Laporan Praktikum 1 - Chesi Hardiana - 220301068 - AGT 2
Laporan Praktikum 1 - Chesi Hardiana - 220301068 - AGT 2
Laporan Praktikum 1 - Chesi Hardiana - 220301068 - AGT 2
PRAKTIKUM 1
MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT
OLEH :
NAMA: CHESI HARDIANA MANALU
NIM: 220301068
KELAS: AGROTEKNOLOGI-2
FAKULTAS PERTANIAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Adapun judul laporan ini adalah “Morfologi Tanaman Kelapa Sawit” yang
Meiriani,M.P.Selaku dosen mata kuliah serta kepada Abang dan kakak asisten yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENDAHULIAN
Tujuan Praktikum.....................................................................................
KegunaanPenulisan .................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil ......................................................................................................
Pembahasan ..........................................................................................
KESIMPULAN
Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang menjadi salah
satu faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu sub
sektor perkebunan yang cukup besar potensinya dalam perekonomian Indonesia adalah
perkebunan kelapa sawit. Perkembangan sektor perkebunan di Indonesia menjadi
prioritas utama pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta
meningkatkan devisa negara karena menjadikan komoditas perkebunan sebagai
komoditas ekspor yang sangat diandalkan oleh negara Indonesia (Rosa,2017)
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari afrika barat, merupakan
tanaman penghasil utama minyak nabati yang produktivitasnya paling tinggi
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit pertama kali
diperkenalkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit pada
awalnya dibudidayakan sebagai tanaman hias, sedangkan pembudidayaan tanaman
untuk tujuan komersial baru dimulai pada tahun 1911 (Sidauruk,2017).
Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai
ekonominya cukup tinggi. Para investor mengivestasikan modalnya untuk membangun
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Selama tahun 1990-2000, luas areal
perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% jika
dibandingkan akhir tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha. Rata-rata produktivitas
kelapa sawit mencapai 1,396 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3,50
ton/ha/tahun untuk perkebunan besar. (Suriana,2019)
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan
datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit,
maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah
bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu adanya pengawasan bibit
2
yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre Nursery) dan di pembibitan utama (Main
Nursery). Pada pembibitan ini, perlu adanya pengamatan secara visual terhadap
penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal dengan bibit abnormal yang
diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik (Nengsih,2016).
Tanaman kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang membutuhkan
penyinaran yang normal dimana lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit
antara 5-7 jam/hari, oleh karena itu jarak tanam kelapa sawit harus dibuat dengan ukuran
9m x 9m x 9m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup untuk
menghindari etiolasi. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu
1.500 - 4.000 mm pertahun, sehingga kelapa sawit akan berbuah lebih banyak di daerah
dengan curah hujan yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pelepah yang dihasilkan tanaman kelapa sawit yang di tanam di Papua lebih banyak
dibandingkan dengan yang di tanam di daerah Sumatera (Yudistina,2017).
Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24 - 28℃. Kelembaban
optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-
6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis
tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik,
dataran pantai dan muara sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di
daerah bertanah Podzolik jika dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut. Tingkat
keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki
tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan
solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan kebun kelapa sawit
sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi 15° maka
diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda, rorak dan
parit kaki bukit (Uktoro,2018).
3
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum kali ini ialah untukmengetaui morfologi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan pada kelapa sawit.
Kegunaan Penulisan
Penulis berharap agar jurnal ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi pembaca, khususnya mahasiswa agroteknologi dan praktikan tanaman
perkebunan.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kingdom :Plantae
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledone
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : E. guineensis Jacq
Morfologi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk
akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke
bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh
Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi
batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai
pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman diselimuti
bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering
Daun
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan ini
menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Daun berwarna hijau tua dan pelepah
berwarna sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun
pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu
Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan
betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu
pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga jantan
memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar (Suhatman,2016).
Buah
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya (Haryanti,2014).
bunga, waktu perbungaan, dan menjadi buah sangat menentukan keberhasilan sebuah
kegiatan perkawinan antar pohon (Mentari,2018).
Proses kematangan juga ditandai dengan kemampuan buah untuk mudah
terlepas dari tandan, yang disebut dengan istilah brondolan. Semakin matang buahnya,
akan semakin mudah pula buah tersebut terlepas dari tandannya. ingkat kematangan
kelapa sawit disebut dengan fraksi terdiri dari fraksi 00, fraksi 0, fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3,
fraksi 4 dan fraksi 5. Acuan kematangan yang digunakan adalah dengan menghitung
jumlah buah membrondol di sekitar pokok pohon.( Pratama,2017).
Syarat Tumbuh
Iklim
Menurut (Rahmasita,2017), kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar di
hutan-hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan
yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal diantaranya:
a. Kelapa sawit adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis
lintang 130C Lintang Utara dan 120C Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia
dan Amerika.
b. Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai
berikut :
• Curah hujan per tahun adalah 1500-4000 mm, optimal 2000-3000 mm.
• Suhu optimum yang dikehendaki adalah 280C dan tinggi tempat optimal adalah
0 500 meter dari atas permukaan laut
• Kelembaban rata-rata 75 %.
dan umur tanaman kelapa sawit. Faktor teknik budidaya meliputi pemupukan,
konservasi tanah dan air, pengendalian gulma, ha, dan penyakit tanaman, serta kegiatan
pemeliharaan lainnya. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi
satu sama lainnya. Ketiadaan atau terganggunya salah satu faktor akan sangat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga produktivitas menjadi
tidak optimal.
Tanah
Menurut (Febrianto,2019) meyebutkan bahwa ada beberapa tipe tanah yang baik
untuk budidaya kelapa sawit.
a. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi kelapa sawit dapat
tumbuh optimal pada jenis tanah Latososl, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial.
b. Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman
kelapa sawit yang optimal adalah sebagi berikut :
Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam atau menghindari tanah
tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.
Solum cukup dalam (sekitar 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak
terganggu.
Reaksi tanah masam dan pH antara 4,0-6,5 ( pH optimumnya 5 – 5,5 ).
Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan
draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas
Hasil
DOKUMENTASI KETERANGAN
3.DAUN
Daun kelapa sawit berbentuk meyerupai
bulu ayam atau burung dan di bagian
DAUN 4.
pinggir terdapat duri-duri tajam. Di bagian
tengah-tengah setiap anak daun
terbentuk lidi sebagai tulang daun. Fungsi
DASAR PUCUK daun kelapa sawit sebaga tempat
berlangsungnya proses fotosintesis.
Pembahasan
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar
tunggang. Radikula pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam
bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit
terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh
vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Kedalaman perakaran tanaman
kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Beberapa akar
napas tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Hal ini
sesuai dengan literatur Rahmasita (2017) yang menyatakan bahwa Tanaman kelapa
sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier
dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
10
Batang kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, buah dan
bunga serta sebagai sistem pembulu yang mengangkut air, hara, mineral dan hasil
fotosintesis dari akar keseluruh bagian kelapa sawit dan penimbun zat makanan.
Pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Batang tanaman kelapa sawit
memiliki pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas
walaupun daun telah kering dan mati dan pada tanaman kelapa sawit yang telah tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga
batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas. Batang umumnya berbentuk
silindris yang berdiameter 0,5 m. Batang kelapa sawit masih terbungkus oleh pelepah
daun yang belum dipangkas tunasnya hingga berumur 3 tahun. Tinggi batang kelapa
sawit sangat dipengaruhi oleh bahan tanaman (indukan), pemupukan, umur, iklim, dan
kerapatan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Febrianto(2019) yang mengatakan
bahwa Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi
batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai
pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.
Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam, pada
bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di
kedua sisinya. Tahap perkembangan daun yaitu : (1) lanceolate, daun awal yang keluar
pada masa pembibitan berupah helaian daun yang utuh, (2) Bifurcate, bentuk daun dan
helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka, (3) Pinnate, bentuk daun
dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas
dan kebawah. Tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah )
pertahun sedangkan pada tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun. Panjang
pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m
dengan lebar tengah ± 6 cm. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman
dewasa adalah 40 – 56 pelepah selebihnya dibuang saat panen. Hal ini sesuai dengan
literatur Syarovy (2015). yang mengatakan bahwa Seperti jenis palma lainnya, daunnya
10
tersusun majemuk menyirip. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman
kelapa. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.Panjang
pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara
250–400 helai.
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyerbukan silang, yaitu bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan
dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Dari
setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina. Bunga kelapa sawit
mulai muncul pada umur ± 14 – 18 bulan, pada mulanya yang keluar pertama kali adalah
bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina, akan tetapi pada
bunga kelapa sawit sering muncul bunga banci (hermafrodit) yaitu tandan bunga
memiliki dua jenis kelamin. Bunga jantan memiliki 100-250 spikelet sedangkan bunga
betina terdiri dari 100-200 spikelet. Hal ini sesuai dengan literatur Suhatman (2016).
yang mengatakan bahwa Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin)
dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.
Buah sawit tersusun dari endocarp, eksocarp, mesocarp, embrio, dan
endosperm. Eksokarp atau kulit luar memiliki bentuk yang keras dan lici. Buah muda
berwarna hijau pucat dan semakin tua warnanya berubah menjadi oranye merah atau
kuning oranye. Mesokarp atau sabut memiliki jaringan-jaringan yang berbentuk sel
pengisi seperti spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO)
jika buah sudah masak. Endokarp atau tempurung memiliki tekstur yang lunak dan
berwarna putih ketika masih muda dan akan berubah menjadi keras dan berwarna hitam
ketika buah sudah tua. Varietas kelapa sawit dibedakan berdasarkan ketebalan
tempurung atau cangkangnya yaitu varietas pisifera, dura, dan tenera. Kernel atau biji inti
10
dapat disamakan dengan daging buah kelapa sayur, tetapi bentuknya lebih padat dan
tidak berisi air buah. Kernel mengandung sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih,
dan bermutu sangat tinggi. Buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles) jika warnanya
sudah berubah menjadi oranye. Daging buah terdiri atas minyak, air, dan serat. Serat
buah terdiri atas ellulose dan lignin. Kadar air mina berubah menurut kematangan buah,
sedang kadar serat pada daging bua hampir tetap yaitu 13% terhadap berat buah sejak 3
bulan sesudah anthesis hingga buah matang. Hal ini sesuai dengan literatur (Setiawan,
2016). Yang mengatakan bahwa Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam,
ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak
bertambah sesuai kematangan buah.
Rangkaian bunga betina kelapa sawit tersusun moleh sejumlah spikelet secara
spiral pada rakila atau sumbu pembungaan. Sedangkan tiap spikelet disusun oleh 10 –
26 individu bunga. Rangkaian bunga tersebut dibungkus oleh dua lapis seludang;
seludang bagian luar bertekstur kasar dan berwarna cokelat kusam sedangkan seludang
bagian dalam mempunyai ciri agak tebal dan kaku. Biasanya rangkaian bunga muncul
dari ketiak pelepah daun pada lingkaran keempat yaitu suatu kumpulan pelepah daun
keempat dihitung dari lingkaran pelepah daun muda.Hal ini sesuai dengan literatur
Mentari (2018) yang menyatakan bahwa Pengamatan terhadap siklus
perkembanganmbunga hingga buah bisa menjadi acuan terhadap,waktu dan
dibutuhkan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan produksi
buah yang rendah perkembangan kuncup menjadi calon bunga, waktu perbungaan, dan
menjadi buah sangat menentukan keberhasilan sebuah kegiatan perkawinan antar
pohon.
Kematangan buah juga diindikasikan dengan terlepasnya buah dari tandan
secara alamiah. Buah mulai terlepas dari tandan ketika minyak telah optimum
tersintesis yaitu pada buah yang telah berumur 20 – 22 minggu setelah reseptik. Buah
sawit terbentuk setelah bunga betina diserbuki oleh serbuk sari dari bunga jantan yang
10
disebut sebagai polinasi. Buah sawit yang terbentuk akan berkembang dalam ukuran
dan berat dari reseptik hingga 100 hari atau lebih setelah .Kematangan buah sawit
merupakan proses biologi yang kompleks dimulai terbentuknya buah, perbesaran buah
(perkembangan daging buah/mesokarp dan pembentukan kernel) dan sintesis minyak
pada kernel dan mesocarp.Hal ini sesuai dengan literatur Pratama (2017) yang
menyatakan bahwa Proses kematangan juga ditandai dengan kemampuan buah untuk
mudah terlepas dari tandan, yang disebut dengan istilah brondolan. Semakin matang
buahnya, akan semakin mudah pula buah tersebut terlepas dari tandannya
13
KESIMPULAN
1.Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke
2.Pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
4.Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina. Bunga kelapa
5.Daging buah terdiri atas minyak, air, dan serat. Serat buah terdiri atas ellulose dan
lignin. Kadar air mina berubah menurut kematangan buah, sedang kadar serat pada
6.Rangkaian bunga tersebut dibungkus oleh dua lapis seludang; seludang bagian luar
bertekstur kasar dan berwarna cokelat kusam sedangkan seludang bagian dalam
7.Buah mulai terlepas dari tandan ketika minyak telah optimum tersintesis yaitu pada
DAFTAR PUSTAKA
Alvi, B., Ariyanti, M., & Maxiselly, Y. (2018). Pemanfaatan beberapa jenis urin ternak
sebagai pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbeda pada tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) di pembibitan utama. Kultivasi, 17(2), 622-
627.
Asbur, Y., Rambe, R. D. H., Purwaningrum, Y., & Kusbiantoro, D. (2018). Potensi beberapa
gulma sebagai tanaman penutup tanah di area tanaman kelapa sawit
menghasilkan. Jurnal penelitian kelapa Sawit, 26(3), 113-128.
Candra, R., Meganningrum, P., Prayudha, M., & Susanti, R. (2019). Inovasi baru buah
nanas sebagai alternatif pengganti feromon kimiawi untuk perangkap hama
penggerek batang (oryctes rhinoceros l.) Pada tanaman kelapa sawit di areal
Tanah gambut. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 22(2), 81-85.
Elvani, S. P., Utary, A. R., & Yudaruddin, R. (2016). Peramalan jumlah produksi tanaman
kelapa sawit dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated
Moving Average). Jurnal Manajemen, 8(1), 95-112.
Febrianto, E. B., Gunawan, H., & Sirait, N. V. (2019). Karakteristik Morfologi Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Varietas DyxP Dumpy dengan Pemberian Asam Humat
pada Media Tanah Salin di Main Nursery. Bernas: Jurnal Penelitian Pertanian,
15(2), 103-120.
Haryanti, A., Norsamsi, N., Sholiha, P. S. F., & Putri, N. P. (2014). Studi pemanfaatan
limbah padat kelapa sawit. Konversi, 3(2), 20-29.
Mentari, V. A., Handika, G., & Maulina, S. (2018). Perbandingan Gugus Fungsi dan
Morfologi Permukaan Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa Sawit Menggunakan
Aktivator Asam Fosfat (H3PO4) dan Asam Nitrat (HNO3). Jurnal Teknik Kimia
USU, 7(1), 16-20.
Nengsih, Y. (2016). Tumpangsari Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan
Tanaman Karet (Hevea brassiliensis L.). Jurnal Media Pertanian, 1(2), 69-77.
Pratama, R. D., Farid, M., & Nurdiansah, H. (2017). Pengaruh Proses Alkalisasi terhadap
Morfologi Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Penguat Komposit
Absorbsi Suara. Jurnal Teknik ITS, 6(2), F251-F254.
Puspita, F., Ali, M., & Pratama, R. (2017). Isolasi dan karakterisasi morfologi dan fisiologi
bakteri Bacillus sp. endofitik dari tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
Jurnal Agroteknologi Tropika, 6(2), 44-49.
Rahmasita, M. E., Farid, M., & Ardhyananta, H. (2017). Analisa morfologi serat tandan
kosong kelapa sawit sebagai bahan penguat komposit absorpsi suara. Jurnal
Teknik ITS, 6(2), A787-A792.
2
Rosa, R. N., & Zaman, S. (2017). Pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit (Elais
guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara. Buletin Agrohorti,
5(3), 325-333.
Sidauruk, A., & Pujianto, A. (2017). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Kelapa
Sawit Menggunakan Teorema Bayes. Data Manajemen dan Teknologi Informasi
(DASI), 18(1), 51-56.
Suhatman, Y., Suryanto, A., & Setyobudi, L. (2016). Studi Kesesuaian Faktor Lingkungan
dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Produktif
(Doctoral dissertation, Brawijaya University).
Suriana, N. (2019). Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit. Bhuana Ilmu Populer.
Syarovy, M., Ginting, E. N., & Santoso, H. (2015). Respon morfologi dan fisiologi tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap cekaman air. Warta PPKS, 20(2),
77-85.
Uktoro, A. I. (2018). Analisis Citra Drone untuk monitoring kesehatan tanaman kelapa
sawit. AGROTEKNOSE (Jurnal Teknologi dan Enjiniring Pertanian), 8(2).
Yudistina, V., Santoso, M., & Aini, N. (2017). Hubungan antara diameter batang dengan
umur tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa sawit. Buana
sains, 17(1), 43-48.
3
4
5
8
10
16
17
19