KISI-KISI Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 75

KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA

SAWIT

1. TANAMAN KELAPA SAWIT


1.1. Deskripsi Singkat
Bab pertama buku ini membahas tentang gambaran umum mengenai
tanaman kelapa sawit serta perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Tentang
tanaman kelapa sawit, ada penjelasan mengenai aspek botani dan morfologi
kelapa sawit termasuk bagian-bagian dari buah kelapa sawit dan jenis-jenisnya,
serta sejarah masuk dan berkembangnya perkebunan sawit di Indonesia.
Selain itu juga ada penjelasan mengenai aspek agronomi atau budidaya kelapa
sawit yang meliputi syarat hidup, teknik penanaman, dan pemeliharaan.

1.2. Relevansi
Dalam memahami industri pengolahan sawit, maka mutlak diperlukan
pemahaman mengenai mengenai berbagai aspek yang terkait bahan baku
dalam hal ini produksi tandan buah segar sebagai bahan baku utama. Sebagai
produk hasil pertanian, buah sawit juga memiliki banyak kelemahan dalam
penanganannya, seperti sifat kimia yang cepat berubah (mudah menurun
mutunya), bersifat musiman dan sangat tergantung musim, variasi yang tinggi,
serta rasio antara dimensi dan isi intinya yang kecil. Untuk itu pengetahuan dan
pemahaman terkait seluruh aspek yang mempengaruhi mutunya perlu untuk
dikuasai. Sebagai media untuk penguasaan tersebut maka bab tentang
tanaman kelapa sawit, yang merupakan sektor hulu dari industri pengolahan
sawit, sangat relevan untuk diberikan.

1
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

1.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:

1. Menjelaskan aspek botani dan karakteristik dari tanaman kelapa sawit


secara rinci dan komprehensif.
2. Menjelaskan sejarah masuk dan berkembangnya tanaman dan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga saat ini.
3. Menjelaskan aspek budidaya kelapa sawit secara umum, dari mulai
penyiapan lahan, bibit, penanaman, dan pemeliharaan.

1.4. Botani Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guineensis) telah menjadi spesies tanaman dan
komoditas penting di dunia. Sebagai salah satu sumber bahan baku minyak
nabati, kelapa sawit adalah jenis tanaman yang paling produktif dalam
menghasilkan minyak nabati. Satu individu tanaman kelapa sawit pada usia
produktif (di atas 6 tahun) dapat menghasilkan sekitar 200 kg tandan buah
segar per tahunnya atau setara dengan 40 kg minyak sawit kasar (CPO). Pada
luas lahan yang sama (1 ha), rata-rata kelapa sawit dapat menghasilkan
minyak 5.000 kg per tahun, sementara tanaman penghasil minyak nabati
lainnya seperti kedelai dan jagung hanya mampu menghasilkan 375 kg dan
145 kg. Fakta ini selain disebabkan oleh tingginya produktivitas buah pada
tanaman kelapa sawit, juga disebabkan tingginya rendemen minyak pada
buah sawit, yaitu sekitar 22%, di mana angka ini belum termasuk minyak dari
bagian kernel. Sebagai pembanding, rendemen minyak dari kedelai hanya
sekitar 15%. Pada Tabel 1 berikut ini disajikan beberapa informasi mengenai
produktivitas kelapa sawit di Indonesia saat ini.

2
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Tabel 1. Produktivitas umum kelapa sawit di Indonesia


Parameter Proporsi

Berat tandan 23–27 kg


Persentase bagian buah (berondolan) 60–65%
Persentase kandungan minyak dalam tandan 21–23%
Persentase bagian daging buah (mesocarp) pada setiap buah 71–76%
Persentase bagian daging buah pada setiap tandan 44–46%
Persentase bagian cangkang pada setiap buah 10–11%
Persentase bagian kernel pada setiap tandan 5–7%
Persentase bagian kernel pada setiap buah 21–22%
Produktivitas tandan buah per hektar per tahun 25–30 ton

Produktivitas CPO per hektar per tahun 5–6 ton


Jumlah pohon per hektar 130–140

Tingginya produktivitas dan nilai ekonomi kelapa sawit dibanding


komoditas lainnya, menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas andalan di
beberapa negara tropis, terutama Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit
merupakan spesies tanaman tropis, dan tidak dapat ditumbuhkan di daerah
subtropis. Termasuk ke dalam kelompok palma (suku Arecaceae), kelapa
sawit satu keluarga dengan kelapa dan kelompok pinang-pinangan (palem)
lainnya. Seperti anggota keluarga Arecaceae lainnya, kelapa sawit memiliki
ciri daun majemuk berwarna hijau yang menyirip yang menempel pada
sebuah pelepah. Pada setiap pelepah yang memiliki panjang antara 7–9 m
terdapat 250–400 helai daun. Pada fase awal perkembangannya, setiap
tahun dapat tumbuh 20–30 pelepah, dan akan terus menurun dengan
semakin bertambahnya umur tanaman, dengan rata-rata per bulan sekitar
1,5 pelepah. Dengan demikian, kelapa sawit menghasilkan biomassa yang
melimpah, yaitu lebih dari 6 ton/ha/tahun.

3
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Selain tipe daun menyirip, ciri utama kelompok palma adalah batang
tanaman berupa kolom tunggal yang menjadi tempat tumbuhnya pelepah.
Pangkal dari pelepah menjadi tempat munculya tangkai bunga/buah, yang
keberadaannya dilindungi oleh adanya pelepah tersebut. Dalam satu pohon
atau individu, kelapa sawit dapat menghasilkan bunga jantan dan bunga
betina. Bunga betina memiliki ukuran lebih besar dan mekar, sementara
bunga jantan berbentuk lancip dan panjang. Penyerbukan tanaman kelapa
sawit bergantung pada bantuan angin dan hewan seperti lebah. Rasio atau
proporsi jumlah bunga jantan dan bunga betina (sex ratio) merupakan faktor
utama yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Semakin tinggi jumlah
bunga betina maka potensi produksi buah sawit juga semakin tinggi.

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 3–4 tahun. Bunga betina
akan menjadi buah dalam waktu 6 bulan. Proses pematangan buah sawit
dapat diamati dari perubahan warna dari kulit buahnya, berawal dari warna
hijau menjadi merah jingga pada saat telah matang. Kandungan minyak pada
buah akan bertambah seiring dengan perkembangan kematangan buah.
Setelah fase matang mencapai puncaknya, kandungan asam lemak bebas
cenderung akan meningkat dan diikuti merontoknya buah (memberondol).

Klasifikasi ilmiah kelapa sawit:

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

4
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

1.5. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia


Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari daerah tropis di Afrika
barat. Keberadaan kelapa sawit di Indonesia bermula dari tahun 1848 yaitu
dengan dibawanya dua bibit kelapa sawit dari daerah Mauritius dan dua
lainnya dari Hortus Botanicus (Belanda) oleh pemerintah Hindia Belanda yang
kemudian ditanam sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor.
Perkembangan revolusi industri menimbulkan ledakan permintaan akan
minyak nabati. Hal ini memicu para produsen untuk menggenjot produksi
minyak nabati. Salah satu yang potensial adalah minyak sawit dari daerah
tropis. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menggiatkan perkebunan kelapa
sawit. Perkebunan kelapa sawit pertama berada di Deli, Sumatra Utara dan
Aceh dengan luas perkebunan mencapai 5000 ha. Pada awal abad ke-20,
perkebunan kelapa sawit di Hindia Belanda berkembang sangat pesat.
Namun, sejak pendudukan Jepang pada 1940, perkembangan kelapa sawit
mulai menunjukkan penurunan karena perbedaan orientasi dari penjajah
Jepang.

Setelah pendudukan Jepang berakhir, perkebunan kelapa sawit


diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Pada saat itu, sekitar tahun
1960-an pemerintah membentuk badan kerja sama militer dengan buruh
perkebunan yang dikenal dengan istilah Bumil (buruh militer) sebagai badan
yang mengelola perkebunan sawit. Tidak kondusifnya kondisi politik dan
keamanan pada masa orde lama, menyebabkan produksi minyak sawit
Indonesia tidak maksimal. Sementara perkembangan sawit di negara
tetangga, Malaysia berjalan sangat baik, yang menjadikannya sebagai
produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Pada masa orde baru, perkembangan sawit Indonesia mulai


menunjukkan perkembangan yang positif. Pemerintah mendorong
perkebunan dan industri sawit sebagai sektor yang mampu mendongkrak

5
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

penciptaan lapangan kerja, kesejahteraan masyarakat, dan juga devisa


negara. Pada era ini dikenal kebijakan PIR-BUN (Perusahaan Inti Rakyat
Perkebunan), yang menyebabkan perkembangan luas kebun sawit hingga
saat ini. Sekarang Indonesia kembali menjadi produsen minyak sawit terbesar
di dunia menggesar posisi Malaysia.

1.6. Bagian-Bagian Buah Sawit


Pada dasarnya buah sawit terdiri dari empat bagian utama, yaitu
eksokarp, mesokarp, endokarp, dan endosperma (Gambar 1). Eksokarp
(exocarp) merupakan bagian terluar dari buah sawit yang berupa kulit buah
yang bertekstur licin dan berwarna merah jingga pada buah yang matang.
Mesokarp (mesocarp) adalah bagian penting dari buah sawit, karena bagian
inilah sebagian besar minyak (crude palm oil) tersimpan. Bagian ini adalah
daging buah yang berserabut dan berwarna kuning terang. Sementara itu,
endokarp (endocarp) adalah bagian lebih dalam setelah mesokarp yang
berupa cangkang atau tempurung yang melindungi bagian dalam yang
berupa inti sawit atau kernel (endosperm). Pada kernel inilah embrio sawit
berada, yang mana merupakan bagian yang menghasilkan minyak inti sawit
(palm kernel oil).

Gambar 1. Bagian-bagian dari buah kelapa sawit.

6
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

1.7. Varietas Kelapa Sawit


Secara umum, dilihat dari ketebalan daging buah dan ukuran kernel
ataupun ketebalan cangkangnya, dikenal tiga jenis kelapa sawit, yaitu Dura,
Psifera, dan Tenera. Walaupun sebenarnya ada banyak sekali varietas sawit
baik yang telah lama ada maupun yang baru saja dikembangkan melalui
persilangan guna mendapatkan karakteristik unggul. Pada Gambar 2 di
bawah ini disajikan perbedaan visual dari penampang melintang buah sawit
dari ketiga jenis tersebut.

Gambar 2. Perbedaan proporsi bagian buah dari tiga jenis kelapa sawit.

Jenis Dura merupakan kelapa sawit dengan ukuran kernel yang besar
serta tempurung yang tebal (4–8 mm). Dengan demikian bagian daging
buahnya sangatlah tipis (35–65%) sehingga kandungan minyaknya sedikit.
Walaupaun memiliki ukuran kernel yang besar, namun kandungan minyak
inti sawitnya relatif rendah. Dengan karakteristik seperti itu, maka jenis Dura
ini kurang produktif untuk dikembangkan sebagai bahan produksi minyak,
baik CPO maupun PKO.

7
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Jenis yang kedua, yaitu Psifera, memiliki sifat berkebalikan dengan


Dura, yaitu memiliki ukuran kernel yang sangat kecil dengan cangkang yang
sangat tipis atau hampir tidak ada. Dengan demikian, maka ukuran daging
buahnya sangatlah tebal. Meskipun memiliki keunggulan daging buah yang
tebal, kelemahan jenis ini adalah tidak dapat berkembang biak secara alami
sehingga perkembangbiakannya harus dibantu dengan metode perkawinan
silang.

Jenis yang ke tiga yaitu Tenera, merupakan hasil perkawinan silang


antara Dura sebagai induk betina dengan Psifera sebagai induk jantan yang
menghasilkan keturunan yang memiliki sifat-sifat unggul perpaduan dari
kedua induknya, yaitu daging buah yang tebal dengan cangkang yang lebih
tipis (1-4 mm). Proporsi daging buah dari jenis ini mencapai antara 60-96%
serta dengan jumlah tandan per pohon yang lebih banyak walupun dengan
ukuran tandan yang relatif lebih kecil. Jenis ini dijadikan sebagai bibit unggul
bersertifikat yang dibudidayakan oleh perusahaan kelapa sawit karena
memiliki produktivitas yang tinggi.

Selain ketiga jenis di atas, ada banyak varietas kelapa sawit lainnya.
Berdasarkan warna dari kulitnya, juga dapat dibedakan menjadi tiga varietas,
yaitu Nigrescens, Virescens, dan Abescens. Nigrescens memiliki warna kulit
ungu kehitaman pada fase mudanya dan berangsur menjadi jingga kehitaman
ketika mencapai fase matang buahnya. Untuk Virescens memiliki warna kulit
hijau dan ketika sudah matang akan berubah menjadi jingga kemerahan.
Sementara Abescens berawal dari warna kulit keputih-putihan dan menjadi
kekuning-kuningan dengan ujung ungu kehitaman pada buah matangnya.

Sebagai pusat penelitian kelapa sawit di Indonesia, PPKS (Pusat


Penelitian Kelapa Sawit) telah menghasilkan puluhan varietas unggul.

8
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Kriteria unggul dapat dilihat pada beberapa aspek tergantung pada


kebutuhannya, seperti produktivitas tinggi, ketahanan terhadap hama dan
penyakit, kemampuan tumbuh di daerah marjinal atau ekstrim, keseragaman
pertumbuhan, pelepah yang pendek, serta faktor kemudahan dalam
perawatan. Pada Tabel 2 disajikan beberapa varietas unggul hasil
pengembangan oleh PPKS yang berpusat di Medan, Sumatra Utara.

Tabel 2. Varietas unggul kelapa sawit yang dihasilkan oleh PPKS


Rerata Rerata
Potensi Potensi Kerapatan
Jumlah Berat Rendemen
Verietas TBS CPO tanam
Tandan Tandan (%)
(ton/ha/thn) (ton/ha/thn) (phn/ha)
(tdn/phn/thn) (kg/tdn)
Dy x SP-1 (Dumpy) 8 25 32 26 7,5 130
D x P AVROS be12 16 30 26 7,8 130
D x P Simalungun 13 19,2 33 26,5 8,7 143
D x P PPKS 540 14,1 15,4 33 29,9 9,6 143
D x P Yangambi 13 16 39 26 7,5 130
D x P PPKS 718 9,3 22,8 28 25,17 8,11 143
D x P PPKS 239 15,3 17,2 38 25,8 8,4 130
D x P Langkat 12,5 19 31 26,3 8,3 143
Sumber: PPKS.

1.8. Syarat Hidup Tanaman Kelapa Sawit


Habitat asli tanaman kelapa sawit adalah di daerah tropis yaitu daerah yang
berada pada posisi antara 15ᵒ lintang utara sampai dengan 15ᵒ lintang selatan.
Kelapa sawit akan dapat tumbuh dan berkembang baik pada ketinggian di bawah
500 m dari permukaan laut. Di atas ketinggian tersebut, pertumbuhan kelapa sawit
tidak akan optimal dan tingkat produktivitas yang rendah.

Kelapa sawit juga akan tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan yang
stabil yang turun merata sepanjang tahun (2.500–3.000 mm) dengan kelembaban
yang tinggi (80–90%). Pola curah hujan tahunan sangat mempengaruhi perilaku
pada proses pembungaan dan produksi buah sawit. Variasi suhu yang tidak terlalu
tinggi yaitu berkisar antara 25–27°C sangat cocok untuk pertumbuhannya.
Sementara untuk jenis tanah yang sesuai adalah jenis tanah latosol, podsolik

9
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

merah kuning, tanah aluvial, dan cocok juga pada tanah organosol atau tanah
gambut yang tipis pada pH optimum antara 5,0–5,5, meskipun dapat tumbuh pada
toleransi pH antara 4,0 sampai dengan 6,5.

1.9. Teknik Penanaman Kelapa Sawit


Untuk mendapatkan produktivitas yang maksimal, penanaman kelapa sawit
harus mengikuti prosedur yang tepat. Teknik penanaman kelapa sawit yang tepat
akan menghasilkan tanaman yang sehat dan juga seragam. Tanaman yang sehat
ditandai dengan tidak ditemukannya ciri-ciri abnormal, non produktif, ataupun
mati, sehingga kebutuhan benih sisipan dapat dikurangi. Tanaman yang sehat
menjadi dasar dari tercapainya produktivitas yang baik. Tanaman yang sehat akan
mampu berproduksi secara lebih awal dalam kurun waktu yang lebih singkat (3
tahun) serta dengan hasil awal yang lebih tinggi. Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penanaman, seperti pembuatan lobang tanam, jarak tanam,
pemancangan, serta teknik penanamannya sendiri.

Lubang tanam sebaiknya telah disiapkan satu bulan sebelum penanaman.


Hal ini dalam rangka mengurangi keasaman tanah. Tanah lapisan atas (top soil)
yang lebih subur sebaiknya dipisahkan dari tercampurnya dengan tanah lapisan
bawah (sub soil). Nantinya pada proses penanaman, tanah lapisan atas ini perlu
dicampur dengan pupuk (TSP) dan ditimbun di bagian bawah dekat dengan posisi
perakaran untuk meningkatkan efektifitas penyerapan oleh akar tanaman yang
baru beradaptasi. Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan secara manual
menggunakan cangkul atau hole digger untuk skala kecil. Sementara untuk skala
besar sebaiknya menggunakan excavator. Ukuran lobang sebaiknya dibuat lebih
besar dengan diameter 90 cm dan tinggi minimal 60 cm.

Pola jarak tanam yang dianjurkan pada perkebunan kelapa sawit adalah
dengan pola segitiga sama sisi. Penentuan jarak tanam disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan, topografi lahan, dan karakter tanaman itu sendiri. Jarak tanam

10
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

yang teratur akan diperoleh jika dilakukan dengan proses pemancangan yang baik
pula. Pemancangan merupakan kegiatan mengatur posisi atau letak tanaman
dengan jarak tertentu. Arah barisan tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah
arah utara - selatan, namun pada keadaan tertentu dapat disesuaikan dengan
topografi. Skema pemancangan untuk lahan dengan topografi datar dapat dilihat
seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta desain pertanaman kelapa sawit pola segitiga sama sisi.

Untuk teknik penanaman dimulai dari persiapan bibit yang sebaiknya


dilakukan dua minggu sebelum ditanam. Persiapan ini meliputi adaptasi bibit yaitu
memulai memutar bibit pada polybag agar akarnya yang menembus tanah dapat
terputus dan beregenerasi. Benih yang akan ditanam sebaiknya berumur antara
10–12 bulan. Sehari sebelum penanaman, bibit harus sudah disebar atau
diposisikan di samping lobang tanam yang telah dibuat sebelumnya. Sebelum
ditanam, dasar polybag dari bibit harus disayat terlebih dahulu untuk kemudian
dimasukkan ke dalam lubang tanam. Setelah bibit benar-benar tegak posisinya,
bagian samping polybag dapat disayat dari bawah ke atas dan polybag dilepas

11
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

dengan menariknya ke atas. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah atas (top soil)
yang telah dicampur dengan pupuk dan kemudian dipadatkan. Setalah itu ditimbun
kembali dengan tanah bawah (sub soil) dan dipadatkan sampai bibit berdiri dengan
kokoh. Piringan di sekitar tanaman dapat dibuat dengan diameter 1 m. Piringan ini
sebagai cikal bakal piringan tanaman untuk seterusnya.

1.10. Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan atau perawatan tanaman dilakukan pada dua fase setelah
tanam yaitu fase tanaman belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman
menghasilkan (TM) (Sulistyo, 2010). TBM yaitu tanaman yang dipelihara sejak bulan
pertama penanaman sampai dapat dipanen buahnya pada umur 30–36 bulan.
Selama periode TBM ini perlu dilakukan beberapa pekerjaan, yaitu konsolidasi
tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan, pemeliharaan penutup
tanah, pemupukan, tunas pasir, pengendalian hama dan penyakit, persiapan
sarana panen, serta pemeliharaan jalan dan parit drainase. Pemeliharaan periode
TBM adalah lanjutan dan penyempurnaan pekerjaan dari pembukaan lahan dan
persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas baik.

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan dan panen pertama dapat
dilakukan secara ekonomis setelah tanaman berumur 2,5 tahun atau 30 bulan.
Periode inilah yang menjadi batas dimulainya pemeliharaan periode TM (tanaman
menghasilkan). Beberapa pekerjaan pada periode TM ini meliputi pengendalian
gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah
dan air, pemupukan, serta pemeliharaan jalan.

Pengendalian gulma perlu dilakukan pada piringan pohon, jalan pikul, dan
di gawangan. Pengendalian gulma di piringan pohon bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pemupukan dan memudahkan pada saat pengutipan
brondolan. Sementara pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar akses

12
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

jalan untuk pekerja tetap terpelihara. Untuk pengendalian gulma pada gawangan
memiliki tujuan untuk mengurangi persaingan dalam penyerapan air, unsur hara,
serta dalam rangka menjaga kelembaban kebun.

Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan


(TM) adalah busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma
boninense (Purba, 2009). Ganoderma sendiri adalah jamur patogenik tular tanah
(soil borne) yang sebenarnya banyak ditemukan pada hutan-hutan primer yang
menyerang berbagai jenis tanaman hutan (Susanto, et al., 2010). Ganoderma dapat
bertahan di dalam tanah dalam kurun waktu yang lama dan dengan sangat cepat
mampu menyebar. Penyebarannya melalui akar tanaman yang saling
bersinggungan di dalam tanah. Ciri-ciri kelapa sawit yang terserang Ganoderma ini
adalah tidak terbukanya daun tombak, kemudian pelepah yang mulai sengkleh,
dilanjutkan dengan pembusukkan pada batang, dan akhirnya tanaman akan mati.
Kelapa sawit yang telah terserang Ganoderma ini harus dibongkar dan
dimusnahkan supaya tidak menyebar ke tanaman lain di sekitarnya.

Pada tanaman menghasilkan (TM), kegiatan penunasan dilakukan saat proses


panen mulai dilakukan yaitu dengan cara menyisakan dua pelepah di bawah buah
yang akan dipanen. Setelah buah tersebut dipanen maka pelepah yang
menyangganya dapat dibuang. Jumlah pelepah per pohon dapat mempengaruhi
produksi TBS, bobot TBS, dan juga pertumbuhan akar. Selain penunasan, pekerjaan
lainnya adalah pemupukan. Pemupukan merupakan pos biaya yang paling besar
pada periode pemeliharaan, yaitu dapat menyerap sekitar 40-50% dari total biaya
pemeliharaan.

1.11. Rangkuman
1. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam suku palma (Arecaceae) yang
tumbuh optimal di dataran rendah wilayah tropis yang panas dan lembab.

13
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2. Tanaman kelapa sawit yang berkembang di Indonesia saat ini (Elaeis


guineensis) berasal dari derah Afrika barat, yang dimasukkan pada masa
pemerintahan Hindia Belanda (1848) sebagai tanaman hias di Kebun Raya
Bogor.
3. Pada buah sawit terdapat empat bagian utama, yaitu kulit (exocarp),
daging buah (mesocarp), cangkang atau tempurung (endocarp), dan
kernel atau inti (endosperm). Bagian mesocarp merupakan sumber minyak
sawit (CPO), dan bagian kernel sebagai sumber minyak inti (PKO).
4. Ada banyak varietas dari kelapa sawit. Tiga varietas yang dibedakan
berdasarkan ukuran proporsi dari daging buah dan kernel (inti) adalah
Dura, Psifera, dan Tenera. Tenera memiliki karakteristik yang unggul,
sehingga menjadi varietas yang dibudidayakan pada perkebunan sawit.
5. Tiga aspek utama dalam budidaya kelapa sawit meliputi kualitas bibit dan
pemeliharaan bibit, penanaman, serta pemeliharaan. Pemeliharaan
terbagi dalam dua periode, yaitu periode pada saat tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan periode setelah tanaman menghasilkan (TM).

1.12. Latihan
1. Jelaskan aspek botani dan karakteristik dari tanaman kelapa sawit secara
rinci dan komprehensif!
2. Jelaskan sejarah masuk dan berkembangnya tanaman dan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia hingga saat ini!
3. Jelaskan bagian-bagian dari buah kelapa sawit serta jelaskan perbedaan
antara buah kelapa sawit jenis Dura, Psifera, dan Tenera!
4. Pada penanaman kelapa sawit, dikenal istilah pola tanam segitiga
sama sisi, jelaskan mengenai pola ini secara lengkap!
5. Sebut dan jelaskan kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman
kelapa sawit baik pada periode TBM maupun TM!

14
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

1.13. Bahan Bacaan Pendukung


Afrizon, 2017. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
dengan Pemberian Pupuk Organik dan Anorganik. Jurnal Agritepa,
3:95-105.
Allorerung, D., Syakir, M., Poeloengan, Z., Syafaruddin, dan Rumini, W., 2010.
Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media, Bogor.
Darmosarkoro, W., Sutarta, E. S., dan Winarna, 2003. Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Kiswanto., Purwanta, J. H., Wijayanto, B., 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Bogor.
Kurniawan, A., Amalia, R., dan Nasution, Z. P. S., 2017. Tekno Ekonomi Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Kushairi, A., Nurulhidayah, A. S., Maisarah, N. J., Syahanim, S., dan Mardziah,
A. M., 2011. Oil Palm Biology: Facts & Figures. Malaysian Palm Oil Board,
Malaysia.
Lubis, A. U., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke
2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan
Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purba, R. Y., 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Respati, E., Nuryati, L., Yasin, A., 2016. Outlook Kelapa Sawit. Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian – Kementerian Pertanian, Jakarta.
Rofiq, R., Sayuti, J., Solikin., Tanjung, A. J., dan Sahadi, 2014. Buku Panduan:
Petani Mandiri Menuju Sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan. Yayasan
Setara, Jambi.
Sulistyo, B., 2010. Budi Daya Kelapa Sawit. Balai Pustaka, Jakarta.
Sunarko, 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Dengan
Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Susanto, A., Purba, R. Y., Prasetyo, A. E., 2010. Hama dan Penyakit Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

15
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2. PANEN DAN PENGANGKUTAN


TANDAN BUAH SAWIT
2.1. Deskripsi Singkat
Pada bab ke dua ini dibahas hal-hal yang terkait tahap panen tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit. Pada dasarnya ada tiga hal penting pada tahap
panen yaitu persiapan panen, proses panen, dan penanganan setelah panen
sebelum masuk proses pengolahan. Persiapan panen meliputi penentuan
matang panen, persiapan sumberdaya manusia (tenaga kerja), persiapan
lokasi panen dan sarana prasarana yang diperlukan, serta perencanaan
panen seperti penentuan waktu rotasi panen dan sistem ancak panen yang
akan diterapkan. Pentingnya penentuan matang panen, teknik panen, dan
juga penanganan setelah panen dalam menjaga mutu minyak sawit juga
dibahas dalam bab ini.

2.2. Relevansi
Pada industri minyak sawit, parameter mutu dari bahan baku dan
produk yang sangat penting adalah kadar asam lemak bebas (ALB). Kadar ALB
sangat dipengaruhi oleh mutu bahan baku awal yaitu buah sawit. Untuk
menjamin mutu bahan baku buah sawit diperlukan pemahaman mengenai
hal-hal yang berpotensi mempengaruhi kadar ALB pada bahan, baik pada saat
prapanen, saat panen, maupun pascapanen. Untuk itu maka penjelasan
mengenai teknik panen dan pengangkutan atau penanganan TBS ini penting
untuk diberikan.

16
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:

1. Menjelaskan pendekatan yang dapat digunakan dalam menentukan saat


matang panen yang tepat dalam rangka mengoptimalkan mutu TBS
sekaligus memaksimalkan produktivitas, dalam hal ini kandungan
minyaknya.
2. Menjelaskan berbagai aspek baik prapanen, saat panen, ataupun
pascapanen yang dapat mempengaruhi mutu TBS.
3. Menjelaskan kriteria-kriteria yang spesifik dari buah yang siap dipanen.
4. Menjelaskan segala hal yang perlu dipersiapkan dan metode panen yang
tepat sesuai dengan kondisi tanaman dan kondisi kebun.

2.4. Persiapan Panen


Pada umumnya status tanaman kelapa sawit beralih dari periode
tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi periode tanaman
menghasilkan (TM) pada umur 30 bulan. Paramater lain yang dapat
digunakan dalam menentukan kategori kelapa sawit siap panen adalah dari
jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen, yaitu jika sudah berada
pada angka lebih dari 60%. Pada keadaan ini rata-rata berat tandan telah
mencapai 4 kg dan pelepasan brondolan dari tandan akan lebih mudah.
Proses panen dimulai dari pemotongan tandan buah hingga pengangkutan ke
pabrik. Urutan kegiatan panen meliputi pemotongan tandan buah matang
panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke
TPH (tempat penampungan hasil), dan terakhir pengangkutan hasil menuju
pabrik.
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen.
Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan
sarana panen. Persiapan tenaga meliputi jumlah tenaga kerja beserta

17
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

tingkat pengetahuan dan ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja


bergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, dan umur tanaman.
Persiapan sarana panen seperti pengerasan jalan, pembuatan titik panen,
jalan panen (pikul), dan TPH. Jalan pikul dibuat selang dua barisan tanaman,
dengan lebar 1 m, sedangkan TPH dapat dibuat secara bertahap. Pada tahap
awal dibuat satu TPH untuk 3 jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian 1 TPH
untuk setiap 2 jalan pikul (4 baris tanaman) dan selanjutnya 1 TPH untuk
setiap 1 jalan pikul (2 baris tanaman). TPH pada umumnya memiliki ukuran 3
m x 2 m.

2.4.1. Kriteria matang panen

Kriteria kematangan dapat dilihat dari perubahan warna. Proses


perubahan warna yang terjadi pada tandan yaitu dari hijau berubah
kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat (jingga). Kriteria
matang panen juga dapat dilihat dari jumlah brondolan yang gugur
tergantung pada berat tandan, untuk berat tandan >10 kg sebanyak 2
brondolan per kg tandan, dan untuk berat tandan <10 kg sebanyak 1
brondolan per kg tandan. Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang
panen. Fraksi matang panen terdiri dari 7 kelas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar fraksi matang panen tandan buah sawit


Fraksi Persentase jumlah brondolan Derajat kematangan
Tidak ada, buah masih hitam sangat mentah
0 Membrondol 1–12,5% mentah
1 Membrondol 12,5–25% kurang matang
2 Membrondol 25–50% matang I
3 Membrondol 50–75% matang II
4 Membrondol 75–100% lewat matang I
5 Buah dalam ikut membrondol lewat matang II
6 Semua buah membrondol tandan kosong

18
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Fraksi panen ini sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak dan


kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi panen (matang)
rendemen minyak akan meningkat, sedangkan kadar mutu minyak semakin
menurun sebagai akibat naiknya kadar ALB. Tabel 4 menyajikan nilai umum
pengaruh fraksi panen terhadap rendemen dan kadar ALB.

Tabel 4. Pengaruh fraksi panen terhadap rendemen dan kadar ALB


Fraksi panen Rendemen minyak (%) Kadar ALB (%)
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 22,9 3,8

Memanen buah yang terlalu mentah juga dapat merusak rotasi panen
dan rendahnya rendemen yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kandungan
minyak pada buah yang belum optimal, di mana berdasarkan Tabel 4, buah
mentah menghasilkan rendemen sebesar 16%. Sedangkan memanen buah
yang terlalu matang juga berpengaruh buruk pada kualitas minyak kelapa
sawit karena mengandung minyak dengan kadar ALB yang tinggi, selain itu
memanen buah yang terlalu matang juga sangat berisiko apabila pada situasi
dan kondisi tertentu di lapangan menyebabkan TBS harus bermalam di
lapangan dan menjadi buah restan. Hal ini meningkatkan peluang
meningkatnya kadar ALB dengan lebih cepat dibandingkan TBS dengan fraksi
matang I dan matang II.
2.4.2. Rotasi panen

Rotasi panen merupakan selang waktu antara panen yang satu dengan
panen berikutnya pada satu ancak panen. Rotasi panen tergantung pada
kerapatan panen (produksi), kapasitas panen, dan keadaan pabrik. Pada

19
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

umumnya panjang rotasi panen sekitar tujuh hari. Jika rotasi panen semakin
panjang, maka kerapatan panen meningkat tetapi kualitas panen cenderung
menurun. Rotasi panen juga dipengaruhi oleh iklim yang menimbulkan
adanya panen puncak dan panen kecil. Dengan demikian standar rotasi
panen tujuh hari dapat berubah disesuaikan dengan keadaan produksi.

2.4.3. Sistem ancak panen

Sistem ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan dan


ketersediaan tenaga kerja. Ancak tetap yaitu setiap pemanen diberikan ancak
panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari
tertentu. Ancak giring yaitu setiap pemanen diberikan ancak per baris
tanaman dan digiring bersama-sama.
Kelebihan sistem ancak tetap yaitu setiap pemanen bertanggung jawab
terhadap ancak panen dan mudah dikontrol kualitasnya. Sementara pada
sistem ancak giring pelaksanaan panen cenderung lebih cepat dan buah cepat
sampai di TPH. Kelemahan sistem ancak tetap yaitu buah terlambat sampai
di TPH, sedangkan kelemahan pada sistem ancak giring yaitu setiap pemanen
selalu mencari buah yang mudah dipanen dan pengontrolan kualitasnya lebih
sulit.

2.4.4. Kerapatan panen

Kerapatan panen yaitu jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah


tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen
(AKP) digunakan untuk meramalkan produksi, kebutuhan pemanen,
kebutuhan truk, dan pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan
perhitungan kerapatan panen adalah untuk meramalkan produksi tanaman,
menetapkan angka kerapatan panen (AKP), dan jumlah pemanen.

20
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2.5. Cara panen


Panen merupakan pemotongan tandan dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen adalah pemotongan tandan
buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,
pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik. Sebelum
pemotongan tandan, pemanen terlebih dahulu mengamati buah matang
panen di pohon pada ancaknya masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat kematangan buah. Tandan buah dipotong tandas dengan
menggunakan dodos jika umur tanaman berkisar 3–5 tahun dan
menggunakan egrek untuk tanaman dengan umur di atas 8 tahun, seperti
terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Cara panen TBS menggunakan dodos (kiri) dan egrek (kanan).

Pemotongan pada tangkai tandan sebaiknya membentuk huruf V.


Pelepah yang berada di bawah tangkai buah biasanya dipotong untuk
memudahkan proses pemotongan tandan buah. Meskipun demikian, jika
jumlah pelepah dari pohon kurang dari standar pelepah yang harus ada, maka
pelepah di sekitar tandan tidak perlu dipotong. Namun jika jumlah pelepah
lebih dari standar pelepah yang menyangga buah tersebut, maka
diperbolehkan untuk dilakukan pemotongan. Tandan buah yang telah
dipotong kemudian diangkut ke TPH dan harus disusun secara rapi. Tandan
disusun menurut baris yakni 5–10 tandan per baris, dengan tangkai

21
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

menghadap ke atas arah jalan dan tangkai tandan dipotong berbentuk huruf
V. Tandan sebaiknya terhindar dari pelukaan pada saat pemotongan.
Brondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan
diangkut ke TPH dengan menggunakan karung bekas pupuk. Brondolan
ditumpuk di sebelah tumpukan tandan dan diberi alas. Tandan dan brondolan
harus bebas dari pasir, sampah, tangkai tandan, dan kotoran lainnya. Tandan
kosong harus ditinggalkan di lapangan (gawangan mati), dan tidak boleh
terangkut ke pabrik.

2.6. Pengangkutan TBS


Pada dasarnya proses pengangkutan dilakukan dengan memindahkan
TBS dari lahan ke TPH untuk diperiksa dan dilakukan pemilahan (Gambar 5).
Selanjutnya TBS kembali diangkut menuju ke PKS untuk dilakukan proses
ekstraksi minyak sawit kasar (CPO). Alat transportasi yang biasa digunakan
untuk mengangkut TBS tersebut berupa truk.

Gambar 5. Pemilahan buah sawit di tempat penampungan hasil.

Pengangkutan buah sawit dari TPH menuju pabrik harus dilakukan


dengan segera untuk mencegah naiknya kadar asam lemak bebas (ALB).
Secara umum persentase ALB sesaat setelah tandan buah dipotong berkisar
antara 0,2 - 0,7% dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9–

22
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

1,0% untuk setiap 24 jamnya. Tandan buah segar yang dipanen harus
diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga. Pengangkutan
pada malam hari akan menyulitkan proses sortasi buah di loading ramp. Buah
restan atau buah yang tertinggal di kebun harus semaksimal mungkin
dihilangkan. Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB)
minyak sawit yang dihasilkan. Selain itu, buah restan juga menimbulkan
kerawanan terhadap pencurian TBS.
Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan sendiri atau
pemborong. Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung
berdasarkan estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari
sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari sebelumnya. Fluktuasi
produksi harian biasanya tidak jauh berbeda. Pengangkutan tandan buah
menggunakan truk didahului dengan proses pemuatan (loading) baik secara
manual (Gambar 6) ataupun secara mekanis menggunakan truk yang
dilengkapi alat pengangkat (crane).

Gambar 6. Proses memuat (loading) tandan buah ke atas bak truk.

2.7. Rangkuman
1. Kegiatan panen pertama dapat dilakukan apabila jumlah pokok yang
siap dipanen telah mencapai 60% dari total populasi yang ada.

23
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2. Persiapan panen meliputi persiapan tenaga kerja dan persiapan sarana


dan prasarana panen termasuk jalan panen, titian panen TPH, serta ancak
panen.
3. Kriteria matang panen dapat dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh
serta melalui perubahan warna kulit buah.
4. Rotasi panen tergantung pada kerapatan panen (produksi), kapasitas
panen, dan keadaan pabrik, namun pada umumnya adalah tujuh hari.
5. Kerapatan panen merupakan jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah
tandan matang panen) dari suatu luasan tertentu.
6. TBS yang sudah dipanen segera diangkut ke pabrik agar segera diolah
menjadi CPO guna mencegah meningkatnya kadar asam lemak bebas
(ALB).

2.8. Latihan
1. Jelaskan bagaimana cara menentukan kriteria buah yang siap dipanen!
2. Jelaskan fraksi-fraksi kematangan buah yang dianjurkan untuk dipanen!
3. Jelaskan akibat yang dapat terjadi jika buah terlambat dipanen!
4. Jelaskan metode pemanenan TBS yang tepat!
5. Jelaskan alasan mengapa buah tidak diperbolehkan menginap di lahan
lebih dari 24 jam?

2.9. Bahan Bacaan Pendukung


Allorerung, D., Syakir, M., Poeloengan, Z., Syafaruddin, dan Rumini, W., 2010.
Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media, Bogor.
Kiswanto., Purwanta, J. H., Wijayanto, B., 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Bogor.
Kurniawan, A., Amalia, R., dan Nasution, Z. P. S., 2017. Tekno Ekonomi Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Lubis, A. U., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke
2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan

24
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rofiq, R., Sayuti, J., Solikin., Tanjung, A. J., dan Sahadi, 2014. Buku Panduan:
Petani Mandiri Menuju Sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan. Yayasan
Setara, Jambi.
Sulistyo, B., 2010. Budi Daya Kelapa Sawit. Balai Pustaka, Jakarta.
Sunarko, 2009. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Dengan
Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka, Jakarta.

25
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

3. EKSTRAKSI MINYAK SAWIT


3.1. Deskripsi Singkat
Pada bab tiga ini mulai dibahas mengenai proses ekstraksi minyak sawit
pada pabrik kelapa sawit (PKS). Pabrik kelapa sawit dalam konteks industri
kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi atau produksi
minyak sawit kasar (crude palm oil) dan juga inti sawit dari tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit. Bab ini secara khusus membahas tahap awal dari proses
ekstraksi minyak sawit yang terdiri dari enam proses, yaitu sortasi atau
pemilahan TBS, perebusan TBS, perontokkan buah, pencacahan buah,
pengepresan buah, dan pembersihan minyak fase awal. Sementara tahapan
lanjutannya yaitu klarifikasi dibahas pada bab selanjutnya. Output dari
ekstraksi tahap awal ini adalah minyak sawit kasar yang masih memiliki
viskositas tinggi dikarenakan masih tingginya konsentrasi bahan non minyak
yang perlu dipisahkan pada tahap klarifikasi atau pemurnian selanjutnya.
Proses ekstraksi ini memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan
kimia. Beberapa hal tersebut dibahas pada bab ini.

3.2. Relevansi
Ekstraksi merupakan inti dari proses pengolahan buah sawit yang
menjadi tahap penting pada industri pengolahan minyak sawit. Pemahaman
pada bab ini menjadi mutlak bagi mahasiswa yang berkompetensi pada
bidang industri pengolahan kelapa sawit. Dengan demikian, uraian mengenai
teknologi proses ekstraksi minyak sawit menjadi sangat penting untuk
disajikan.

26
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

3.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
untuk:
1. Menjelaskan secara lengkap alur proses produksi minyak sawit kasar
(CPO) mulai dari penerimaan buah sampai penyimpanan produknya.
2. Menjelaskan secara rinci mekanisme dan fungsi dari tahap penimbangan
dan sortasi tandan buah segar (TBS).
3. Menjelaskan secara detail teknik perebusan TBS dan tujuannya.
4. Menjelaskan prinsip kerja proses perontokkan buah dari tandannya dan
mesin yang digunakan.
5. Menjelaskan secara lengkap mekanisme proses pencacahan dan
pengepresan buah sawit dalam menghasilkan minyak sawit kasar.

3.4. Gambaran Umum Proses Ekstraksi Minyak Sawit (CPO)


Sebelum penjelasan lebih rinci dari tahapan awal proses ekstraksi
minyak sawit, pada bagian ini diberikan gambaran umum proses ekstraksi
minyak sawit kasar (CPO). Alur proses pengolahan tandan buah sawit menjadi
CPO disajikan pada Gambar 7. Proses ini dimulai dari penerimaan TBS sampai
penyimpanan dan pengiriman CPO. Di antara tahapan tersebut buah sawit
akan mengalami proses perebusan (sterilisasi), perontokkan, pencacahan,
pengepresan, dan proses klarifikasi. Selain itu juga ada proses pembersihan
dan pengeringan inti sawit (kernel), yang mana pengolahan kernelnya akan
dilakukan pada pabrik lain.
Selain CPO sebagai produk utama, proses ekstraksi minyak sawit juga
menghasilkan beberapa material lain sebagai produk samping, seperti tankos
(tandan kosong), cangkang atau tempurung, serat, sludge, dan juga inti sawit
(kernel). Hampir seluruh material tersebut dapat dimanfaatkan untuk fungsi
lainnya seperti sebagai pupuk dan bahan bakar.

27
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 7. Alur proses produksi CPO.

3.5. Penerimaan Buah Sawit


Di pabrik kelapa sawit, buah sawit akan memulai perlakuan tahap
pertama pada stasiun penerimaan TBS. Setelah proses penerimaan,
selanjutnya buah akan menjalani proses-proses lanjutan yang pada akhirnya
akan dihasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil). Pada stasiun penerimaan
TBS ini, dilakukan proses penerimaan, penampungan sementara, dan sortasi.
Stasiun penerimaan TBS secara umum terbagi menjadi dua area utama yaitu
area jembatan timbang dan area sortasi.

3.5.1. Penimbangan

Buah-buah sawit yang sudah dipanen diangkut menggunakan mobil


truk kemudian dibawa menuju pabrik untuk diterima di stasiun penerimaan
buah yang kemudian ditimbang di jembatan timbang (weight bridge) dan
ditampung di penampungan sementara pada area loading ramp. Jembatan
timbang menjadi alat untuk mengetahui tonase TBS yang diterima pabrik.

28
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Tonase atau berat tandan buah harus selalu diketahui dan dicatat untuk
berbagai keperluan baik dari sisi administratif maupun teknis. Dari sisi teknis,
berat buah penting diketahui dalam rangka analisis rendemen dan aspek
produktivitas lainnya. Sementara dari sisi administratif, tonase diperlukan
untuk transaksi pembelian buah dari petani atau juga evaluasi kinerja di sektor
hulu atau kebun.
Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu mobil angkut truk yang
melewati jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat berat truk
awal sebelum tandan buah segar (TBS) dibongkar dan disortir. Kemudian
setelah dibongkar truk kembali ditimbang. Selisih berat awal dan akhir adalah
berat TBS yang diterima di pabrik. Wujud fisik jembatan timbang dapat dilihat
pada Gambar 8 berikut ini.

Gambar 8. Jembatan timbang di sebuah pabrik kelapa sawit.

3.5.2. Sortasi

Sortasi atau grading adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk


mengetahui mutu dan memilah TBS yang masuk ke pabrik pengolahan untuk
diproses menjadi CPO. Pada tahap ini buah yang datang dari kebun,

29
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

baik itu kebun inti, plasma, maupun kebun masyarakat dilakukan


pemeriksaan untuk beberapa tujuan, antara lain:
1. Mengetahui mutu atau kualitas dari TBS yang diterima pihak pabrik.
2. Sebagai laporan kepada pihak kebun (estate) atas mutu TBS yang
diterima. Ini sekaligus sebagai bahan evaluasi bagi pihak kebun.
3. Sebagai acuan atau dasar dalam perhitungan pembayaran yang
harus ditanggung pabrik kepada pihak ketiga (penyuplai buah).
4. Sebagai parameter dalam menganalisis mutu hasil produksi oleh
pabrik.

Gambar 9. Areal loading ramp dan proses sortasi yang dilakukan.

30
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Kegiatan sortasi ini dilakukan di area loading ramp (Gambar 9). Sortasi
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemeriksaan secara acak atau
pemeriksaan secara total. Pemeriksaan acak dilakukan dengan pemeriksaan
terhadap minimal 5% dari jumlah truk yang datang dari suatu kebun
(afdeling). Sementara pemeriksaan total dilakukan terhadap seluruh truk
yang masuk. Pemeriksaan dilakukan dengan membongkar TBS dari truk di
lantai loading ramp. Ada 10 kriteria mutu TBS yang dapat diterima oleh pabrik
(Tabel 5).

Tabel 5. Kriteria mutu TBS yang dapat diterima.


No Kriteria TBS Standar
1 Buah sangat muda Tandan buah tidak ada fraksi yang 0%
(hard & black) membrondol dan buah berwarna hitam
2 Buah muda Tandan buah lapisan luar telah lepas < 5%
(under ripe) brondolan < 10 brondolan dalam satu
tandan
3 Buah matang Tandan buah lapisan luar telah lepas ≥ 90%
(ripe) brondolan >10 brondolan per tandan
atau 25–75% lapisan luar telah
membrondol dan berwarna merah
mengkilat
4 Buah lewat matang Tandan buah lapisan luar telah lepas ≤ 5%
(over ripe) brondolan >75% dan sebagian brondolan
bagian dalam juga telah lepas
5 Tangkai panjang Tangkai/gagang TBS yang panjangnya 0%
(long stalk) lebih dari 2,5 cm diukur dari pangkal
tandan dan potongan tangkai huruf V
6 Brondolan Brondolan diterima pabrik bersama TBS ≥ 12,5%
dengan jumlah brondolan minimal
12,5% dari berat TBS keseluruhan
7 Buah/brondolan Sebagian janjangan atau seluruhnya 0%
busuk telah lembek atau menghitam warnanya,
(rotten loose fruit) busuk, atau berjamur.
8 Sampah/kotoran Tanah, pasir, batu, sampah lainnya yang ≤ 2%
(trash loose fruit) terikut bercampur brondolan/TBS
9 Tandan kosong Tandan yang jumlah brondolan lapisan 0%
dalam lebih dari 90% telah lepas
10 Buah pasir Buah pasir yang diterima pabrik ≥ 3 Kg
beratnya minimal 3 Kg per tandan /tandan

31
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

3.6. Perebusan Buah


Tahap selanjutnya setelah TBS selesai disortasi adalah proses
perebusan atau sterilisasi (sterilization). Perebusan TBS memiliki beberapa
tujuan yaitu untuk menghentikan aktivitas enzim (lipase), memudahkan
pelepasan buah dari tandan atau janjangan, melunakkan daging buah, dan
untuk mengurangi kadar air dalam buah.

Enzim lipase yang secara alamiah terdapat pada buah sawit bekerja
untuk memecah molekul-molekul lipid (trigliserida) menjadi molekul-molekul
yang lebih sederhana yaitu asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA)
yang akan dioksidasi dalam rangka menghasilkan energi untuk
mempertahankan siklus hidup dari buah. Pada proses produksi CPO,
keberadaan enzim ini tentu saja akan menurunkan kandungan dari
trigliserida. Untuk itu aktivitas dari enzim ini perlu dihentikan dengan cara
pemanasan. Enzim pada umumnya tidak aktif pada suhu di atas 50°C.
Perebusan TBS sendiri dilakukan pada suhu 120°C. Aktivitas enzim juga dapat
meningkat jika buah terluka. Dengan demikian menjadi sangat penting untuk
menjaga buah tidak terluka atau utuh.

Perebusan juga bermanfaat untuk mempermudah proses pelepasan


buah atau brondolan dari tandannya. Pemanasan akan merusak seluruh sel-
sel dan jaringan-jaringan dari TBS, termasuk bagian pangkal buah yang
menempel pada tandan. Hal ini menyebabkan buah akan mudah lepas. Selain
itu juga akan melunakkan bagian daging buah sehingga mempermudah
proses pemecahan sel-sel minyak dan mempermudah mengeluarkannya.

Tujuan lain perebusan adalah mengurangi kadar air pada buah. Dengan
perebusan, karakter dari bagian daging buah akan berubah dengan kadar air
semakin menurun. Semakin rendah kadar air pada daging buah

32
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

akan memberikan dampak positif dalam mempermudah proses ekstraksi dan


pemisahan minyak dari komponen-komponen non lemak (non-oil solid) yang
tercampur di dalamnya. Dengan perebusan kadar air pada inti sawit juga
berkurang. Hal ini menyebabkan daya lekat inti dengan cangkang atau
tempurungnya semakin berkurang, sehingga nantinya akan mempermudah
proses pemisahan cangkang.

Untuk mencapai tujuan dari perebusan seperti yang dijelaskan di atas,


maka pada dasarnya perebusan dapat dilakukan pada temperatur dan
tekanan yang tinggi sehingga akan mempercepat waktu proses. Namun
demikian, temperatur dan tekanan yang terlalu tinggi dapat berakibat buruk
pada mutu minyak yang dihasilkan. Dari berbagai pengujian, diperoleh
kondisi perebusan terbaik dan optimal dengan tekanan uap sebesar 2,8

kg/cm2 dalam waktu 80–90 menit. Kondisi ini mampu menghasilkan minyak

dengan mutu yang baik. Perebusan dilakukan pada unit sterilizer yang berupa
bejana uap bertekanan tinggi (Gambar 10).

Gambar 10. Proses perebusan buah pada sterilizer.

Pola perebusan yang umum dilakukan adalah dengan metode dua


puncak (double peak) dan tiga puncak (triple peak). Perebusan dengan
metode ini akan memberikan efek mekanik pada bahan, sehingga

33
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

perusakan jaringan pada bahan lebih maksimal dalam rangka mempermudah


proses ekstraksi minyak. Perbedaan jumlah puncak ini merupakan hasil dari
proses buka tutup dari katup-katup (inlet dan exhause valves) selama proses
perebusan berlangsung. Proses buka tutup katup ini dilakukan dengan cepat
sehingga akan memberikan efek mekanik yang maksimal. Pada proses ini
dilakukan pengeluaran udara untuk digantikan dengan uap panas. Udara
perlu dikeluarkan untuk menghindari adanya turbulensi yang mengurangi
mekanisme perambatan panas menuju bahan.

Gambar 11. Kurva perebusan metode triple peak.

Tabel 6. Urutan proses perebusan dengan metode tiga puncak.


Urutan Waktu Proses
1 2 menit Pengurasan udara

2 11 menit Pemasukan uap pertama sampai 2,3 kg/cm 2


3 2 menit Pembuangan uap pertama

4 12 menit Pemasukan uap ke dua sampai 2,5 kg/cm2


5 2 menit Pembuangan uap ke dua

6 13 menit Pemasukan uap ke tiga sampai 2,8 kg/cm2


7 43 menit Penahanan tekanan pada 2,8 kg/cm2
8 5 menit Pembuangan uap terakhir.

34
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Pada umumnya metode perebusan yang diterapkan di sebagian besar


pabrik kelapa sawit adalah dengan metode triple peak. Hal ini disebabkan
karena dengan semakin banyaknya puncak maka proses pelemahan buah
semakin baik berkat adanya mechanical shock yang lebih intens. Adapun
urutan proses pada metode tiga puncak ini diberikan pada Tabel 6 dan untuk
kurva perebusannya disajikan pada Gambar 11.

3.7. Perontokkan Buah dari Tandan


Perontokkan (threshing) adalah proses pelepasan buah (berondolan)
dari tandan buahnya menggunakan mesin thresher. Di dalam thresher, proses
perontokkan buah terjadi pada bagian drum thresher. Perontokkan ini dapat
terjadi sebagai akibat adanya tromol yang berputar pada sumbu mendatar
yang membawa TBS ikut berputar dengan kecepatan putaran 23– 25 rpm
sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan
lepas dari tandannya. Mesin thresher pada stasiun perontokkan diperlihatkan
pada Gambar 12.

Gambar 12. Mesin perontok buah sawit menggunakan drum thresher.

35
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

3.8. Proses Pencacahan dan Pengepresan Buah


Proses pengepresan (pressing) dilakukan untuk memeras minyak yang
terkandung pada daging buah sawit. Sebelum memasuki proses
pengepresan, brondolan buah sawit harus dicacah dulu pada unit digester.
Proses pencacahan ditujukan untuk mempermudah proses pengepresan,
sehingga dapat meningkatkan rendemen minyak yang diekstraksi. Buah yang
masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian besar
daging buah sudah terlepas dari bijinya.
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya
dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada poros
dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan
diperlukan panas 90–95ᵒC yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap
dengan tekanan sekitar 3 bar. Proses pelumatan ini berlangsung selama 15–
20 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian
dimasukan ke dalam alat pengepresan.

Gambar 13. Mesin screw press yang terintegrasi dengan mesin digester.

Pengepresan atau pengempaan berfungsi untuk memisahkan minyak


kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Jenis mesin pengepres yang

36
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

digunakan adalah pengepres berputar atau screw press (Gambar 13). Massa
yang keluar dari unit digester langsung diperas dalam screw press pada
tekanan 50–75 bar dengan menggunakan air pembilas yang bersuhu 80–
85°C. Minyak yang dihasilkan dari proses ini berkisar antara 20–30% dari
berat TBS, dengan hasil berupa minyak kasar (crude oil) yang viskositasnya
masih sangat tinggi.

Gambar 14. Mekanisme kerja sand trap tank.

Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan dari unit pengepresan akan
dialirkan dan ditampung sementara pada unit sand trap tank (Gambar 14).
Sand trap tank merupakan alat pemisah fase padatan kasar seperti pasir atau
tanah dari campuran minyak. Alat ini berupa bejana berbentuk silinder tegak
yang dilengkapi dengan pipa over flow untuk memisahkan materi berdensitas
rendah, yaitu minyak, untuk dialirkan menuju unit pengolahan

37
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

selanjutnya yaitu oil vibrating screen. Sementara itu, fase padatan kasar yang
didominasi oleh tanah dan pasir akan mengendap pada bagian dasar dari
sand trap tank.

3.9. Rangkuman
1. Alur proses produksi CPO dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
dimulai dari proses penerimaan, sortasi, perebusan, perontokkan,
pencacahan, pengepresan, filtrasi, klarifikasi, dan berakhir di proses
penyimpanan dan pengiriman.
2. Pada proses produksi CPO juga dilakukan proses pengolahan biji sawit
menjadi kernel kering dan juga pengolahan produk samping dan limbah
lainnya untuk dapat dimanfaatkan pada fungsi lainnya.
3. Penimbangan tandan buah yang diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS)
berguna untuk mengetahui tonase TBS yang diterima pabrik. Hal ini
menjadi data penting untuk mengukur produktivitas dari proses produksi
minyak kelapa sawit.
4. Perebusan TBS memiliki beberapa fungsi antara lain untuk menginaktivasi
enzim lipase penyebab kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB),
mempermudah dalam proses perontokkan buah, serta mengoptimalkan
proes ekstraksi pada mesin pencacahan dan pengepresan.

3.10. Latihan
1. Jelaskan secara rinci dan lengkap alur proses pengolahan TBS menjadi
minyak sawit kasar (CPO)!
2. Jelaskan tujuan dari pelaksanaan sortasi (grading) TBS pada stasiun
penerimaan buah di PKS!
3. Jelaskan secara detail teknik atau mekanisme proses perebusan TBS di
stasiun sterilizer serta fungsi dari proses tersebut!

38
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

4. Pada stasiun pencacahan dan pengepresan dilakukan injeksi uap panas


90-95°C, jelaskan fungsi dari perlakuan tersebut!
5. Jelaskan fungsi dan mekanisme kerja dari sand trap tank!

3.11. Bahan Bacaan Pendukung


Adetola, O. A., Olajide, J. O., dan Olalusi, A. P., 2014. Development of A Screw
Press for Palm Oil Extraction. International Journal of Scientific &
Engineering Research, 5:1416-1422.
Alatas, A., 2015. Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia.
Leading & Enlightening Journal UMY, 1:115-124.
Ayustaningwarno, F., 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit
Merah pada Industri Pangan. Undip Institutional Repository, 2:1-11.
Ezeoha, S. L., Akubuo, C. O., Odigboh, E. U., dan Arallo, M., 2017. Performance
Evaluation of Magnus Screw Press (Model MS-100) for Palm Kernel Oil
Extraction. Nigerian Journal of Technology, 36:636-642.
Ibrahim, N. A., 2015. Production, Processing, and Quality Specification of
Palm and Palm Kernel Products. Malaysian Palm Oil Board.
Larasati, N., Chasanah, S., Machmudah, S., dan winardi, S., 2016. Studi Analisa
Ekonomi Pabrik CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dari
Buah Kelapa Sawit. Jurnal Teknik ITS, 5:212-215.
May, C. Y., 2013. Palm Oil: Processing, Utilization and Nutrition. Malaysian
Palm Oil Board.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pusat Data Informasi, 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Sulistyo, B., 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

39
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

4. KLARIFIKASI MINYAK SAWIT


4.1. Deskripsi Singkat
Bab ini merupakan lanjutan dari bab sebelumnya mengenai ekstraksi
minyak kelapa sawit. Pada bab ini mulai dijelaskan proses lanjutan setelah
minyak dipres dari buah sawit yang pada dasarnya adalah proses pemisahan
material-material pengotor minyak berupa non-oil solid atau padatan selain
minyak, seperti pasir, lumpur, serpihan cangkang dan serat, dll. Material-
material tersebut harus dipisahkan karena selain secara fisik mengganggu
mutu produk minyak, secara kimia juga berpotensi merusak mutu kimia
minyak karena dapat memicu terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis.
Tahapan ini disebut sebagai proses klarifikasi.

Ada beberapa proses pemisahan bertahap yang melibatkan mekanisme


secara fisik/mekanik dan kimia, seperti filtrasi, sedimentasi, sentrifugasi,
evaporasi melalui perlakuan parameter suhu, tekanan, waktu, dan juga
kecepatan. Dalam tahapan proses pemisahan tersebut beberapa alat yang
digunakan antara lain: vibrating screen, crude oil tank (COT), continuous
settling tank (CST), oil purifier, vacuum dryer, sand cyclone, sludge centrifuge,
dan oil recovery tank. Hasil akhir dari proses klarifikasi adalah produk CPO
(crude palm oil) yang memenuhi standar mutu seperti kadar asam lemak
bebas (FFA), kadar air (moisture), dan kadar pengotor (dirt) yang selanjutnya
siap untuk disimpan dan didistribusikan untuk proses pengolahan lanjutan.

40
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

4.2. Relevansi
Klarifikasi yang menjadi proses lanjutan dari tahap ekstraksi merupakan
tahap penting pada industri pengolahan minyak sawit. Penguasaan akan
proses ini menjadi sesuatu yang penting bagi mahasiswa yang berkompetensi
pada bidang industri pengolahan kelapa sawit. Dengan demikian, penjelasan
mengenai teknologi proses klarifikasi dalam produksi CPO menjadi sesuatu
yang mutlak untuk disajikan pada bab ini.

4.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa akan memiliki kemampuan
dalam:

1. Menjelaskan secara detail alur proses tahap klarifikasi beserta mesin


dan peralatan yang digunakan.
2. Menjelaskan secara rinci prinsip kerja dan mekanisme alat dari setiap
tahapan proses dari klarifikasi.
3. Menjelaskan faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi mutu proses
dan mutu produk dari proses klarifikasi.
4. Menyebutkan dan menjelaskan standar mutu produk yang harus
dipenuhi sebagai luaran dari proses klarifikasi.
5. Menjelaskan secara rinci komponen masukan dan luaran serta neraca
massa dari produksi CPO dari tandan buah sawit.

4.4. Proses Klarifikasi CPO


Minyak sawit yang keluar dari stasiun pengepresan masih berupa
minyak sawit yang sangat kasar. Maksud minyak sawit kasar ini adalah minyak
sawit yang kandungan material pengotornya masih sangat tinggi Material
pengotor ini dapat berupa partikel-pertikel padatan seperti serpihan
tempurung, serabut, tanah, serta material selain minyak lainnya baik padatan
maupun cairan. Keberadaan material-material ini berpotensi

41
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

menurunkan atau merusak mutu minyak melalui mekanisme reaksi oksidasi


maupun hidrolisis. Untuk menghasilkan produk minyak sawit yang memenuhi
standar mutu, maka minyak sawit kasar perlu dilakukan proses pembersihan
atau penjernihan, yang disebut sebagai proses klarifikasi (clarification).
Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan material-material
pengotor minyak melalui proses bertahap dengan kombinasi perlakuan
mekanis, fisik, dan kimia. Minyak perlu segera dibersihkan dengan maksud
agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan
oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan terdapat
cukup banyak air, demikian juga oksidasi akan terjadi karena adanya non-oil
solid yang berupa bahan organik dan anorganik seperti besi (Fe) dan tembaga
(Cu) yang berperan sebagai katalisator dalam mempercepat terjadinya reaksi.
Hasil dari proses klarifikasi adalah minyak sawit mentah (CPO) yang siap
untuk disimpan dan dikirim ke pabrik pengolahan lain untuk pemurnian lanjut
(refining) dan juga untuk pengolahan produk turunan lainnya. Secara umum
CPO harus memenuhi standar mutu dasar seperti nilai kadar asam lemak
bebas (free fatty acid), kadar air (moisture), dan kotoran (dirt). Nilai dari
standar mutu tersebut dapat mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia)
ataupun nilai standar yang ditentukan oleh perusahaan. Menurut SNI nilai
ALB tidak boleh lebih dari 5%, dengan kadar air kurang dari 0,5%, serta
kotoran di bawah 0,05%.
Dalam proses klarifikasi ada beberapa prinsip atau mekanisme yang
digunakan. Pemisahan minyak dan air dilakukan dengan memanfaatkan
perbedaan berat jenis. Pemisahan material padatan dapat digunakan prinsip
gaya sentrifugal dengan memutar bahan pada kecepatan tertentu sehingga
material padatan dengan berat jenis lebih tinggi dapat dipisahkan.

42
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 15. Alur proses klarifikasi minyak sawit.

Dalam proses klarifikasi ini ada beberapa tahapan proses yang dilaukan
pada beberapa unit atau alat pemurnian seperti vibrating screen, crude oil
tank (COT), continuous settling tank (CST), oil purifier, vacuum dryer, sand
cyclone, sludge centrifuge, dan oil recovery tank. Di bawah ini dijelaskan
proses dan mekanisme yang terjadi pada masing-masing tahap atau alat
tersebut, dan alur prosesnya dapat dilihat pada Gambar 15. Sementara itu
penampakan pabrik kelapa sawit khususnya pada stasiun klarifikasi
ditampilkan pada Gambar 16.

43
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 16. Penampakan stasiun klarifikasi pada pabrik kelapa sawit.

4.4.1. Vibrating screen


Minyak sawit kasar yang keluar dari proses pengendapan kotoran
(pasir) pada unit sand trap tank selanjutnya ditransfer menujut unit vibrating
screen dengan memanfaatkan prinsip gravitasi karena perbedaan ketinggian.
Vibrating screen atau ayakan bergetar ini digunakan untuk memisahkan
kotoran yang lolos dari sand trap tank dengan menggunakan mekanisme
ayakan ganda (vibrating screen double deck) yang digetarkan. Ayakan
pertama memiliki ukuran yang lebih longgar (30 mesh) dan ayakan ke dua
lebih rapat dengan ukuran 40 mesh. Minyak hasil penyaringan pada tahap ini
selanjutnya dialirkan menuju crude oil tank (COT). Sementara padatan yang
tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester menggunakan conveyor.
Pada Gambar 16 berikut ini disajikan skema proses filtrasi pada vibrating
screen. Sementara Gambar 17 memperlihatkan bentuk fisik dari vibrating
screen.

44
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 17. Mekanisme filtrasi dengan ayakan ganda pada vibrating screen

4.4.2. Crude oil tank (COT)

Minyak hasil penyaringan dari vibrating screen selanjutnya dialirkan


menuju crude oil tank (COT). Di dalam COT akan terjadi proses pemisahan
pasir halus yang dapat diendapkan sebelum selanjutunya dialirkan menuju
continuous settling tank (CST). COT ini semacam unit penampung sementara
minyak dari vibrating screen yang juga dilakukan proses penaikkan
temperaturnya. Pada Gambar 18 menunjukkan bentuk fisik dari COT.

45
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 18. Crude oil tank (COT).

4.4.3. Continuous settling tank (CST)

Minyak dari COT yang telah ditingkatkan temperaturnya kemudian


dialirkan menujut Continuous settling tank (CST) atau vertical clarifier tank
(Gambar 19). Unit ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari sludge
berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Sesuai namanya, maka unit ini
bekerja melalui mekanisme pengendapan secara kontinyu. Pada setiap
proses dibutuhkan waktu resistensi rata-rata selama 4 jam untuk
mendapatkan proses pemisahan yang baik. Minyak yang telah terpisah yang
berada pada bagian atas dikutip dengan bantuan skimmer menuju oil tank.
Bagian yang tidak dapat terendapkan sempurna, yaitu sludge yang masih
mengandung minyak, dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen
single deck sebelum nantinya dibawa menuju sludge tank. Sementara itu,
sludge dan pasir yang mengendap di dasar CST di-blowdown untuk dibawa ke
fat pit. Rata-rata kapasitas sebuah CST sebesar 90 ton. Suhu di CST
dipertahankan pada 95ᵒC.

46
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 19. Vertical clarifier tank (VCT).

4.4.4. Oil tank

Oil tank adalah unit penampungan minyak hasil pemisahan dari


continuous settling tank. Unit ini juga berfungsi untuk mengurangi kandungan
lumpur dan kadar air minyak dengan prinsip pengendapan. Kapasitas rata-

rata oil tank di pabrik kelapa sawit adalah 60 m3. Pada tahap ini minyak tetap
dijaga pada temperature 90°C. Mekanisme kerja dari sebuah oil tank
diperlihatkan pada Gambar 20.

47
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 20. Mekanisme kerja oil tank.

4.4.5. Oil purifier (oil centrifuge)

Minyak dari oil tank selanjutnya dipompa menuju oil purifier atau oil
centrifuge untuk dilakukan pemurnian lanjut dengan memisahkan kotoran
(dirt) dan air (moisture) melalui mekanisme gaya sentrifugal. Dari unit ini akan
dihasilkan minyak dengan kadar kotoran maksimal 0,02%. Gambar 21
menunjukkan mekanisme kerja dari oil centrifuge.

48
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 21. Mekanisme kerja oil centrifuge.

4.4.6. Vacuum dryer

Dari oil purifier, selanjutnya minyak yang telah diturunkan kadar airnya
dialirkan menuju vacuum dryer untuk dilakukan pengeringan lanjut dengan
sistem penguapan hampa. Vacuum dryer ini berfungsi untuk mengeringkan
minyak pada kondisi vacum melalui proses penguapan agar kadar airnya lebih
rendah dari 0,15%. Minyak yang sudah mencapai standarisasi kemurniannya
akan dialirkan ke storage tank atau tangka penyimpanan. Gambar 22
memperlihatkan prinsip kerja dari vacuum dryer pada proses klarifikasi CPO.

49
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 22. Prinsip kerja vacuum dryer pada stasiun klarifikasi.

4.4.7. Storage tank

Minyak sawit yang telah melewati beberapa tahap klarifikasi dan telah
memenuhi standar mutu (ALB, kadar air, dan kadar kotoran) selanjutnya
dapat dialirkan menuju tangki penyimpan atau tangki timbun (storage tank).
Pada unit ini suhu CPO dijaga pada suhu optimal guna mencegah peningkatan
kadar asam lemak bebas. Kontrol mutu CPO dilakukan setiap hari oleh
petugas laboratorium. Gambar 23 memperlihatkan storage tank pada sebuah
pabrik kelapa sawit.

50
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 23. Storage tank.

4.5. Pemrosesan Sludge

4.5.1. Sludge tank

Sludge yang menjadi by-product dari proses klarifikasi pada unit


continuous settling tank (CST) masih mengandung minyak yang cukup tinggi
(5-10%). Kandungan minyak yang ada perlu dipisahkan untuk meningkatkan
produktivitas proses klarifikasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
sludge dari CST dialirkan dengan sistem underflow menuju vibrating screen
single deck untuk dilakukan proses penyaringan lanjut. Setelah melewati
proses ini kemudian hasil penyaringan ditransfer menuju sludge tank. Pada
sludge tank, proses pemisahan bagian sludge dilakukan pemanasan bahan
pada suhu 95ᵒC dengan menggunakan steam yang dialirkan melalui coil
pemanas. Hal ini untuk mempercepat proses pemisahan lumpur dari fase
minyak. Dengan pemanasan, densitas minyak menjadi lebih rendah dan
lumpur halus yang melekat pada minyak akan terpisah dan terendap pada
dasar tangki.

51
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

4.5.2. Sand cyclone dan buffer tank

Sludge yang terpisah dari sludge tank juga masih mengandung cukup
minyak untuk dapat dipisahkan. Untuk itu perlu proses pemisahan minyak
lebih lanjut. Proses lanjutannya adalah dengan mengalirkannya menuju sand
cyclone. Pada unit sand cyclone ini, bahan pengotor yang tercampur dalam
komposisi sludge ditangkap dan dibuang/dipisahkan. Prinsip pemisahan pada
sand cyclone terjadi melalui mekanisme pemisahan berat jenis antara
minyak, air, dan bahan padatan dengan bantuan tekanan angin. Minyak yang
berhasil dipisahkan pada sand cyclone selanjutnya dialirkan menuju buffer
tank.
Buffer tank berfungsi untuk menampung minyak hasil proses dari unit
sand cyclone. Pada unit ini dialirkan steam dengan suhu 80–95ᵒC agar terjadi
pemisahan minyak yang masih bercampur dengan kotoran halus dan air serta
dapat membantu kelancaran pada proses selanjutnya di sludge centrifuge.
Wujud dari buffer tank dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Buffer tank.

4.5.3. Sludge separator

Sludge separator atau sludge centrifuge ini berfungsi untuk mengutip


minyak sawit dari sludge yang telah mendapat perlakuan sebelumnya pada

52
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

buffer tank. Cairan sludge dari buffer tank dialirkan ke dalam bowl separator
dan diputar. Akibat adanya gaya sentrifugal maka masa yang berat jenisnya
lebih besar (air, lumpur, pasir) akan terdorong ke dinding bowl sehingga
cairan minyak yang lebih ringan berat jenisnya terdorong ketengah bowl dan
keluar melalui outlet tube. Dari proses ini kadar minyak akhir dari sludge akan
berada pada kisaran 0,4–0,6% saja.
Selanjutnya hasil dari sludge separator masuk menuju fat pit untuk
dipisahkan minyaknya kembali yang terdapat pada drab akhir. Minyak hasil
pemisahan dari sludge separator dan fat pit akan ditransfer menuju
continuous settling tank (CST) untuk proses pemurnian selanjutnya. Sebelum
dikirim menuju CST, minyak hasil pemisahan pada tahap ini ditampung pada
unit oil recovery tank. Sementara itu air dan lumpur yang merupakan bagian
terbesar dari sludge yang telah dipisahkan kandungan minyaknya ditransfer
menuju deoiling pond. Minyak yang kembali terpisah di bagian ini dapat
dikutip kembali ke sludge drain tank.

4.6. Neraca Massa Proses Produksi CPO


Pada proses produksi atau konversi dari suatu bahan mentah menjadi
suatu produk olahan sangat penting untuk mengetahui neraca massa selama
proses. Neraca massa merupakan sebuah kesetimbangan dari suatu sistem di
mana jumlah masukan (input) setimbang dengan jumlah luaran (output).
Jumlah masukan tidak selalu hanya satu jenis bahan, sebagian besar jumlah
masukan lebih dari satu jenis. Jumlah luaran juga demikian, kebanyakan lebih
dari satu jenis luaran, baik itu berupa produk utama, produk samping (by-
product), ataupun limbah (waste). Melalui analisis neraca massa, maka dapat
diidentifikasi komponen-komponen maupun proses-proses yang tidak
efisien.
Dalam proses produksi CPO dari tandan buah sawit (TBS) juga ada
beberapa komponen masukan dan beberapa komponen luaran. Komponen

53
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

masukan yang utama adalah TBS itu sendiri dan juga air (uap air). Sementara
produk utamanya adalah CPO. Pada umumnya proses ini menghasilkan CPO
dengan tingkat rendemen 22%. Di samping produk utama juga ada produk
samping yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti inti sawit (kernel).
Sementara itu lebih banyak jenis limbah yang dihasilkan dengan nilai
ekonomi yang berbeda-beda. Cangkang atau tempurung sawit dan serabut
atau serat memiliki nilai ekonomi sebagai bahan bakar boiler. Sementara
tandan atau janjangan kosong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada
perkebunan. Beberapa limbah yang kurang bernilai seperti lumpur (sludge),
abu sisa pembakaran boiler, dan juga limbah cair. Limbah cair menjadi limbah
yang memiliki porsi terbesar, baik berupa air kondensat maupun air buangan
dari campuran proses. Pada Gambar 25 disajikan neraca massa proses
konversi TBS menjadi CPO serta produk samping dan limbahnya.

54
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Gambar 25. Neraca massa produksi CPO dari tanda buah sawit.

4.7. Komposisi CPO


Lebih dari 99% komposisi CPO yang dihasilkan dari proses klarifikasi
merupakan komponen lipid, di mana sekitar 95%-nya berupa molekul
minyak/lemak (trigliserida) dan sisanya berupa molekul asam lemak bebas
(free fatty acid). Sementara itu komposisi lainya yang totalnya tidak lebih dari
1% berupa komponen non minyak seperti air, fosfatida, karoten, aldehid, dan
komponen lainnya dalam jumlah yang lebih kecil. Mengikuti Standar Nasional
Indonesia, jumlah air maksimal yang diperkenankan pada CPO adalah 0,5%.
Sebagai komponen utama dari CPO, trigliserida merupakan sebuah
melokul penyusun dari minyak atau lemak yang tersusun atas tiga molekul
asam lemak yang terikat pada sebuah molekul gliserol. Dengan definisi lain,

55
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

trigliserida merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak
(Gambar 26). Asam lemak penyusun trigliserida dapat berupa asam lemak
yang sama maupun asam lemak yang berbeda, baik dari sisi jumlah rantai
karbonnya ataupun dari sisi ada atau tidaknya ikatan rangkap. Susunan dan
komposisi asam lemak inilah yang membedakan berbagai jenis minyak nabati
atau hewani.

Gambar 26. Contoh struktur kimia dari trigliserida (sebuah gliserol dengan
tiga asam lemak, yaitu: asam plamitat, asam oleat, asam a-linolenat).

Komposisi asam lemak yang terkandung pada CPO cukup seimbang


antara jumlah asam lemak jenuh (asam lemak tanpa ikatan rangkap) dan
asam lemak tidak jenuh (asam lemak dengan ikatan rangkap). Jenis asam
lemak jenuh yang mendominasi komposisi CPO adalah asam palmitat (asam
lemak jenuh dengan 16 atom karbon) yaitu antara 42–45%, dan stearat (asam
lemak jenuh dengan 18 atom karbon), yaitu sekitar 4–5%. Sementara itu jenis
asam lemak tidak jenuh yang menyusun CPO didominasi oleh asam oleat
(C18:1) dan asam linoleat (C18:2), yang masing-masing menyusun sekitar
40% dan 10%. Tabel 7 berikut ini menyajikan komposisi asam lemak pada
CPO.

56
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Tabel 7. Komposisi asam lemak pada CPO.


Asam lemak Persentase terhadap asam lemak total
Nama Atom C* Kisaran Rata-rata
Asam laurat C12:0 0,1–1,0 0,2
Asam miristat C14:0 0,9–1,5 1,1
Asam palmitat C16:0 41,8–45,8 44,0
Asam palmitoleat C16:1 0,1–0,3 0,1
Asam stearat C18:0 4,2–5,1 4,5
Asam oleat C18:1 37,3–40,8 39,2
Asam linoleat C18:2 9,1–11,0 10,1
Asam linolenat C18:3 0,2–0,6 0,4
Asam arakidonat C20:0 0,2–0,7 0,4
*Cm:n; di mana m: panjang rantai karbon; n: jumlah ikatan rangkap.
Sumber: Hariyadi (2014).
4.8. Rangkuman
1. Ekstraksi CPO yang dihasilkan dari mesin press masih mengandung
material-material pengotor minyak berupa non-oil solid atau padatan
selain minyak, seperti pasir, lumpur, serpihan cangkang dan serat
sehingga diperlukan proses klarifikasi untuk mendapatkan CPO dengan
mutu yang diinginkan.
2. Tujuan dari proses klarifikasi CPO adalah untuk memperoleh mutu CPO
yang sesuai dengan standar mutu baik mengacu pada SNI ataupun
standar yang ditetapkan oleh perusahaan (nilai ALB, kadar air, dan kadar
kotoran).
3. Proses klarifikasi melibatkan mekanisme secara fisik/mekanik dan kimia,
seperti filtrasi, sedimentasi, sentrifugasi, dan evaporasi melalui perlakuan
parameter suhu, tekanan, waktu, dan juga kecepatan.
4. Proses klarifikasi menggunakan beberapa peralatan utama seperti
vibrating screen, crude oil tank (COT), continuous settling tank (CST), oil

57
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

purifier, vacuum dryer, sand cyclone, sludge centrifuge, dan oil recovery
tank.
5. Dalam proses klarifikasi akan dihasilkan limbah berupa sludge (campuran
air dan lumpur) yang masih mengandung minyak yang perlu dipisahkan
guna meningkatkan produktivitas dengan menggunakan beberapa
peralatan seperti sludge tank, sand cyclone, buffer tank, dan sudge
separator atau sludge centrifuge.
6. Neraca massa produksi CPO merupakan sebuah kesetimbangan dari
suatu sistem produksi CPO dari tandan buah sawit di mana jumlah
masukan (input) setimbang dengan jumlah luaran (output).

4.9. Latihan
1. Jelaskan alur proses tahap klarifikasi beserta mesin dan peralatan yang
digunakan!
2. Jelaskan prinsip kerja dan mekanisme alat dari setiap tahapan proses
dari klarifikasi!
3. Jelaskan faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi mutu proses dan
mutu produk dari proses klarifikasi!
4. Sebut dan jelaskan standar mutu produk yang harus dipenuhi sebagai
luaran dari proses klarifikasi!
5. Jelaskan secara rinci neraca massa proses produksi CPO dari tandan
buah sawit!

4.10. Bahan Bacaan Pendukung


Ayustaningwarno, F., 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit
Merah pada Industri Pangan. Undip Institutional Repository, 2:1-11.
Hariyadi, P., 2014. Mengenal Minyak Sawit dengan Beberapa Karakter
Unggulnya. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.
Ibrahim, N. A., 2015. Production, Processing, and Quality Specification of
Palm and Palm Kernel Products. Malaysian Palm Oil Board.

58
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Larasati, N., Chasanah, S., Machmudah, S., dan winardi, S., 2016. Studi Analisa
Ekonomi Pabrik CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dari
Buah Kelapa Sawit. Jurnal Teknik ITS, 5:212-215.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press,
Jakarta.
May, C. Y., 2013. Palm Oil: Processing, Utilization and Nutrition. Malaysian
Palm Oil Board.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pusat Data Informasi, 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Sulistyo, B., 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

59
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

5. PEMROSESAN BIJI KELAPA


SAWIT
5.1. Deskripsi Singkat
Maksud dari pemrosesan biji kelapa sawit (nut) di sini bukanlah proses
ekstraksi minyak yang terkandung pada bagian inti dari biji kelapa sawit,
melainkan penjelasan mengenai tahapan pemrosesan dari biji sawit yang
dihasilkan sebagai produk samping dari proses pengepresan buah sawit pada
produksi CPO. Pada bab ini dijelaskan tahapan-tahapan pemrosesan dari biji
sawit sehingga dihasilkan inti (kernel) sawit yang memenuhi standar mutu.
Inti sawit harus dibersihkan dari serabut, cangkang, dan pengotor lainnya
agar mampu memenuhi syarat mutu dalam proses pengolahan selanjutnya
untuk menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil) yang juga bermutu
baik.

5.2. Relevansi
Pemrosesan biji kelapa sawit merupakan proses penting dalam pabrik
kelapa sawit (PKS). Untuk menguasai teknologi proses pengolahan CPO, maka
penguasaan tahapan pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit menjadi suatu
hal yang penting. Inti sawit menghasilkan minyak inti sawit yang merupakan
bahan penting pada industri kosmetik. Guna memperoleh minyak inti yang
bermutu tentu saja diperlukan bahan baku awal yaitu inti sawit yang bermutu
pula. Salah satu faktor kritis dalam pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit
adalah kadar airnya sehingga memungkinkan inti sawit untuk dapat disimpan
lebih lama sebelum diolah lebih lanjut. Dengan

60
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

demikian bab tentang pemrosesan biji sawit ini sangat penting untuk
disajikan.

5.3. Kompetensi
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa akan memiliki kemampuan
dalam:

1. Menjelaskan secara rinci alur proses pemrosesan biji sawit (nut) menjadi
inti sawit (kernel) yang siap untuk disimpan dan didistribusikan.
2. Menyebutkan dan menjelaskan rangkaian peralatan yang digunakan
dalam pemrosesan biji sawit serta mampu menjelaskan mekanisme
kerjanya.
3. Menjelaskan standar mutu produk inti sawit yang siap untuk dilakukan
penyimpanan (storage).
4. Menjelaskan secara detail beberapa titik kritis dalam pemrosesan biji
sawit menjadi inti sawit.
5. Menjelaskan secara komprehensif pemanfaatan produk samping
ataupun limbah dari pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit.

5.4. Tahapan Pengolahan Biji Kelapa Sawit


Telah disebutkan di atas, bahwa yang dimaksud pemrosesan biji kelapa
sawit (nut) di sini adalah proses lanjutan dari bagian biji sawit (nut) yang
merupakan hasil samping dari tahap pengepresan buah sawit menjadi bentuk
inti sawit (kernel) yang siap untuk disimpan dan dikirim menuju unit
pengolahan minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Kandungan minyak
inti sawit dalam inti basah (kadar air sekitar 6%) dapat mencapai 40–50% dari
total berat inti. Mutu dari minyak inti sawit juga sangat tergantung pada baik
atau tidaknya proses penanganan inti kelapa sawit. Secara umum, tahapan
pemrosesan biji sawit ini meliputi proses pemisahan serat (depericarping),
pemecahan dan pemisahan cangkang, pengeringan inti,

61
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

penyimpanan, serta pengiriman. Secara lengkap, proses pengolahan biji


sawit disajikan pada alur proses seperti pada Gambar 27.

Gambar 27. Alur proses pengolahan biji sawit (nut) menjadi inti sawit (kernel).

5.4.1. Pemisahan serat

Proses pemisahan serat dilakukan pada unit depericarper. Unit ini


berfungsi untuk memisahkan serat yang tercampur dengan biji serta

62
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

menghilangkan serat yang tertinggal atau masih menempel pada cangkang.


Pemisahan serat dari biji dimulai pada unit cake breaking conveyor (CBC).
CBC adalah sebuah tipe screw conveyor (Gambar 28) di mana pada
bagian porosnya terpasang bilah-bilah (paddle) yang berfungsi mencabik-
cabik dan mengurai campuran atau gumpalan biji dan serat yang mengalir di
dalamnya sehingga pada tahapan selanjutnya dapat lebih mudah untuk
dipisahkan. CBC juga berfungsi untuk mengeringkan campuran biji dan serat
tersebut guna mempermudah proses pemisahan atau penghisapan serat
oleh unit fibre cyclone. Pemanasan CBC dilakukan dengan sistem pemanas
mantel (steam jacket). Melalui CBC ini juga campuran biji dan serat dibawa
menuju proses selanjutnya.

Gambar 28. Ilustasi bagian-bagian dari cake breaker conveyor.

Dari CBC, campuran biji dan serat akan masuk ke unit fibre cyclone.
Fibre cyclone merupakan unit untuk memisahkan fase ringan dan fase berat.
Fase ringan terdiri dari serat, pecahan cangkang tipis, debu, dan juga pecahan
inti halus. Sementara fase berat terdiri dari biji utuh, biji pecah, inti utuh,
maupun inti pecah. Pemisahan fase ringan ini dilakukan dengan prinsip
penghisapan oleh blower (kipas). Serat atau fase ringan lain yang terhisap
akan jatuh pada penampung air lock dan akan dikirim menuju stasiun boiler
untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sementara itu, biji

63
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

akan jatuh pada unit nut polishing drum. Ilustrasi unit depericarper yang
terdiri dari cake breaker conveyor, fiber cyclone, dan nut polishing drum
disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29. Ilustrasi unit depericarper yang terdiri dari cake breaker
conveyor, fiber cyclone, dan nut polishing drum.

Nut polishing drum (Gambar 30) adalah sebuah unit yang berupa
sebuah tabung (drum) yang berfungsi untuk menghilangkan serat yang masih
menempel pada pada cangkang dari biji. Seluruh serat yang masih menempel
pada cangkang biji harus dihilangkan karena dapat mengganggu proses
pemecahan biji pada nut cracker. Biji yang masih berserat menyebabkan daya
pentalnya (collision) berkurang atau tidak maksimal, sehingga proses
pemecahan biji menjadi tidak optimal.

Gambar 30. Tampak luar dan tampak dalam dari unit nut polishing drum.

64
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Prinsip kerja dari nut polishing drum adalah penggesekan biji sawit
secara berulang-ulang pada sebuah drum bersekat yang berputar.
Perputaran tabung akan menimbulkan terjadinya gesekan-gesekan berulang
yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada biji dapat terkikis
dan terpisah. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah
unit polishing drum antara lain kecepatan putar, kondisi permukaan dalam,
kekuatan hisapan angin, serta sudut kemiringannya. Sudut kemiringan drum
akan mempengaruhi lama waktu biji berada pada drum. Semakin lama waktu
pemolesan, maka mutu biji akan semakin baik. Sementara itu untuk
penghisapan dilakukan guna membuang serat halus yang terkelupas atau
terlepas dari cangkang biji.

Gambar 31. Nut silo beserta bagian hopper-nya.

Biji yang telah dipoles selanjutnya akan diangkut oleh nut conveyor
menuju destoner (second depericarper) yang berfungsi untuk memisahkan
batu dan benda-benda yang memiliki massa jenis lebih berat, seperti batu
kerikil. Setelah itu biji yang telah bersih dimasukkan ke dalam nut silo
(Gambar 31). Fungsi nut silo adalah sebagai tempat penampungan biji
sementara sebelum masuk ke ripple mill. Di dalam nut silo ini biji akan
dikeringkan untuk mengurangi kadar air inti sawit sehingga biji dan

65
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

cangkangnya mudah dipisahkan. Pengeringan dilakukan pada suhu 60-80°C


selama 6-18 jam.

5.4.2. Pemecahan cangkang biji

Dari nut silo, biji yang telah memenuhi standar kering dibawa menuju
unit pemecahan cangkang biji. Pemecahan cangkang dilakukan menggunakan
alat ripple mill atau nut cracker. Alat pemecah biji ripple mill dan nut cracker
merupakan alat yang berbeda karena memiliki prinsip kerja yang berbeda.

Gambar 32. Bagian-bagian dari ripple mill.

Prinsip kerja ripple mill adalah adanya dua bagian yang bekerja sinergis,
yaitu bagian yang berputar (rotating rotor) dan bagian yang diam (stationary
plate) yang berupa dinding bergerigi (Gambar 32). Proses pemecahan bijinya
adalah dengan pelemparan biji oleh rotor pada dinding bergerigi. Biji akan
mengalami frekuensi benturan yang tinggi sehingga akan

66
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

mengakibatkan cangkangnya pecah. Alat ini memungkinkan pemecahan biji


tanpa perlakuan pemeraman (fermentasi) dari biji pada nut silo asalkan pada
proses perebusan buah sawit dilakukan dengan sempurna melalui sistem tiga

puncak selama 90 menit pada tekanan 3 kg/cm2 yang setara dengan kadar air
15%.
Pengaturan alat ripple mill sangat mempengaruhi hasil pemecahan biji.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengaturannya
antara lain kecepatan putaran rotor, jarak antara rotor dengan plat bergerigi,
serta kondisi ripple mill sendiri. Putaran rotor yang terlalu cepat dapat
menyebabkan banyaknya biji yang hancur. Sementara putaran yang terlalu
lambat akan berakibat pada terdapatnya banyak biji yang belum pecah. Jarak
antara rotor dan plat bergerigi yang terlalu dekat juga dapat menyebabkan biji
hancur, begitu pula jarak yang terlalu lebar membuat proses pemecahan tidak
berjalan optimal.
Sementara itu pada nut cracker proses pemecahan biji dilakukan
dengan prinsip pembenturan biji pada dinding keras secara terus menerus
pada sebuah drum yang berputar. Keberhasilan proses pemecahan sangat
tergantung pada kecepatan putaran, diameter drum, serta karakter dan
massa dari biji. Biji yang kecil lebih sulit pecah daripada biji yang besar. Untuk
itu maka sebelum proses pemecahan menggunakan nut cracker, biji perlu
dikelompokkan (grading) berdasarkan ukurannya. Biasanya ukuran biji
dikelompokkan menjadi tiga kelompok (kecil: diameter 14 mm, sedang: 15–
17 mm, dan besar: ³18 mm) menggunakan alat nut grader. Biji yang kecil
perlu diberikan putaran yang lebih cepat dibandingkan biji yang lebih besar.
Ukuran biji yang lebih besar jika diberi perlakuan dengan kecepatan tinggi
maka akan menyebabkan biji hancur. Dengan demikian perlu disiapkan tiga
unit nut cracker yang memiliki kecepatan putar berbeda.

67
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Selain ukuran biji, karakter biji seperti masih adanya serat juga akan
menurunkan efektifitas proses pemecahan. Kadar air biji yang lebih rendah
juga akan memudahkan proses pemecahan serta menghasilkan biji utuh.
Kadar air yang ideal adalah 15%. Hal ini dapat dicapai dengan proses
pemeraman yang sempurna. Selain kadar air dan keberadaan serat, faktor
lain yang menghambat pemecahan biji dengan nut cracker adalah tingkat
kerekatan antara cangkang dengan inti. Senyawa pektin yang terdapat di
antara cangkang dan inti menyebabkan dua bagian itu merekat. Untuk itu
perlu dilakukan perombakan pektin melalui proses fermentasi dengan
pemeraman selama 24–48 jam sampai kadar air mencapai 15%.
Pemeraman biji dilakukan pada silo dengan pemanasan rendah untuk
mencapai suhu antara 40–60°C. Proses pemanasan suhu rendah ini juga
dapat membantu proses hidrolisis berjalan optimal. Panas yang terlalu tinggi
malah dapat mengakibatkan mengeringnya pektin, sehingga sulit untuk
dihidrolisis atau dirombak, dan akibatnya sulit dilakukan pemecahan bijinya.

5.4.3. Pemisahan cangkang

Inti yang telah terpisah sempurna dari cangkangnya akan dibawa


menuju kernel silo, dan cangkang yang telah terpisah akan diangkut dengan
konveyor menuju stasiun boiler. Sementara inti sawit yang masih bercampur
dengan potongan-potongan cangkang akan masuk menuju unit LTDS (light
tennera dry separation). Pada tahap ini, ada dua jenis LTDS, yaitu LTDS 1 dan
LTDS 2 yang bekerja secara berurutan. Pada LTDS 1, inti sawit yang masih
tercampur dengan potongan-potongan atau serpihan-serpihan cangkang
dipisahkan melalui mekanisme peniupan menggunakan kipas (fan). Objek
dengan massa jenis yang rendah akan terangkat dan tertampung

68
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

pada sebuah sebuah air lock untuk kemudian dikirim menuju boiler untuk
digunakan sebagai bahan bakar.
Luaran dari LTDS 1 masih tercampur dengan potongan-potongan
cangkang, untuk itu dilakukan pemisahan lagi pada LTDS 2. Mekanisme pada
LTDS 2 serupa dengan LTDS 1. Objek yang lebih ringan akan terhisap oleh
kipas dan dibawa menuju boiler, sementara objek dengan massa jenis yang
lebih besar akan jatuh ke bawah menuju unit pemisahan lanjut dengan
mekanisme yang berbeda yaitu claybath.

(alibaba.com)

Gambar 33. Bentuk claybath.

Claybath sendiri merupakan alat pemisahan cangkang dan inti


berdasarkan perbedaan massa jenis antara objek yang dipisahkan dengan
larutan tertentu (Gambar 33). Larutan yang digunakan berupa larutan
kalsium karbonat (CaCO3) yang diformulasikan secara khusus untuk
menghasilkan densitas atau massa jenis sebesar 1,12 kg/l. Angka tersebut
didasarkan pada berat jenis dari cangkang yang berada di atas nilai tersebut
yaitu 1,15–1,20 kg/l, sementara berat jenis inti sawit sekitar 1,07 kg/l.

69
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

Dengan konsep seperti itu, maka inti sawit dengan massa jenis yang jauh lebih
rendah akan mengapung dan secara otomatis akan terpisah dari potongan
cangkang. Inti sawit tersebut selanjutnya dibawa oleh sebuah wet
distribution conveyor menuju kernel silo dryer untuk dilakukan pengeringan.

5.4.4. Pengeringan inti sawit

Pada proses pengolahan sawit, di mana minyak merupakan bagian


utamanya, maka keberadaan air menjadi elemen kritis sebagai penyebab
kerusakan produk. Kerusakan bahan atau produk karena keberadaan air
dapat disebabkan adanya reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak
bebas, pemecahan protein, dan juga hidrolisis karbohidrat.
Pada pemrosesan inti sawit secara basah, maka kandungan air pada inti
akan cukup tinggi, yaitu sekitar 15–25%. Agar inti tidak mengalami kerusakan
pada saat proses, penyimpanan, maupun pengangkutan, maka kandungan air
harus diturunkan pada batas tertentu di mana mikroorganisme terhambat
untuk berkembang biak. Selain itu juga perlu diperhatikan proses dan kondisi
penyimpanan serta interaksi antara kelembaban udara dengan kadar air inti.
Kadar air inti yang direkomendasikan selama penyimpanan adalah 6–7%
dengan kelembaban nisbi ruang penyimpanan sebesar 70%. Kondisi ini dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak mutu.
Pada umumnya, inti sawit yang telah kering tidak ditemukan sejenis
plant enzim atau enzim pendegradasi bawaan dari produk/bahan. Akan
tetapi dapat dijumpai enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme yang ada
pada bahan/produk. Bagian permukaan dari inti sawit merupakan bagian
yang paling cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme. Keberadaan spora
atau miselium paling banyak ditemukan pada bagian permukaan inti sawit.
Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan enzim yang akan merusak

70
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

metabolit pada inti sawit seperti lemak, protein, karbohidrat, dan juga
vitamin melalui mekanisme hidrolisis ataupun oksidasi.
Kadar air permukaan inti sawit dari hasil proses pemisahan basah dapat
diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar (vibrating screen) dengan
dibantu pemberian uap panas. Inti sawit yang memiliki kadar di bawah 7%
dapat disimpan selama 6 bulan. Inti sawit yang pecah cenderung
menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan asam lemak bebas yang lebih
cepat dibandingkan inti sawit yang utuh.
Pengeringan inti sawit atau kernel yang telah bersih dari cangkangnya
tetapi masih basah dilakukan pada kernel silo dryer (Gambar 34). Unit ini
mengeringkan inti sawit hingga kadar airnya mencapai 7%. Pengeringan
dilakukan pada temperatur 60–80°C selama kurang lebih 8 jam. Pengeringan
dilakukan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihembuskan oleh fan kernel silo ke dalam kernel silo. Inti yang telah kering
ini selanjutnya ditransfer menuju kernel bulk silo sebagai unit penyimpanan.

Gambar 34. Gambaran unit silo dryer.

71
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

5.4.5. Penyimpanan dan pengiriman inti sawit

Inti sawit yang telah kering dengan mutu yang memenuhi standar akan
disimpan di ruang penyimpanan. Inti sawit akan dikemas dalam karung
berkapasitas 50 kg dan disusun dengan batas tumpukan antara 5–10 tingkat.
Pengiriman inti sawit dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) di mana
batch yang pertama diproduksi akan dikirim atau dijual terlebih dahulu
sehingga meminimalkan risiko kerusakan akibat penyimpanan yang terlalu
lama. Proses muat pada transporter dilakukan pada unit dispatch.
Keseluruhan proses sampai pada tahap pengiriman digambarkan dalam
sebuah alur proses seperti disajikan pada Gambar 35.

Gambar 35. Aliran proses pemrosesan biji kelapa sawit menjadi inti sawit.

72
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

5.5. Rangkuman
1. Inti sawit diperoleh melalui pemrosesan biji buah kelapa sawit yang
dihasilkan dari proses pengolahan CPO dengan cara memecah dan
memisahkan bagian cangkangnya.
2. Pada dasarnya ada lima tahapan utama pemrosesan biji sawit menjadi inti
sawit yaitu tahap pemisahan/pembersihan serat, tahap pemecahan
cangkang, tahap pemisahan cangkang, tahap pengeringan inti sawit, dan
tahap penyimpanan dan pengiriman.
3. Beberapa alat yang digunakan dalam pemrosesan biji sawit menjadi inti
sawit antara lain cake breaker conveyor dan nut polishing drum pada
tahap pemisahan serat, ripple mill atau nut cracker untuk pemecahan
cangkang, LTDS (light tennera dry separation) dan claybath untuk
pemisahan cangkang, serta kernel silo dryer untuk pengeringan inti.
4. Beberapa titik kritis pada pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit adalah
kadar air produk akhir dan tingkat kelembaban selama penyimpanan
serta tingkat keutuhan dari inti sawit. Kadar air yang melebihi standar
(7%) memicu berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak mutu
produk. Inti sawit yang pecah cenderung menunjukkan kecepatan reaksi
pembentukan asam lemak bebas yang lebih cepat dibandingkan inti sawit
yang utuh.
5. Pengiriman inti sawit dilakukan dengan sistem FIFO (first in first out) di
mana batch yang pertama diproduksi akan dikirim atau dikeluarkan
terlebih dahulu sehingga meminimalkan risiko kerusakan akibat
penyimpanan yang terlalu lama.

5.6. Latihan
1. Jelaskan secara rinci alur proses pemrosesan biji sawit (nut) menjadi inti
sawit (kernel) sampai pada tahap penyimpanan!

73
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT

2. Sebutkan rangkaian peralatan yang digunakan dalam pemrosesan biji


sawit serta jelaskan mekanisme kerja dari masing-masing alat tersebut!
3. Jelaskan standar mutu produk inti sawit yang siap untuk dilakukan
penyimpanan (storage)!
4. Jelaskan secara detail beberapa titik kritis dalam pemrosesan biji sawit
menjadi inti sawit!
5. Jelaskan secara komprehensif pemanfaatan produk samping ataupun
limbah dari pemrosesan biji sawit menjadi inti sawit!

5.7. Bahan Bacaan Pendukung


Ezeoha, S. L., Akubuo, C. O., Odigboh, E. U., dan Arallo, M., 2017. Performance
Evaluation of Magnus Screw Press (Model MS-100) for Palm Kernel Oil
Extraction. Nigerian Journal of Technology, 36:636-642.
Ibrahim, N. A., 2015. Production, Processing, and Quality Specification of
Palm and Palm Kernel Products. Malaysian Palm Oil Board.
Larasati, N., Chasanah, S., Machmudah, S., dan Winardi, S., 2016. Studi Analisa
Ekonomi Pabrik CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dari
Buah Kelapa Sawit. Jurnal Teknik ITS, 5:212-215.
May, C. Y., 2013. Palm Oil: Processing, Utilization and Nutrition. Malaysian
Palm Oil Board.
Pahan, I., 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sulistyo, B., 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk
Turunannya. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy