Content-Length: 168707 | pFad | https://www.academia.edu/28909546/_ONTOLOGI_

(DOC) " ONTOLOGI "
Read your PDF for free
Sign up to get access to over 50 million papers
By continuing, you agree to our Terms of Use
Continue with Email
Sign up or log in to continue reading.
Welcome to Academia
Sign up to continue reading.
Hi,
Log in to continue reading.
Reset password
Password reset
Check your email for your reset link.
Your link was sent to
Please hold while we log you in
Academia.eduAcademia.edu

" ONTOLOGI "

TUGAS FILSAFAT ILMU & LOGIKA “ONTOLOGI” DISUSUN OLEH : MEYFITRI HEAVENDYA 13.30.0150 ARMELIA MAHARANI 13.30.0207 GALIH KUSUMA ANDIRA 13.30.0213 AGAM ATYLLA 13.30.0222 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016 Istilah yang kita pakai untuk menunjukkan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman manusia disebut empiris. Fakta empiris adalah fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan panca inderanya. Ruang lingkup kemampuan panca indera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu pancaindera tersebut membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris. Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai obyek – obyek empiris. Ilmu menganggap bahwa obyek – obyek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin – menjalin secara teratur. Metafisika : Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yan sangat mendasar yang berada diluar pengalaman manusia. Metafisika berasal dari kata meta dan fisika, yang artinya meta ; sesudah, selain atau dibalik sedangkan fisika berarti nyata atau alam fisik. Dari ilmu filsafat metafisika adalah ilmu yang memikirkan hakikat dibalik alam nyata. Metafisika juga membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap pancaindra. Terdapat beberapa tafsiran-tafsiran mengenai metafisika ontology : Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan wujud-wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Animisme merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini; dimana manusia percaya bahwa terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti batu, pohon dan air terjun. Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa gejala – gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia – fisika semata. Bagi kaum Vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan proses tersebut di atas. Berdasarkan perkembangannya Christian Wolff (1679-1757) membagi metafisika menjadi dua yaitu : Metafisika Umum Membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Metafisika Khusus Terbagi atas ;  kosmologi yang membicarakan alam semesta, Psikologi adalah cabang ilmu filsafat tentang jiwa manusia dan teologi adalah cabang ilmu yang khusus membicarakan Tuhan. Kajian Ontologi ditempatkan sebagai satu dari 3 pilar ilmu pengetahuan, yakni : Deterministik. Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dahulu. Pilihan Bebas. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitive bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu. Probabilistik. Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan. Dalam ilmu ekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik menurut kriteria ilmu ekonomi. Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya. Secara lebih terperinci ilmu mempunyai dua asumsi mengenai obyek empiris. o Asumsi pertama menganggap obyek – obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini kita dapat mengelompokkan beberapa obyek yang serupa ke dalam satu golongan. Individu – individu dalam suatu kelas tertentu mempunyai ciri – ciri yang serupa, maka ilmu tidak berbicara mengenai kasus individu melaikan suatu kelas tertentu. Istilah manusia umpamanya memberikan pengertian tentang suatu kelas yang anggota – anggotanya mempunyai ciri – ciri tertentu yang serupa. o Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan ini bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak memungkinkan dilakukan bila obyek selalu berubah – ubah tiap waktu. Ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat – sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Pengakuan bahwa benda – benda dalam jangka panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu berbeda – beda untuk tiap benda. Hal sesungguhnya yang menjadi obyek dalam Ilmu Pengetahuan yaitu : Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, membikin irigasi , membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah – masalah seperti itu. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Ruang penjelajahan keilmuan kemudian menjadi “ kapling – kapling “ berbagai disiplin keilmuan. Kapling ini makin lama makin sempit sesuai dengan perkembangan kuantitatif disiplin keilmuan. Sering kita temui tendensi imperialistik dari seorang ilmuwan yang menuntut disiplin teritorial keilmuan lain. Masalah kapling jika dikaitkan dengan asumsi – asumsi yang dipakai oleh masing – masing disiplin. Sekiranya “ x mengasumsikan y” pada kapling orang lain, di mana dalam kapling tersebut berlaku “y mengasumsikan x”, semuanya terbalik. Hakekat ilmu tidak berhubungan dengan ritel, profesi atau kedudukan, hakekat ilmu ditentukan oleh cara berfikir menurut persyaratan ke ilmuwan. Ilmu bersifat terbuka, demokratis dan menjungjung kebenanaran di atas segala – galanya. Terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan : Yang pertama adalah berfikir secara rasional, dimana berdasarkan faham rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Pikiran manusia dapat mengetahui ide tersebut, namun tidak menciptakannya, dan tidak mempelajarinya lewat pengalaman. Oleh sebab itu maka muncullah kemudian suatu pola berfikir lain, yang merupakan cara yang sama sekali berlawanan dengan rasionalisme, yang dikenal dengan nama empirisme. Menurut mereka pengetahuan ini tidak secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh dari pengalaman. Lalu berkembanglah apa yang dinamakan pola berfikir empiris, yang semula berasal dari sarjana – sarjana Islam kemudian terkenal di dunia Barat lewat tulisan Francis Bacon. Akhirnya kedua belah pihak saling menyadari bahwa rasionalisme dan empirisme mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Cabang Ilmu Pengetahuan : Cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu – ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu – ilmu sosial. Ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika , kimia, astronomi dan ilmu bumi. Ilmu – ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu – ilmu terapan, cabang – cabang ini berkembang menjadi banyak sekali, kimia saja umpamanya, mempunyai 150 disiplin. Ilmu – ilmu sosial berkemang agak lambat dibandingkan dengan ilmu – ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu – ilmu sosial yakni : antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan lewat proses pertukaran, sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bergaya). Ilmu murni merupakan kumpulan teori – teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah – masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah – masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis. Berkembang ilmu sosial terapan yang merupakan aplikasi berbagai konsep dari ilmu – ilmu sosial murni kepada suatu bidang telaahan sosial tertentu. Skema Cabang Ilmu Pengetahuan : Keterangan : Epistemologi : pengetahuan tentang pengetahuan Logika : menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya berpikir sehat Kritik ilmu-ilmu : menyelidiki titik pangkal, metode dan objek dari ilmu-ilmu Ontologi :  pengetahuan tentang “semua pengada sejauh mereka ada” Teologi metafisik : (disebut juga teodise atau filsafat ketuhanan) berbicara tentang pertanyaan apakah Tuhan ada dan nama-nama tentang Ilahi Antropologi : berbicara tentang manusia Kosmologi : (disebut juga filsafat alam) berbicara tentang alam, kosmos Etika : (disebut juga filsafat moral) berbicara tentang tindakan manusia Estetika : (disebut juga filsafat seni) menyelidiki mengapa sesuatu dialami sebagai indah Sejarah filsafat : mengajarkan apa jawaban pemikir-pemikir sepanjang zaman Daftar Pustaka Bakker, Anton, 1992, Ontologi Metafisika Umum , Yogyakarta: Pustaka Kanisius. Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan








ApplySandwichStrip

pFad - (p)hone/(F)rame/(a)nonymizer/(d)eclutterfier!      Saves Data!


--- a PPN by Garber Painting Akron. With Image Size Reduction included!

Fetched URL: https://www.academia.edu/28909546/_ONTOLOGI_

Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy