungan dengan pita grafting plastik, para film atau tali rafia, sehingga
kambiumnya dapat melekat erat.
 Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik transparan (bening) untuk
menjaga kestabilan suhu.
Keuntungan grafting:
 Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan
vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.
 Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap
keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang rendah, atau
gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.
 Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang
tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.
 Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan
mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman
kehutanan).
Kerugian grafting:

36
 Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang
patah jika ditiup angin kencang
 Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan rootstock
3.4 Jambu
Jambu (Psidium guajava L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia
tanaman ini merupakan taman asli asal Amerika Serikat Tengah, penyebarannya
ke kawasan asia tenggara dan Indonesia melalui Thailand (Cahyono, 2010).
3.4.1 Klasifikasi Jambu
Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman jambu biji
termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava Linn ( Parimin, 2005).
3.4.2 Syarat tumbuh Jambu
Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis & dapat tumbuh di
daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yg diperlukan berkisar antara
1000-2000 mm/tahun & merata sepanjang tahun. Tanaman jambu biji dapat
tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat
C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil
atau kurang sempurna (kerdil), yg ideal musim berbunga & berbuah pada waktu
musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedang musim buahnya terjadi
bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan. Kelembaban udara
sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah &
sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yg rendah, berarti udara kering
karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok utk pertumbuhan tanaman jambu
biji.
3.4.3 Cangkok

37
Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Mencangkok dilakukan dengan cara menguliti
hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang
5cm - 10cm kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain saat akar telah tumbuh.
Pada saat mencangkok, kambium pada cabang atau ranting harus dihilangkan agar
kulit tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan
dapat terbentuk. Sebaliknya, jika lapisan cambium tersebut bersih, maka hasil
fotosintesis akan terkumpul di tempat kambium yang telah dibersihkan dan
pertumbuhan akar dapat terangsang dengan baik. Berikut merupakan langkah
kerja pencangkokakan jambu:
- Terlebih dahulu, siapkan alat dan bahan untuk penelitian.
- Pilih pohon yang tidak terlalu tua dan terlalu muda dan
pilih cabang yang sehat.
- Kupas kulit batang atau cabang sepanjang 8 cm melingkari
batang.
- Bersihkan lapisan kambium yang menempel pada kayu.
- Beri beberapa lubang kecil sebagai jalan masuknya air
terlebih dahulu kepada plastic transparan.
- Setelah lapisan kambium bersih, lapisi bagian tersebut
dengan root up dan tanah gembur dan balut bagian yang telah terlapisi tanah
dengan plastik.
- Ikat balutan tersebut dengan menggunakan tali plastik
dibagian ujung atas dan bawah.
- Sirami bagian yang telah dicangkok secara teratur. Setelah
kurang lebih satu bulan, akar mulai tumbuh.
- Jika pertumbuhan akar sudah cukup baik, balutan plastik
dan cangkokan siap ditanam di wadah baru.

38
Gambar 13. Cangkok tanaman jambu
Keuntungan Mengcangkok Secara Umum Adapun beberapa keuntungan dari
dilakukannya mencangkok pada tanaman yaitu:
 Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah
dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji. Tumbuhan yang dicangkok
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
 Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses
mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.

39
 Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan
tanaman induknya.
Adapun beberapa kerugian yang dapat terjadi saat mencangkok tanaman yaitu:
 Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
 Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
 Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong
Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja,
sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan
cara ini.
3.4.4 Produksi Benih Jambu Melalui Metode Okulasi
Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entrys
(batang atas) dengan batang bawah pada tanaman sejenis (sefamili). Teknik
okulasi yang dapat dilakukan pada tanaman durian diantaranya adalah metode T,
metode H, metode jendela dan chip budding. Dari beberapa metode tersebut yang
umum dilakukan yaitu metode T, selain pengerjaannya mudah juga persenttase
keberhasilannya relatif lebih tinggi (Ujang, 2018).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam okulasi metode T tanaman
durian ini adalah:
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Sayat kulit batang bawah dengan jarak 15-20 cm dari media tanam, kupas
kebawah 2-3 cm lalu potong..
c. Sayat dan ambil mata tunas dari cabang entrys dengan kayunya sepanjang 2-3
cm.
d. Sisipkan mata tunas yang sudah diambil kedalam sayatan batang bawah.
e. Ikat dengan plastik transparan berukuran 0,03 mm dan lebar 1 cm.
f. Lakukan pembukaan talian setelah perlakuan berumur 2-3 minggu.
g. Disimpan pada tempat yang teduh dan lembab serta ternaungi.

40
Gambar 14. Proses okulasi metode T
3.5 Anggrek
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya
indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir
mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia (Prihatman, 2000: 1). Terdapat
20.000 spesies anggrek yang terbesar di seluruh dunia, dan 5.000 diantaranya
berada di hutan- hutan Indonesia.
3.5.1 Klasifikasi Botani
Klasifikasi tanaman anggrek genus Vanda adalah sebagai berikut :
 Kerajaan : Plantae
 Devisi : Magnoliophyta
 Kelas : Liliopsida
 Ordo : Asparagales
 Family : Orchidaceae
 Genus : Vanda
Klasifikasi tanaman anggrek genus Vanda adalah sebagai berikut :
 Kerajaan : Plantae
 Devisi : Magnoliophyta
 Kelas : Liliopsida
 Ordo : Orchidales
 Family : Orchidaceae
 Genus : Phalaenopsis
3.5.2 Morfologi Tanaman
Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae
yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan
taman. Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika
dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara
morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda,

41
tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007). Secara morfologi, tanaman anggrek
terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
3.5.2.1 Akar
Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah.
Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering,
akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja
berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna
coklat tua dan kering (Latif, 1960).
3.5.2.2 Batang
Darmono, (2008), menyebutkan bahwa batang anggrek beranekaragam,
ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu
saja. Berdasarkan pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 15.
a. Tipe Simpodial umumnya mempunyai beberapa batang utama dan berumbi
semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan
batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru
dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya di sampingnya. Tunas anakan
tersebut tumbuh dari rizom yang menghubungkannya dengan tanaman induk.
Tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari sampingnya,
contoh seperti genus Dendrobium, Oncidium dan Cattleya.
b. Tipe Monopodial Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan
pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi.
Tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda,
Aranthera dan Phalaenopsis.

42
Gambar 15. Pola pertumbuhan batang anggrek (a) akar, (b) akar udara, (c)
rimpang, (d) batang, dan (e) pseudobulb
3.5.2.3 Daun
Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang bulat
telur (Renanthera coccinea),bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian
atas lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau serupa
daun tebu. Daun genus Dendrobium dan Phalaenopsis berbentuk bulat memanjang
(Latif, 1972). Tebal daun beragam, dari tipis sampai berdaging dan kaku,
permukaannya rata. Daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang.
Bagian tepi tidak bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar
dengan tepi daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berseling-seling atau
berhadapan. Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada
pula yang bercakbercak. Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang
berwarna dan disanalah terletak keindahan jenis-jenis anggrek daun itu (Latif,
1960).
3.5.2.4 Bunga
Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga
pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga
pada beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya
aksilar (Latif, 1972). Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal
(daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan
ovarium (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas
disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek
memiliki tiga buah petal, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan

43
sepal. Petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum (bibir) seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 16 di bawah ini. Pada labellum terdapat gumpalan-
gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi. Warna bunga
tananam anggrek sangat bervariasi dan berfungsi untuk menarik serangga hinggap
pada bunga untuk mengadakan polinasi (penyerbukan). Berdasarkan beberapa
laporan, lebah madu merupakan serangga pollinator yang umum pada tanaman
anggrek (Sumartono, 1981).

Gambar 16. Morfologi bunga anggrek (a) bunga, (b) sepal dorsal, (c) sepal
lateral, (d) petal, (e) lip, (f) daun pelindung bunga, (g) tugu
Colum (tugu) yang terdapat pada bagian tengah bunga merupakan tempat
alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung columnya terdapat
anter atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia
tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah
rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan
terletak di bawah colum, sepal dan petal (Latif, 1990), seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 17.

Gambar 17. Colum anggrek (a) colum, (b) anther, (c) stigma, (d) pollinium, (e)
rostellum, (f) anther cap, (g) viscidium, (h) pollinia

44
3.5.2.5 Biji
Menurut Sumartono, (1981), bunga anggrek mengandung ribuan sampai
jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakkan dengan
biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat
kecil dan mudah diterbangkan angin. Selain itu, biji anggrek keadaannya tidak
sempurna karena tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanannya, maka
pembiakan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk mendapatkan jenis
baru. Biji diperolehnya dari penyerbukan serbuk sari pada putik. Di hutan
penyerbukan terjadi dengan bantuan serangga. Namun, secara sengaja kita dapat
melakukan penyerbukan, dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan
pada kepala putik sehingga terjadi pembuahan
3.5.3 Syarat Tumbuh Tanaman
Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan
temperatur 28° C dengan temperatur minimum 15° C. Kelembaban nisbi (RH)
yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60-85%. Fungsi kelembaban yang
tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi.
Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan
agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang
sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan
kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer (Hadi,2005)
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
 Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain
tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya
matahari, misalnya Cattleya sp., Dendrobium sp., Phalaenopsis sp.
dan Oncidium sp.
 Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan
membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera
sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
 Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan
terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.

45
 Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit
cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
3.5.4 Manfaat Anggrek
Menurut Purwanto et al., (2005), anggrek alam atau anggrek hutan
biasanya dikenal sebagai anggrek liar. Anggrek-anggrek liar ini tumbuh secara
alami di tempat-tempat yang tidak dipelihara oleh manusia. Anggrek liar ini
memegang peranan penting sebagai induk persilangan. Tanaman anggrek telah
dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis anggrek yang bermanafaat untuk
kesehatan adalah anggrek tanah. Manfaat anggrek tanah bagi kesehatan, yaitu
untuk mengobati penyakit asbes paru-paru, radang saluran napas, pendarahan
usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus berbau tak sedap (Kusuma, 2004).
Manfaat utama anggrek adalah sebagai tanamana hias karena bunga anggrek
memiliki keindahan bentuk dan warnanya. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai
ramuan obat-obatan, bahan campuran minyak wangi atau minyak rambut
(Kartikaningrum et al., 2004).
3.5.5 Persilangan Tanaman Anggrek
Tanaman anggrek adalah tanaman yang banyak dibudidayakan dan
memiliki kelamin ganda hermaprodit. Tanaman berkelamin ganda adalah tanaman
yang memiliki serbuk sari dan putik dalam satu bunga yang satu organ. Selaput
yang memisahkan alat kelamin jantan/serbuk sari dan betina/putik adalah selaput
oprecolumn. Penyerbukan pada tanaman anggrek terjadi ketika organ kelamin
jantan (anther) menempel pada organ kelamin betina (stigma) dan membentuk
style (Farida, 2015).
Tanaman Anggrek dapat dikembangbiakkan secara vegetatif dan generatif.
Secara vegetatif tanaman anggrek dikembangbiakkan dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman seperti stek keiki, stek mata tunas, dan stek batang
sympodial (Hendrayono 2000 dalam Andayani 2007). Cara perbanyakan vegetatif
secara konvensional dianggap kurang menguntungkan karena diperlukan waktu
lama untuk memperoleh tanaman dalam jumlah banyak. Cara perbanyakan
generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang secara genetis akan

46
menghasilkan tanaman yang beragam namun akan dihasilkan tanaman dalam
jumlah yang banyak. Biji pada tanaman anggrek diperoleh melalui proses
penyerbukan (polinasi) yang diikuti dengan pembuahan.
Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan
bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat
tahan lama sebagai bunga potong, jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum
bunga yang gugur dini akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan (polinasi)
adalah sebagai berikut :
 Sediakan alat dan bahan berupa kertas putih, tusuk gigi, kertas label, benang
pengikat, plastic bening, tanaman anggrek yang akan disilangkan.
 Buka cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka.
 Basahi ujung tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam lubang
putih atau dengan sedikit air.
 Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai wadah di bawah
bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada waktu diambil.
 Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
 Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga yang berisi
catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang diambil
polinianya.
 Tutup anggrek yang sudah disilangkan menggunakan plastic transparan agar
terhindar dari kontaminasi lingkungan luar
Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Apabila
penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal buah tersebut akan
terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada yang masak setelah tiga bulan
sampai enam bulan atau lebih. Buah yang masak akan merekah dengan dicirikan
adanya perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan (Hadi,
2005).
3.5.6 Faktor Penunjang Keberhasilan Metode Keberhasilan Anggrek

47
Dalam metode persilangan anggrek untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipahami terlebih
dahulu antara lain:
 Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman.
Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah membuka penuh.
 Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat, tidak
cepat layu atau gugur.
 Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan, agar
memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang akan terlihat
atau muncul pada turunannya seperti : warna, bentuk, dan lain-lain.
 Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
 Persilangan dilakukan 3-7 hari setelah bunga mekar.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan.
4. Faktor tanaman
f. Kompatibilitas
g. Keadaan fisiologis tanaman
h. Kesahatan tanaman.
5. Faktor lingkungan
c. Waktu penyilangan
6. Faktor manusia
Keterampilan dan keahlian dari pelaksana sangat berperan dalam keberhasilan
penyambungan.

BAB IV

METODOLOGI

4.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan persilangan anggrek dilaksanakan pada pukul 08.00-10.00 WIB


di Blok tanaman tanaman hias pada tanggal 22 Januari 2018.

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam proses sambung pucuk ini yaitu kertas puih,
tusuk gigi, pinset, kertas label, benang pengikat, plastic bening, tanaman anggrek

48
varietas Vanda Tricolor, Vanda hibrida Pakchong Blue, Phalaenopsis Cornucervi,
Phalaenopsis Viridis.

4.3 Metode Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam persilangan adalah sebagai berikut :


a. Sediakan alat dan bahan berupa kertas putih, tusuk gigi,
pinset, kertas label, benang pengikat, plastic bening, tanaman anggrek varietas
Vanda Tricolor, Vanda hibrida Pakchong Blue, Phalaenopsis Cornucervi,
Phalaenopsis Viridis.

Gambar 18. Persiapan alat dan bahan persilangan


b. Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka.

49
Gambar 19. Pembukaan cap polinia
c. Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di
dalam lubang putih atau dengan sedikit air.
d. Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih
sebagai wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada
waktu diambil.
e. Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala
putik).
f. Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel)
bunga yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga yang
diambil polinianya.

50
Gambar 20. Pemberian label pada hasil persilangan
g. Tutup anggrek yang sudah disilangkan menggunakan
plastic transparan agar terhindar dari kontaminasi lingkungan luar

Gambar 21. Penutupan hasil persilangan menggunakan plastic bening

BAB V

51
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

Teknik persilangan dilakukan dengan memasukan Polinia dari satu


tanaman ke stigma tanaman lainnya. Tanaman yang digunakan haruslah dalam
keadaan sehat dan bebas dari serangan OPT. Pada kegiatan kerja lapangan ini
telah dilakukan persilangan pada tanaman anggrek dengan jumlah 4 tanaman yang
berbeda varietas yang dijadikan sebagai percobaan dilapangan. Dibawah ini
merupakan hasil dari tanaman anggrek yang telah dilakukan teknik persilangan.

Tabel 1. Pengamatan hasil Persilangan


Dari hasil data pengamatan tersebut menunjukan bahwa dalam waktu 3
hari setelah persilangan yaitu pada tanggal 25 Januari 2018 pada Varietas Vanda
Tricolor x Vanda Hibrida Pakchong Blue, Vanda Hibrida Pakchong Blue x
Varietas Vanda Tricolor, dan varietas Phalaenopsis Viridis x Phalaenopsis
Cornucervi dapat dikatakan berhasil, hal ini dikarenakan adanya terjadi perubahan
yang dapat dilihat pada bagian tanaman yang disilangkan seperti pada Varietas
Vanda Tricolor x Vanda Hibrida Pakchong Blue terjadi perubahan warna bunga
dari putih menjadi kekuning kuningan, pada persilangan Vanda Hibrida Pakchong
Blue x Varietas Vanda Tricolor terjadi pelayuan pada bunga yang menandakan
persilangan berhasil, dan pada persilangan Phalaenopsis Viridis x Phalaenopsis
Cornucervi terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau. Dan satu satunya

52
yang tidak menunjukan adanya perubahan warna atau pelayuan bunga adalah
persilangan Phalaenopsis Cornucervi x Phalaenopsis Viridis (Gambar 22).

Gambar 22. Hasil pengamatan persilangan anggrek 3 hari setelah persilangan


Pada pengamatan tanggal 29 Januari 2018 atau 1 minggu setelah
persilangan pada persilangan Varietas Vanda Tricolor x Vanda Hibrida Pakchong
Blue yang telah mengalami perubahan warna bunga, mengalami pembesaran pada
tangkai bunga, dan pada persilangan Vanda Hibrida Pakchong Blue x Varietas
Vanda Tricolor yang telah mengalami pelayuan pada bunga terjadi pembesaran
pada tangkai bunga juga seperti yang terjadi pada persilangan Vanda Tricolor x
Vanda Hibrida Pakchong Blue, sedangkandan pada persilangan lainnya seperti
Phalaenopsis Viridis x Phalaenopsis Cornucervi dan Phalaenopsis Cornucervi x
Phalaenopsis Viridis tidak mengalami perubahan lainnya dari pengamatan
terakhir (Gambar 23).

53
Gambar 23. Hasil pengamatan persilangan anggrek 1 minggu setelah persilangan
Pada pengamatan tanggal 2 Februari 2018 atau 11 hari setelah persilangan
pada persilangan Varietas Vanda Tricolor x Vanda Hibrida Pakchong Blue yang
telah mengalami perubahan warna bunga, dan pembesaran pada tangkai bunga,
mengalami layu pada bagian bunga, dan pada persilangan Phalaenopsis Viridis x
Phalaenopsis Cornucervi yang tadinya hanya mengalami perubahan warna pada
pengamatan pertama, mulai menunjukkan adanya pembesaran pada tangkai
bunga, dan pada 2 varietas lainnya yaitu pada varietas Vanda Hibrida Pakchong
Blue x Varietas Vanda Tricolor dan Phalaenopsis Cornucervi x Phalaenopsis
Viridis tidak mengalami perubahan lainnya dari pengamatan terakhir pada
pengamatan ketiga mulai dapat disimpulkan bahwa pada persilangan
Phalaenopsis Cornucervi x Phalaenopsis Viridis tidak berhasil dikarenakan tidak
adanya perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 11 hari setelah persilangan.
Pada pengamatan tanggal 6 Februari 2018 atau 15 hari setelah persilangan
pada persilangan seluruh hasil persilangan tidak mengalami perubahan apapun
dari pengamatan terakhir.
Pada pengamatan terakhir tanggal 12 Februari 2018 atau 3 minggu setelah
persilangan pada persilangan Varietas Vanda Tricolor x Vanda Hibrida Pakchong
Blue mengalami kematian berupa putus pata tangkai bunga yang diakibatkan
ketidak hati-hatian pada saat pemindahan bunga dan penyimpanan bunga dan
pada persilangan lainnya tidak mengalami perubahan dari pengamatan terakhir
(Gambar 24).

54
Gambar 14. Hasil pengamatan persilangan anggrek 3 minggu setelah persilangan
Pada prinsipnya dalam melakukan teknik persilangan bahwa untuk
mencapai keberhasilan maka harus ada kecocokan atau kompatibel antara
tanaman yang disilangkan, waktu penyambungan harus tepat, tanaman harus
dalam keadaan sehat dan tidak terserang OPT. Beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam persilangan tanaman yaitu yaitu :
1. faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh).
2. faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu
pelaksanaan persilangan).
3. faktor keterampilan orang yang melakukan persilangan.
Pada tanaman persilangan anggrek yang gagal bahwa hal tersebut dapat
dikarenakan oleh banyak factor yaitu waktu persilangan yang kurang tepat yaitu
tidak dilakukan setelah penyiraman dan 3-7 hari setelah bunga mekar, ketidak
cocokan antar tanaman yang disilangkan, ketidak sterilan alat dan bahan yang
digunakan dan keterampilan dan keahlian dari penyilang tanaman
5.2 Hama pada Hasil Persilangan Tanaman Anggrek

Tanaman anggrek hasil persilangan juga tak luput dari serangan hama,
hama yang menyerang pada tanaman anggrek hasil persilangan adalah kutu kutu
putih, kutu daun dan kutu gajah yang biasa ditemukan pada rumah kaca yang
berada di BPBH, serangan hama ini berdampak serius terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek. Serangan yang berdampak serius bagi pertumbuhan tanaman
anggrek dapat mengakibatkan kematian/berhentinya tanaman anggrek tumbuh
hama hama tersebut biasanya timbul saat awal musim penghujan dimana kondisi
lingkungan lembab dan menjadi tempat pertumbuhan optimal bagi kutu kutu
tersebut.
5.2.1 Kutu Putih Pseudococcus sp.

55
Hama ini tersebar luas dan merupakan hama penting pada tanaman buah-
buahan dan tanaman hias. Pada Dendrobium sp., kutu menyerang ujung akar,
bagian daun sebelah bawah dan batang. Bagian tanaman terserang akan berwarna
kuning dan akhirnya mati karena hama ini mengisap cairan sel. Pada Phalaenopsis
sp., kutu menyerang ketiak daun di sekitar titik tumbuhnya, sehingga
menyebabkan tanaman mati. Kutu berwarna coklat kemerahan, panjang 2 mm,
dan memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul.
Seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada
tubuhnya. Kutu memperbanyak diri melalui atau tanpa perkawinan
(partenogenesis). Perkembangan satu generasi memerlukan waktu selama 36 hari
(Hadi, 2005).

Gambar 25. Gejala serangan yang disebabkan oleh kutu putih dan hama kutu
putih
5.2.2 Kutu Daun
Kutu ini tersebar luas dan terutama dijumpai pada tanaman anggrek
Dendrobium sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan jenis-jenis anggrek tanah. Kutu
daun menempel pada daun, dan menyebabkan daun yang terserang berubah
menjadi kuning, kemudian coklat, akhirnya mati. Spesies kutu daun ini berwarna
coklat gelap sampai hitam. Pada waktu masih muda, serangga berwarna hijau.
Penyebaran meliputi di daerah tropis (Hadi, 2005).

56
Gambar 26. Hama kutu daun muda
5.2.3 Hama Kutu Gajah
Hama kutu gajah menyerang jaringan baik pada daun, batang semu (bulb),
dan akar muda. Hama betina dewasa seringkali membuat lubang pada batang
anggrek untuk meletakkan telurnya. Saat telur menetas maka lahirlah larva yang
akan menggerogoti batang anggrek dari dalam. Pada saat itu, tanaman anggrek
akan berhenti tumbuh, daun nampak pucat kekuningan dan diikuti dengan
kerontokan daun apabila serangan bertambah parah. Hal ini karena larva didalam
batang anggrek telah memutus jaringan pengangkut batang, sehingga air, unsur
hara dan cadangan makanan tidak dapat tersalurkan kebagian tanaman lainnya.
Kutu gajah dapat meletakkan telurnya didalam batang semu, di daun, dan
di ketiak daun anggrek. Pada percobaan skala laboratorium, telur kutu gajah akan
menetas dalam 11 hari. Kemudian masuk pada fase larva selama kurang lebih 4
bulan dan dilanjutkan fase kepompong yang membutuhkan waktu sekitar 16 hari.
Setelah menjadi hama dewasa, kutu ini mampu hidup antara 9 hingga 12 bulan
lamanya. Hama dewasa biasanya aktif pada saat pergantian musim kemarau ke
musim hujan (Metusala, 2007).

Gambar 27. Gejala serangan yang disebabkan oleh kutu gajah dan hama kutu
gajah

57
Mekanisme pengendalian hama hama diatas dapat digunakan cara mekanis
yaitu memunguti hama secara manual dengan tangan kemudian membunuhnya,
atau secara kimiawi dengan insektisida sistemik apabila terdapat gejala serangan
dari dalam. Untuk langkah preventif dapat menggunakan insektisida kontak
berbahan aktif organophosphat atau pyrethroid maupun menjaga kebersihan
media tanam dan kebun. Dalam penggunaan insectisida menggunakan dosis
anjuran serta diselang seling dengan bahan aktif yang berbeda agar mengurangi
resiko resistensi hama serta meminimalkan pencemaran lingkungan berlebih.

58
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada percobaan yang dilakukan terhadap persilangan tanaman anggrek


dengan varietas Vanda Tricolor x Vanda hibrida Pakchong Blue, Vanda hibrida
Pakchong Blue x Vanda Tricolor, Phalaenopsis Cornucervi x Phalaenopsis
Viridis, Phalaenopsis Viridis x Phalaenopsis Cornucervi yang dijadikan sebagai
percobaan, terdapat beberapa hasil dimana pada persilangan Vanda Tricolor x
Vanda hibrida Pakchong Blue mengalami kegagalan pada pengamatan terakhir
yang diakibatkan ketidak hati-hatian dalam proses pemindahan tanaman
sengingga tangkai bunga hasil persilangan mengalami patah, pada persilangan
eberapa kegagalan pada persilangannya Vanda hibrida Pakchong Blue x Vanda
Tricolor tanaman berhasil disilangkan dengan tanda seperti terjadinya pelayuan
pada bunga dan pembesaran pada tangkai bunga, pada persilangan Phalaenopsis
Cornucervi x Phalaenopsis Viridis mengalami kegagalan dari hari pertama,
faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya kegagalan pada persilangan
ini kualitas labelum yang sudah tidak bagus akibat penyilangan dilakukan lebih
dari 7 hari setelah bunga mekar, ketidak cocokan antar tanaman yang disilangkan
dan keterampilan dan keahlian dari penyilang tanaman, dan pada persilangan
terakhir antara Phalaenopsis Viridis x Phalaenopsis Cornucervi mengalami
keberhasilan dimana ditandai dengan terjadinya perubahan pada warna bunga dan
terjadinya pembesaran pada tangkai bunga.
Pada prinsipnya dalam melakukan teknik persilangan bahwa untuk
mencapai keberhasilan maka harus ada kecocokan atau kompatibel antara kedua
tanaman yang akan disilangkan, waktu penyambungan harus tepat, tanaman yang
akan disilangkan dalam keadaan segar dan sehat serta terbebas dari serangan OPT.

59
6.2 Saran

Untuk selanjutnya diharapkan waktu persilangan dilakukan pada kurun


waktu 3-7 hari tepat setelah bunga mekar agar tingkat keberhasilan persilangan
lebih besar, dan faktor kompatibilitas antara tanaman yang akan disilangkan lebih
diperhatikan lagi.

60
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, N. 2007. Pengaruh Waktu Pollinasi terhadap Keberhasilan Persilangan


Anggrek Dendrobium. Buletin Ilmiah Instiper 14 (2):14-21.
Badan Pusat Statistika. 2009. Survei Pertanian Produksi Tanaman Sayur dan
Buah-buahan di Indonesia. BPS: Jakarta.
Balai Pengembangan Benih Hortikultura dan Aneka Tanman. 2015. Profil Balai
2015. Sumedang (ID): BPBHAT.
Departemen Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Tahun 2011. Jakarta.
Gutierrez-Orozco, F., & Failla, M. L. (2013). Biological activities and
bioavailability of mangosteen xanthones: A critical review of the current
evidence. Nutrients, 5(8), Hal: 3163-3183.
Hendaryono. 2000. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.
Metusala, Destario. 2007. Kutu Gajah si Bikin Onar. Diakses melalui: <
http://anggrek.org/kutu-gajah-si-bikin-onar.html>. Diakses pada tanggal 18
Februari 2018.
Prihatman, K. 2000. Anggrek. Jakarta: Budidaya Pertanian.
Qosim W.A. 2015. “Manggis; Kegunaan, Budidaya, Agribisnis &
Pengolahan”.Graha Ilmu.
Rahardi.F, Wahyuni S, Nurcahyo E. M. 1993. Agribisnis Tanaman Hias. Penerbar
Swadaya
Ramadiana, S., A.P. Sari, Yusnita dan D. Hapsoro. 2008. Hibridisasi, Pengaruh
Dua Jenis Media Dasar dan Pepton Terhadap Perkecambahan Biji dan
Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium Hibrida secara In Vitro.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung.
Diakses pada tanggal 12 Februari 2018.
Syah J.A. 2016. “Untung Berlipat dari Budi Daya Manggis”.Yogyakarta: Lily
Publisher.

61
Widiastoety, D., N. Solvia dan M. Soedarjo. 2009. Potensi Anggrek Dendrobium
dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal
Litbang Pertanian. Pp: 101-106.

62

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy