KISI-KISI Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit
KISI-KISI Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit
KISI-KISI Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit
SAWIT
1.2. Relevansi
Dalam memahami industri pengolahan sawit, maka mutlak diperlukan
pemahaman mengenai mengenai berbagai aspek yang terkait bahan baku
dalam hal ini produksi tandan buah segar sebagai bahan baku utama. Sebagai
produk hasil pertanian, buah sawit juga memiliki banyak kelemahan dalam
penanganannya, seperti sifat kimia yang cepat berubah (mudah menurun
mutunya), bersifat musiman dan sangat tergantung musim, variasi yang tinggi,
serta rasio antara dimensi dan isi intinya yang kecil. Untuk itu pengetahuan dan
pemahaman terkait seluruh aspek yang mempengaruhi mutunya perlu untuk
dikuasai. Sebagai media untuk penguasaan tersebut maka bab tentang
tanaman kelapa sawit, yang merupakan sektor hulu dari industri pengolahan
sawit, sangat relevan untuk diberikan.
1
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
1.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:
2
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
3
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Selain tipe daun menyirip, ciri utama kelompok palma adalah batang
tanaman berupa kolom tunggal yang menjadi tempat tumbuhnya pelepah.
Pangkal dari pelepah menjadi tempat munculya tangkai bunga/buah, yang
keberadaannya dilindungi oleh adanya pelepah tersebut. Dalam satu pohon
atau individu, kelapa sawit dapat menghasilkan bunga jantan dan bunga
betina. Bunga betina memiliki ukuran lebih besar dan mekar, sementara
bunga jantan berbentuk lancip dan panjang. Penyerbukan tanaman kelapa
sawit bergantung pada bantuan angin dan hewan seperti lebah. Rasio atau
proporsi jumlah bunga jantan dan bunga betina (sex ratio) merupakan faktor
utama yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Semakin tinggi jumlah
bunga betina maka potensi produksi buah sawit juga semakin tinggi.
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 3–4 tahun. Bunga betina
akan menjadi buah dalam waktu 6 bulan. Proses pematangan buah sawit
dapat diamati dari perubahan warna dari kulit buahnya, berawal dari warna
hijau menjadi merah jingga pada saat telah matang. Kandungan minyak pada
buah akan bertambah seiring dengan perkembangan kematangan buah.
Setelah fase matang mencapai puncaknya, kandungan asam lemak bebas
cenderung akan meningkat dan diikuti merontoknya buah (memberondol).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
4
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
5
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
6
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 2. Perbedaan proporsi bagian buah dari tiga jenis kelapa sawit.
Jenis Dura merupakan kelapa sawit dengan ukuran kernel yang besar
serta tempurung yang tebal (4–8 mm). Dengan demikian bagian daging
buahnya sangatlah tipis (35–65%) sehingga kandungan minyaknya sedikit.
Walaupaun memiliki ukuran kernel yang besar, namun kandungan minyak
inti sawitnya relatif rendah. Dengan karakteristik seperti itu, maka jenis Dura
ini kurang produktif untuk dikembangkan sebagai bahan produksi minyak,
baik CPO maupun PKO.
7
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Selain ketiga jenis di atas, ada banyak varietas kelapa sawit lainnya.
Berdasarkan warna dari kulitnya, juga dapat dibedakan menjadi tiga varietas,
yaitu Nigrescens, Virescens, dan Abescens. Nigrescens memiliki warna kulit
ungu kehitaman pada fase mudanya dan berangsur menjadi jingga kehitaman
ketika mencapai fase matang buahnya. Untuk Virescens memiliki warna kulit
hijau dan ketika sudah matang akan berubah menjadi jingga kemerahan.
Sementara Abescens berawal dari warna kulit keputih-putihan dan menjadi
kekuning-kuningan dengan ujung ungu kehitaman pada buah matangnya.
8
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Kelapa sawit juga akan tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan yang
stabil yang turun merata sepanjang tahun (2.500–3.000 mm) dengan kelembaban
yang tinggi (80–90%). Pola curah hujan tahunan sangat mempengaruhi perilaku
pada proses pembungaan dan produksi buah sawit. Variasi suhu yang tidak terlalu
tinggi yaitu berkisar antara 25–27°C sangat cocok untuk pertumbuhannya.
Sementara untuk jenis tanah yang sesuai adalah jenis tanah latosol, podsolik
9
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
merah kuning, tanah aluvial, dan cocok juga pada tanah organosol atau tanah
gambut yang tipis pada pH optimum antara 5,0–5,5, meskipun dapat tumbuh pada
toleransi pH antara 4,0 sampai dengan 6,5.
Pola jarak tanam yang dianjurkan pada perkebunan kelapa sawit adalah
dengan pola segitiga sama sisi. Penentuan jarak tanam disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan, topografi lahan, dan karakter tanaman itu sendiri. Jarak tanam
10
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
yang teratur akan diperoleh jika dilakukan dengan proses pemancangan yang baik
pula. Pemancangan merupakan kegiatan mengatur posisi atau letak tanaman
dengan jarak tertentu. Arah barisan tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah
arah utara - selatan, namun pada keadaan tertentu dapat disesuaikan dengan
topografi. Skema pemancangan untuk lahan dengan topografi datar dapat dilihat
seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta desain pertanaman kelapa sawit pola segitiga sama sisi.
11
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
dengan menariknya ke atas. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah atas (top soil)
yang telah dicampur dengan pupuk dan kemudian dipadatkan. Setalah itu ditimbun
kembali dengan tanah bawah (sub soil) dan dipadatkan sampai bibit berdiri dengan
kokoh. Piringan di sekitar tanaman dapat dibuat dengan diameter 1 m. Piringan ini
sebagai cikal bakal piringan tanaman untuk seterusnya.
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan dan panen pertama dapat
dilakukan secara ekonomis setelah tanaman berumur 2,5 tahun atau 30 bulan.
Periode inilah yang menjadi batas dimulainya pemeliharaan periode TM (tanaman
menghasilkan). Beberapa pekerjaan pada periode TM ini meliputi pengendalian
gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah
dan air, pemupukan, serta pemeliharaan jalan.
Pengendalian gulma perlu dilakukan pada piringan pohon, jalan pikul, dan
di gawangan. Pengendalian gulma di piringan pohon bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pemupukan dan memudahkan pada saat pengutipan
brondolan. Sementara pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar akses
12
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
jalan untuk pekerja tetap terpelihara. Untuk pengendalian gulma pada gawangan
memiliki tujuan untuk mengurangi persaingan dalam penyerapan air, unsur hara,
serta dalam rangka menjaga kelembaban kebun.
1.11. Rangkuman
1. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam suku palma (Arecaceae) yang
tumbuh optimal di dataran rendah wilayah tropis yang panas dan lembab.
13
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
1.12. Latihan
1. Jelaskan aspek botani dan karakteristik dari tanaman kelapa sawit secara
rinci dan komprehensif!
2. Jelaskan sejarah masuk dan berkembangnya tanaman dan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia hingga saat ini!
3. Jelaskan bagian-bagian dari buah kelapa sawit serta jelaskan perbedaan
antara buah kelapa sawit jenis Dura, Psifera, dan Tenera!
4. Pada penanaman kelapa sawit, dikenal istilah pola tanam segitiga
sama sisi, jelaskan mengenai pola ini secara lengkap!
5. Sebut dan jelaskan kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman
kelapa sawit baik pada periode TBM maupun TM!
14
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
15
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
2.2. Relevansi
Pada industri minyak sawit, parameter mutu dari bahan baku dan
produk yang sangat penting adalah kadar asam lemak bebas (ALB). Kadar ALB
sangat dipengaruhi oleh mutu bahan baku awal yaitu buah sawit. Untuk
menjamin mutu bahan baku buah sawit diperlukan pemahaman mengenai
hal-hal yang berpotensi mempengaruhi kadar ALB pada bahan, baik pada saat
prapanen, saat panen, maupun pascapanen. Untuk itu maka penjelasan
mengenai teknik panen dan pengangkutan atau penanganan TBS ini penting
untuk diberikan.
16
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
2.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:
17
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
18
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Memanen buah yang terlalu mentah juga dapat merusak rotasi panen
dan rendahnya rendemen yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kandungan
minyak pada buah yang belum optimal, di mana berdasarkan Tabel 4, buah
mentah menghasilkan rendemen sebesar 16%. Sedangkan memanen buah
yang terlalu matang juga berpengaruh buruk pada kualitas minyak kelapa
sawit karena mengandung minyak dengan kadar ALB yang tinggi, selain itu
memanen buah yang terlalu matang juga sangat berisiko apabila pada situasi
dan kondisi tertentu di lapangan menyebabkan TBS harus bermalam di
lapangan dan menjadi buah restan. Hal ini meningkatkan peluang
meningkatnya kadar ALB dengan lebih cepat dibandingkan TBS dengan fraksi
matang I dan matang II.
2.4.2. Rotasi panen
Rotasi panen merupakan selang waktu antara panen yang satu dengan
panen berikutnya pada satu ancak panen. Rotasi panen tergantung pada
kerapatan panen (produksi), kapasitas panen, dan keadaan pabrik. Pada
19
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
umumnya panjang rotasi panen sekitar tujuh hari. Jika rotasi panen semakin
panjang, maka kerapatan panen meningkat tetapi kualitas panen cenderung
menurun. Rotasi panen juga dipengaruhi oleh iklim yang menimbulkan
adanya panen puncak dan panen kecil. Dengan demikian standar rotasi
panen tujuh hari dapat berubah disesuaikan dengan keadaan produksi.
20
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 4. Cara panen TBS menggunakan dodos (kiri) dan egrek (kanan).
21
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
menghadap ke atas arah jalan dan tangkai tandan dipotong berbentuk huruf
V. Tandan sebaiknya terhindar dari pelukaan pada saat pemotongan.
Brondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan
diangkut ke TPH dengan menggunakan karung bekas pupuk. Brondolan
ditumpuk di sebelah tumpukan tandan dan diberi alas. Tandan dan brondolan
harus bebas dari pasir, sampah, tangkai tandan, dan kotoran lainnya. Tandan
kosong harus ditinggalkan di lapangan (gawangan mati), dan tidak boleh
terangkut ke pabrik.
22
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
1,0% untuk setiap 24 jamnya. Tandan buah segar yang dipanen harus
diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga. Pengangkutan
pada malam hari akan menyulitkan proses sortasi buah di loading ramp. Buah
restan atau buah yang tertinggal di kebun harus semaksimal mungkin
dihilangkan. Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB)
minyak sawit yang dihasilkan. Selain itu, buah restan juga menimbulkan
kerawanan terhadap pencurian TBS.
Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan sendiri atau
pemborong. Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung
berdasarkan estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari
sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari sebelumnya. Fluktuasi
produksi harian biasanya tidak jauh berbeda. Pengangkutan tandan buah
menggunakan truk didahului dengan proses pemuatan (loading) baik secara
manual (Gambar 6) ataupun secara mekanis menggunakan truk yang
dilengkapi alat pengangkat (crane).
2.7. Rangkuman
1. Kegiatan panen pertama dapat dilakukan apabila jumlah pokok yang
siap dipanen telah mencapai 60% dari total populasi yang ada.
23
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
2.8. Latihan
1. Jelaskan bagaimana cara menentukan kriteria buah yang siap dipanen!
2. Jelaskan fraksi-fraksi kematangan buah yang dianjurkan untuk dipanen!
3. Jelaskan akibat yang dapat terjadi jika buah terlambat dipanen!
4. Jelaskan metode pemanenan TBS yang tepat!
5. Jelaskan alasan mengapa buah tidak diperbolehkan menginap di lahan
lebih dari 24 jam?
24
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
25
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
3.2. Relevansi
Ekstraksi merupakan inti dari proses pengolahan buah sawit yang
menjadi tahap penting pada industri pengolahan minyak sawit. Pemahaman
pada bab ini menjadi mutlak bagi mahasiswa yang berkompetensi pada
bidang industri pengolahan kelapa sawit. Dengan demikian, uraian mengenai
teknologi proses ekstraksi minyak sawit menjadi sangat penting untuk
disajikan.
26
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
3.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:
1. Menjelaskan secara lengkap alur proses produksi minyak sawit kasar
(CPO) mulai dari penerimaan buah sampai penyimpanan produknya.
2. Menjelaskan secara rinci mekanisme dan fungsi dari tahap penimbangan
dan sortasi tandan buah segar (TBS).
3. Menjelaskan secara detail teknik perebusan TBS dan tujuannya.
4. Menjelaskan prinsip kerja proses perontokkan buah dari tandannya dan
mesin yang digunakan.
5. Menjelaskan secara lengkap mekanisme proses pencacahan dan
pengepresan buah sawit dalam menghasilkan minyak sawit kasar.
27
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
3.5.1. Penimbangan
28
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Tonase atau berat tandan buah harus selalu diketahui dan dicatat untuk
berbagai keperluan baik dari sisi administratif maupun teknis. Dari sisi teknis,
berat buah penting diketahui dalam rangka analisis rendemen dan aspek
produktivitas lainnya. Sementara dari sisi administratif, tonase diperlukan
untuk transaksi pembelian buah dari petani atau juga evaluasi kinerja di sektor
hulu atau kebun.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu mobil angkut truk yang
melewati jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat berat truk
awal sebelum tandan buah segar (TBS) dibongkar dan disortir. Kemudian
setelah dibongkar truk kembali ditimbang. Selisih berat awal dan akhir adalah
berat TBS yang diterima di pabrik. Wujud fisik jembatan timbang dapat dilihat
pada Gambar 8 berikut ini.
3.5.2. Sortasi
29
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
30
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Kegiatan sortasi ini dilakukan di area loading ramp (Gambar 9). Sortasi
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemeriksaan secara acak atau
pemeriksaan secara total. Pemeriksaan acak dilakukan dengan pemeriksaan
terhadap minimal 5% dari jumlah truk yang datang dari suatu kebun
(afdeling). Sementara pemeriksaan total dilakukan terhadap seluruh truk
yang masuk. Pemeriksaan dilakukan dengan membongkar TBS dari truk di
lantai loading ramp. Ada 10 kriteria mutu TBS yang dapat diterima oleh pabrik
(Tabel 5).
31
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Enzim lipase yang secara alamiah terdapat pada buah sawit bekerja
untuk memecah molekul-molekul lipid (trigliserida) menjadi molekul-molekul
yang lebih sederhana yaitu asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)
yang akan dioksidasi dalam rangka menghasilkan energi untuk
mempertahankan siklus hidup dari buah. Pada proses produksi CPO,
keberadaan enzim ini tentu saja akan menurunkan kandungan dari
trigliserida. Untuk itu aktivitas dari enzim ini perlu dihentikan dengan cara
pemanasan. Enzim pada umumnya tidak aktif pada suhu di atas 50°C.
Perebusan TBS sendiri dilakukan pada suhu 120°C. Aktivitas enzim juga dapat
meningkat jika buah terluka. Dengan demikian menjadi sangat penting untuk
menjaga buah tidak terluka atau utuh.
Tujuan lain perebusan adalah mengurangi kadar air pada buah. Dengan
perebusan, karakter dari bagian daging buah akan berubah dengan kadar air
semakin menurun. Semakin rendah kadar air pada daging buah
32
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
kg/cm2 dalam waktu 80–90 menit. Kondisi ini mampu menghasilkan minyak
dengan mutu yang baik. Perebusan dilakukan pada unit sterilizer yang berupa
bejana uap bertekanan tinggi (Gambar 10).
33
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
34
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
35
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 13. Mesin screw press yang terintegrasi dengan mesin digester.
36
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
digunakan adalah pengepres berputar atau screw press (Gambar 13). Massa
yang keluar dari unit digester langsung diperas dalam screw press pada
tekanan 50–75 bar dengan menggunakan air pembilas yang bersuhu 80–
85°C. Minyak yang dihasilkan dari proses ini berkisar antara 20–30% dari
berat TBS, dengan hasil berupa minyak kasar (crude oil) yang viskositasnya
masih sangat tinggi.
Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan dari unit pengepresan akan
dialirkan dan ditampung sementara pada unit sand trap tank (Gambar 14).
Sand trap tank merupakan alat pemisah fase padatan kasar seperti pasir atau
tanah dari campuran minyak. Alat ini berupa bejana berbentuk silinder tegak
yang dilengkapi dengan pipa over flow untuk memisahkan materi berdensitas
rendah, yaitu minyak, untuk dialirkan menuju unit pengolahan
37
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
selanjutnya yaitu oil vibrating screen. Sementara itu, fase padatan kasar yang
didominasi oleh tanah dan pasir akan mengendap pada bagian dasar dari
sand trap tank.
3.9. Rangkuman
1. Alur proses produksi CPO dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
dimulai dari proses penerimaan, sortasi, perebusan, perontokkan,
pencacahan, pengepresan, filtrasi, klarifikasi, dan berakhir di proses
penyimpanan dan pengiriman.
2. Pada proses produksi CPO juga dilakukan proses pengolahan biji sawit
menjadi kernel kering dan juga pengolahan produk samping dan limbah
lainnya untuk dapat dimanfaatkan pada fungsi lainnya.
3. Penimbangan tandan buah yang diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS)
berguna untuk mengetahui tonase TBS yang diterima pabrik. Hal ini
menjadi data penting untuk mengukur produktivitas dari proses produksi
minyak kelapa sawit.
4. Perebusan TBS memiliki beberapa fungsi antara lain untuk menginaktivasi
enzim lipase penyebab kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB),
mempermudah dalam proses perontokkan buah, serta mengoptimalkan
proes ekstraksi pada mesin pencacahan dan pengepresan.
3.10. Latihan
1. Jelaskan secara rinci dan lengkap alur proses pengolahan TBS menjadi
minyak sawit kasar (CPO)!
2. Jelaskan tujuan dari pelaksanaan sortasi (grading) TBS pada stasiun
penerimaan buah di PKS!
3. Jelaskan secara detail teknik atau mekanisme proses perebusan TBS di
stasiun sterilizer serta fungsi dari proses tersebut!
38
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
39
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
40
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
4.2. Relevansi
Klarifikasi yang menjadi proses lanjutan dari tahap ekstraksi merupakan
tahap penting pada industri pengolahan minyak sawit. Penguasaan akan
proses ini menjadi sesuatu yang penting bagi mahasiswa yang berkompetensi
pada bidang industri pengolahan kelapa sawit. Dengan demikian, penjelasan
mengenai teknologi proses klarifikasi dalam produksi CPO menjadi sesuatu
yang mutlak untuk disajikan pada bab ini.
4.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa akan memiliki kemampuan
dalam:
41
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
42
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Dalam proses klarifikasi ini ada beberapa tahapan proses yang dilaukan
pada beberapa unit atau alat pemurnian seperti vibrating screen, crude oil
tank (COT), continuous settling tank (CST), oil purifier, vacuum dryer, sand
cyclone, sludge centrifuge, dan oil recovery tank. Di bawah ini dijelaskan
proses dan mekanisme yang terjadi pada masing-masing tahap atau alat
tersebut, dan alur prosesnya dapat dilihat pada Gambar 15. Sementara itu
penampakan pabrik kelapa sawit khususnya pada stasiun klarifikasi
ditampilkan pada Gambar 16.
43
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
44
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 17. Mekanisme filtrasi dengan ayakan ganda pada vibrating screen
45
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
46
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
rata oil tank di pabrik kelapa sawit adalah 60 m3. Pada tahap ini minyak tetap
dijaga pada temperature 90°C. Mekanisme kerja dari sebuah oil tank
diperlihatkan pada Gambar 20.
47
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Minyak dari oil tank selanjutnya dipompa menuju oil purifier atau oil
centrifuge untuk dilakukan pemurnian lanjut dengan memisahkan kotoran
(dirt) dan air (moisture) melalui mekanisme gaya sentrifugal. Dari unit ini akan
dihasilkan minyak dengan kadar kotoran maksimal 0,02%. Gambar 21
menunjukkan mekanisme kerja dari oil centrifuge.
48
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Dari oil purifier, selanjutnya minyak yang telah diturunkan kadar airnya
dialirkan menuju vacuum dryer untuk dilakukan pengeringan lanjut dengan
sistem penguapan hampa. Vacuum dryer ini berfungsi untuk mengeringkan
minyak pada kondisi vacum melalui proses penguapan agar kadar airnya lebih
rendah dari 0,15%. Minyak yang sudah mencapai standarisasi kemurniannya
akan dialirkan ke storage tank atau tangka penyimpanan. Gambar 22
memperlihatkan prinsip kerja dari vacuum dryer pada proses klarifikasi CPO.
49
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Minyak sawit yang telah melewati beberapa tahap klarifikasi dan telah
memenuhi standar mutu (ALB, kadar air, dan kadar kotoran) selanjutnya
dapat dialirkan menuju tangki penyimpan atau tangki timbun (storage tank).
Pada unit ini suhu CPO dijaga pada suhu optimal guna mencegah peningkatan
kadar asam lemak bebas. Kontrol mutu CPO dilakukan setiap hari oleh
petugas laboratorium. Gambar 23 memperlihatkan storage tank pada sebuah
pabrik kelapa sawit.
50
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
51
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Sludge yang terpisah dari sludge tank juga masih mengandung cukup
minyak untuk dapat dipisahkan. Untuk itu perlu proses pemisahan minyak
lebih lanjut. Proses lanjutannya adalah dengan mengalirkannya menuju sand
cyclone. Pada unit sand cyclone ini, bahan pengotor yang tercampur dalam
komposisi sludge ditangkap dan dibuang/dipisahkan. Prinsip pemisahan pada
sand cyclone terjadi melalui mekanisme pemisahan berat jenis antara
minyak, air, dan bahan padatan dengan bantuan tekanan angin. Minyak yang
berhasil dipisahkan pada sand cyclone selanjutnya dialirkan menuju buffer
tank.
Buffer tank berfungsi untuk menampung minyak hasil proses dari unit
sand cyclone. Pada unit ini dialirkan steam dengan suhu 80–95ᵒC agar terjadi
pemisahan minyak yang masih bercampur dengan kotoran halus dan air serta
dapat membantu kelancaran pada proses selanjutnya di sludge centrifuge.
Wujud dari buffer tank dapat dilihat pada Gambar 24.
52
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
buffer tank. Cairan sludge dari buffer tank dialirkan ke dalam bowl separator
dan diputar. Akibat adanya gaya sentrifugal maka masa yang berat jenisnya
lebih besar (air, lumpur, pasir) akan terdorong ke dinding bowl sehingga
cairan minyak yang lebih ringan berat jenisnya terdorong ketengah bowl dan
keluar melalui outlet tube. Dari proses ini kadar minyak akhir dari sludge akan
berada pada kisaran 0,4–0,6% saja.
Selanjutnya hasil dari sludge separator masuk menuju fat pit untuk
dipisahkan minyaknya kembali yang terdapat pada drab akhir. Minyak hasil
pemisahan dari sludge separator dan fat pit akan ditransfer menuju
continuous settling tank (CST) untuk proses pemurnian selanjutnya. Sebelum
dikirim menuju CST, minyak hasil pemisahan pada tahap ini ditampung pada
unit oil recovery tank. Sementara itu air dan lumpur yang merupakan bagian
terbesar dari sludge yang telah dipisahkan kandungan minyaknya ditransfer
menuju deoiling pond. Minyak yang kembali terpisah di bagian ini dapat
dikutip kembali ke sludge drain tank.
53
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
masukan yang utama adalah TBS itu sendiri dan juga air (uap air). Sementara
produk utamanya adalah CPO. Pada umumnya proses ini menghasilkan CPO
dengan tingkat rendemen 22%. Di samping produk utama juga ada produk
samping yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti inti sawit (kernel).
Sementara itu lebih banyak jenis limbah yang dihasilkan dengan nilai
ekonomi yang berbeda-beda. Cangkang atau tempurung sawit dan serabut
atau serat memiliki nilai ekonomi sebagai bahan bakar boiler. Sementara
tandan atau janjangan kosong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada
perkebunan. Beberapa limbah yang kurang bernilai seperti lumpur (sludge),
abu sisa pembakaran boiler, dan juga limbah cair. Limbah cair menjadi limbah
yang memiliki porsi terbesar, baik berupa air kondensat maupun air buangan
dari campuran proses. Pada Gambar 25 disajikan neraca massa proses
konversi TBS menjadi CPO serta produk samping dan limbahnya.
54
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 25. Neraca massa produksi CPO dari tanda buah sawit.
55
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
trigliserida merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak
(Gambar 26). Asam lemak penyusun trigliserida dapat berupa asam lemak
yang sama maupun asam lemak yang berbeda, baik dari sisi jumlah rantai
karbonnya ataupun dari sisi ada atau tidaknya ikatan rangkap. Susunan dan
komposisi asam lemak inilah yang membedakan berbagai jenis minyak nabati
atau hewani.
Gambar 26. Contoh struktur kimia dari trigliserida (sebuah gliserol dengan
tiga asam lemak, yaitu: asam plamitat, asam oleat, asam a-linolenat).
56
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
57
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
purifier, vacuum dryer, sand cyclone, sludge centrifuge, dan oil recovery
tank.
5. Dalam proses klarifikasi akan dihasilkan limbah berupa sludge (campuran
air dan lumpur) yang masih mengandung minyak yang perlu dipisahkan
guna meningkatkan produktivitas dengan menggunakan beberapa
peralatan seperti sludge tank, sand cyclone, buffer tank, dan sudge
separator atau sludge centrifuge.
6. Neraca massa produksi CPO merupakan sebuah kesetimbangan dari
suatu sistem produksi CPO dari tandan buah sawit di mana jumlah
masukan (input) setimbang dengan jumlah luaran (output).
4.9. Latihan
1. Jelaskan alur proses tahap klarifikasi beserta mesin dan peralatan yang
digunakan!
2. Jelaskan prinsip kerja dan mekanisme alat dari setiap tahapan proses
dari klarifikasi!
3. Jelaskan faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi mutu proses dan
mutu produk dari proses klarifikasi!
4. Sebut dan jelaskan standar mutu produk yang harus dipenuhi sebagai
luaran dari proses klarifikasi!
5. Jelaskan secara rinci neraca massa proses produksi CPO dari tandan
buah sawit!
58
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Larasati, N., Chasanah, S., Machmudah, S., dan winardi, S., 2016. Studi Analisa
Ekonomi Pabrik CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dari
Buah Kelapa Sawit. Jurnal Teknik ITS, 5:212-215.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press,
Jakarta.
May, C. Y., 2013. Palm Oil: Processing, Utilization and Nutrition. Malaysian
Palm Oil Board.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pusat Data Informasi, 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Sulistyo, B., 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
59
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
5.2. Relevansi
Pemrosesan biji kelapa sawit merupakan proses penting dalam pabrik
kelapa sawit (PKS). Untuk menguasai teknologi proses pengolahan CPO, maka
penguasaan tahapan pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit menjadi suatu
hal yang penting. Inti sawit menghasilkan minyak inti sawit yang merupakan
bahan penting pada industri kosmetik. Guna memperoleh minyak inti yang
bermutu tentu saja diperlukan bahan baku awal yaitu inti sawit yang bermutu
pula. Salah satu faktor kritis dalam pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit
adalah kadar airnya sehingga memungkinkan inti sawit untuk dapat disimpan
lebih lama sebelum diolah lebih lanjut. Dengan
60
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
demikian bab tentang pemrosesan biji sawit ini sangat penting untuk
disajikan.
5.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
dalam:
1. Menjelaskan secara rinci alur proses pemrosesan biji sawit (nut) menjadi
inti sawit (kernel) yang siap untuk disimpan dan didistribusikan.
2. Menyebutkan dan menjelaskan rangkaian peralatan yang digunakan
dalam pemrosesan biji sawit serta mampu menjelaskan mekanisme
kerjanya.
3. Menjelaskan standar mutu produk inti sawit yang siap untuk dilakukan
penyimpanan (storage).
4. Menjelaskan secara detail beberapa titik kritis dalam pemrosesan biji
sawit menjadi inti sawit.
5. Menjelaskan secara komprehensif pemanfaatan produk samping
ataupun limbah dari pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit.
61
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Gambar 27. Alur proses pengolahan biji sawit (nut) menjadi inti sawit (kernel).
62
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Dari CBC, campuran biji dan serat akan masuk ke unit fibre cyclone.
Fibre cyclone merupakan unit untuk memisahkan fase ringan dan fase berat.
Fase ringan terdiri dari serat, pecahan cangkang tipis, debu, dan juga pecahan
inti halus. Sementara fase berat terdiri dari biji utuh, biji pecah, inti utuh,
maupun inti pecah. Pemisahan fase ringan ini dilakukan dengan prinsip
penghisapan oleh blower (kipas). Serat atau fase ringan lain yang terhisap
akan jatuh pada penampung air lock dan akan dikirim menuju stasiun boiler
untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sementara itu, biji
63
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
akan jatuh pada unit nut polishing drum. Ilustrasi unit depericarper yang
terdiri dari cake breaker conveyor, fiber cyclone, dan nut polishing drum
disajikan pada Gambar 29.
Gambar 29. Ilustrasi unit depericarper yang terdiri dari cake breaker
conveyor, fiber cyclone, dan nut polishing drum.
Nut polishing drum (Gambar 30) adalah sebuah unit yang berupa
sebuah tabung (drum) yang berfungsi untuk menghilangkan serat yang masih
menempel pada pada cangkang dari biji. Seluruh serat yang masih menempel
pada cangkang biji harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses
pemecahan biji pada nut cracker. Biji yang masih berserat menyebabkan daya
pentalnya (collision) berkurang atau tidak maksimal, sehingga proses
pemecahan biji menjadi tidak optimal.
Gambar 30. Tampak luar dan tampak dalam dari unit nut polishing drum.
64
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Prinsip kerja dari nut polishing drum adalah penggesekan biji sawit
secara berulang-ulang pada sebuah drum bersekat yang berputar.
Perputaran tabung akan menimbulkan terjadinya gesekan-gesekan berulang
yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada biji dapat terkikis
dan terpisah. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah
unit polishing drum antara lain kecepatan putar, kondisi permukaan dalam,
kekuatan hisapan angin, serta sudut kemiringannya. Sudut kemiringan drum
akan mempengaruhi lama waktu biji berada pada drum. Semakin lama waktu
pemolesan, maka mutu biji akan semakin baik. Sementara itu untuk
penghisapan dilakukan guna membuang serat halus yang terkelupas atau
terlepas dari cangkang biji.
Biji yang telah dipoles selanjutnya akan diangkut oleh nut conveyor
menuju destoner (second depericarper) yang berfungsi untuk memisahkan
batu dan benda-benda yang memiliki massa jenis lebih berat, seperti batu
kerikil. Setelah itu biji yang telah bersih dimasukkan ke dalam nut silo
(Gambar 31). Fungsi nut silo adalah sebagai tempat penampungan biji
sementara sebelum masuk ke ripple mill. Di dalam nut silo ini biji akan
dikeringkan untuk mengurangi kadar air inti sawit sehingga biji dan
65
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Dari nut silo, biji yang telah memenuhi standar kering dibawa menuju
unit pemecahan cangkang biji. Pemecahan cangkang dilakukan menggunakan
alat ripple mill atau nut cracker. Alat pemecah biji ripple mill dan nut cracker
merupakan alat yang berbeda karena memiliki prinsip kerja yang berbeda.
Prinsip kerja ripple mill adalah adanya dua bagian yang bekerja sinergis,
yaitu bagian yang berputar (rotating rotor) dan bagian yang diam (stationary
plate) yang berupa dinding bergerigi (Gambar 32). Proses pemecahan bijinya
adalah dengan pelemparan biji oleh rotor pada dinding bergerigi. Biji akan
mengalami frekuensi benturan yang tinggi sehingga akan
66
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
puncak selama 90 menit pada tekanan 3 kg/cm2 yang setara dengan kadar air
15%.
Pengaturan alat ripple mill sangat mempengaruhi hasil pemecahan biji.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengaturannya
antara lain kecepatan putaran rotor, jarak antara rotor dengan plat bergerigi,
serta kondisi ripple mill sendiri. Putaran rotor yang terlalu cepat dapat
menyebabkan banyaknya biji yang hancur. Sementara putaran yang terlalu
lambat akan berakibat pada terdapatnya banyak biji yang belum pecah. Jarak
antara rotor dan plat bergerigi yang terlalu dekat juga dapat menyebabkan biji
hancur, begitu pula jarak yang terlalu lebar membuat proses pemecahan tidak
berjalan optimal.
Sementara itu pada nut cracker proses pemecahan biji dilakukan
dengan prinsip pembenturan biji pada dinding keras secara terus menerus
pada sebuah drum yang berputar. Keberhasilan proses pemecahan sangat
tergantung pada kecepatan putaran, diameter drum, serta karakter dan
massa dari biji. Biji yang kecil lebih sulit pecah daripada biji yang besar. Untuk
itu maka sebelum proses pemecahan menggunakan nut cracker, biji perlu
dikelompokkan (grading) berdasarkan ukurannya. Biasanya ukuran biji
dikelompokkan menjadi tiga kelompok (kecil: diameter 14 mm, sedang: 15–
17 mm, dan besar: ³18 mm) menggunakan alat nut grader. Biji yang kecil
perlu diberikan putaran yang lebih cepat dibandingkan biji yang lebih besar.
Ukuran biji yang lebih besar jika diberi perlakuan dengan kecepatan tinggi
maka akan menyebabkan biji hancur. Dengan demikian perlu disiapkan tiga
unit nut cracker yang memiliki kecepatan putar berbeda.
67
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Selain ukuran biji, karakter biji seperti masih adanya serat juga akan
menurunkan efektifitas proses pemecahan. Kadar air biji yang lebih rendah
juga akan memudahkan proses pemecahan serta menghasilkan biji utuh.
Kadar air yang ideal adalah 15%. Hal ini dapat dicapai dengan proses
pemeraman yang sempurna. Selain kadar air dan keberadaan serat, faktor
lain yang menghambat pemecahan biji dengan nut cracker adalah tingkat
kerekatan antara cangkang dengan inti. Senyawa pektin yang terdapat di
antara cangkang dan inti menyebabkan dua bagian itu merekat. Untuk itu
perlu dilakukan perombakan pektin melalui proses fermentasi dengan
pemeraman selama 24–48 jam sampai kadar air mencapai 15%.
Pemeraman biji dilakukan pada silo dengan pemanasan rendah untuk
mencapai suhu antara 40–60°C. Proses pemanasan suhu rendah ini juga
dapat membantu proses hidrolisis berjalan optimal. Panas yang terlalu tinggi
malah dapat mengakibatkan mengeringnya pektin, sehingga sulit untuk
dihidrolisis atau dirombak, dan akibatnya sulit dilakukan pemecahan bijinya.
68
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
pada sebuah sebuah air lock untuk kemudian dikirim menuju boiler untuk
digunakan sebagai bahan bakar.
Luaran dari LTDS 1 masih tercampur dengan potongan-potongan
cangkang, untuk itu dilakukan pemisahan lagi pada LTDS 2. Mekanisme pada
LTDS 2 serupa dengan LTDS 1. Objek yang lebih ringan akan terhisap oleh
kipas dan dibawa menuju boiler, sementara objek dengan massa jenis yang
lebih besar akan jatuh ke bawah menuju unit pemisahan lanjut dengan
mekanisme yang berbeda yaitu claybath.
(alibaba.com)
69
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Dengan konsep seperti itu, maka inti sawit dengan massa jenis yang jauh lebih
rendah akan mengapung dan secara otomatis akan terpisah dari potongan
cangkang. Inti sawit tersebut selanjutnya dibawa oleh sebuah wet
distribution conveyor menuju kernel silo dryer untuk dilakukan pengeringan.
70
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
metabolit pada inti sawit seperti lemak, protein, karbohidrat, dan juga
vitamin melalui mekanisme hidrolisis ataupun oksidasi.
Kadar air permukaan inti sawit dari hasil proses pemisahan basah dapat
diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar (vibrating screen) dengan
dibantu pemberian uap panas. Inti sawit yang memiliki kadar di bawah 7%
dapat disimpan selama 6 bulan. Inti sawit yang pecah cenderung
menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan asam lemak bebas yang lebih
cepat dibandingkan inti sawit yang utuh.
Pengeringan inti sawit atau kernel yang telah bersih dari cangkangnya
tetapi masih basah dilakukan pada kernel silo dryer (Gambar 34). Unit ini
mengeringkan inti sawit hingga kadar airnya mencapai 7%. Pengeringan
dilakukan pada temperatur 60–80°C selama kurang lebih 8 jam. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihembuskan oleh fan kernel silo ke dalam kernel silo. Inti yang telah kering
ini selanjutnya ditransfer menuju kernel bulk silo sebagai unit penyimpanan.
71
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
Inti sawit yang telah kering dengan mutu yang memenuhi standar akan
disimpan di ruang penyimpanan. Inti sawit akan dikemas dalam karung
berkapasitas 50 kg dan disusun dengan batas tumpukan antara 5–10 tingkat.
Pengiriman inti sawit dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) di mana
batch yang pertama diproduksi akan dikirim atau dijual terlebih dahulu
sehingga meminimalkan risiko kerusakan akibat penyimpanan yang terlalu
lama. Proses muat pada transporter dilakukan pada unit dispatch.
Keseluruhan proses sampai pada tahap pengiriman digambarkan dalam
sebuah alur proses seperti disajikan pada Gambar 35.
Gambar 35. Aliran proses pemrosesan biji kelapa sawit menjadi inti sawit.
72
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT
5.5. Rangkuman
1. Inti sawit diperoleh melalui pemrosesan biji buah kelapa sawit yang
dihasilkan dari proses pengolahan CPO dengan cara memecah dan
memisahkan bagian cangkangnya.
2. Pada dasarnya ada lima tahapan utama pemrosesan biji sawit menjadi inti
sawit yaitu tahap pemisahan/pembersihan serat, tahap pemecahan
cangkang, tahap pemisahan cangkang, tahap pengeringan inti sawit, dan
tahap penyimpanan dan pengiriman.
3. Beberapa alat yang digunakan dalam pemrosesan biji sawit menjadi inti
sawit antara lain cake breaker conveyor dan nut polishing drum pada
tahap pemisahan serat, ripple mill atau nut cracker untuk pemecahan
cangkang, LTDS (light tennera dry separation) dan claybath untuk
pemisahan cangkang, serta kernel silo dryer untuk pengeringan inti.
4. Beberapa titik kritis pada pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit adalah
kadar air produk akhir dan tingkat kelembaban selama penyimpanan
serta tingkat keutuhan dari inti sawit. Kadar air yang melebihi standar
(7%) memicu berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak mutu
produk. Inti sawit yang pecah cenderung menunjukkan kecepatan reaksi
pembentukan asam lemak bebas yang lebih cepat dibandingkan inti sawit
yang utuh.
5. Pengiriman inti sawit dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) di
mana batch yang pertama diproduksi akan dikirim atau dikeluarkan
terlebih dahulu sehingga meminimalkan risiko kerusakan akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
5.6. Latihan
1. Jelaskan secara rinci alur proses pemrosesan biji sawit (nut) menjadi inti
sawit (kernel) sampai pada tahap penyimpanan!
73
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT