Budidaya Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
Budidaya Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
Budidaya Dan Pasca Panen Kelapa Sawit
Disususn oleh:
Adimas Rifqi Sanjaya 20170210127
Mutmainnatun R N 20170210
Arum Diana Putri 20170210137
Faris Amirullah Mujahid 20170210
Jihad Chandra H W 20170210
Produksi CPO juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
jumlah CPO yang diekspor. Data Badan Pusat Statistik, Ditjenbun, dan GAPKI
menunjukkan pertumbuhan produksi CPO tahun 2018 adalah 11,28% dari tahun
sebelumnya, dengan total produksi 47,39 jt ton. Seiring dengan hal tersebut,
pertumbuhan ekspornya juga meningkat sebesar 3,02% dengan total ekspor 32,02
juta ton tahun 2018. Data GAPKI juga meramalkan hasil produksi kelapa sawit
pada rentang waktu 2019-2025 akan terus meningkat seiring dengan permintaan
domestik dalam bentuk makanan, biodiesel, biohidrocarbon, dan tenaga listik
(PLN) yang juga meningkat.
Sejak 2004 penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi
tertinggi dalam pasar vegetable oil dunia yaitu mencapai sekitar 30 juta ton dengan
pertumbuhan rata-rata 8% per tahun, mengalahkan komoditi minyak kedelai sekitar 25
juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,8% per tahun. Komoditi lainnya yang banyak
digunakan adalah minyak bunga matahari yaitu sekitar 11,5 juta ton dengan
pertumbuhan rata-rata 2,2% per tahun. Dengan ketersediaan lahan dan iklim yang
mendukung, Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan trend tersebut. Sejumlah
kalangan (pengamat dan pelaku dunia usaha) optimis, Indonesia mampu menguasai
dan menjadi pemain nomor satu di pasar industri kelapa sawit dunia yang kini dikuasasi
oleh Malaysia. Saat ini saja Indonesia sudah menguasai 37% pasar dunia, sementara
Malaysia sebesar 42%. Diperkirakan, dalam dua tahun ke depan pangsa pasar
Indonesia akan dapat melampaui pangsa pasar Malaysia.
II. Botani dan Syarat Tumbuh
Daun kelapa sawit terdiri dari kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai
helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). Rachis merupakan tempat anak daun
melekat dan tangkai daun (petiole) merupakan bagian antara daun dan batang.
Seludang daun (sheath) berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi
kekuatan pada batang (Pahan, 2011). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.
Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya
sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan
tajam (Departemen Perindustrian, 2007).
Buah kelapa sawit menempel di karangan yang disebut tandan buah. Jumlah
buah dalam satu tandan bervariasi tergantung umur, umumnya dalam satu tandan
terdapat sekitar 1.600 buah. Ukuran buah dan berat buah juga bervariasi tergantung
letaknya dalam tandan. Total produksi TBS tergantung bobot tandan dan jumlah
tandan. Berat tandan buah tergantung pada jumlah spikelet, jumlah bunga per spikelet,
fruit set, berat buah dan efisiensi penyerbukan. Tanaman normal akan menghasilkan
20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan
per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.
Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27˚C
dengan suhu maksimum 33˚C dan suhu minimum 22˚C sepanjang tahun. Curah hujan
rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah
1250-3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang
dari 3 bulan), curah hujan optimal berkisar 1750-2500 mm. Lama penyinaran matahari
yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit
pada kissaran 50–90% (optimalnya pada 80%). Secara umum,kelapa sawitdapat
tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol,
dan Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman
efektif tanah yang baik adalah >100 cm. kemasaman (pH) tanah yang optimal
adalah pH 5.0–6.0 namun kalapa sawit masih toleran terhadap pH <5.0 misalnya
pada pH 3.5-4.0 (pada tanah gambut) (Sugiyono et al., 2003)
III. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan oleh petani sampel pada umumnya adalah areal hutan,
semak belukar dan pada areal alang-alang. Pembukaan areal tersebut ada yang
dilakukan secara mekanis dengan pembabatan dan secara kemis dengan menggunakan
herbisida seperti : Round Up 486 SL, Gramoxone 276 SL dan Clen-up 480 SL. Tahap
awal pengerjaan pembukaan lahan/areal khususnya pada hutan primer dan hutan
sekunder dapat dimulai dengan melakukan pengimasan, yaitu dengan pemotongan dan
penebasan semua jenis kayu kecil atau semak belukar.Manfaat pengimasan adalah
untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan kayu-kayu besar (Fauzi, dkk, 2002).
Bahan Tanam
Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama
oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA).
Balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan
pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih. Kelapa sawit
memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan
menjadi Dura, Pisifera dan Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar-besar dan kandungan minyak berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki
cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit
unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang
buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase
daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28%.
Pengecambahan Benih
Tahapan pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai berikut:
1. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya.
Pengupasan buah kelapa sawit dapat menggunakan mesin pengupas.
2. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air
harus diganti dengan air yang baru.
3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh
selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar
air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17%.
4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm
yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup
rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-
kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm,
kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
5. Benih diperiksa 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan membuka kantong
plastiknya dan semprotlah dengan air. (gunakan hand mist sprayer) agar
kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih
Dura dan 28-30% untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa
kelembabannya.
6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian
perkecambahan.
7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan
mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15-20 hari kemudian sebagian besar
benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke persemaian perkecambahan
(prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu
tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.
Penanaman
Jenis-jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah:
(a). Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam,
(b). Penanaman tanaman penutup tanah dan
(c). Penanaman kelapa sawit.
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di pembibitan
utama, pengangkutan bibit ke lapangan, menaruh bibit di setiap lubang, persiapan
lubang tanam, menanam bibit pada lubang dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
Kegiatan penanaman bibit tanaman kelapa sawit yang harus diperhatikan adalah
pembuatan lubang tanam, umur dan tinggi bibit yang akan ditanam di lapangan serta
susunan jarak tanam. Menurut Fauzi dkk, (2012) penanaman pada awal musim hujan
adalah yang paling tepat karena persediaa air sangat berperan dalam menjaga
pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang baru dipindahkan. Tanpa penanaman
yang benar dan pemeliharaan yang berkelanjutan, bibit yang berkualitas tinggi pun
tidak akan memberikan hasil secara optimal, karena itu penanaman dengan baik dan
benar merupakan salah satu persyaratan penting untuk mendapatkan produksi kelapa
sawit per hektarnya (Lubis dan Widanarko, 2011).
Jarak Tanam
Jarak tanam adalah pola pengaturan jarak antar tanaman dalam bercocok tanam
yang meliputi jarak antar baris dan deret. Jarak tanam akan berpengaruh terhadap
produksi pertanian karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya matahari
serta ruang bagi tanaman. Jarak tanam kelapa sawit tergantung pada tipe tanah dan jenis
bibit yang digunakan (Fauzi, dkk, 2002). Sebanyak 50% petani sampel menggunakan
jarak tanam 9m x 8m dan 32,5% menggunakan jarak tanam 8m x 8m dan sisanya
menggunakan jarak tanam 9m x 10m dan 9m x 9m. Alasan petani menggunakan jarak
tanam 9m x 8m adalah karena jarak tersebut sangat banyak digunakan oleh masyarakat
setempat, sehingga mereka mengikut saja dengan jarak tanam tersebut. Jarak tanam
kelapa sawit yang dianjurkan adalah 8,88m x 8,88m x 8,88m atau 132 pohon/ha.
Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya persaingan dalam
memperoleh sinar matahari dan jarak tanam yang terlalu jarang menyebabkan
pemborosan lahan. Karena akan mempengaruhi populasi perhektarnya dan juga
berpengaruh pada produksi.
Pola tanam
Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola
tanam monokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai
tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Tanaman
penutup tanah (legume cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat
penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah
erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman
pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanah diantara tanaman
kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau
padi.
Pemeliharaan Pembibitan
Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang
sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit meliputi
penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, serta pemupukan
Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih
dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan
cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak
dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2 lt/polybag/hari,
disesuaikan dengan umur bibit.
Penyiangan
Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus
dibersihkan, dikored atau disemprot dengan herbisida. Penyiangan gulma harus
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
Pemupukan
Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh
cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk
majemuk. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP,
KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman
muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat
mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan
umur tanaman atau sesuai dengan anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit.
- Dosis pemupukan tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan:
Jenis pupuk Dosis (kg/ph/th) Keterangan
Urea 2,0-2,5 diberikan 2x aplikasi
KCL 2,5-3,0 diberikan 2x aplikasi
Kiserit 1,0-1,5 diberikan 2x aplikasi
SP-36 0,75-1,0 diberikan 1x aplikasi
Borax 0,05-1,0 diberikan 2x aplikasi
Pemangkasan Daun
Pemangkasan daun bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan
jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan.
Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam pemangkasan:
1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman
yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering
dan buahbuah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis
bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2. Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28
bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan
panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya
saling menumpuk satu sama lain), juga buah buah yang busuk. Alat yang
digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah
tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua
sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa
daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak mengganggu
kegiatan panen.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara
tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya.
Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen.
Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata
cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma
malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian
gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan
gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma
berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini
juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan
maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan
insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit umumnya
disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
IV. Pasca Panen
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya
60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri
tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari
tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari
tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah
yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan
yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah
brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak
yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal,
tetapi pemanenan buah kelewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB),
sehingga dapat merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah
menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Sebaliknya pemanenan buah yang masih
mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALBnya rendah. Untuk
memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong
terlebih dahulu. Pelepah daun yang telah dipotong diatur rapi di tengah gawangan.
Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah
daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3 bagian.
Cara pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan
pangkalnya, maksimal 2cm. Tandan buah yang telah dipanen diletakkan teratur di
piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Kemudian tandan buah atau
TBS (tandan buah segar) dan brondolan tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan
hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALBnya semakin
meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam TBS setelah dipanen
harus segera diolah.
Perontokan
Perontokan adalah tindakan untuk memisahkan buah sawit dari
tandannya.pemisahan ini biasanya sudah menggunakan mesin.
Pengangkutan
Pengangkutan buah kelapa sawit yang sudah dipanen menyebabkan mutu sawit
turun, dikarenakan asam lemak yang meningkat.yang harus dilakukan saat
pengangkutan adalah menghindari guncangan salama proses pengangkutan untuk
menghindari permukaan buah jadi lecet.
Penggilingan
Proses penggilingan umumnya dilakukan dengan cara melumat
sawit.penggilingan dilakukan dengan mesin berskala besar.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan langkah untuk mengeluarkan minyak yang masih tersisa
dalam ampas sawit dengan cara diperas.
Pemurnian
Pemurnian merupakan langkah terakhir dari teknik pasca p sawit. Pemurnian
dilakukan untuk memisahkan minyak hasil kelapa sawit dari kotoran yang masih
bercampur.
V. Kesimpulan
Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi, Nofiandi;
Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu