Mofologi Tanaman Sawit Laporan
Mofologi Tanaman Sawit Laporan
Mofologi Tanaman Sawit Laporan
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum
Budidaya Tanaman Perkebunan
Oleh
NAMA
: ATSANIAH N. KAMILAH
NIM
: 131510501217
GOLONGAN
:C
KELOMPOK
: 4 (EMPAT)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut salah satunya adalah
keanekaragaman tumbuhan yang terdiri atas tanaman pangan, tanaman hias,
sayuran, tanaman obat, tanaman perkebunan, dan lain-lain. Keanekaragaman
karakter yang dimiliki suatu tumbuhan menunjukkan keanekaragaman varietas
yang dapat digali dan dipelajari lebih dalam, sehingga dapat diketahui berbagai
jenis varietas tumbuhan tersebut. Selain itu, adanya keragaman varietas tersebut
juga menjadi nilai penting bagi keberadaan kawasan hijau penyedia sumber
oksigen di bumi sehingga sangat patut untuk tetap di jaga kelestariannya.
Subsektor
perkebunan
mempunyai
peranan
yang
cukup
besar
dalam
perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman
yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai
ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena
berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa
Negara.
Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 20
meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada satu pohon. Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan
bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga
betina terlihat lebih besar dan mekar. Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah
semak belukar. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan
kelembaban 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500
mm setahun. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan
produksi buah sawit.Tanaman kelapa sawit memerlukan penyinaran antara 5-7
jam/hari. Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24C 28C.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah
umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga
menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun
majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang
sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun
berbaris dua sampai ke ujung daun. Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa
bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp
yang masak mengandung 45-50 % minyak dan berwarna merah kuning karena
mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,
hingga merah tergantung bibit yang digunakan.
1.2 Tujuan
Mampu mengenali dan menggambarkan karakteristik morfologi (akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji) tanaman kelapa sawit.
perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam
yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai
ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditi
andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Keberhasilan budidaya
suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman yang
ditanam, agroekologis atau lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan
budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani atau pengusaha
tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agro-ekologis), walaupun
pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat
direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Rangka
pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan
mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan
kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis atau faktor
tempat tumbuh yang relatif sesuai (Sastrosayono, 2003).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan
yang memegang peranan penting bagi Indonesia sebagai komoditi andalan untuk
ekspor maupun untuk komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
petani. Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara pasti belum
bisa diketahui. Namun ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guinea). Spesies Elaeis melanococca Gaertn. atau
Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guinea). Menurut Hafif dkk. (2014), kurang
lebih 90% dari produksi minyak dunia dipergunakan sebagai bahan pangan.
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan berasal dari minyak inti
yang mengalami proses fraksinasi, vaksinasi dan hidrogenase. Keunggulan
minyak sawit sebagai bahan pangan adalah sebagai anti kanker dan tekoferun
sebagai sumber vitamin E yang termasuk zat anti oksidan. Keunggulan lainnya
kandungan asam linoleat rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah
sawit memiliki kemantapan (Nasution dkk, 2013). Minyak kelapa sawit
mempunyai beberapa kegunaan, antara lain untuk industri pangan dan non
pangan. Limbah olahan kelapa sawit dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk dan
karoten, prekursor vitamin A, berharga makanan yang kaya vitamin energi tinggi
yang digunakan untuk memasak di negara-negara penghasil minyak di Afrika.
Minyak sawit dan minyak inti sawit menyediakan bahan baku dalam pembuatan
sabun dan deterjen, margarin, lilin, kembang gula, epoxy resin, perdagangan roti,
pelumas, minyak rambut dan kosmetik. Kegunaan lain termasuk kue inti sawit
yang diperoleh dari menghancurkan inti sawit untuk mengekstrak minyak
(Adeniyi et all , 2014). Sistem produksi tanaman kelapa sawit bergantung pada
pelaksanaan praktek maju terbaik (BDPs). Telapak tangan produktivitas
ditentukan oleh dua faktor utama yang saling terkait, yaitu, penerapan kultur
teknis dan kesesuaian lahan. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui
seberapa jauh praktek aplikasi yang tepat dari budidaya kultur teknis telah
dilakukan dan untuk mengidentifikasi dibudidayakan kelas kesesuaian lahan.
Sebagai contoh, pengelolaan residu tanaman sawit untuk periode siklus tanaman
25-30 tahun masih dapat meningkatkan sinkronisasi nutrisi dan efek
menguntungkan dari pembusukan sisa tanaman sawit organik pada sifat-sifat
tanah, sehingga meningkatkan kelapa sawitproduksi (Anwar 2014)
Sektor minyak kelapa sawit memberikan pendapatan dan lapangan kerja
bagi sejumlah besar individu di negara-negara berkembang. Sebuah studi dari
industri minyak sawit Indonesia dilakukan sebagai bagian dari studi global di
bawah koordinasi Universitas Nasional Australia, menyimpulkan bahwa
perkembangan kelapa sawit memiliki dampak positif pada pendapatan dan hidup
standar semua yang terlibat. Menurut penilaian yang dilakukan di Sumatera
(Budidarsono et all, 2013). Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam sector pertanian
umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari
sekian banyak tananam yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia. Kelapa sawit
merupakan komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat.
Secara umum, limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu
limbah cair, padat dan gas. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan
berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut
atau serat, sludge atau lumpur sawit dan bungkil (Nasution dkk, 2013).
Morfologi tanaman kelapa sawit diantarany daun. Daun kelapa sawit
terdiri dari berbagai bagian, kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan
tualang anak daun, rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai
daun yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan seludang daun yang
berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan member kekuatan pada batang.
Sedangkan batang sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara
dikstrit dalam jaringan parenkim. Maristem pucuk terletak dekat ujung batang
dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Pertumbuhan membesar
terlihat sekali pada bagian pangkal, dimana diameter batang bisa mencapai 60 cm.
setelah itu batang akan mengecil biasanya berdiameter 40 cm, tetapi pertumbuhan
tingginya lebih cepat. Akar pada kelapa sawit terdiri dari 4 yaitu akar primer,
sekunder, tersier dan kuartener. Sedangkan bunga kelapa sawit merupakan bunga
berumah satu, artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon, tetapi
pada tandan yang berbeda. Namun terkadang dijumpai pada satu tandan. Secara
botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp
yang terbungkus oleh exovarp, mesocarp dan endocarp yang membungkus 1-4
inti/ karnel. Inti memiliki tesra, emdosperm yang padat dan sebuah embrio
(Pahan, 2008).
Foto pengamatan
Keterangan
1.
Akar
2.
Batang
3.
Daun
anak
daun
yang
daun
yang
merupakan
daun
yang
berfungsi
Bunga
Bunga betina
Bunga Jantan
5.
Buah
4.2 Pembahasan
Morfologi dari tanaman kelapa sawit sendiri terdiri dari beberapa bagian
yaitu batang, daun, akar, bunga, buah dan biji di mana memiliki peran masingmasing, antara lain sebagai berikut:
1. Batang
Batang pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan
umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi
pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang
tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga,
dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya
bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan
lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh
pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang,
semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit.
2. Daun
Daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar.
Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah
yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah
anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300
helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit.
Daun muda yang masih kuncup berwarna
kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang
melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal
biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada
tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada
tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai.
Semakin pendek pelepah daun maka
semakin banyak populasi kelapa sawit
yang
dapat
ditanam
persatuan
luas
tersier berdiameter 0,2-0,8 mm dan panjang sekitar 2cm. Akar tersier dan kuarter
berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau luar piringan dan berada di dekat
pemukaan tanah. Pada akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, kemudian
ujungnya meruncing, dan berwarna putih atau
kekuningan.
4. Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga
pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman
kelapa sawit termasuk monocious yang berarti
bunga jantan dan betina terdapat pada satu
pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.
Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang
ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki
daun jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak
daun hanya menghasilkan satu infloresen (bungan majemuk). Biasanya, beberapa
bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehinga
pada
individu
tanaman
terlihat
beberapa
ketiak
daun
tidak
menghasilkan infloresen.
5. Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah
batu dengan ciri yang terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian luar (epicarpium)
disebut
kulit
luar,
lapisan
tengah
(endocarpium)
disebut
inti,
mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil. Cangkang
kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang
cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Tempurung kelapa sawit
dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dapat dibuat dengan melalui
proses karbonisasi pada suhu 550oC selama kurang lebih tiga jam. Karakteristik
arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut memenuhi SII, kecuali kadar
abu. Tingkat keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap iodnya
sebesar 28,9%.
6. Biji
Setiap jenis kelapa sawit biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang
berbeda. Jenis biji dura panjangnya sekitar 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4
gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13
gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji
kelapa
sawit
umumnya
memiliki
periode
dorman
(masa
nonaktif).
jenis
tanah,
seperti
podsolik,
latosol,
karena kebutuhan cahaya ini maka jarak tanam kelapa sawit harus dibuat dengan
ukuran 9m x 9m x 9m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang
cukup untuk menghindari etiolasi. Sinar matahari dapat mendorong pertumbuhan
vegetatif, pembentukan bunga, dan produksi buah. Berkurangnya penyinaran
matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan
pembentukan bunga (sex ratio) yang berakibat berkurangnya jumlah bunga betina.
Selain
itu,
kelapa
sawit
yang
kurang
mendapatkan
sinar
matahari,
pertumbuhannya akan tinggi, kurus, dan lemah, serta produksi daunnya sedikit.
Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik jika
dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut. Tingkat keasaman (pH) yang
optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5.
Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Untuk mencapai tingkat keasamaan ini maka di daerah gambut diperlukan
perlakuan pemberian pupuk Dolomit atau Kieserite dalam jumlah yang lebih besar
bila dibandingkan dengan kelapa sawit yang di tanam di tanah darat. Kemiringan
lahan kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15. Jika kemiringan lahan
sudah melebihi 15 maka diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan
terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki bukit.
Banyak varietas kelapa sawit yang dikenal di Indonesia. Varietas-varietas tersebut
dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Diantara varietas tersebut terdapat
varietas unggu yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan
variet lainnya. Keistimewaannya antar lain tahan terhadap hama dan penyakit,
produksi tinggi serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Kelapa sawit
yang banyak dibudidayakan di Indonesia ada dua macam, yaitu E.guineensis dan
E.oleifera.Jenis
E.guineensis
adalah
jenis
kelapa
sawit
yang
banyak
3. Varietas unggul
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya
dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tanaman indukan yang
diketahui mempunyai daya gabung berdasarkan hasil pengujian progeny daengan
mengikuti prosedur seleksi. Bahan tanam yang umum digunakan diperkebunan
kelapa sawit komersial adalah tenera, yang merupakan persilangan dari dura dan
pisifera. Varietas dura betina dan pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan
tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik
dibandingkan dengan varietas lain. Varietas unggul hasil persilangan antara lain:
Dura Deli Marihat, Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir,
Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun
Seleksi G. Bayu dan G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal
dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun), Pisifera SP 540T
(berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur) (FAuzi dkk, 2012).
meningkat dari tahun ke tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal
kelapa sawit selama 2004 - 2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit
meningkat rata-rata 11,09% per tahun. Peningkatan luas areal tersebut disebabkan
oleh harga CPO yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan
pendapatan
produsen,
khususnya
petani,
yang
cukup
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adeniyi, O.R., G.O. Ogunsola., and D. Oluwusi. 2014. Methods Of Palm Oil
Processing In Ogun State, Nigeria: A Resource Use Efficiency Assessment.
Contemporary Research, 4(8): 173-179.
Anwar, R., S. R.P. Sitorus., A.M. Fauzi., Widiatmaka, and Machfud. 2014.
Technical Culture and Productivity of Oil Palm In Several Plantations In
East Kalimantan. Latest Research in Science and Technology, 3(2):19-24.
Budidarsono, S., A. Susanti., and A. Zoomers. 2013. Oil Palm Plantations in
Indonesia: The Implications for Migration, Settlement/Resettlement and
Local Economic Development, Science. 1(1):173-193.
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I. Satyawibawa., dan R.H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Hafif, B., Rr. Ernawati., dan Y. Pujiarti. 2014. Peluang Peningkatan Produktivitas
Kelapa Sawit Rakyat Di Provinsi Lampung. Littri, 20(2): 100-108.